You are on page 1of 4

HAMBA YANG BERGUNA

Matius 25 : 14 – 30

Pendahuluan

Pada perikop yang sudah beberapa kali kita baca dan kita tahu isinya, kita perlu sadar bahwa
yang dibahas sebenarnya bukan masalah talenta atau jumlah talenta itu sendiri. Jika kita melihat
pada ayat 27 kita bisa melihat bahwa yang dimaksud talenta itu adalah mata uang dengan jumlah
tertentu. Jika melihat lebih jauh lagi di dalam kamus Alkitab dijelaskan talenta adalah
ukuran timbangan sebesar 3000 syikal atau 6000 dinar. Upah kerja 1 hari di jaman Yesus
saat itu adalah 1 dinar. jika dibandingkan dengan masa sekarang, seandainya upah kerja
satu hari adalah Rp. 50.000.- maka Anda akan menerima 6000 X Rp. 50.000,- = Rp.
300.000.000.-. jadi dapat dilihat bahwa tuan yang akan pergi ini mempercayakan kepada
hamba2nya dengan junlah uang yang sangat besar. Untuk modal usaha pasti akan sanagt cukup
walaupun diberi 1 talenta.

Namun sekali lagi di dalam perikop ini bukan fokus kepada talenta ataupun jumlah talenta.
Tetapi berbicara tentang hal kerajaan sorga yaitu apakah kita sebagai umat percaya sudah
menjadi hamba yang berguna dihadapan Tuhan.

Kita juga dapat melihat pada ayat 14&15 bahwa semua harta itu bukan merupakan pemberian
tetapi titipan yang dipercayakan kepada hamba2nya. Jumlah talenta yang diberikan bukan
diartikan secara alegoris (memiliki makna khusus). Sudah dijelaskan dalam ayat 15 bahwa
mesing2 diberikan menurut kemampuan hamba2Nya, yang berarti bahwa tuan tersebut sangat
mengenal hamba2nya. Begitu juga dengan Tuhan Yesus, Dia mempercayakan kepada kita harta,
keluarga, dan juga berbagai macam karunia rohani sesuai dengan kemampuan kita masing2
untuk kita kelola sehingga kita dapat berbuah karena Dia mengenal kita sampai kedalaman
pribadi kita.

Jika dilihat dari perikop ini kita dapat membagi di dalam 2 pilihan yaitu menjadi hamba yang
berguna (yang disukai Tuhan) atau hamba yang tidak berguna (yang tidak disukai Tuhan).
Isi

A. Hamba yang berguna (Yang disukai Tuhan)

Sebagai hamba atau karyawan tentu kita ingin disukai boss sehingga karir atau jabatan
kita akan naik. Di dalam ayat 16 – 23 kita dapat melihat syarat agar kita disukai Tuhan
adalah :

1. Peka (ay 16)

Menjadi pribadi yang peka, kita dapat melihat pada ayat 16 dikatakan bahwa hamba
tersebut pergi dan menjalankan uang tersebut.

Biasanya para wanita itu penuh dengan kode. Sebagai pria (kekasih atau suami) harus
peka apa yang dimau wanitanya. Sebagai contoh wanita pura2 batuk padahal dia
mengkode minta diambilkan atau dibelikan minuman, dsb.

Kita sebagai hamba Tuhan harus lebih peka. Apa yang Tuhan sudah percayakan
kepada kita untuk kita kerjakan. Salah satu yang Tuhan percayakan kepada kita
adalah karunia rohani.

1 Kor 12: 7-11

Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan


bersama.

Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan
hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata
dengan pengetahuan.

Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk menyembuhkan.

Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan
kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi
Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang
seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada
yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.

Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang
memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang
dikehendaki-Nya.
Kita harus peka karunia rohani apa yang sudah Tuhan percayakan kepada kita.
sehingga kita tahu apa yang harus kita kerjakan untuk kemuliaan Tuhan.

2. Berbuah dan memberikan yang terbaik (16 & 17)

Hamba pertama yang diberi 5 talenta menghasilkan laba 5 talenta dan hamba yang
kedua menghasilkan 2 talenta setelah dia diberi 2 talenta.

Dari sini kita dapat melihat berapa persentase yang dihasilkan dari hamba2 tersebut.
Masing2 menghasilkan 100% keuntungan dari modal yang sudah diberikan. Itu
berarti kedua hamba tersebut bekerja dengan maksimal dan tidak asal2an untuk
menghasilkan keuntungan yang sebesar itu.

Dalam hal ini kita dapat belajar bahwa ketika kita mau menyenangkan hati Tuhan kita
harus memberikan yang terbaik bukan asal2an. Bukan asal kita bisa, tetapi kita perlu
berlatih agar semakin bisa dan memberikan hasil yang terbaik untuk kemuliaan
Tuhan.

3. Setia dan bertanggung jawab (21-23)

Disebutkan bahwa hamba yang pertama dan kedua merupakan hamba yang baik dan
setia. Baik dalam hal ini dapat berarti memiliki tanggung jawab. Sehingga tuan
tersebut merasa senang.

Begitu juga dengan kita. apapun karunia yang kita miliki, besar atau kecil yang sudah
Tuhan percayakan kepada kita. kita harus setia dan mengerjakan dengan sebaik2nya.
Semua itu akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

Ketiga hal tersebut menjadi syarat agar kita disukai oleh Tuhan sehingga kitapun masuk dalam
kebahagiaan bersama Allah di sorga.

B. Hamba yang tidak berguna (yang tidak disukai Tuhan)

Di dalam ayat 24 – 30 kita dapat melihat karakter hamba yang tidak disukai Tuhan yaitu
hamba yang jahat dan pemalas. Kita dapat melihat hamba tersebut membantah atas
kesalahannya. Sebenarnya dia tau apa yang harus dilakukan dengan 1 talenta tersebut,
tetapi dia tidak melakukannya.

Seperti di dalam yakobus 4:17, Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik,
tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Jadi, jangan sampai kita dianggap sebagai hamba yang jahat dan pemalas oleh Tuhan,
sehingga apa yang sudah dipercayakan kepada kita diambil lagi oleh Tuhan. seperti yang
dilakukan tuan kepada hamba yang ketiga dalam perumpamaan tersebut
Kesimpulan

Jadi untuk menjadi hamba yang disukai oleh Tuhan kita tentu harus peka dengan apa yang sudah
Tuhan percayakan kepada kita sehingga kita dapat mengerjakannya dengan setia dan
bertanggung jawab serta dapat memberikan hasil yang terbaik untuk Tuhan.

Namun ketika kita sudah tau apa yang Tuhan sudah percayakan kepada kita untuk dipakai dalam
pelayanan tetapi kita tidak melakukannya sama saja kita menjadi seperti hamba yang ketiga.

You might also like