Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
Selain viabilitas, kriteria lain dalam penentuan kualitas benih adalah vigor
benih. Jika viabilitas merupakan kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman
berproduksi normal dalam keadaan optimum, maka vigor adalah kemampuan
tumbuh benih pada kondisi lingkungan yang suboptimum. Beberapa contoh
kondisi lingkungan suboptimum antara lain kekeringan, cekaman salinitas dan
cekaman tanah masam. Hanya benih dengan vigor tinggi yang mampu beradaptasi
dengan kondisi tersebut.
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi
adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi
dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya,
ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya
terhadap Tetrazolium Test.
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya
dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi.
Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap
serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan
tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan
tumbuh yang sub optimal.
Umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu
sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena
itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah
sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan
berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada
benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis,
morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia.
Pengujian vigor benih dapat dilakukan dengan menggunakan larutasn NaCl.
Penggunaan larutan ini pada konsentrasi tinggi menghambat proses imbibisi benih
melalui tekanan osmotik yang diberikan. Penggunaan larutan NaCl juga mampu
mensimulasikan cekaaman salin terhadap benih
Berdasarkan uraian di atas sehingga pentingnya praktikum ini
dilaksanakan guna memperjelas proses pematahan dormansi benih.
Ridha R, Muhammad S dan Boy RJ. 2017. Viabilitas dan vigoritas benih kedelai
(Glycine max (L.) Merrill) akibat perendaman dalam ekstrak telur keong
mas. Jurnal Penelitian, 4 (1) : 84 – 90.
Samuel, Purnamaningsih, S., L., dan Kendarini, N. 2010. Pengaruh Kadar Air
Terhadap Penurunan Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L)
Merill) Varietas Gepak Kuning Selama Dalam Penyimpanan. Agronomi, 1
(1) : 1-13.
Sutopo 2011. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tustiyani I, Rama AP dan Dadi N. 2016. Pengujian viabilitas dan vigor dari tiga
jenis kacang- kacangan yang beredar di pasaran daerah Samarang, Garut.
Jurnal Agroekotek, 8 (1) : 16 – 21.
Ubadiyah I., W., A., dan Tutik N., 2013. Respon Kalus Beberapa Varietas Padi
(Oryza sativa L.) pada Kondisi Cekaman Salinitas (NaCl) secara In Vitro.
Sains dan Seni Pomits, 2(2):2337-3520.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu dua lot benih padi
dengan varietas yang sama namun berbeda vigornya, plastic, label, kertas
merang/CD larutan NaCl 1%, PEG 6000 (Polyetilen Glycol), aquades dan wadah.
Alat yang digunakan yaitu germinator IPB 72-1, gelas ukur dan gelas
beaker.
Tabel 2. Hasil pengamatan uji vigor dan lot benih jagung di rendam
dengan aquades, NaCl dan PEG.
Kecambah Kecambah
Vigor Normal Abnormal
Perlakuan Ulangan Hari Hari Hari Hari Mati
Benih
ke 5 ke 7 ke 5 ke 7
1 23 23 - - 2
Kontrol 2 23 24 10 5 1
3 19 19 1 1 6
Rataan 21,67 22 5,5 3 3
1 - - - 11 14
Jagung
Nacl 2 - - 5 13 11
(Zea
3 - - 5 13 12
mays L.)
Rataan - - 5 12,3 12,3
1 29 20 - - 5
PEG 2 20 21 - - 4
3 20 22 2 1 2
Rataan 23 21 2 1 3,67
Tabel 3. Hasil pengamatan uji vigor dan lot benih kacang hijau di rendam
dengan aquades, NaCl dan PEG.
Kecambah Kecambah
Vigor Normal Abnormal
Perlakuan Ulangan Mati
Benih Hari Hari Hari Hari
ke 5 ke 7 ke 5 ke 7
1 21 18 0 4 3
Kontrol 2 23 20 0 1 4
3 20 20 3 1 4
Rataan 21,33 19,33 1,00 2,00 3,64
Kacang 1 0 0 1 0 24
Hijau Nacl 2 0 0 2 0 23
(Vigna 3 0 0 0 0 25
radiata) Rataan 0 0 1,00 0 25,00
1 0 21 0 0 4
PEG 2 0 21 0 0 4
3 23 23 0 0 2
Rataan 7,66 21,66 0 0 3,33
Tabel 4. Hasil pengamatan uji vigor dan lot benih kedelai di rendam
dengan aquades, NaCl dan PEG.
Kecambah Kecambah
Vigor Normal Abnormal
Perlakuan Ulangan Mati
Benih Hari Hari Hari Hari
ke 5 ke 7 ke 5 ke 7
1 0 0 8 25 -
Kontrol 2 1 6 7 19 -
3 2 9 8 16 -
Rataan 1,00 5,00 7,67 20 -
1 0 0 25 25 -
Kedelai Nacl 2 0 0 25 25 -
(Glycine
3 0 0 25 25 -
max)
Rataan 0 0 25 25 -
1 3 2 2 23 -
PEG 2 4 3 6 22 -
3 8 4 8 21 -
Rataan 5,00 3,00 5,33 22 -
4.1 Pembahasan
Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa; benih yang
berkecamabah, kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada
berbagai lingkungan yang memadai. Selain itu juga harus diperhatikan semua
atribut perkecambahan secara morfologi dan fisiologis yang mempengaruhi
kecepatan. Keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai lingkungan, ini
merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau kesehatannya.
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan
dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi
lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama
proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Pengamatan dan penilaian
dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik secara
fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih
pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan
di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya tumbuh benih.
Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan mengukur sifat
lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek penampilan
kecambah.
Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk menentukan
kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan
benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal. Uji vigor
merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-macam.
Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi
kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah persentase kecambah
normal.
Pada tanaman padi (Oryza sativa L.) perakuan aquades (kontrol),
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 21,67 dan hari ketuju sebesar 22. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 5,5 dan hari ketujuh 3. Perlakuan dengan menggunakan larutan NaCl
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 0dan hari ketuju sebesar 0. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 25 dan hari ketujuh 25. Perlakuan dengan menggunakan larutan PEG
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 20 dan hari ketuju sebesar 22. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 2 dan hari ketujuh 1.
Pada tanaman jagung (Zea mays L.) perakuan aquades (kontrol),
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 18 dan hari ketuju sebesar 21. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 5,5 dan hari ketujuh 3. Perlakuan dengan menggunakan larutan NaCl
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 0 dan hari ketuju sebesar 0. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 5 dan hari ketujuh 12,3. Perlakuan dengan menggunakan larutan PEG
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 23 dan hari ketuju sebesar 21. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 2 dan hari ketujuh 1.
Pada tanaman kacang hijau (Glycine max) perakuan aquades (kontrol),
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 21,33 dan hari ketuju sebesar 19,33. Pengamatan
kecambah abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang
diperoleh sebesar 1 dan hari ketujuh 2. Perlakuan dengan menggunakan larutan
NaCl pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai
rataan yang diperoleh sebesar 0 dan hari ketuju sebesar 0. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 1 dan hari ketujuh 0. Perlakuan dengan menggunakan larutan PEG
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 7,6 dan hari ketuju sebesar 21,6. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 0 dan hari ketujuh 0.
Pada tanaman kedelai (Vigna radiata) perakuan aquades (kontrol),
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 1 dan hari ketuju sebesar 5. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 7,67 dan hari ketujuh 20. Perlakuan dengan menggunakan larutan NaCl
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 0 dan hari ketuju sebesar 0. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 25 dan hari ketujuh 25. Perlakuan dengan menggunakan larutan PEG
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 25 dan hari ketuju sebesar 3 Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 5,3 dan hari ketujuh 22.
Sebagai hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang demikian erat antara kecepatan berkecambahnya benih
dengan vigor tanamannya. Ternyata dari adanya kenyataan bahwa benih yang
kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang dihasilkannya akan lebih tahan
terhadap keadaan atau lingkungan yang kurang menguntungkan. Dengan
demikian jelas bahwa kecepatan berkecambahnya benih merupakan aspek penting
dari vigor tanamannya, serta memberikan indeks vigor dari setiap kelompok
benih. Karena itu perlu dilakukan pengujian tentang kecepatan berkecambah
tersebut, yang penilaiannya dapat dilakukan dengan beberapa cara.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini yaitu dalam proses
praktikum diperlukan kekompakan antar kelompok sehingga praktikum bisa
terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.