Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Gagal Janntung” yang diajukan untuk memenuhi tugas
Keperawatan Medikal Bedah.
Makalah ini berisikan informasi penjelasan tentang pengertian, sampai asuhan
keperawatan pada pasien dengan gagal jantung. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Gagal Jantung” ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam Kehidupan sehari-hari sering kita menjumpai berbagai macam penyakit
yang membahayakan kehidupan manusia, penyakit yang salah satu yang sering kita
jumpai yaitu penyakit yang berhubungan dengan jantung manusia. Penyakit yang cukup
berbahaya bagi manusia yaitu salah satunya penyakit gagal jantung yang merupakan gagal
fungsi jantung untuk memompakan darah keseluruh tubuh, penyakit ini sering kita temui
pada anak-anak, gagal jantung harus segera ditangani karanena apabila tidak cepat untuk
ditangani maka akan berakibat fatal bagi orang tersebut.
Gagal jantung sering disebut gagal jantung kongestiv adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan akan jaringan
oksigen dan nutrisi, penyebab gagal jantung yang paling sering adalah kelainan fungsi
fungsi otot jantung yang disebabkan oleh :
1. Aterosklerosis koroner (mengakibatkan terganggunya aliran darah ke otot jantung,
sehingga fugsi otot jantung terganggu).
2. Hipertensi sistemik atau pulmonal (meningkatkan beban kerja jantung dan hipertrofi
serabut otot jantung, yang dianggap sebagai mekanisme kompensasi untuk
meningkatkan kontraktilitas jantung,namun pada saatnya kondisi hipertrofi otot jantung
tersebut dapat menyebabkan fungsi jantung terganggu dan akhirnya terjadi gagal
jantung).
3. Penyakit miokardium degeneratif dan peradangan (secara langsung dapat merusak
selaput otot jantung, sehingga menyebabkan kontraktilitas jantung menurun.
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler yang
dapat menyebabkan edema dan penambhan berat badan. Tanda yang lain adalah
peningkatan tekanan vena pulmonalis yang dapat menyebabkan edema paru. Hasil
pemeriksaan radiologi pada pasien yang mengalami gagal jantung, umumnya
detemukan pembesaran janatung (kardiomegali) menunjukkan adanya hipertrofi
danatau dilatasi jantung (Ignatavicius, et al. 1995, p.894). Rasio besar jantung dengan
diameter thorax (Cardiac Thorax Ratio/CTR) pada orang normal adalah kurang dari
50%, sedangkan pada kardiomegali CTRnya adalah lebih dari 50%.
Efek ketidakmampuan jantung memompa darah adekwat menyebabkan curah
jantung dan perfusi darah ke seluruh jaringan tubuh menjadi menurun, termasuk perfusi
ke organ ginjal. Apabila perfusi ke ginjal menurun, maka fungsi ginjal juga akan
menurun, khususnya dalam mengekskresikan sisa metabolisme tubuh.
Kerusakan/menurunnya fugsi ginjal dapat direfleksikan dengan adanya peningkatan
kadar sisa metabolisme tubuh, diantaranya: blood urea nitrogen (BUN), serum
creatinine, dan penurunan nilai creatinine clearance (Ignatavicius, et al. 1995, p.894).
Nilai kreatinin serum yang normal = 0,5-1,1 mg/dl pada perempuan dan 0,6-20 mg/dl
pada pria, Ureum atau Blood Urea Nitrogen (BUN) yang normal = 10 – 20 mg/dl; dan
nilai kliren kreatinin (CCT) normal = 97-137 ml/menit pada pria, dan 88-128 ml/menit
pada perempuan (Ignatavicius, 1995, pp.2121-2124).
2. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi gagal jantung
2. Untuk mengetahui etiologi gagal jantung
3. Untuk mengetahui klasifikasi gagal jantung
4. Untuk mengetahui faktor resiko gagal jantung
5. Untuk mengetahui patofisiologi gagal jantung
6. Untuk mengetahui diagnosis gagal jantung
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gagal jantung
8. Untuk mengetahui komplikasi gagal jantung
9. Untuk mengetahui terapi gagal jantung
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal jantung
11. Untuk mengetahui pemeriksaan gagal jantung
12. Untuk mengetahui pengobatan gagal jantung
13. Untuk mengetahui peran perawat dalam pemberian Healt Education
14. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan atau pengetahuan pada penyakit gagal
jantung
15. Untuk mengetahui pencegahan pada gagal jantung
16. Untuk mengetahui persiapan gagal jantung
17. Untuk mengetahui pelaksanaan dan pasca pemeriksaan laboratorium pada gagal
jantung
18. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik gagal jantung
19. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gagal jantung
3. Manfaat
1. Manfaat umum :
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dengan gagal jantung.
2. Tujuan khusus :
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini khususnya untuk mahasiswa
adalah untuk menambah pengetahuan mengenai Gagal Jantung dan diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca makalah ini serta untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peningkatan pengisian ventrikel kiri
(Noer,1996).
Gagal jantung sering disebut gagal jantung kongestif, adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi (Smeltzer, 2001). Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung
untuk memompa darah yang diperlukan untuk metabolisme tubuh (Barbara, 1999).
Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung
gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Braundwal).
Gagal jantung adalah keadaan patifisiologik di mana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.Ciri-ciri yang penting
dari definisi ini adalah pertama, definisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan
metabolisme tubuh, dan kedua, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung
secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi
miokardium; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi
mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan
menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Gagal jantung di kenal dengan beberapa istilah, yaitu :
1. Gagal jantung kiri : terdapat bendungan paru,hipotensi, dan vasokontriksi perifer
dengan penurunan perfusi jaringan.
2. Gagal jantung kanan : di tanadai dengan adanya edema perifer, asites, dan peningkatan
vena jagularis.
3. Gagal jantung kongestif : adalah gabungan kedua gambaran tersebut
2. Etiologi
Menurut Smeltzer (2001) penyebab gagal jantung meliputi :
1. Kelainan otot jantung misalnya : aterosklerosis koroner (keadaan patologis dimana
terjadi penebalan arteri koronoris oleh lemak “streak”).
2. Hipertensi sistemik (peningkatan tekanan darah diatas 140/90 MmHg) atau hipertensi
pulmonal (peningkatan tekanan darah diparu-paru akibat kongesti pulmonal).
3. Peradangan dan penyakit degeneratif, misalnya : miokarditis (peradangan pada otot
jantung), endokarditis (penyakit infeksi pada endokard atau katup jantung) rematik
(setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada musculoskeletal).
4. Penyakit jantung lain, misalnya: pada mekanisme gangguan aliran darah melalui
jantung (stenosis atau penyempitan katup semilunar dan katup alveonar), pada
peningkatan afterload mendadak hipertensi maligna (peningkatan tekanan darah berat
disertai kelainan pada retina,ginjal dan kelainan serebal).
5. Faktor siskemik, misal : pada meningkatnya laju metabolisme (demam tiroktosikosis)
meningkatnya kebutuhan oksigen jaringan (hipoksia atau berkurangnya oksigen dalam
darah, anemia atau berkurangnya kadar hemoglobin), asidosis metabolik dan abnormal
elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas otot jantung.
3. Klasifikasi
Gagal jantung bisanya digolongkan menurut derajat atau beratnya gejala seperti
klasifikasi menurut New York Heart Asscsiation (NYHA).Klasifikasi tersebut digunakan
secara luas di dunia internasional untuk mengelompokkan gagal jantung.Gagal jantung
ringan, sedang, dan berat ditentukan berdasarkan beratnya gejala, khusnya sesak nafas
(dispnea). Meskipun klasifikasi ini beguna untuk menentukan tingkat kemampuan fisik
dan beratnya gejala, namun pembagian tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan
lain.
Klasifikasi gagal jantung menurut NYHA :
KELAS DEFINISI ISTILAH
I Klien dengan keainan jantung tapi tanpa Disfungsi ventrikel kiri yang
pembatasan aktifitas fisik asimtomatik
II Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung ringan
menyebabkan sedikit pembatasan aktifitas
fisik
III Klien dengan kelaianan jantung yang Gagal jantung sedang
menyebabakan banyak pembatasan
aktifitas fisik
IV Klien dengan kelaianan jantung yang Gagal jantung berat
segla bentuk ktifitas fisiknya akan
menyebabkan keluhan
4. Faktor Resiko
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu :
1. Gangguan mekanik
beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau bersamaan yaitu :
Beban tekanan
Beban volume
Tamponade jantung atau konstriski perikard, jantung tidak dapat diastole
Obstruksi pengisian ventrikel
Aneurisma ventrikel
Disinergi ventrikel
Restriksi endokardial atu miokardial
2. Abnormalitas otot jantung
Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal ginjal kronik, anemia)
toksin atau sitostatika.
Sekunder: Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif, korpulmonal
3. Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi
5. Patofisiologi
Penyebab Decompensasi Cordis menurut Smeltzer,(2001), yaitu mekanisme yang
mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang
menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal, bila curah jantung
berkurang system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai maka volume sekuncuplah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung
masalah utamanya adalah kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung dan volume
sekuncup itu dipengaruhi tiga factor yaitu preload, kontraktilitas dan afterload, jika salah
satu 3 dari ketiga factor tersebut terganggu maka curah jantungnya akan berkurang. Curah
jantung yang menurun menyebabkan kongesti jaringan yang terjadi akibat peningkatan
tekanan arteri atau vena kongesti paru terjadi karena ventrikel kiri gagal memompa darah
dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong
keparu, manifestasinya meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi, bunyi jantung S3,
kecemasan dan kegelisahan.
Bila ventrikel kanan gagal mengakibatkan kongesti visera dan jaringan perifer,
sebagai akibat sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan darah secara adekuat.
Manifestasinya yaitu Oedema dependen, hepatomegali, pertambahan berat badan, asites,
distensi vena jugularis.
Menurut Nettina (2002), penurunan kontraktilitas miokardium, pada awalnya hal
ini hanya timbul saat aktivitas berat atau olah raga dan tekanan vena juga mulai meningkat
dan terjadilah vasokontiksi luas, hal ini kemudian meningkatkan afterload sehingga curah
jantung semakin turun.
Menurut Hudak (1997), respon terhadap penurunan curah jantung untuk
mempertahankan perfusi normal yaitu peningkatan tonus otot simpatis sehingga
meningkatkan frekuensi jantung, tekanan darah, kekuatan kontraksi dan respon fisiologis
kedua adalah terjadinya retensi air dan natrium, akibat adanya penurunan volume darah
filtrasi. Adapun klasifikasi Decompensasi Cordis adalah, gagal jantung kanan dan gagal
jantung kiri (Tambayong, 2000).
6. Diagnosis
7. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T
persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular.
2. Sonogram
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi. Juga mengkaji
potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran
bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
5. Rontgen dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasiatau
hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif
akutmenjadi kronis.
7. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini)
atauhipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
8. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal.Kenaikan baik
BUNdan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
9. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai
prepencetus gagal jantung kongesti.
8. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani.Kerusakan ginjal dari gagal jantung
dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi
kerusakan pada katup jantung.
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan
terlalu banyak tekanan pada hati.Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang
mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada
di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan
pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau
stroke.
9. Terapi
10. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
antidiuretik, diit dan istirahat.
Terapi Farmakologis :
1. Glikosida jantung
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
2. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan
harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan
terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan
ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri
dapat diturunkan.
4. Diet
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.
11. Pemeriksaan
12. Pengobatan
Berikut ini adalah beberapa obat yang dapat digunakan untuk menangani gagal jantung :
1. Diuretik
Obat ini dapat membantu Anda mengurangi cairan di dalam tubuh melalui
pembuangan air urin. Beberapa contoh obat diuretik yang sering digunakan
adalah furosemide dan bumetanide. Diuretik dapat meredakan gejala sesak napas dan
pembengkakan pergelangan kaki pada penderita gagal jantung.
2. Obat penghambat beta
Obat ini dapat memperlambat detak jantung dan melindungi organ tersebut
dari zat adrenalin dan noradrenalin di dalam tubuh. Contoh obat ini adalah nebivolol,
carvedilol, dan bisoprolol.
3. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin atau ACE inhibitor
Obat ini dapat mengurangi tekanan darah dengan memperlebar pembuluh
darah sehingga lebih memudahkan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Contoh obat-obatan ACE inhabitor adalah perindopril, lisinopril, enalapril, captopril,
dan ramipril.
4. Obat penghambat aldosteron
Kinerja obat ini hampir sama seperti diuretik, yakni mengurangi cairan
berlebih di dalam tubuh. Perbedaannya dengan diuretik adalah obat penghambat
aldosteron tidak menyebabkan kalium terbuang dari tubuh. Akan tetapi, hal ini juga
dapat menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam tubuh. Disarankan untuk selalu
mengkonsultasikan penggunaan obat ini dengan dokter. Contoh obat ini adalah
eplerenone dan spironolactone.
5. Obat penghambat reseptor angiotensin atau ARB
Sama seperti obat penghambat enzim pengubah angiotensin atau ACE
inhabitor, ARB bekerja dengan cara mengurangi tekanan darah dan melebarkan
pembuluh darah. Meskipun tidak seefektif ACE inhibitor, ARB tidak menyebabkan
batuk. Contoh obat ini adalah valsartan, telmisartan, losartan, dan candesartan.
6. Digoxin
Obat ini biasanya diresepkan pada penderita gagal jantung yang gejalanya
tidak kunjung reda oleh diuretik, obat penghambat beta, ACE inhibitor, dan
ARB. Digoxin dapat memperlambat denyut jantung dan meningkatkan kekuatan
kontraksi otot.
7. Ivabradine
Obat ini umumnya dijadikan alternatif pada penderita gagal jantung yang
tidak bisa mengonsumsi obat penghambat beta dan juga sebagai tambahan jika
pemberian obat penghambat beta tidak cukup dalam memperlambat detak jantung.
Obat ini memperlambat detak jantung dan hanya cocok digunakan bagi mereka yang
mengalami efek samping akibat obat penghambat beta.
8. Kombinasi hydralazine dan nitrat
Kombinasi dari kedua obat ini mampu mengurangi tekanan dan melebarkan
pembuluh darah, dan biasanya diberikan pada penderita gagal jantung yang intoleran
terhadap ACE inhibitor atau ARB.
15. Pencegahan
Seperti kebanyakan komplikasi,edema paru lebih mudah cegah daripada
diobati, untuk mengenal tanda dan gejala pada stadium ini, ketika tanda dan gejala yang
mucul hanya kongesti paru, maka perawat dapat melakukan auskultasi lapangan paru
setiap hari pada penderita yang dirawat dirumah sakit karena penyakit jantung tiap hari
atau sesuai dengan kondisi pasien. Batuk kering dan adanya bunyi jantung ketiga (S3)
biasanya indicator paling awal kongesti paru.Bnyi jantung ketiga paling jelas tedengar
pada apeks pada pasien berbaring dengan posisi lateral dekubitus kiri.
Pada tahap awal, kondisi ini dapt dikoreksi dengan penatalaksanaan yang
relatip mudah , yang mencakup :
1) Memaingkan pasien dengan posisi tegak dengan kaki dan tangan menggantung,
2) mengurangi latihan yang begitu keras dan stress emosional untuk mengurangi beban
ventrikel kiri, dan
3) memberikan morfin untuk mengurangi kecemasan, dispnu dan preload.
Pencegahan edema paru jangka panjang harus ditunjukkan pada pencetisnya,
yaitu kongesti paru. Tindakan untuk mencegah gagal jantung kongesif, dan berbagai segi
penyuluhan pasien akan didiskusikan pada bagian berikutnya. Selain tindakan
encegahan, pasien dianjurkan untuk tidur dengan kepala dinaikkan setinggi 25 cm (10
inchi). Penting pula untk berhati-hati pada saat memasang infuse dan tranfusi ke jantung
pasien dan lansia.
Untuk mencegah overload sirkulasi, yang dapat mencetuskan edema paru,
maka pemberian infuse intravena harur diberikan perlahan, dengan pasien dibaringkan
tegak di tempat tidur dan di bawah pengawasan ketat seorang perawat. Pengatur infuse
intravena harus digunakan untuk mebatasi kecepatan dan volume yang diberikan.
Tindakan pembedahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan atau
memperkecil defek katup yang membatasi aliran darah kea tau dari ventrikel kiri, karena
defek seperti itu akan menurunkan curah jantung dan dapat menyebabkan pasien
mengalami kongesti dan edema paru.
16. Persiapan