Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 2:
Dosen Pembimbing:
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Impaksi Gigi Rahang
Bawah”.
Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Bedah Mulut II. Pembahasan dalam makalah ini ditekankan
pada impaksi gigi rahang bawah (mandibula) baik mengenai etiologi, perawatan,
serta prognosis dari perwatan yang dilakukan. Dengan adanya makalah ini,
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang sudah bekerja
sama dalam penyusunan makalah ini serta kepada para pengajar yang telah
membimbing kami selama proses pembuatan makalah ini. Bagi para pembaca
semoga makalah ini dapat menambah referensi dalam penyusunan karya tulis
lainnya.
Kami tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan dalam
makalah ini baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Atas perhatian para
pembaca, kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
I. PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi kedalam lengkung rahang pada
kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi
tetangga., lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan
menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur
hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun,
harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami
impaksi.
Gigi impaksi dapat menimbulkan gangguan ringan sampai serius jika gigi
tersebut tidak erupsi. Tidak semua gigi impaksi menimbulkan masalah klinis yang
signifikan, namun setiap gigi impaksi memiliki potensi tersebut. Gigi yang tidak
erupsi akan menimbulkan rasa nyeri jika terjadi infeksi.
Saat pemeriksaan, ketiadaan gigi, karies atau mobilitas gigi tetangga harus
diperhatikan. Terjadi infeksi dapat dilihat darki pembengkakan, pengeluaran pus,
trismus, dan pelunakan limfonodus servikal regional.
Kausa Lokal :
anak.
Kausa Umur :
Gigi terpendam dapat terjadi juga bila tidak ada kausa lokal dan dapat
disebabkan karena :
a. Kausa prenatal :
i. Keturunan
ii. “ Miscegenation”
b. Kausa Postnatal :
Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan
pada kanak-kanak seperti :
i. Ricketsia
ii. Anemi
iii. Siphilis kongenital
iv. T.B.C
v. Gangguan kelenjar endokrin
vi. Malnutrisi
c. Kelainan Pertumbuhan :
i. Cleido cranial dysostosis
ii. Oxycephali
iii. Progeria
iv. Achondroplasia
v. Celah langit-langit
- Kaninus = 6 - 15 tahun
- Premolar = 9 - 12 tahun
- Insisivus = 4 - 7 tahun
1. Inflamasi
Setiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke arah oklusal gigi
tersebut. Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan dari gigi tetangga
maka gigi mempunyai daya untuk melawan rintangan tersebut.
Misalnya gigi terpendam Molar tiga dapat menekan Molar dua, Kaninus dapat
menekan insisivus dua dan Premolar. Premolar dua dapat menekan Premolar satu.
Disamping mengalami resorpsi, gigi tetangga tersebut dapat berubah arah atau
posisi.
3. Kista(folikuler)
4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang
lama(neuralgia)
1. Klasifikasi
a. Klasifikasi Menurut Pell Dan Gregory
i) Berdasarkan Hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua
dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan
jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula.
ii) Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang.
Klas I : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan
jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus
mandibula.
Klas II : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan
jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus
mandibula.
Klas III : Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam
ramus mandibula.
a. Vertikal
b. Horizontal
c. Inverted
d. Mesioangular (miring ke mesial)
e. Distoangular (miring ke distal)
f. Bukoangular (miring ke bukal)
g. Linguoangular (miring ke lingual)
h. Posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position.
(Nurul Fadilah Rery, dkk., 2010)
A B C
Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal.
Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal
tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua.
Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal
molar kedua.
a. Pemeriksaan Klinis
1) Perikoronitis
Perikoronitis dengan gejala-gejala seperti:
b) pembengkakan
c) bau mulut
1) Adanya pembengkakan
3) Adanya parestesi
3) Adanya parestesi
b. Pemeriksaan Penunjang
- Pre Operatif
- Operatif
Pencabutan
Gambar 7. Akar Gigi Wisdom Tooth Rahang Bawah yang Masih Pendek
a. Anestesi
Anestesi yang digunakan dapat berupa anestesi lokal (pada pasien
yang memiliki keadaan umum baik atau normal dan keadaan mental
yang baik) atau anestesi umum (pada pasien yang gelisah).
b. Teknik operasi
1) Membuat insisi untuk pembuatan flap
- Harus membuka daerah operasi dengan jelas
- Insisi terletak pada jaringan yang sehat
- Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga pengaliran
darah ke flap cukup baik.
(A) (B)
Gambar 9. (A) Insisi Molar Tiga Mandibula, (B) Bentuk Flap Molar
Tiga Mandibula
2) Pengambilan tulang yang menghalangi gigi
3) Pengambilan gigi
- Intoto (utuh)
Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya,
sehingga didapatkan cukup ruangan untuk dapat
meletakkan elevator di bawah korona. Kemudian dengan
elevator tersebut dilakukan gerakan mengungkit gigi
tersebut.
- In separasi (terpisah)
Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan
dengan membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi
tersebut diambil dengan cara diambil sebagian-sebagian
(dibelah terlebih dahulu).
Gambar 10. (A) Secara Intoto (utuh), (B) Secara In separasi (terpisah)
4) Pembersihan luka
Impaksi Kaninus
Kita bebaskan tulang bagian bukal, setelah tulang bahagian bukal bebas maka
nervus bersama arteri kita keluarkan ( hanya dikeluarkan saja ) dari canalis
mandibularis. Dengan demikian pada pengambilan gigi kita tidak takut mengenai
nervus dan arteri. Kemudian kita membuang tulang di sekitar gigi tersebut.
Impaksi Premolar
Jika korona belum nampak di rongga mulut dan gigi terletak di arkus
dentalis maka pengambilan gigi diambil dari bukal Dalam memilih cara
inseparasi atau cara intoto kita lihat tebal atau tidaknya tulang sebelah bukal yang
menutupi gigi.
Jika tulang sebelah bukal tebal, kita ambil secara inseparasi dan harus hati-
hati sebab antara Premolar satu dan Premolar dua ada foramen mentalis. Apabila
letak gigi lebih mengarah ke lingual maka kita mengambilnya dari sebelah lingual
( bentuk flep segitiga, ahti-hati jangan sampai mengenai arterie lingualis ).
Dari sebelah lingual tulang tidak perlu terlalu banyak diambil, sebab
biasanya gigi terletak di bawah mukosa.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
2) Impaksi gigi rahang bawah lebih sering terjadi pada gigi molar tiga
mandibula.
3) Faktor-faktor yang menyebabkan impaksi gigi rahang bawah terdiri atas kausa
lokal dan kausa umur.
4) Perawatan yang dapat dilakukan pada impaksi gigi rahang bawah dapat berupa
perawatan konservatif dan pembedahan (pencabutan/odontektomi).
5) Komplikasi dan instruksi pasca perawatan harus dijelaskan dengan seksama
oleh dokter gigi kepada pasiennya.
3.2. Saran
1. Apabila terdapat gejala seperti gigi tidak erupsi pada masa erupsi,
sebaiknya langsung di konsultasikan kepada dokter gigi, agar tidak
terjadi kelainan yang tidak diinginkan.
2. Diharapkan pasien dapat menjaga dan lebih memperhatikan kesehatan gigi
dan mulutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery). Ed.1.
Jakarta : EGC.
Tetsch, P., Wagner,W. 1982. Pencabutan Gigi Molar Ketiga. Agus Djaya, editor.
Operative Extraction of Wisdom Teeth. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1992. h. 1-130.