You are on page 1of 19

MAKALAH

INFEKSI TRAKTUS GENETALIS

Dosen Pembimbing :
Yenny Puspitasari, S.Kep.Ns., M.Kes
Disusun Oleh : Kelompok 3
1. Mike Oktavyana 1711B0047
2. Nabhan Muna 1711B0050
3. Nindi Nia Mayasari 1711B0054
4. Risca Argadhi Putri 1711B0064
5. Sely Febriandani Ichwanti 1711B0067
6. Norci Hayati Banamtuan 1811B0059
7. Sesi F.W Smanaob 1811B0091
8. George Imanuel Bolu 1811B0098
9. Elias Ricardo Mau 1811B0099

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan
makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Infeksi Traktus Genetalis” yang
diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas II.

i
Makalah ini berisikan informasi penjelasan tentang definisi, etiologi, jenis-
jenis, manifestasi klinis, penatalaksanaa, pecegahan, serta asuhan keperawatan
pada pasien dengan Infeksi Traktus Genetalis. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Infeksi Traktus
Genetalis” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kediri, April 2019

Kelompok Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN.......................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................1
Tujuan...............................................................................................................2
Manfaat.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3
Definisi.............................................................................................................3
Macam-Macam.................................................................................................3
Contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan..........................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................15
Kesimpulan.......................................................................................................15
Saran.................................................................................................................15

ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu
pasca bersalin. (Saifuddin, 2006). Infeksi post partum ialah infeksi yang terjadi
pada traktus genitalia setelah persalinan (Rayburn dan Carey, 2001). Secara
umum suhu 38oC atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 post partum dan
diukur per-oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis.
Kenaikan suhu tubuh yang terjadi didalam masa post partum, dianggap sebagai
infeksi post partum jika tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital. Infeksi
post partum dapat disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi seperti
hygiene, kelelahan, proses persalinan bermasalah (partus lama/macet),
persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi
yang berlebihan dan dapat berlanjut ke infeksi dalam masa post partum
(Saifuddin dkk., 2002).
Faktor karakteristik Ibu sebagai penyebab kemungkinan terjadinya
infeksi post partum diantaranya adalah kurangnya pengetahuan tentang vulva
hygiene dengan benar, faktor pendidikan ibu post partum, faktor sosial-
ekonomi, nilai dan kepercayaan (Saifuddin dkk., 2002).
Radang atau infeksi pada alat-alat genital dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali
tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu
dari infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis.
Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita
infeksi tersebut. Biasanya sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi
telah menyebar dan menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu.
Keterlambatan wanita memeriksakan dirinya menyebabkan infeksi ini
menyebar lebih luas dan akan sulit dalam penanganannya.

B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi infeksi traktus genetalis?
2) Bagaimana etiologi infeksi traktus genetalis?
3) Apa saja jenis-jenis infeksi traktus genetalis?
4) Bagaimana manifestasi klinis infeksi traktus genetalis?

1
5) Bagaimana penatalaksanaan infeksi traktus genetalis?
6) Bagaimana pencegahan infeksi traktus genetalis?

C. Tujuan
1) untuk mengetahui definisi infeksi traktus genetalis
2) untuk mengetahui etiologi infeksi traktus genetalis
3) untuk mengetahui jenis-jenis infeksi traktus genetalis
4) untuk mengetahui manifestasi klinis infeksi traktus genetalis
5) untuk mengetahui pencegahan infeksi traktus genetalis
6) untuk mengetahui cara pencegahan infeksi traktus genetalias

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu
pasca bersalin. (Saifuddin, 2006). Infeksi post partum atau puerperalis adalah
semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam
alat-alat genitalia pada waktu persalinan dan perawatan masa post partum.
Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa post partum (Prawirohardjo, 2007).
Jadi yang dimaksud dengan infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri
pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan
kenaikan suhu 38oC. Infeksi post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada
saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah persalinan (Bobak, 2004).
Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali
tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun.

B. Macam-Macam
1. Servisitis
Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering
terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi
karena hubungan seks. Servisitis yang akut sering dijumpai pada sebagian
besar wanita yang pernah melahirkan. Servisitis ialah radang dari selaput
lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri
dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan
dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008).
a. Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas
vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan
anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan
stapilococus . Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang
menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan
intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
b. Manifestasi klinis

3
1) terdapatnya keputihan (leukorea)
2) mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi
perdarahan)
3) pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah d.
pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks
c. Penatalaksanaan
Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan
diganti dengan jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu
dilakukan trakhelorania. Pinggir sobekan dan endoserviks diangkat, lalu
luka baru dijahit. Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan
amputasi serviks.
d. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu :
1) Usia.
2) Jumlah perkawinan
3) Hygiene dan sirkumsisi
4) Status sosial ekonomi
5) Pola seksual
6) Terpajan virus terutama virus HIV
7) Merokok
e. Pencegahan
Terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program
skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis
ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap
smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55
tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu,
dan enam.

2. Adnexitis
Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang
biasanya terjadi bersamaan. (Sarwono, 1999:287). Adnexitis adalah suatu

4
radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi
bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari
uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat
jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya. Adnex tumor ini dapat
berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis dapat terjadi
pelekatan dengan alat alat disekitarnya. ( ginekologi unpad bandung).
a. Etiologi
Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan
oleh infeksi beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae
dan Chlamydia trachomatis. Melakukan aktifitas seks tanpa
menggunakan kondom.
1) Ganti-ganti pasangan seks
2) Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea
(kencing nanah)
3) Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease
4) Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan
melalui aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan
penderitanya terinfeksi lewat cara lain.
b. Manifestasi Klinis
1) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan
haid (bukan pre menstrual syndrome)
2) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
3) Nyeri saat berhubungan intim
4) Demam
5) Nyeri punggung
6) Keluhan saat buang air kecil
c. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya.
Misalnya akibat chlamydia, maka pengobatannya pun ditujukan untuk
membasmi chlamydia. Secara umum, pengobatan adnexitis ini umumnya
berupa terapi antibiotik. Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan,

5
maka penderita perlu dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi
lainnya. Rawat inap menjadi sangat diperlukan apabila :
1) keluar nanah dari tuba fallopi
2) kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi)
3) penurunan daya tahan tubuh
d. Pencegahan
Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki - laki
juga perlu membantu agar pasangan tidak tertular. Penangan ini antara
lain dapat dilakukan dengan :
1) Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui
hubungan seks bebas.
2) Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul
3) Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan
4) Penggunaan kondom saat berhubungan seksual
5) Menjaga kebersihan organ genital.

3. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau
infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis adalah
peradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus.
Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari
endometrium.
a. Etiologi
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka
bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan
seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa
pathogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-
sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah
berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan. Terjadinya
infeksi endometrium pada saat :

6
1) Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama
pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
2) Pada saat terjadi keguguran.
3) Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
b. Endometritis dapat terjadi penyebaran :
1) Miometritis (infeksi otot rahim)
2) Parametritis (infeksi sekitar rahim)
3) Salpingitis (infeksi saluran telur)
4) Ooforitis (infeksi indung telur)
5) Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
6) Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau
indung telur.
c. Jenis-jenis endometritis
1) Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum. Pada
endometritis postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari ke-
9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum
hari ke-9.
Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan
hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi,
edema, dan infiltrasi leukosit berinti polimoni yang banyak, serta
perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah
infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
a) Manifestasi Klinis
 Demam
 Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang
keluar fluor yang purulent.
 Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
 Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium
tidak ada nyeri.
 Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.
b) Penatalaksanaan

7
 Pemberian uterotonika
 Istirahat, posisi/letak Fowler
 Pemberian antibiotika
 Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan
diagnosa corpus carcinoma. Dapat diberi estrogen.

2) Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak
dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri,
karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu
haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma
dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu
juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
a) Manifestasi Klinis
 pada tuberkulosis;
 jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
 jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
 pada polip uterus dengan infeksi;
 pada tumor ganas uterus;
 pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
 Fluor albus yang keluar dari ostium h. Kelainan haid seperti
metrorrhagi dan menorrhagi
b) Penatalaksanaan
Terapi: Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan
carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-
kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa.
Kuretase juga bersifat terapeutik.

4. Parametritis

8
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum.
Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis
yang dapat terjadi beberapa jalan :
1) Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis
2) Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum
3) Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau
menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat
diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau
pada fossa iliaka.
a. Etiologi
Parametritis dapat terjadi :
1) Dari endometritis dengan 3 cara :
a) Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.
b) Lymphogen.
c) Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
2) Dari robekan serviks
3) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)
b. Manifestasi Klinis
1) Suhu tinggi dengan demam tinggi
2) Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
3) Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah
c. Penatalaksanaan
1) Pencegahan
 Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi
nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga
merupakan factor penting, karenanya diet yang baik
harusdiperhatikan. Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena
dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

9
 Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak
mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya
persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan
trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan
banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup
hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai
dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh
dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat
mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
 Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada
jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-
luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita
dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan
wanita-wanita dalam nifas sehat
2) Pengobatan
Antibiotika (antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah
gentamisin dan metronidazol) memegang peranan yang sangat penting
dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini
memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu
hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika
berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis
tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan
lain-lain.

CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN INFEKSI TRAKTUS GENETALIS

10
1. Seorang wanita 24 tahun, janda dengan 1 anak datang ke poli ginikologi
dengan keluhan sudah 3 hari menderita keputihan dengan bau tak sedap dan
terasa gatal. Aktivitas seksual terakhir sekitar 5 hari yang lalu dengan pria usia
36 tahun yang baru dikenal dan dilakukan tanpa menggunakan kondom. Pasien
mengikuti KB injeksi depo provera sekitar 2 minggu yang lalu.
A. Analisa data
No. Tanggal/jam Data Etiologi Masalah
1. DS : Infeksi akibat Risiko infeksi
1) Pasien mengatakan aktivitas seksual
sudah 3 hari
menderita keputihan
dengan bau tak sedap
dan terasa gatal
2) Aktivitas seksual
terakhir dilakukan
tanpa menggunakan
kondom
DO : -

B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko infeksi berhubungan dengan infeksi akibat aktivitas seksual

C. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1) Monitoring tanda-tanda vital
berhubungan tindakan 2) Dapatkan riwayat seksual,
dengan aktivitas keperawatan 3x24 termamsuk jumlah pasangan
seksual tanpa jam diharapakan seksual terakhir, frekuensi
menggunakan pasien : hubungan, dan kejadian serta
kondom 1) Keputihan pengobatan masalalu terkait
berkurang dengan Infeksi Menular Seksual

11
2) Bau tak sedap (IMS)
mulai hilang 3) Ajarkan pasien mengenai IMS
3) Rasa gatal dan konsepsi sesuai keperluan
berkurang 4) Instruksikan pasien mengenai
faktor-faktor yang meningkatkan
risiko IMS misalnya hubungan
seksual tanpa perlindungan, area
permukaan mukosa genetalia,
peningkatan jumlah kontak-
kontak seksual, adanya luka
kelamin, penyakit lebih parah,
dan hubungan seksual saat
menstruasi
5) Berikan pasien produk yang dapat
digunakan terkait dengan
perlindungan seksual (misalnya;
kondom)
Diagnosa medis : servisitis (peradangan pada servik uteri)

2. Ibu mengatakan 2 minggu yang lalu telah melahirkan anaknya yang pertama
perempuan BB 3100 gram dengan panjang 48 cm dengan operasi, ibu
mengeluh nyeri perut bagian bawah disertai demam, menggigil, mual muntah

12
dan perut terasa kaku sejak 3 hari yang lalu, ibu juga mengeluarkan lendir
berwarna hijau dan berbau.
A. Analisa Data
No. Tanggal/jam Data Etiologi Masalah
1. DS : ibu mengeluh nyeri Luka bekas Nyeri akut
perut bagian bawah operasi
DO : -
2. DS : ibu mengeluh Proses infeksi Hipertermi
demam dan menggigil yang ditandai
DO : - dengan
mengeluarkan
lendir berwarna
hijau dan berbau
3. DS : ibu mengatakan Mual dan Ketidakseimbang
perutnya terasa kaku muntah an nutrisi kurang
sejak 3 hari yang lalu dari kebutuhan
DS : - tubuh

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka bekas operasi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah

C. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1) Monitoring Tanda-tanda vital
dengan luka bekas tindakan 2) Monitor nyeri pasien meliputi
operasi keperawatan lokasi nyeri, intensitas dan
selama 1x24 jam skala
diharapkan : 3) Ajarkan tekhnik relaksasi
1) Nyeri nafas dalam dengan nafas
berkurang panjang lewat hidung dan
2) Luka mulai menghembuskan lewat mulut

13
mengering 3-4x
4) Anjurkan pasien untuk bedres
2. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan 1) Monitoring Tanda-tanda vital
dengan proses infeksi tindakan 2) Monitor adanya tanda dan
keperawatan gejala infeksi sistemik dan
selama 1x24 jam lokal
diharapkan : 3) Periksa kondisi setiap sayatan
1) Suhu pasien bedah atau luka
kembali 4) Berikan kompres hangat
normal
2) Pasien tidak
menggigil lagi
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1) Monitor Tanda-tanda vital
nutrisi kurang dari tindakan 2) Monitor nutrisi : monitpr
kebutuhan tubuh keperawatan adanya mual dan muntah,
berhungan dengan mual selama 3x24 jam monitor diet dan asupan
dan muntah diharapkan : kalori, identifikasi perubahan
1) Nafsu makan nafsu makan dan aktivitas
meningkat akhir-akhir ini
2) Nutrisi 3) Berikan nutrisi sesuai diet
terpenuhi pasien
Diagnosa medis : Parametritis (peradangan pada infeksi jaringan pelvis)

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali
tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.

14
Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu
dari infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis.
Pada umumnya penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda dan
gejala serta penanganan masing masing, untuk mencegahnya diperlukan
kebersihan diri dari setiap masing masing individu.

2. Saran
Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta
kritik yang mendukung demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Barareo, Mary, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Reproduksi & Seksualitas. Jakarta : EGC
Imam, R. 2013. Pandauan Penatalaksanaan Infeksi pada Traktus Genetalis dan
Urinarius. ECG, Jakarta.

15
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Marini, Santi. 2016. Faktor Resiko Terjadinya servisitis. Semarang.
Widyastuti, Anita Rahmawati & Yuliasti Eka Purwaningrum. 2009. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.

16

You might also like