Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Status gizi merupakan hal terpenting dalam indikator negara maju. Keadaan
gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.Gizi yang
optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik balita.
Status gizi berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan balita. Masa
balita merupakan masa kritis dalam kelompok rawan gizi dan rawan penyakit yang
harus di perhatikan oleh orang tua. Kekurangan gizi dapat berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak yang bersifat irrevrsibel. Menurut Riset Kesehatan Dasar
Nasional Tahun 2018, status gizi buruk dan gizi kurang pada balita di Indonesia
mengalami penurunan yaitu pada tahun 2017 terdapat 19,6% dan pada 2018
terdapat 17,7%. Provinsi Kalimantan Tengah memiliki angka status gizi di bawah
garis merah sebesar 1,57% dan angka status gizi balita di bawah garis merah di
Kabupaten Kotawaringin Barat yaitu 2,45% tertinggi ketiga setelah Kabupaten
Barito Timur dan Lamandau.
Status gizi anak di pengaruhi dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak
langsung. Faktor langsung yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi pada balita.
Sedangkan faktor tidak langsung yaitu rendahnya sosial ekonomi keluarga yang
meliputi tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, pola asuh dan
perilaku orang tua, serta jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan.
1
perkembangan. Selain tidak mengertinya ibu dalam pemenuhan gizi balita, faktor
eksternal seperti pengetahuan keluarga yang kurang tepat dapat mempengaruhi
pemberian asupan makanan terhadap balita. Terdapat budaya dan tradisi turun
temurun dalam pola pemberian makanan terhadap anak. Keberagaman jenis asupan
makanan yang tidak di ketahui oleh ibu serta pengolahan, penyediaan dan
pemberian makanan secara kurang tepat dapat mempengaruhi status gizi terhadap
balitanya.
Pernikahan yang di lakukan ibu dengan usia yang semakin dini dapat
meningkatkan kejadian anak pendek dan gizi kurang. Ibu yang umurnya kurang dari
18 tahun biasanya memiliki pola asuh terhadap anak kurang baik, pola asuh yang
kurang baik tersebut dapat berdampak pada status gizi anak. Menurut Nur Atmilati
Khusna, Nuryanto dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Pengetahuan,
Sikap Dan Perilaku Ibu Yang Menikah Pada Usia Muda Dalam Pemenuhan Gizi
Balita Usia 3-5 Tahun Dengan Status Gizi Balita Di Pondok Bersalin Desa Desa
Suko Jember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember” menjelaskan bahwa terdapat
2
hubungan yang signifikan antara perilaku ibu yang menikah pada usia muda dalam
pemenuhan gizi balita.
3
1. Menganalisa korelasi antara perilaku ibu yang menikah pada usia dini dengan
status gizi balita di Unit Pelayanan Terpadu Puskesmas Mendawai Kabupaten
Kotawaringin Barat
2. Menganalisa korelasi antara pengetahuan ibu yang menikah pada usia dini
dengan status gizi balita.
3. Menganalisa korelasi antara sikap ibu yang menikah pada usia dini dalam
pemenuhan asupan makanan dengan status gizi balita ?
4. Mengetahui korelasi antara status ekonomi pada orang tua yang menikah dini
dengan status gizi balita ?
4
perilaku ibu dengan status gizi balita dengan perbedaan variabel, demografi dan
tradisi maupun kebudayaan wilayah yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan metode dan variabel
dengan penelitian ini di tuangkan sebagai berikut :
1.1 Tabel keaslian penelitian
No Peneliti Judul Rancangan Variabel Hasil
. ( Tahun) Penelitian
1. Nur Hubungan usia Penelitian Variabel Terdapat
Atmilati ibu menikah observasional bebas: Usia kecenderungan
Khusna, dini dengan analitik dengan ibu menikah semakin dini usia ibu
Nuryanto status gizi menggunakan dini, yang nikah, semakin
(2017) batita di rancangan menikah meningkat persentase
kabupaten cross sectional kurang dari anak pendek dan gizi
temanggung 18 tahun dan kurang, tetapi secara
dilihat dari statistik tidak
kartu akte berhubungan.
nikah
5
No Peneliti Judul Rancangan Variabel Hasil
. ( Tahun) Penelitian
2 Agustina Hubungan Penelitian Variabel Tidak terdapat
Endah, Pengetahuan, observasional bebas: usia hubungan yang
Puspito Sikap Dan analitik dengan ibu menikah signifikan antara
Arum, Perilaku Ibu menggunakan dini, yang pengetahuan ibu yang
Alfian Yang Menikah rancangan menikah menikah pada usia
Choirul Pada Usia accidental kurang dari muda dalam
Rizal Muda Dalam sampling. 21 tahun pemenuhan gizi balita
(2016) Pemenuhan terhadap status gizi
Gizi Balita balita usia 3-5 tahun,
Usia 3-5 Tahun Tidak terdapat
Dengan Status hubungan yang
Gizi Balita Di signifikan antara sikap
Pondok ibu yang menikah pada
Bersalin Desa usia muda dalam
Desa Suko pemenuhan gizi balita
Jember terhadap status gizi
Kecamatan balita usia 3-5 tahun,
Jelbuk Terdapat hubungan
Kabupaten yang signifikan antara
Jember perilaku ibu yang
menikah pada usia
muda dalam
pemenuhan gizi balita
terhadap status gizi
balita usia 3-5 tahun
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi
2.1.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari
pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Status gizi didefinisikan
sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrien.
Gizi adalah suatu bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang
anak, maka sehingga pemenihan kebutuhan gizi harus secara akurat turut
menentukan kualitas untuk tumbuh kembang, dan sebagai sumber daya manusia
untuk dimasa yang akan datang.
7
pada tulang. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai bahan
dasar perhitungan dosis obat dan makanan.Pengukuran dengan berat badan di
gunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan di ukur telentang. Bila anak 0 sampai
24 bulan di ukur secara berdiri, maka hasil pengukuran di koreksi dengan
menambahkan 0,7 cm
Tinggi badan dan panjang badan merupakan parameter yang penting bagi
keadaan yang telah lain dari keadaan sekarang, jika umur diketahui dengan tepat.
Di samping itu tinggi badan dan panjang badan merupakan ukuran kedua yang
penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan atau
panjang badan, faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran dengan panjang
badan di gunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan di ukur telentang. Bila anak
0 sampai 24 bulan di ukur secara berdiri, maka hasil pengukuran di koreksi dengan
menambahkan 0,7 cm sedangkan pengukuran tinggi badan di gunakan untuk anak
di atas 24 bulan yang di ukur berdiri. Bila anak 24 bulan di ukur secara terlentang,
maka hasil pengukuran di koreksi dengan mengurangkan 0,7 cm pengukuran
dengan panjang badan.
Untuk mengetahui kekurangan ataupun kelebihan gizi, dapat dilakukan
penilaian status gizi berupa pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang juga
merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan anak. Status gizi pada anak dengan
tolak ukur Indeks Massa Tubuh menurut umur terbagi atas sangat kurus, kurus
normal, dan gemuk. Pengukuran IMT merupakan salah satu pengukuran
antropometri untuk mengetahui komposisi tubuh seseorang. IMT digunakan secara
𝐵𝐵(𝑘𝑔)
luas dengan formula : IMT = . Batas ambang IMT menurut WHO
𝑇𝐵 (𝑚2)
8
Tabel 2.2.1 Kategori Ambang Batas BMI/IMT
Klasifikasi Intepretasi
< 16,0 Severe thinness
16,00 – 16,99 Moderate thinness
17,00 – 18,49 Mild thinness
18,50 – 24,99 Normal
25,00 – 29,99 Grade 1 overweight
30,00 – 39,99 Grade 2 overweight
≥ 40,0 Grade 3 overweight
Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006
untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun
Penentuan status gizi menggunakan cut off Z score WHO 2006 untuk usia
0-5 tahun dan persentase berat badan ideal sesuai kriteria Waterlow untuk anak di
atas 5 tahun.
9
Tabel 2.2.3 Penentuan status gizi menurut kriteria Waterlow, WHO 2006, dan
CDC 2000
Status gizi BB/TB BB/TB WHO 2006 IMT CDC
(% median) 2000
Obesitas >120 > +3 > P95
Overweight >110 > +2 hingga +3 SD P85 – p95
Normal > 90 +2 SD hingga -2 SD
Gizi kurang 70-90 < -2 SD hingga -3 SD
Gizi buruk < 70 < - 3 SD
Gizi Kurang
Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur
(BB/U) yaitu - 3 SD sampai dengan < - 2 SD
Gizi Normal
Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur
(BB/U) yaitu -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih
Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur
(BB/U) yaitu lebih dari 2 SD
10
b. Panjang Badan atau Tinggi Badan Menurut Umur (PB/U) atau (TB/U) Anak
Usia 0 – 60 Bulan
Panjang badan atau tinggi badan menurut umur mengkategorikan status gizi
menjadi 4 kelompok yaitu :
Sangat Pendek
Status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan atau tinggi
badan menurut umur (PB/U) atau (TB/U) yaitu kurang dari – 3 SD
Pendek
Status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan atau tinggi
badan menurut umur (PB/U) atau (TB/U) yaitu - 3 SD sampai
dengan < - 2 SD
Normal
Status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan atau tinggi
badan menurut umur (PB/U) atau (TB/U) yaitu -2 SD sampai dengan
2 SD
Tinggi
Status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan atau tinggi
badan menurut umur (PB/U) atau (TB/U) yaitu lebih dari 2 SD
c. Berat Badan Menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB) atau
(BB/TB) Anak Usia 0 – 60 Bulan
Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan mengkategorikan
status gizi menjadi 4 kelompok yaitu :
Sangat Kurus
Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
panjang badan atau tinggi badan (BB/PB) atau (BB/PB) yaitu
kurang dari – 3 SD
Kurus
Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
panjang badan atau tinggi badan (BB/PB) atau (BB/PB) yaitu
kurang dari - 3 SD sampai dengan < - 2 SD
11
Normal
Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
panjang badan atau tinggi badan (BB/PB) atau (BB/PB) yaitu - 2 SD
sampai dengan 2 SD
Gemuk
Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
panjang badan atau tinggi badan (BB/PB) atau (BB/PB) yaitu lebih
dari 2 SD
12
Kurus
Status gizi yang didasarkan pada indeks massa tubuh menurut berat
badan (IMT/BB) yaitu kurang dari - 3 SD sampai dengan < - 2 SD
Normal
Status gizi yang didasarkan pada indeks massa tubuh menurut berat
badan (IMT/BB) yaitu - 2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk
Status gizi yang didasarkan pada indeks massa tubuh menurut berat
badan (IMT/BB) yaitu lebih dari 2 SD
13
Tabel 2.1.2
INDEKS KATAGORI AMBANG BATAS
STATUS GIZI (Z-SCORE)
Berat Badan Menurut Gizi Buruk <-3 SD
Umur (BB/U) Anak Gizi Kurang -3 SD Sampai Dengan <-2 SD
Umur 0 – 60 Bulan Gizi Baik -2 SD Sampai Dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
Panjang Badan Menurut Sangat Pendek <-3 SD
Umur (BB/U) Pendek -3 SD Sampai Dengan <-2 SD
Atau Normal -2 SD Sampai Dengan 2 SD
Tinggi Badan Menurut Tinggi >2 SD
Umur (TB/U)
Anak Umur 0 – 60
Bulan
Berat Badan Menurut Sangat Kurus <-3 SD
Panjang Badan (BB/PB) Kurus -3 SD Sampai Dengan <-2 SD
Atau Normal -2 SD Sampai Dengan 2 SD
Berat Badan Menurut Gemuk >2 SD
Tinggi Badan (BB/TB)
Anak Umur 0 – 60
Bulan
Indeks Massa Tubuh Sangat Kurus <-3 SD
Menurut Umur (IMT/U) Kurus -3 SD Sampai Dengan <-2 SD
Anak Umur 0 – 60 Normal -2 SD Sampai Dengan 2 SD
Bulan Gemuk >2 SD
Indeks Massa Tubuh Sangat Kurus <-3 SD
Menurut Umur (IMT/U) Kurus -3 SD Sampai Dengan <-2 SD
Anak Umur 5 – 18 Normal -2 SD Sampai Dengan 2 SD
Tahun Gemuk >2 SD
14
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak
Faktor yang mempengaruhi status gizi di bagi menjadi 3 yaitu penyebab
langsung, penyebab tidak langsung, penyebab pokok dan akar masalah.
Penyebab langsung diantaranya asupan nutrisi dan penyakit infeksi.
Kurangnya asupan nutrisi dan penyakit infeksi pada balita dapat menyebabkan
kekurangan energi protein (KEP). Anak yang mendapatkan asupan nutrisi yang
cukup baik namun mengalami sakit atau terserang penyakit infeksi seperti diare
dapat menurunkan nafsu makan sehingga menyebabkan kurang gizi. Sama halnya
dengan anak yang kurang mendapatkan asupan nutrisi, baik dari jumlah dan mutu
makanan yang sesuai dapat mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga
mudah terserang penyakit. Dalam keadaan demikian, anak menjadi tidak nafsu
makan sehingga menyebabkan anak menderita kurang gizi atau gizi buruk.
Pendapat mengenai faktor determinan mengenai tingkat kesehatan
seseorang sangatlah banyak di antaranya menurut Schroeder menyatakan
kekurangan gizi di pengaruhi konsumsi makanan yang kurang dan adanya penyakit
infeksi sedangkan penyebab yang paling mendasar adalah makanan, pola asuh, dan
pelayanan kesehatan. Pola asuh berkaitan dengan perilaku ibu terhadap balita.
Menurut lawrence green, menyatakan kesehatan seseorang di pengaruhi oleh 2
faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non
behavior causes). Faktor perilaku di bagi menjadi 3 yaitu faktor predisposisi, faktor
pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor).
15
pemenuhan asupan nutrisi, semakin baik pula status gizi balita tersebut. Perilaku
ibu dapat di ukur melalui :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan mengetahui sesuatu setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan gizi adalah suatu
yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan
optimal Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan
konsumsi sehari-hari baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan
untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan
berpengaruh terhadap status gizi balita. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa apabila pengetahuan ibu tentang gizi baik maka status gizi balita
baik.
2. Sikap
Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang
kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Perubahan sikap secara berkelanjutan dapat memengaruhi
perilaku seseorang, dimana perilaku pemenuhan gizi yang baik dapat
meningkatkan status gizi anak. Semakin baik sikap ibu terhadap pemenuhan
asupan gizi pada balita maka status balita baik.
3. Tindakan
Tindakan adalah sesuatu yang dilakukan. Suatu sikap belum
otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas dan faktor dukungan (support). Apabila tindakan ibu baik dalam
pemenuhan asupan nutrisi pada balita maka status balita baik.
16
2.2 Pernikahan Dini
2.2.1 Definisi Pernikahan Dini
Definisi anak berdasarkan UU No. 23 tahun 2002, adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk dalam anak yang masih berada dalam kandungan.
Sedangkan UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 menjelaskan bahwa perkawinan
hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. Sedangkan menurut BKKBN
usia menikah yang ideal adalah 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki
laki. Pernikahan dini didefinisikan sebagai pernikahan yang terjadi sebelum anak
mencapai usia 18 tahun, sebelum anak matang secara fisik, fisiologis, dan
psikologis untuk bertanggungjawab terhadap pernikahan dan anak yang dihasilkan
dari pernikahan tersebut.
17
kelompok umur 15-19 tahun perbedaannya yaitu 3,17 % di perkotaan dan 7,40 %
di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa usia muda di perdesaan lebih banyak yang
melakukan perkawinan terutama perempuan. Meskipun pernikahan anak
merupakan masalah predominan di negara berkembang, terdapat bukti bahwa
kejadian ini juga masih berlangsung di negara maju yang orangtua menyetujui
pernikahan anaknya berusia kurang dari 15 tahun.
18
2.1.4 Dampak dalam pernikahan anak
Beberapa dampak dalam pernikahan anak meliputi yaitu pendidikan,
kekerasan dalam rumah tangga, kesehatan ibu dan anak, dan subordinasi keluarga
serta tinjauan hukum terkait dengan pernikahan anak.
19
mendapat pemenuhan rasa aman baik di bidang sosial maupun finansial. Selain itu,
pernikahan dengan pasangan terpaut jauh usianya meningkatkan risiko keluarga
menjadi tidak lengkap akibat perceraian, atau menjanda karena pasangan
meninggal dunia.
20
Pernikahan usia muda juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya karsinoma
serviks. Keterbatasan gerak sebagai istri dan kurangnya dukungan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan karena terbentur kondisi ijin suami, keterbatasan
ekonomi, maka penghalang ini tentunya berkontribusi terhadap meningkatnya
angka morbiditas dan mortalitas pada remaja yang hamil.
21
2.1.8 Komplikasi psikososial akibat pernikahan dan kehamilan di usia dini
Komplikasi psikososial akibat pernikahan dan kehamilan di usia dini
didukung oleh suatu penelitian yang menunjukkan bahwa keluaran negatif sosial
jangka panjang yang tak terhindarkan, ibu yang mengandung di usia dini akan
mengalami trauma berkepanjangan, selain juga mengalami krisis percaya diri. Anak
juga secara psikologis belum siap untuk bertanggungjawab dan berperan sebagai
istri, partner seks, ibu, sehingga jelas bahwa pernikahan anak menyebabkan imbas
negatif terhadap kesejahteraan psikologis serta perkembangan kepribadian mereka.
22
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
23
Pernikahan usia dini pada remaja adalah pernikahan anak di bawah 18 tahun. Hal
ini di sebabkan oleh tingkat pendidikan rendah, kebutuhan ekonomi, kultur nikah
muda, pernikahan yang diatur, seks bebas pada remaja, kehamilan di luar nikah.
Dampak dari pernikahan dini bagi ibu yaitu pendidikan yang rendah dan
permasalahan kesehatan reproduksi.
Pendidikan yang rendah menyebabkan tingkat pengetahuan ibu menjadi
kurang, hal ini berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian asupan
makanan menjadi kurang baik. Ketrampilan ibu yang kurang dalam mengasuh anak
berisko menempatkan anak khususnya balita mengalami perlakuan yang salah dan
penelentaran sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
balita.
Ibu yang menikah pada usia muda menyebabkan sulit untuk bekerja dan
mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini di sebabkan karena pendidikan yang
rendah dan memilih untuk mengurus rumah dan anaknya ketimbang bekerja
menghasilkan uang. Hal ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan asupan balita
menjadi berkurang. Selain itu, terdapat kecenderungan semakin dini usia ibu nikah,
semakin meningkat persentase anak pendek dan gizi kurang.
24
3.2 Kerangka Teori
Perilaku Ibu
Asupan
Nutrisi Balita
Status Gizi
Balita
25
3.3 Kerangka Konsep
1. Pendidikan
2. Status Ekonomi
3. Sikap
4. Pengetahuan
3.4 Hipotesis :
Terdapat korelasi antara perilaku ibu yang menikah dini dengan status gizi
balita di UPT Puskesmas Mendawai.
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
` Keterangan :
n = Jumlah sampel
27
N = Jumlah populasi balita yang terdata di Puskesmas Mendawai
Tahun 2019
d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai
𝑁
berikut : 𝑛= 𝑁.𝑑2 + 1
216 216
𝑛= = 3.16 = 68,35 ≈ 68
(216).0,12 + 1
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Balita tidak berada di tempat selama penelitian
b. Balita yang tidak mempunyai riwayat ibu yang menikah pada usia di atas usia
18 tahun
c. Balita dalam keadaan sakit
28
4.6 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (independent variable) : Perilaku ibu yang menikah usia dini,
yang menikah kurang dari 18 tahun dan dilihat dari kartu akte nikah
2. Variabel terikat (Dependent variable) : Status gizi balita usia 0 – 59 bulan
29
Pengetahuan Hal yang di Wawancara Kuisiunor 1. Baik (76% Ordinal
Ibu ketahui ibu dengan - 100%)
tentang gizi balita mengajukan 2. Cukup (56
20 % - 75%)
pertanyaan 3. Kurang (<
56%)
Status Penghasilan Wawancara Kuisioner 1. Pendapatan Ordinal
Ekonomi keluarga, baik cukup =
pendapatan ≥1.500.000
ataupun 2. Pendapatan
penerimaan Kurang =
seluruh anggota ≤1.500.000
keluarga dalam
bentuk rupiah
setiap bulan
Sikap Sikap ibu dalam Wawancara Kuisioner 1. Selalu = 3 Ordinal
2. Sering = 2
pemberian asupan Dengan
3. Kadang –
makanan terhadap memberikan Kadang = 1
4. Tidak
balita 24
pernah = 0
pertanyaan
30
mengeluarkan surat ijin untuk pengambilan data sekunder dan penelitian di
UPT Puskesmas Mendawai, kabupaten Kotawaringin Barat
2. Menelusuri laporan bulanan status gizi batita di Puskesmas Mendawai
Kabupaten Kotawaringin Barat
3. Mendata serta mengumpulkan balita dengan ibu yang menikah pada usia dini
dengan melihat data/alamat batita di wilayah kerja Puskesmas Mendawai.
4. Memberikan informed consent kepada subjek penelitian untuk meminta ijin
menggunakan subjek
5. Memberikan kuesioner kepada responden
7. Memasukkan data dan menganalisis data menggunakan aplikasi pengolah data.
31
4.10.2 Analisis data
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan program
SPSS. Analisis data akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel
yang di teliti yaitu status gizi balita usia 0 - 59 bulan, pengetahuan ibu yang menikah
pada usia dini, sikap ibu yang menikah pada usia dini, perilakuibu yang menikah
pada usia dini, pendidikan ibu yang menikah pada usia dini, status ekonomi
keluarga, status pekerjaan ibu yang menikah pada usia dini. Penyajian data analisis
univariat ini dalam bentuk tabel.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
(pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang menikah pada usia dini) dengan variabel
terikat (Status gizi) yang dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman
Rank untuk mengukur tingkat atau eratnya pengaruh antara dua variabel berskala
ordinal dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 0,05. Pengolahan ini
menggunakan SPSS v.16.0.
32
4.11 Alur Penelitian
33
4.12 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kerja UPT
Puskesmas Mendawai, Kabupaten Kotawaringin Barat
2. Waktu Penelitian : Penelitian ini dimulai sejak bulan Agustus – Oktober
2019
2. Penelusuran Kepustakaan X
34
14. Seminar skripsi X
16. Publikasi X
35
Daftar Pustaka
1. Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
2. Beck, M. 2000. Ilmu Gizi dan Diet. (terj.). Yayasan Essentia Medica :
Yogyakarta
3. Suhardjo. 2000. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.
4. Suandi, I.K.G. (1987). Diit Pada Anak Sakit. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
5. Kemenkes RI. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
6. Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan , Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
7. Depkes RI., 2002. Kemenkes Nomor 920/MENKES/SK/VIII/2002 tentang
Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun.Jakarta
8. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2011. Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care).
Jakarta
9. Kemenkes RI. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
10. Depkes RI., 2002. Kemenkes Nomor 920/MENKES/SK/VIII/2002 tentang
Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun.Jakarta.
11. Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
12. Notoatmodjo S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
13. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
14. Green, Lawrence, 1980. Health Education: A Diagnosis Approach, The
John Hopkins University, Mayfield Publishing Co.
15. Undang-Undang Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Nomor 109 Tahun 2002, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4235). Jakarta
36
16. Undang-Undang Republik Indonesia. 1974. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor I Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Mentri/Sekretaris
Negara Republik Indonesia. Jakarta
17. Badan Pusat Statistik. 2016. Kemajuan yang Tertunda: Analisis Data
Perkawinan Usia Anak di Indonesia. Popular. Jakarta.
18. Badan Pusat Statistik.2017. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017. Jakarta
19. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah. 2018. Statistik
Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2018. Palangka
raya.
20. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat. 2018. Statistik
Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2018.
Palangka raya.
21. Priohutomo S. 2018. Mencegah pernikahan anak melalui program kkbpk.
22. Fadlyana E, Larasaty S. 2017. Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya.
Sari Pediatri.
23. Cipto Susilo AA. 2014 Pernikahan Dini Dalam Perspektif Kesehatan
Reproduksi. Indones J Heal Sci. 2014
24. Atmilati Khusna N, Soedarto JH. 2017. Hubungan Usia Ibu Menikah Dini
Dengan Status Gizi Batita Di Kabupaten Temanggung. Jurnal Nutrion
Collage.
25. Larasati DA, Nindya TS, Arief YS. 2018 Hubungan antara Kehamilan
Remaja dan Riwayat Pemberian ASI Dengan Kejadian Stunting pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Pujon Kabupaten Malang. Amerta Nutr.
26. Ningsih M. Pola Asuh Ibu Yang Menikah Usia Dini Dengan Status Gizi
Balita (Usia0-59 Bulan) Di Desa Tapen Kecamatan Gerung Lombok Barat
2016. Sangkareang Mataram. 2016;2(2355):3–6.
27. Agustina Endah, Puspito Arum, Alfian Choirul Rizal. 2016. Hubungan
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Yang Menikah Pada Usia Muda
Dalam Pemenuhan Gizi Balita Usia 3-5 Tahun Dengan Status Gizi Balita
Di Pondok Bersalin Desa Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember. Politeknik Negeri Jember
37
LAMPIRAN KUISIONER
Identitas Responden
1. Nama Ibu :
2. Usia Ibu :
3. Status Perkawinan :
4. Pekerjaan Ibu :
5. Pendidikan Terakhir Ibu : ( SD / SMP / SMA / Diploma / S1 *)
6. Jumlah Anak Balita :
7. Usia Anak :
8. Jumlah Anggota Keluarga :
9. Pendapatan Rumah Tangga :
Pilihlah jawaban yang anda anggap paling tepat dengan memberikan tanda
(X) !
38
b. karbohidrat, protein dan vitamin
c. karbohidrat, protein dan lemak
39
a. vitamin dan mineral
b. mineral dan air
c. protein dan vitamin
10. Bahan pangan di bawah ini yang banyak mengandung karoten/pro vitamin
A adalah.....
a. cumi-cumi, udang, ikan
b. tahu, tempe kedelai, bakso
c. pepaya, labu kuning dan brokoli
11. Asam lemak esensial omega-3 yang baik untuk perkembangan otak anak-
anak banyak terdapat pada...
a. ikan, sayuran berwarna kuning dan merah
b. minyak ikan, kacang-kacangan dan vitamin B kompleks
c. minyak kelapa, buah-buahan dan vitamin C
13. Berapa banyak susu sebaiknya diberikan kepada anak balita dalam sehari?
a. 2 gelas
b. 5 gelas
c. 7 gelas
14. Merebus sayuran terlalu lama akan menyebabkan hilangnya vitamin dalam
sayuran terutama.....
a. vitamin A dan vitamin D
b. vitamin B dan vitamin C
c. vitamin E dan vitamin K
40
15. Sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning, merah, dan hijau tua
sangat baik dikonsumsi untuk anak-anak karena banyak mengandung....
a. retinol
b. vitamin C
c. karoten
16. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi hilangnya vitamin
larut dalam air saat proses pengolahan adalah.....
a. mencuci bahan makanan setelah dipotong
b. memasak bahan dalam keadaan utuh lalu dipotong sesaat sebelum
disajikan
c. memasukkan bahan yang akan dimasak sebelum cairan mendidih
18. Sumber zat besi dapat ditemukan pada bahan pangan berikut, kecuali.....
a. telur, hati, daging
b. bayam, kangkung, seledri
c. tomat, pepaya, wortel
19. Jenis mineral yang sangat berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi
adalah....
a. zat besi
b. iodium
c. fosfor
41
20. Kekurangan protein pada anak-anak dalam jangka waktu lama akan
menyebabkan penyakit...
a. kwashiokor
b. beri – beri
c. marasmus
42
4. Bahan makanan pokok yang sering anda konsumsi sehari-hari adalah .....
a. nasi/beras
b. ketela
c. mie instan
d. lain-lain sebutkan .....
5. Apakah jenis sayuran yang sering anda konsumsi? (jawaban boleh lebih
dari 1)
a. kacang panjang
b. bayam
c. buncis
d. lain-lain sebutkan .....
6. Jenis sayuran apakah yang anda suka? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. lembayung
b. kacang panjang
c. sawi hijau
d. lain-lain sebutkan .....
8. Apakah jenis bahan makanan lauk hewani yang paling anda suka?
a. telur
b. ikan
43
c. daging
d. lain-lain sebutkan .....
12. Apakah jenis bahan makanan lauk hewani yang paling tidak anda suka?
a. telur
b. ikan
c. daging
d. lain-lain sebutkan .....
13. Apakah buah yang anda suka? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. pisang
b. jambu air
44
c. advokad
d. lain-lain sebutkan .....
14. Apakah buah yang tidak anda suka? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. sawo
b. semangka
c. advokad
d. lain-lain sebutkan .....
15. Jenis buah apa yang sering anda konsumsi ? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. pisang
b. mangga
c. pepaya
d. lain-lain sebutkan .....
45
d. lain-lain sebutkan .....
a. Sikap Ibu
Berilah tanda (X) pada kolom yang telah disediakan untuk pernyataan di
bawah ini sesuai dengan yang anda lakukan!
46
7 Saya menggunakan bahan makanan
yang masih segar dan berkualitas
baik dalam mengolah makanan
untuk anak
8 Cara pengolahan yang saya lakukan
dalam mengolah makanan untuk
anak bervariasi (misal : direbus,
diungkep atau dikukus)
9 Saya menggunakan bumbu yang
merangsang dan beraroma tajam
dalam mengolah makanan untuk
anak
10 Pada waktu membuat sayur untuk
anak, bahan sayur saya potong-
potong terlebih dahulu sebelum
dicuci kemudian saya masukkan
bahan sayur yang akan dimasak
tersebut sebelum kuah sayur
mendidih.
C. Penyajian
11 Dalam menyajikan makanan untuk
anak, saya membentuk makanan dan
memberi hiasan yang menarik
12 Makanan yang saya sajikan untuk
anak mempunyai komposisi warna
yang sama
13 Saya memberikan makan untuk anak
langsung dalam porsi banyak
14 Saya menggunakan alat makan yang
menarik dalam menyajikan makanan
47
untuk anak (misal:bentuk badut, ikan
dll.)
15 Saya membuat variasi penyajian
makanan untuk anak meskipun dari
bahan yang sama
D. Cara Pemberian Makanan untuk Anak
16 Pola makan anak yang diterapkan
dalam sehari terdiri dari 3 kali makan
utama (pagi, siang dan malam) serta
2 kali makanan selingan
17 Pemberian makanan untuk anak
dilakukan secara teratur sesuai
dengan jadwal makan
18 Saya dibantu oleh anggota keluarga
yang lain dalam memberikan
makanan kepada anak
19 Saya memberikan makanan yang
nilai gizinya baik meskipun saya
tidak menyukainya
20 Saya memberikan susu atau
makanan selingan kepada anak dekat
dengan waktu makan utama
21 Saya melarang anak mengambil
makanan sendiri karena sering
tumpah dan berceceran
22 Saya memaksa anak untuk
menghabiskan porsi makanan yang
saya siapkan
23 Pada waktu memberikan makanan,
saya mengajaknya makan sambil
48
bermain dan jalan-jalan di luar
rumah
24 Saya mengawasi dan mendampingi
anak ketika makan
49
b pepaya
c jeruk
d. apel
e. nanas
f. mangga
g. Se-
mangka
h. jambu air
i. jambu
biji
j Be-
limbing
k advokad
l sawo
o melon
P lain-lain
sebutkan
1. ….
2. ….
3. ….
3 Bahan Sayur - Sayuran
a Bayam
b Kang-
kung
c Selada
d Daun
Sing-
kong
e Kacang
Panjang
50
f Wortel
g Labu
h Kol/
Kubis
i Buncis
j Terong
k Gambas
i Seledri
l Jamur
m lain-lain
sebutkan
1. ….
2. ….
3. ….
4 Bahan Lauk Hewani
a Sapi
b Ayam
c Telur
Ayam
d Telur Itik
e Telur
Puyuh
f Hati
Ayam
g Ikan
Segar
h Ikan
Asin
i Udang
j Kepiting
51
k Kambing
l lain-lain
sebutkan
1. ….
2. ….
3. ….
5 Bahan Lauk Nabati
a Tempe
b Tahu
c Kacang
Tanah
d Kacang
Merah
e Perkedel
Kelapa
f lain-lain
sebutkan
1. ….
2. ….
3. ….
6 Makanan Selingan
a Bakwan
Jagung
b Pisang
Goreng
c Lumpia
d Biskuit
e Creakers
f Snack
52
g lain-lain
sebutkan
1. ….
2. ….
3. ….
7 Susu
a Asi
b Susu
Formula
c Susu
Sapi
Segar
d Susu
Kedelai
e lain-lain
sebutkan
1. ….
2. ….
3. ….
53