Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 3
KELAS TID7B3
MARKUS 201510215000
FAKULTAS TEKNIK
BEKASI
2018
DAFTAR ISI
A. Dasar Teori
1. Layout
Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas
pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan
memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang
produksi lainnya, kelancaran gerakan material, penyimpanan material (storage) baik
yang bersifat temporer maupun permanen, personil pekerja dan sebagainya. Secara
sempit, Plant Layout diartikan sebagai pengaturan tata letak / penyusunan fasilitas fisik
dari pabrik tersebut. Dalam tata letak pabrik ada 2 (dua) hal yang diatur letaknya yaitu
pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan departemen yang ada dari pabrik
(department layout).
Secara garis besar tujuan utama dari tata letak pabrik ialah mengatur area kerja
dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk beroperasi aman dan nyaman
sehingga akan menaikkan moral kerja dan performance dari operator. Lebih spesifik
lagi tata letak yang baik akan memberikan keuntungan dalam sistem produksi, yaitu
antara lain :
Suatu tata letak yang baik akan memberikan keluaran (output) yang lebih besar, man
hours yang lebih kecil dan mengurangi jam kerja mesin (machine hours).
Mengatur keseimbangan antara waktu operasi produksi dan beban dari masing–masing
departemen atau mesin adalah bagian kerja dari yang bertanggung jawab terhadap
desain tata letak pabrik. Pengaturan tata letak yang terkoordinir dan terencana baik
akan dapat mengurangi waktu tunggu (delay) yang berlebihan.
Jalan lintas, material yang menumpuk, jarak antara mesin yang berlebihan, dan lain–
lain semuanya akan menambah area yang dibutuhkan untuk pabrik. Suatu perencanaan
tata letak yang optimal akan mencoba mengatasi segala masalah pemborosan
pemakaian ruangan ini dan berusaha untuk mengkoreksinya.
5. Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas
produksi. Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja,
dan/atau fasilitas produksi lainnya. Faktor–faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja, dan
lain–lain adalah erat kaitannya dengan biaya produksi. Suatu tata letak yang terencana
baik akan banyak membantu pendayagunaan elemen produksi secara lebih efektif dan
lebih efisien.
2. Aliran Bahan
Perancangan fasilitas seperti aliran bahan sangat penting karena merupakan tulang
punggung terwujudnya tata letak dan fasilitas yang efisien dan efektif. Aliran bahan
harus dirancang dengan cermat sehingga tidak menjadi suatu pola aliran yang
mebingungkan seperti benang yang kusut, dapat dikatakan bahwa keberhasilan
perusahaan atau paling tidak profitabilitasnya merupakan pantulan langsung dari usaha
yang berjalan dalam perencanaan ini.
Analisis aliran bahan dan proses ditujukan untuk menentukan proses dan peralatan yang
diperlukan dan bagaimana aliran bahan secara umum dilaksanakan. Analisis aliran tergantung
pada :
3. Tata letak dan konfigurasi bangunan (ukuran, bentuk, jumlah lantai, letak pintu,
letak dan Gambar Pentingnya aliran bahan (Apple, 1990)
Simbol aktivitas yang digunakan dalam membuat peta proses operasi adalah sebagai
berikut :
OPC atau Peta proses operasi adalah suatu peta yang menggambarkan langkah
langkah proses yang dialami oleh suatu bahan yang meliputi urutan proses operasi
dan pemeriksaan.
Contoh OPC
DESKRIPSI
Pada Tahap kedua yaitu penganyaman Setelah kerangka tersebut selesai dibuat
proses selanjutnya kerangka dibalut dengan anyam rotan dan enceng gondok Rotan dan
enceng gondok tersebut dirangkai menjadi satu sehingga membentuk sebuah anyaman.
biasanya untuk ukuran kursi kecil pekerja menyelesaikan satu hari dua kursi,
sedangkan ukuran kursi besar dua hari baru selesai satu kursi. Selanjutnya pembuatan
alas meja dan kursi, Alas duduk yang digunakan terbuat dari kain. pertama kain diukur
sesuai dengan ukuran yang dikehendaki, kemudian diperiksa apakah ukurannya sudah
sesuai atau belum, selanjutnya kain dipotong sesuai dengan pola yang telah ditentukan,
kemudian kain dijahit, setelah dijahit kain diisi dengan spon atau busa agar tampak
lebih tebal,kemudian diperiksa lagi agar alas duduk yang dihasilkan berkualitas baik.
Pada Proses Finishing yaitu dilakukan dengan secara natural dan secara Klir
atau Pewarnaan, setelah proses pewarnaan yaitu proses pengeringan yang nantinya
setelah kering akan dilakukan proses barang di inspeksi atau Quality Control akhir
untuk di periksa kualitas barang, setelah barang dinyatakan bagus atau tidak cacat
dilakukan packing (pengemasan) barang dan barang akan disimpan dalam gudang.
Berikut adalah Layout dan Aliran Bahan pada CV.Dimas Rotan
Operition Process Chart (OPC)
MODUL 2
A. Dasar Teori
1. Jarak
Terdapat beberpa sistem pengukurn jarak antara departement yang digunakan
perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Ukuran jarak dalam dalam
perancangan tata letak dibagi menjadi tujuh, yaitu :
1. Euclidean, merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas satu dengan
pusat fasilitas lainnya. Formula yang digunakan dalam pengukuran jarak euclidien
yaitu :
dij = [(xi – xj)2 + (yi – yj)2]1/2............(V.1)
Dimana : xi = koordinat x pada pusat fasilitas i
yi = koordinat x pada pusat fasilitas j
dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j
7. Shortest Path, adalah perhitungan jarak shortest parh biasa digunakan dalam
permasalahan network location, shortest path dipergunakan untuk menentukan
jarak dua titik yang paling pendek.
Contoh Jarak
Dari gambar tersebut diketahui lokasi titik pusat tata letak sebagai berikut :
Lokasi sentral :
(Xa , Ya) = (20 , 60) (Xc , Yc) = (20 , 20)
(Xb , Yb) = (80 , 65) (Xd , Yd) = (80 , 25)
Dari koordinat lokasi titik pusat (centroid) masing – masing departemen
dihitung jarak rectilinear.
Sebagai contoh jarak rectilinear diantara koordinat lokasi titik pusat (centroid)
untuk departemen A dan B :
|Xa – Xb| + |Ya – Yb| = |20 – 80| + |60 – 65| = 65
Hasil mutlak jarak adalah sebagai berikut :
Pengukuran jara secara actual (aisle distance) dengan mengukur jarak sepanjang lintas
yang dilalui alat pengangkut bahan atau material handling
Berikut ini adalah keterangan mengenai jarak antara area departemen dari tata letak
diatas.
A B 8,4
B C 9,8
C D 9
D E 11,6
F F 30
G G 5,5
Total 76,3
Keterangan :
Material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan
(handling), pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing)
sekaligus pengendalian (controlling) dari bahan baku atau material dengan segala
bentuknya. Ongkos material handling (OMH) merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk transportasi material mulai dari bahan baku, bahan setengah jadi sampai bahan
jadi.
Besaran ongkos material handling (OMH) tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
Input ongkos material handling meliputi tabel material, Operation Process Chart
(OPC) , Routing sheet , tabel luas lantai dan jarak mesin
Output Ongkos Material handling berupa tabel dan total ongkos material handling
suatu pabrik.
Contoh OMH
Area aktifitas produksi CV.Dimas rotan terbagi menjadi beberapa area kerja yaitu
Berikut adalah keterangan mengenai jarak antara area departemen dari tata letak
fasilitas diatas
A C 14,25
BR E 23,5
C D 18,5
D E 15,5
E F 14,5
F G 2000
G H 11
Total 2101,75
Pabrik 1
Stasiun X Y
A 16,5 2,25
B 12 12
C 5,5 5,5
D 12,75 16,75
E 4,5 9,5
F 16,5 7
BR 8,5 10
Biaya perpindahan yang dilkerjakan oleh tenaga manual (manusia) adalah 33,47
permeter dengan perincian yang dapat dilihat pada table berikut :
Manual (manusia
B BR
) 1379 5,5 7585
Manual (manusia
BR E
) 1379 4,5 6206
Manual (manusia
D E
) 1008 15,5 15624
Manual (manusia
E F
) 919 14,5 13326
Manual (manusia
G H
) 1023 11 11253
Manual (manusia
H I
) 1213 12,5 15163
Manual (manusia
I J
) 1213 5,5 6672
Manual
A C (manusia
Manual
B BR (manusia
Manual
BR E (manusia
Manual
C D (manusia
Manual
D E (manusia
) 1008 15,5 21390 33,47 715923,30
Manual
E F (manusia
pickup
Manual
Manual
Manual
A. Dasar Teori
1. From To Chart (FTC)
From to chart (FTC) adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan
untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses
produksi. From to chart merupakan adaptasi dari mileage chart yang umumnya
dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), sehingga menunjukan total berat
beban. From to chart (FTC) kadang-kadang disebut sebagai trip frequency chart atau
Travel Chart adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk
perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi.
Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana banyak item yang mengalir
melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain-lain.
From to chart juga dikenal sebagai travel chart atau cross chart, umunya terdiri dari
besaran-besaran aliran material antara dua bagunan departemen atau mesin. Peta from
to chart memberikan informasi mengenai jumlah perjalanan material handling antara
dua pusat aktifitas dan total jarak material handling. From To Chart berguna dalam
kegiatan perencanaan tata letak dan pemindahan material di suatu lokasi, dimana
banyak aliran material yang terlibat yaitu untuk melihat keterkaitan antar seluruh
kegiatan produksi. FTC selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan outflow-inflow
chart untuk merencanakan penempatan lokasi kegiatan yang paling menguntungkan.
Input yang dibutuhkan dalam pembuatan FTC adalah OMH. Adapun kegunaan FTC
Sebagai berikut :
Gambar diatas berbentuk matriks dengan baris asal material dan kolom menunjukan
tujuan material.
From To Chart inflow-outflow merupakan koefisien ongkos pada from to chart dilihat
dari ongkos yang masuk ke suatu mesin. From to chart inflow-outflow berguna untuk
mengetahui lokasi kegiatan mana yang harus direncanakan berdekatan agar ongkos
material handling total menjadi minimum. Input perhitungan inflow-outflow berasal
dari OMH dan FTC, yaitu berdasarkan ongkos yang dibutuhkan untuk material
handling dari suatu mesin ke mesin lainnya dan sebaliknya.
Untuk mencari nilai From To Chart inflow-outflow, maka digunakan rumus berikut :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑡𝑟𝑖𝑘𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑌 (𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐹𝑇𝐶 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑠𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑡𝑟𝑖𝑘𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑋 (𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐹𝑇𝐶 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑡𝑢𝑗𝑢𝑎𝑛
2. Skala Prioritas
Tabel Skala Prioritas (TSP) adalah suatu tabel yang menggambarkan urutan
prioritas antara dpartemen atau mesin dalam suatu lintas atau layout produksi. Pada
pembuatan tabel skala prioritas (TSP) ada beberapa tujuan pembuatan dalam
pembuatan tabel skala prioritas dan tujuan dari pembuatan tabel skala prioritas adalah
sebagai berikut:
Dalam analisa desain tata letak derajat hubungan aktivitas (activity relationship) adalah
merupakan factor yang pokok untuk lebih memperhatikan ditinjau dari aspek
kuantitatif saja maka untuk langkah ini dapat langsung diagram keterkaitan aktivitas
(ARD).
Pada saat pembuatan ARD ini kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar
karena berangkat dari asumsi bahwa semua mesin atau departemen berdekatan satu
sama lain. Adapun yang dimaksud kesalahan disini adalah suatu keadaan dimana
mesin atau departemen yang mendapat prioritas satu tidak dapat menempati posisinya
untuk saling berdekatan satu sama lain tanpa ada pembatas dari departemen lain.
Adapun batas kesalahan yang diijinkan dalam penempatan mesin atau departemen
tersebut adalah maksimal dua buah kesalahan.
Contoh ARD
CONTOH :
Ongkos pengangkutan pada tata letak awal yang keluar dari setiap departemen dengan
from to chart (Tabel 1). FTC adalah teknik konvensional yang menjelaskan ongkos yang
keluar dari departemen awal ke tujuan. Setelah itu membuat inflow dan outflow, dimana
inflow adalah koefisien ongkos yang masuk dari suatu departemen kedepartemen lainnya
sedangkan outflow adalah koefisien ongkos yang keluar. Rekapitulas inflow dan outflow
untuk seluruh departemen, diperlihatkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Form to chart
TABEL .1
INFLOW
TABEL INFLOW
FORM TO A B BR C D E F G H I J TOTAL
A 1 1
B 1 1
BR 0,16 0,16
C 1 1
D 0,83 0,83
E 1 1
F 1 1
G 1 1
H 1 1
I 1 1
TOTAL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
TABEL .2
TSP Setelah menghitung Ongkos Material Handling (OMH) dan From to Chart (FTC),
langkah berikutnya membuat TSP. Tabel ini berguna untuk membuat ARD dan AAD
alternative berdasarkan prioritas kedekatan antar departemen yang diperoleh dari inflow dan
outflow, dengan memperhatikan koefisien ongkos terbesar dari suatu departemen. Penyusunan
table skala prioritas diperlihatkan pada Tabel 6.
OUTFLOW
TABEL . 3
SKALA PRIORITAS
Nama Skala Prioritas
No
Departemen 1 2 3 4 5
Gudang bahan 0.90
1
baku rotan 2
Gudang bahan 1.34
2
baku rajutan 3
0.27
3 Bak Rendaman
4
Stasiun 1.19
4
Pemotongan 5
1.41
5 Stasiun Kerangka
6
Stasiun 0.35
6
Pengayaman 7
Gudang Produk 3.78
7
Stngh Jadi 8
0.74
8 Stasiun finishing
9
Stasiun
9
Pengeringan 10
Stasiun 2.27
10
Pengepakan 11
Gudang Produk 1
11
Jadi 12
TABEL . 4