You are on page 1of 57

Hama Permukiman (Urban Pest)

di Indonesia

Upik Kesumawati Hadi


Bagian Parasitologi dan Entomologi
Kesehatan
Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor
URBAN PEST (HAMA PERMUKIMAN)

Hama/Pest: makhluk yang dalam


keperluan hidupnya berada di
lingkungan permukiman dan
merugikan atau
membahayakan kehidupan
manusia.
Permukiman : suatu kompleks tempat bermukim
manusia, terdiri dari rumah berikut
bangunan lainnya, halaman
pekarangan, jalan, selokan dan
kandang hewan peliharaan, termasuk
tempat penampungan limbah.
MAKANAN

AIR SHELTER
DAMPAK TERHADAP
KESEHATAN: secara langsung
• Entomophobia.
• Menghisap darah dan mengganggu.
• Dapat mengganggu beberapa indera.
• Envenomization.
• Dermatosis, dapat berupa kerusakan atau radang
pada kulit bersifat akut maupun kronis.
• Miasis.
• Proses alergi.
Entomofobia
Penghisap darah
Pengganggu
Envenomisasi/alergi
Dermatosis
Miasis
Dampak tidak langsung:
SEBAGAI VEKTOR

• Ada vektor mekanis dan vektor hayati


• Perkembangan agen penyakit di
dalam tubuh vektor hayati
• (1) Siklopropagatif,
• (2) Siklodevelopmental,
• (3) Propagatif,
DAMPAK secara tidak langsung
Ordo Penyakit
Diptera: Anopheles, Aedes, Culex, Malaria, Demam berdarah, Chikungunya, Filariasis,
Mansonia Japanese Encephalitis

Diptera: Culicoides Leucocytozoonosis, Blue Tongue, Akabane disease,


Filariasis, Mansonellosis
Diptera: Simulium Onchocercosis, Mansonellosis,

Diptera: Phlebotomus Leishmaniasis, Bartonellosis

Diptera: Tabanidae Tripanosomiasis, Loaiasis, Anaplasmosis, Antraks, Hog


Cholera
Diptera: Muscidae Kolera, Salmonellosis, Shigellosis, TBC, Disentri,
Cacingan dll
DAMPAK secara tidak langsung
Ordo Penyakit
Dyctioptera: Lipas Berbagai agen penyakit asal virus, bakteri, protozoa,
cacing dan fungi
Siphonaptera: Pinjal Pes, Dypilidiasis, flea allergic dermatitis

Phthiraptera: Kutu Louse borne typhus fever, Relapsing fever, Trench


fever
Hymenoptera: Semut TBC

Arachnida: Parasitiformis Babesiosis, Anaplasmosis, Q fever, Borreliosis,


Caplak Boutonneuse fever, Rocky mountain spotted fever,
Tularemia dll
Arachnida: Acariformis Scrub typhus, Q fever, Fowl pox, Skabies
Tungau
1. Nyamuk
Nyamuk Toxorhynchites

Jantan

Larva Betina
Nyamuk Aedes aegypti

Telur Larva

Pupa
Dewasa
NYAMUK Culex

TELUR LARVA

PUPA DEWASA
NYAMUK Anopheles

Telur Larva

Pupa Dewasa
2. Lalat
Siklus hidup lalat rumah
Calliphoridae:
Chrysomya megacephala
(oriental latrine fly)
Sarcophagidae
Sarcophaga (lalat daging flesh
fly)
MIASIS
3. Kecoa/Lipas
KECOA atau LIPAS
Ooteka dan Nimfa

Ooteka Nimfa
Periplaneta americana
Dewasa
Periplaneta brunnea
Dewasa
Periplaneta australasiae
Dewasa
Blatella germanica
Dewasa
4. Semut
Dolichodorus
thoracicus,
Anoplolepis gracilipes
rambutan ant
6. Kutu Busuk, Kutu,
Pinjal
Biologi:
Metamorfosis tidak sempurna: Telur (nits), Nimfa (3
instar), dan Dewasa.

Jantan dan betina


menghisap darah,
semua stadium, setiap
waktu.
Pediculus humanus
Phthirus pubis
Cimex hemipterus
Pinjal, Shiponaptera
7. TIKUS
PERILAKU TIKUS

• Cerdik, penuh tipu daya & jenaka


• Selera makan tinggi
• Selalu mengerat
• Aktif dan bergerak cepat
• Suka mengembara
• Mempunyai area teriitorial
• KUMIS: alat penciuman
• Thigmotactik, senang mojok
• Khinaesthetic: sensitif terhadap yg bergerak
• Olfaction: penciuman panjang
• HEARING: Sensitif terhadap suara
• NEOPHOBIA: Menolak sesuatu yang baru
Kemampuan Fisik Tikus

• Menggali

• Memanjat

• Meloncat

• Mengerat

• Berenang & Menyelam


TUBUH TIKUS
• GIGI :
- GIGI BAWAH TUMBUH CEPAT
- 0.4 mm PER HARI
- KEKERASAN 5.5 SKALA Moh’s
- TEKANAN GIGITAN 500 Kg/cm2
- 6 GIGITAN PER DETIK
• BULU :
- PELINDUNG KULIT & TUBUH
- KUMIS, ALAT PENGINDERAAN YANG
TAJAM
- ALAT KOMUNIKASI
- UNTUK PENYAMARAN
• EKOR :
- PENGATUR SUHU TUBUH
- KESEIMBANGAN & PENGUNGKIT
TANDA-TANDA KEBERADAAN TIKUS

• KOTORAN / TINJA
• URINE (CAIRAN & BAU)
• JEJAK KAKI
• BEKAS LEMAK TUBUH
(“GREASE MARKS”)
• TEMPAT / SISA MAKANAN
• KERUSAKAN YANG
DITIMBULKAN
• LUBANG, JALUR &
SARANG
• TERLIHAT LANGSUNG :
HIDUP / BANGKAI
• BAU & SUARA
INSPEKSI

• TANDA-TANDA KEBERADAAN TIKUS


• PEMETAAN
• IDENTIFIKASI :
- Tikus Wirok kecil, Bandicota bengalensis
- Tikus got, Rattus norvegicus
- Tikus atap, Rattus tanezumi (Rattus rattus diardii)
- Mencit, Mus musculus
• BIOLOGI TIKUS
• MAKANAN KESUKAAN TIKUS
CIRI2 TIGA JENIS TIKUS PENTING
DAUR HIDUP
BEBERAPA PERBEDAAN TIKUS WIROK KECIL DGN. TIKUS GOT

TIKUS WIROK KECIL TIKUS GOT


Bandicota bengalensis Rattus norvegicus

Warna Badan Atas : Hitam Warna Badan Atas : Coklat Hitam Kekabu
Warna Badan Bawah : Hitam Warna Badan Bawah : Coklat Kelabu (pucat)
Warna ekor atas : Hitam Warna ekor Atas : Gelap
Warna ekor bawah : Hitam Warna ekor Bawah : Gelap agak pucat
Berat : 200 – 600 gram Berat : 150 – 600 gram
Panjang Kepala + Badan : Panjang Kepala + Badan :
200 – 300 mm 150 – 250 mm
Panjang Total : 360 – 510 mm Panjang Total : 310 – 460

Habitat : Gudang, Permukiman manusia, Habitat : Gudang di kota pelabuhan,


Got di perumahan Permukiman manusia, Got di
perumahan
SEKS & REPRODUKSI
TIKUS
• SEKS BEBAS :
BETINA KAWIN DENGAN BEBERAPA JANTAN
BERBEDA
• JANTAN DOMINAN, DAPAT KAWIN DENGAN
20 BETINA BERBEDA DALAM PERIODE 6 JAM
• BETINA DAPAT KAWIN PADA PERIODE
MERAWAT ANAK, SANGAT UMUM MASIH
MENYUSUI TETAPI BERANAK LAGI
• POLA REPRODUKSI DERET UKUR
Pengendalian : berbagai upaya yang bertujuan
untuk mengurangi, bila mungkin
meniadakan populasi hama pada
suatu lokasi.
a. Sanitasi lingkungan : hilangkan tempat
berkembang-biak dan tempat beristirahat hama
(pengendalian fisik).
b. Penggunaan musuh-musuh alami hama
(pengendalian biotik).
c. Pemasangan kelambu tempat tidur dan kawat
kassa pada lubang-lubang ventilasi
(pengendalian secara preventif).
d. Bagaimana dengan penerapan peraturan
perundangan (legal control) ?
e. Dan lainnya lagi, kalau ada.
pengendalian secara
pengendalian fisik preventif

pengendalian biotik
Terpadu : kebersamaan upaya pengendalian dalam
suatu program terencana menggunakan berbagai
cara dan pendekatan.
harus didasari oleh fakta lapangan

1. Bioekologi hama : identitas, perilaku,


habitat, status resistensi, dinamika populasi.
2. Kondisi dan situasi lingkungan permukiman.
3. Karakteristik penduduk
4. Kesesuaian metode pengendalian dengan
kondisi lapangan.

You might also like