You are on page 1of 9

II.

2 ANEURISMA
II.2.1 Definisi
Aneurisma atau aneurysm berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti aneurisma: pelebaran,
aneurunein: membesar. Aneurisma merupakan suatu kantung yang terbentuk oleh dilatasi dinding
arteri, vena, atau jantung; terisi oleh cairan atau darah yang membeku, sering membentuk tumor
yang berdenyut. Aneurisma adalah kondisi pelebaran pembuluh darah dan sering terjadi pada
arteri akibat melemahnya dinding arteri. Dinding arteri yang melemah pada akhirnya akan
membentuk semacam kantung. Jika tidak ditangani, ukuran kantung akan semakin membesar,
kemudian dapat pecah dan menimbulkan perdarahan. Aneurisma dapat terjadi pada beberapa
tempat seperti:
ü Aorta : aneurisma aorta thoracalis dan aorta abdominalis.
ü Otak (aneurisma serebralis)
ü Tungkai bawah (aneurisma arteri popliteal )
ü Usus (aneurisma arteri mesenterika)
ü Splen (aneurisma arteri splenica)
aneurisma aorta
Gambar Aneurisma
II.2.2 Etiologi
Penyebab aneurisma tidak diketahui dengan pasti. Namun, ada dua teori yang telah diajukan
sebagai dasar pembentukan aneurisma yaitu teori kongenital dan teori degeneratif. Teori
kongenital merupaka aneurisma yang terjadi pada wanita setelah melahirkan (aneurisma
kongenital). Teori degeneratif merupakan penyebab dari sebagian besar aneurisma. Aneurisma
tersebut disebabkan oleh penyakit degenerative seperti aterosklerosis.
Beberapa faktor risiko yang dapat mempermudah seseorang untuk mengalami Aneurisma, yaitu
tekanan darah tinggi, luka trauma pada kepala, merokok, pengguna alkohol, riwayat keluarga yang
mempunyai Aneurisma dan kelainan bawaan lainnya seperti ginjal polikistik.
II.2.3 Patofisiologis
Aneurisma terjadi karena pembuluh darah kekurangan elastin, kolagen dan matriks ekstraseluler
yang menyebabkan melemahnya dinding aorta. Kekurangan komponen tersebut bisa diakibatkna
oleh inflamasi (arterosklerosis). Sel radang pada dinding pembuluh darah yang mengalami
aterosklerosis mengeluarkan matriks metalloproteinase. Matrik tersebut akan menghancurkan
elastin dan kolagen sehingga persediaannya menjadi berkurang. Selain matriks metalloproteinase
factor yang berperan terjadinya aneurisma adalah plasminogen activator dan serin elastase.
Selain itu, interaksi dari banyak factor lain dapat menjadi predisposisi pembentukan aneurisma
pada dinding aorta. Aliran turbulen pada daerah bifurkasio dapat ikut meningkatkaninsiden
aneurisma ditempat – tempat tertentu. Suplai darah ke pembuluh darah melalui vasa vasorum
diduga dapat terganggu pada usia lanjut, memperlemah tunika media dan menjadi factor
predisposisi terbentuknya aneurisma. Apapun penyebabnya perkembangan aneurisma selalu
progresif. Tegangan atau tekanan pada dinding berkaitan langsung dengan radius pembuluh darah
dan tekanan intra arteri. Dengan melebar dan bertambahnya radius pembuluh darah, tekanan
dinding juga meningkat sehingga menyebabkan dilatasi pembuluh darah
II.2.4 Gejala-gejala
Biasanya aneurisma yang masih utuh dan belum pecah tidak menimbulkan gejala sehingga sangat
jarang ditemukan. Kalaupun ditemukan biasanya karena ketidaksengajaan, misalnya saat
melakukan medical check up.
Gejala juga berbeda secara signifikan, tergantung pada lokasinya. Misalnya, gejala aneurisma otak
berbeda dari aneurisma aorta. Dalam kasus aneurisma otak kecil, gejala mungkin tidak selalu
terlihat dan kondisi ini umumnya terdeteksi selama tes dan pemeriksaan yang dilakukan untuk
kondisi lain. Terkadang, sejumlah kecil darah dapat bocor dari aneurisma dan menyebabkan sakit
kepala hebat yang datang tiba-tiba. Nyeri kepala sangat hebat yang muncul secara mendadak,
kejang, hingga penurunan kesadaran merupakan gejala pecahnya aneurisma. Adapun gejala lain
yang dapat menjadi peringatan akan kemungkinan pecahnya aneurisma, antara lain nyeri kepala
disertai mual dan muntah, leher kaku, penglihatan kabur, sensitive terhadap cahaya, kelopak mata
tidak bisa dibuka, kelumpuhan sebelah anggota gerak yang menyerupai gejala stroke, dan nyeri
pada wajah.
II.2.5 Klasifikasi
Secara umum, Aneurisma dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Aneurisma Aorta
Aneurisma Aorta merupakan dilatasi dinding aorta yang sifatnya patologis, terlokalisasi, dan
permanen (irreversible). Dinding aorta yang mengalami aneurisma lebih lemah daripada dinding
aorta yang normal. Oleh karena itu, karena tekanan yang begitu besar dari darah menyebabkan
dinding aorta menjadi melebar.
Aneurisma-Aorta-Abdominal.jpg
Gambar Aneurisma Aorta
b. Aneurisma Serebral
Aneurisma serebral (aneurisma otak) adalah kelainan di mana terjadi kelemahan pada dinding
pembuluh darah otak, baik pembuluh darah nadi maupun pembuluh darah balik (tunika media dan
tunika intima dari arteri maupun vena) yang menyebabkan penggelembungan pembuluh darah
otak tersebut secara terlokalisir.
9-penyebab-penyakit-aneurisma-otak-part-iihabis-166109-1.jpg
Gambar Aneurisma Serebral
II.2.6 Diagnosis
Aneurisma dapat didiagnosis dengan teknik angiografi, yaitu pemeriksaan pembuluh darah
menggunakan kateter atau selang yang dimasukkan ke pembuluh darah dan diberi zat warna
(kontras). Dapat juga terdiagnosis dengan menggunakan CT Scan atau MRI. Namun yang terbaik
adalah dengan menggunakan angiografi.
II. 2.7 Pencegahan
Aneurisma kongenital tidak dapat dicegah. Sebuah gaya hidup sehat (diet rendah lemak, olahraga
teratur dan berpantang dari merokok) dapat membantu mencegah atau memperlambat proses
aterosklerosis, faktor predisposisi dalam pengembangan aneurisma lainnya. Hipertensi harus hati-
hati dikendalikan untuk mencegah pembentukan aneurisma atau ekstensi.
II. 2.8 Pengobatan
Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi aneurisma antara lain angiografi, CT scan,
MRI, dan ekokardiografi. Jika masih berukuran kecil, tidak akan dilakukan tindakan, melainkan
hanya memantau kondisi ini. Jika aneurisma semakin besar, maka umumnya tindakan operasi
akan dibutuhkan. Jika aneurisma berada dalam perut, maka dapat dilakukan operasi aneurisma
aorta abdominal endovascular. Untuk aneurisma aorta dada, operasi dianjurkan ketika aneurisma
berukuran 5 cm atau lebih besar. Aneurisma otak juga diobati dengan operasi. Obat-obat tertentu
juga diperlukan untuk pengobatan aneurisma otak yang terutama digunakan agar aneurisma otak
tidak pecah. Obat-obatan tersebut termasuk calcium channel blockers, anti-kejang, penghilang
rasa sakit.
Aneurisma dapat ditangani dengan clipping aneurysm dan coiling. Tindakan clipping aneurysm
yaitu tindakan pembedahan untuk memasang clip pada leher aneurisma. Sementara itu, tindakan
coiling adalah teknik radiologi intervensi dengan memasukkan coil untuk menyumbat aneurisma.
Tindakan yang diambil tentunya tergantung pada ukuran, bentuk, serta lokasi aneurisma.

Definisi Varises
Varises adalah suatu keadaan dimana pembuluh darah balik/vena membesar dan berkelok2. Istilah
varises umumnya ditujukan pada daerah tungkai meskipun sebenarnya dapat terjadi pada daerah-
daerah yang lain.
Varises berhubungan erat dengan kelemahan struktur tonus otot pembuluh darah balik atau vena.
Pada dasarnya vena tidak mempunyai cukup kekuatan untuk mendorong darah kembali ke
peredaran, karena arah alirannya ke atas. Untuk membantu darah bergerak ke atas, vena
dilengkapi katup. Katup terbuka untuk membiarkan darah mengalir, kemudian katup menutup
kembali setelah darah melaluinya. Jika tonus otot di sekitar pembuluh vena kurang
kekuatannya/lemah, maka terjadilah stasis (aliran darah terhenti) dan darah cenderung berkumpul
di dasar vena, sehingga vena melebar. Akibatnya, timbul pengendapan-pengendapan darah pada
pembuluh vena yang kemudian membentuk tonjolan-tonjolan besar berkelok-kelok berwarna
kebiru-biruan, yang kemudian kita kenal sebagai varises.
Istilah varises lebih sering digunakan untuk tungkai bawah. Meskipun demikian varises dapat juga
terjadi pada tempat lain seperti pada funikulus spermatikus (varikokel), esofagus (varises
esofagus), anorektal (hemoroid) Pemicu varises Sangat berkaitan dengan keturunan. Varises juga
erat kaitannya dengan hormonal. Kejadian varises meningkat pada masa menstruasi, kehamilan
trimester I dan II serta penggunaan obat-obat kontrasepsi. Dimana keadaan tersebut diatas, diduga
menyebabkan tonus vena menjadi berkurang. Selain itu obesitas juga dapat memicu timbulnya
varises karena pada obesitas, struktur vena menjadi kurang baik dan terjadi peningkatan volume
darah. Faktor usia / penuaan juga menjadi pemicu varises. Pada usia tua terjadi fibroelastis
pembuluh darah vena, elastisitas berkurang dan tonus otot juga berkurang. Pada orang yang
banyak bekerja sambil berdiri, ada unsur gravitasi yang menyebabkan tonus harus bekerja keras
untuk mengembalikan darah ke atas. Ini juga sebab lain yang dapat memicu timbulnya varises
Pemicu varises lainnya adalah pernah mengalami cedera pada kaki dan mengalami keadaan
dimana tekanan dalam perut meningkat. Penegakkkan diagnosa varises ditandai dengan adanya
gambaran pembuluh darah balik/vena yang melebar dan berkelok-kelok. Selain itu dijumpai
tanda-tanda sebagai berikut : Gatal, kaki terasa berat, pegal dan cepat lelah (terutama pada malam
hari dan setelah melakukan aktifitas) Pembengkakan pada pergelangan kaki, biasanya akan
berkurang bila kaki dielevasi/ditinggikan. Nyeri kaki terutama pada pagi hari dan berkurang bila
dipakai berjalan. Kram pada malam hari. Perbedaan warna kulit di sekitar pembuluh vena yang
mengalami gangguan. Kemerahan, tampak kering dan sensasi gatal pada aea kulit yang terkena
sering dikenal dengan istilah stasis dermatitis atau venous eczema. Jika terjadi trauma ringan pada
daerah yang mengalami gangguan maka dapat terjadi perdarahan lebih banyak dari normal dan
atau mengalami proses penyembuhan yang lebih lama. Sering pada kulit diatas pergelangan kaki
menjadi mengeras. Pemeriksaan lain misalnya pasien diminta untuk berdiri selama 5-10 menit,
maka varises akan terlihat. Selain itu ada pemeriksaan lain yang dapat dilakukan misalnya
beberapa test seperti Test Brodie-trendelenburg yang prinsipnya menilai aliran vena kembali jika
sebelumnya dilakukan penekanan pada vena. Apakah diameter vena akan tidak berubah / tetap
atau akan bertambah besar atau justru besarnya vena berkurang / hilang. Ultrasonografi dapat
mendeteksi adanya varises, dengan cara menilai anatomi vena yang terkena. Doppler ultrasound ,
dapat mendeteksi aliran darah vena sehingga dapat memberikan informasi kompetensi aliran darah
yang menuju katup terutama pada vena-vena yang dalam.

Perubahan fungsi
Kegagalan katup vena, biasanya pada sambungan safeno-femoral (dan kadang-kadang pada vena
yang mengalami perforasi), meyebabkan peningktan tekanan vena pada vena safena magna
dengan dilatasi vena yang progresif selanjutnya disrupsi katup.

Gejala terjadinya varises


Ada beberapa gejala terjadinya varises antara lain yaitu :
1. Mula-mula kaki dan tungkai terasa berat, diikuti otot yang mudah pegal, kaku, panas dan
sakit di seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit dirasakan menjelang malam, akibat
tidak lancarnya aliran darah.
2. Mudah kram, meski kaki dalam kondisi santai.
3. Muncul pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba (spider navy).
4. Perubahan warna kulit (pigmentasi) di seputar mata kaki, akibat tidak lancarnya aliran darah.
Kadang diikuti dengan luka di sekitar mata kaki yang sulit sembuh.
5. Kaki bengkak (edema) karena adanya pembendungan darah.
6. Perubahan pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang tampak urat kebiru-
biruan dan berkelok-kelok. Keadaan ini merupakan gejala varises kronis.

C. Penyebab varises
1. Berkurangnya elastisitas dinding pembuluh vena yang menyebabkan pembuluh vena
melemah dan tak sanggup mengalirkan darah ke jantung sebagaimana mestinya. Aliran darah dari
kaki ke jantung sangat melawan gravitasi bumi, karena itu pembuluh darah harus kuat, begitu juga
dengan dinamisasi otot disekitarnya.
2. Rusaknya katup pembuluh vena, padahal katup atau klep ini bertugas menahan darah yang
mengalir ke jantung agar tidak keluar kembali. Katup yang rusak membuat darah berkumpul di
dalam dan menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah.

Adapun pemicu terjadinya varises yaitu :


ü Faktor keturunan
Varises biasanya terjadi saat dewasa akibat perubahan hormon dan bertambahnya berat badan.
Varises yang terjadi di usia muda, kemungkinan besar disebabkan faktor keturunan.

ü Kehamilan
Meningkatnya hormon progesteron dan bertambahnya berat badan saat hamil yang kaki semakin
terbebani, akibatnya aliran darah dari kaki, tungkai, pangkal paha dan perut bagian bawah pun
terhambat.
ü Kurang gerak
Gaya hidup perkotaan yang kurang gerak, menyebabkan otot sekitar pembuluh darah vena tidak
mampu memompa darah secara maksimal.
ü Merokok
Kandungan zat berbahaya dalam rokok membuat pembuluh darah menjadi kaku dan terjadi
penyempitan, sehingga dinding pembuluh tidak elastis lagi.
ü Terlalu banyak berdiri
Berdiri terlalu lama membuat kaki terlalu berat menahan tubuh dan memperparah beban kerja
pembuluh vena dalam mengalirkan darah. Bila profesi Anda mengharuskan banyak berdiri,
usahakan untuk tidak berdiri dengan posisi statis (diam), tapi tetap bergerak. Misalnya dengan
berjalan di tempat, agar otot tungkai dapat terus bekerja memompa darah ke jantung.
ü Menderita kolesterol tinggi dan kencing manis
Kedua jenis penyakit ini berhubungan erat dengan masalah peredaran darah, kelainan pembuluh
darah dan kegemukan yang memicu terjadinya varises.
ü Memakai sepatu hak tinggi
Hak sepatu yang terlalu tinggi membuat gerak otot tumit yang berfungsi membantu kerja
pembuluh darah, menjadi tidak maksimal.

.Deskripsi Penyakit
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, berpindah dari aliran darah ke
dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak.Pada
saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan
dalam arteri.Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma) yang terisi
dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel
otot polos dan sel-sel jaringan ikat.Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar,
tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini
menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus
tumbuh, maka arteri akan menyempit.Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium,
sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah.Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga
ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa
menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus).
Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas
dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).

Riwayat alamiah ateroklerosis dapat dimulai sejak masa kanak-kanak dengan terbentuknya garis
lemak (fatty streaks), lalu plak fibrosa, dan menyusul klasifikasi.Kekakuan pembuluh darah ini
pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan lanjut sesuai organ yang diserangnya.

B.Faktor Penyebab Penyakit


Banyak faktor yang secara umum berkaitan dengan risiko peningkatan proses atheroklerosis,
seperti kebiasaan merokok, kolesterol tinggi, penyakit DM, kegemukan, dan kekurangan olahraga.
Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan proses terjadinya atheroklerosis dapat dibagi atas:
Faktor yang tidak dapat diinterverensi
Genetik/riwayat keluarga
Usia
Jenis kelamin
Anatomi coronaria (percabangan anatomi coronaria dan collateralnya)
Profil lipoprotein
Faktor metabolic
Faktor risiko yang dapat diintervensi
Rokok
Hipertensi
Hiperkolesterolemia
Obesitas
Hiperglisemia (DM)
Faktor riwayat keluarga dengan iskemik jantung
Faktor perilaku
Kurang gerak (sedentary)
Stress(tegangan social)
Jenis Personality (Tipe A dan B)

Infeksi berperan pada patogenesis aterosklerosis dan infark miokard. Infeksi yang terjadi pada
patogenesis PJK yaitu infeksi kronik herpes simplex virus (HSV-I), chlamydia pneumoniae
(Cpn).Hal itu dapat dilihat dengan adanya peningkatan C-reactive protein (CRP).

Ateroklerosis adalah penyakit yang gejalanya tidak dapat dilihat secara jelas.Untuk dapat
mengendalikan penyakit atheroklerosis agar tidak berlanjut adalah dengan menghindari faktor-
faktor penyebab penyakit ateroklrosis.Dimulai dari hal terkecil, seperi pada faktor perilaku adalah
sedentary, perbanyak aktifitas yang berguna seperti olahraga agar tidak terjadi penumpukan lemak
dalam tubuh.Karena penumpukan lemak adalah salah satu penyebab terjadinya penyempitan
pembuluh darah.

Perubahan fungsi

Sistem kardiovaskuler bekerja secara terus-menerus dan pada kebanyakan kasus, secara efisien.
Tapi masalah dapat muncul ketika aliran darah berkurang atau tersumbat. Bila pembuluh darah ke
jantung tersumbat total, jantung tidak mendapatkan oksigen secara cukup dan suatu serangan
jantung dapat terjadi. Hal ini dapat berakibat fatal, dan pada kenyataannya, menghasilkan jumlah
jutaan kematian setiap tahun, membuat penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian
di Amerika Serikat. Penyakit jantung dapat bersiklus fatal, karena pembuluh darah terbatas, tidak
hanya dapat merusak jantung, tapi juga membuatnya bekerja lebih keras untuk memompa darah
melalui sistem sirkulasi. Lagipula, kerusakan jantung menjadikan jantung kurang efisien dan harus
bekerja walaupun dengan keras untuk tetap melanjutkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Dari
waktu ke waktu, penyakit jantung memimpin masalah utama penglibatan jantung, paru-paru,
ginjal, dan segera keseluruhan sistem, sebab setiap organ dalam tubuh mempercayakan kecukupan
oksigen dan nutrisinya pada jantung. Secara khusus, sumbatan yang menyebabkan masalah
dibentuk oleh suatu pertumbuhan lekatan yang dikenal sebagai plak aterosklerotik.
Arterosklerosismerupakan suatu proses yang kompleks. Secara tepat bagaimana
arterosklerosis dimulai atau apa penyebabnya tidaklah diketahui, tetapi beberapa teori telah
dikemukakan.
Kebanyakan peneliti berpendapat aterosklerosis dimulai karena lapisan paling dalam arteri,
endotel, menjadi rusak. Sepanjang waktu, lemak, kolesterol, fibrin, platelet, sampah seluler dan
kalsium terdeposit pada dinding arteri.
Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan dengan patogenesis
aterosklerosis pembuluh koroner. Namun perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh yang
mengalami kerusakan dapat diringkaskan sebagai berikut:
ü Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak bagaikan garis
lemak.
ü Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak kolesterol pada tunika
intima dan tunika media bagian dalam.
ü Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis.
ü Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak, jaringan fibrosa,
kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.
ü Perubahan degeneratif dinding arteria.

Meskipun penyempitan lumen berlangsung progresif dan kemampuan vascular untuk


memberikan respon juga berkurang, manifestasi klinis penyakit belum nampak sampai proses
aterogenik sudah mencapai tingkat lanjut. Fase preklinis ini dapat berlangsung 20-40 tahun. Lesi
yang bermakna secara klinis, yang dapat mengakibatkan iskemia dan disfungsi miokardium
biasanya menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah. Banyak penelitian yang logis dan
konklusif baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan radikal bebas terhadap dinding arteri
memulai suatu urutan perbaikan alami yang mengakibatkan penebalan tersebut dan pengendapan
zat kapur deposit dan kolesterol. Sel endotel pembuluh darah mampu melepaskan endothelial
derived relaxing factor (EDRF) yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan endothelial
derived constricting factor (EDCF) yang menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Pada keadaan
normal, pelepasan ADRF terutama diatur oleh asetilkolin melalui perangsangan reseptor
muskarinik yang mungkin terletak di sel endotel. Berbagai substansi lain seperti trombin,
adenosine difosfat (ADP), adrenalin, serotonin, vasopressin, histamine dan noradrenalin juga
mampu merangsang pelepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri terhadap pembuluh darah.
Pada keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerotik, maka serotonin, ADP dan asetil kolin
justru merangsang pelepasan EDCF. Hipoksia akibat aterosklerotik pembuluh darah juga
merangsang pelepasan EDCF. Langkah akhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis
dapat terjadi dengan cara berikut:
l Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plaque
l Perdarahan pada plak ateroma
l pembentukan thrombus yang diawali agregasi trombosit
l Embolisasi thrombus atau fragmen plak
l Spasme arteria koronaria

Aterosklerotik dimulai dengan adanya kerusakan endotel, adapun penyebabnya antara lain adalah:
v Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah
v Tekanan darah yang tinggi
v Tembakau
v Diabetes

Dikarenakan kerusakan pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet, sampah produk


selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit pada dinding pembuluh darah. Hal itu
dapat menstimulasi sel dinding arteri untuk memproduksi substansi lainnya yang menghasilkan
pembentukannya dari sel.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya aterosklerosis, yaitu:
è Yang tidak dapat diubah
l Usia
l Jenis kelamin
l Riwayat keluarga
l Ras
è Yang dapat diubah dibagi menjadi 2, yaitu:

ü Mayor
l Peningkatan lipid serum
l Hipertensi
l Merokok
l Gangguan toleransi glukosa
l Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori

ü Minor
l Gaya hidup yang kurang bergerak
l Stress psikologik
l Tipe kepribadian

Manifestasi Klinik/gejala

Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung koroner,
stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan mendadak,
aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya, sehinnga
bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan
penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan
mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat
aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis timbul
secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung
secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan
menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.

You might also like