You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

“UJI VIGOR BENIH MENGGUNAKAN NACL DAN PEG”

Oleh :

HARRYANATAL PRAYOGA MINGGUS


NIM. D1B117055

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selain viabilitas, kriteria lain dalam penentuan kualitas benih adalah vigor
benih. Jika viabilitas merupakan kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman
berproduksi normal dalam keadaan optimum, maka vigor adalah kemampuan
tumbuh benih pada kondisi lingkungan yang suboptimum. Beberapa contoh
kondisi lingkungan suboptimum antara lain kekeringan, cekaman salinitas dan
cekaman tanah masam. Hanya benih dengan vigor tinggi yang mampu beradaptasi
dengan kondisi tersebut.
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi
adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi
dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya,
ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya
terhadap Tetrazolium Test.
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya
dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi.
Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap
serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan
tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan
tumbuh yang sub optimal.
Umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu
sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena
itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah
sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan
berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada
benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis,
morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia.
Pengujian vigor benih dapat dilakukan dengan menggunakan larutasn NaCl.
Penggunaan larutan ini pada konsentrasi tinggi menghambat proses imbibisi benih
melalui tekanan osmotik yang diberikan. Penggunaan larutan NaCl juga mampu
mensimulasikan cekaaman salin terhadap benih
Berdasarkan uraian di atas sehingga pentingnya praktikum ini
dilaksanakan guna memperjelas proses pematahan dormansi benih.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan pelaksanaan praktikum ini yaitu untuk mempelajari uji vigor


kekuatan tumbuh benih pada kondisi kekeringan (VKT kekeringan).
Kegunaan pelaksanaan praktikum ini yaitu agar praktikan dapat
mempelajari uji vigor kekuatan tumbuh benih pada kondisi kekeringan (VKT
kekeringan).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing –


masing “kekuatan tumbuh” dan daya simpan” benih. Tanaman dengan tingkat
vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk
kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi
kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan
pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih
secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi
sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo, 2011).
Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai berkembangnya
bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan
kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai.
Dengan demikian, pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah benih ialah
pengujian akan sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah benih tersebut
yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan
(Pramono, 2009).
Benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan budidaya tanaman pangan. Penggunaan bahan tanam bermutu
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan
pertanaman. Petani sering mengalami kerugian yang sangat besar baik dari
segibiaya maupun waktu yang diakibatkan oleh penggunaan benih yang tidak
bermutu atau tidak jelas asal-usulnya. Kesalahan dalam penggunaan bahan tanam
akan mengakibatkan kerugian jangka panjang. Penggunaan bibit bermutu
merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu
memberikan hasil yang memuaskan (Samuel, 2013).
Adanya cekaman salinitas dengan konsentrasi tertentu dapat menyebabkan
penyerapan hara dan pengambilan air terhalang sehingga menyebabkan
pertumbuhan abnormal atau lambat. Selain itu, sebuah kondisi biologis yang
mampu memberikan efek cekaman pada suatu tanaman dimungkinkan
memberikan efek yang menguntungkan bagi tanaman yang lainnya. Sel yang
terpapar oleh cekaman salinitas (NaCl) akan menghabiskan lebih banyak energi
metabolismenya dari pada pada kondisi tanpa cekaman salinitas (NaCl), sehingga
energi yang dihasilkan lebih banyak digunakan untuk mengatur penyesuaian
osmotik dan berdampak pada penurunan massa sel dan berdampak pada
pengurangan rata-rata massa sel pada konsentrasi NaCl yang semakin tinggi
(Ubudiyah et al., 2013).
Proses kerja dari salinitas sendiri yang menurunkan pertumbuhan dan
produksi tanaman adalah dengan mempengaruhi proses metabolisme tanaman,
entah dengan memperlambat ataupun menghentikan cekaman garam atau salinitas
dapat meningkatkan reduksi potensial air, ketidak seimbangan ion dan toksisitas.
Perubahan status air akan memicu reduksi pertumbuhan awal dan penurunan
produktifitas tanaman. Pada umumnya cekaman garam atau salinitas yang terjadi
pada tanah dapat mempengaruhi beberapa proses penting bagi tanaman antara lain
adalah fotositesis, metabolisme energi dan lipid serta sintesis protein (Pranasari,
2012).
Benih yang bermutu akan menghasilkan tanaman yang bermutu pula.
Mutu benih mencakup mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik. Mutu genetis
ditentukan oleh derajat kemurnian genetis sedangkan mutu fisiologis ditentukan
oleh laju kemunduran dan vigor benih. Mutu fisik ditentukan oleh kebersihan
fisik. Dari kondisi sumber benih yang telah terseleksi atau teruji mutunya
dimungkinkan dapat menghasilkan produktivitas yang bagus (Tustiyani et al.,
2016).
Benih bermutu tinggi dapat dicirikan dari viabilitas dan vigoritas yang
tinggi. Sebagian besar ahli teknologi benih mengartikan viabilitas sebagai
kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah secara
normal. Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal dalam
keadaan lapang suboptimum. Benih dengan vigoritas tinggi akan mampu
berproduksi normal pada kondisi sub optimum dan di atas kondisi normal,
memiliki kemampuan tumbuh serempak dan cepat ( Ridha et al., 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandar lampung.


Universitas Lampung.
Pranasari, 2012. Persaingan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Rumput Teki
(Cyperus rotundus) Pada Pengaruh Cekaman Garam (NaCl). 1(1): 2301-
2308.

Ridha R, Muhammad S dan Boy RJ. 2017. Viabilitas dan vigoritas benih kedelai
(Glycine max (L.) Merrill) akibat perendaman dalam ekstrak telur keong
mas. Jurnal Penelitian, 4 (1) : 84 – 90.

Samuel, Purnamaningsih, S., L., dan Kendarini, N. 2010. Pengaruh Kadar Air
Terhadap Penurunan Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L)
Merill) Varietas Gepak Kuning Selama Dalam Penyimpanan. Agronomi, 1
(1) : 1-13.
Sutopo 2011. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tustiyani I, Rama AP dan Dadi N. 2016. Pengujian viabilitas dan vigor dari tiga
jenis kacang- kacangan yang beredar di pasaran daerah Samarang, Garut.
Jurnal Agroekotek, 8 (1) : 16 – 21.
Ubadiyah I., W., A., dan Tutik N., 2013. Respon Kalus Beberapa Varietas Padi
(Oryza sativa L.) pada Kondisi Cekaman Salinitas (NaCl) secara In Vitro.
Sains dan Seni Pomits, 2(2):2337-3520.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit


Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, pada hari Rabu 24 April
2019 pukul 15.25 WITA sampai selesai.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu dua lot benih padi
dengan varietas yang sama namun berbeda vigornya, plastic, label, kertas
merang/CD larutan NaCl 1%, PEG 6000 (Polyetilen Glycol), aquades dan wadah.
Alat yang digunakan yaitu germinator IPB 72-1, gelas ukur dan gelas
beaker.

3.3. Prosedur Kerja

Metode pelaksanaan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :


1. Sebanyak 25 butir benih pada masing-masing lot dikecambahkan pada substrat
kertas merang yang telah dilembabkan dengan larutan NaCl 1% dan PEG 6000
(Polyetilen Glycol). Sebagai pembanding (kontrol), 25 benih dikecambahkan
pada kertas merang yang telah dilembabkan dengan aquades. Masing-masing
perlakuan tersebut dilakukan sebanyak 3 ulangan.
2. Memasukan substrat yang telah siap kedalam germinator IPB 72-1.
3. Pengamatan dilakukan pada hari pertama setelah tanam menghitung jumlah
kecambah normal, abnormal dan mati. Membandingkan bagaimana
pertumbuhan kecambah pada kedua perlakuan dan pada kedua lot benih padi
tersebut.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


Tabel 1. Hasil pengamatan uji vigor dan lot benih padi di rendam dengan
aquades, NaCl dan PEG.
Kecambah Kecambah
Vigor Normal Abnormal
Perlakuan Ulangan Hari Hari Hari Hari Mati
Benih
ke 5 ke 7 ke 5 ke 7
1 24 25 - - -
Kontrol 2 8 16 10 5 4
3 22 22 1 1 2
Rataan 18 21 4 2 2
1 - - - 1 24
Padi
Nacl 2 - - - - 25
(Oryza
3 - - - - 25
sativa L.)
Rataan - - - - 25
1 21 21 2 1 3
PEG 2 18 20 3 1 4
3 22 24 2 - 1
Rataan 20 22 2 1 3

Tabel 2. Hasil pengamatan uji vigor dan lot benih jagung di rendam
dengan aquades, NaCl dan PEG.
Kecambah Kecambah
Vigor Normal Abnormal
Perlakuan Ulangan Hari Hari Hari Hari Mati
Benih
ke 5 ke 7 ke 5 ke 7
1 23 23 - - 2
Kontrol 2 23 24 10 5 1
3 19 19 1 1 6
Rataan 21,67 22 5,5 3 3
1 - - - 11 14
Jagung
Nacl 2 - - 5 13 11
(Zea
3 - - 5 13 12
mays L.)
Rataan - - 5 12,3 12,3
1 29 20 - - 5
PEG 2 20 21 - - 4
3 20 22 2 1 2
Rataan 23 21 2 1 3,67

Tabel 3. Hasil pengamatan uji vigor dan lot benih kacang hijau di rendam
dengan aquades, NaCl dan PEG.
Kecambah Kecambah
Vigor Normal Abnormal
Perlakuan Ulangan Mati
Benih Hari Hari Hari Hari
ke 5 ke 7 ke 5 ke 7
1 21 18 0 4 3
Kontrol 2 23 20 0 1 4
3 20 20 3 1 4
Rataan 21,33 19,33 1,00 2,00 3,64
Kacang 1 0 0 1 0 24
Hijau Nacl 2 0 0 2 0 23
(Vigna 3 0 0 0 0 25
radiata) Rataan 0 0 1,00 0 25,00
1 0 21 0 0 4
PEG 2 0 21 0 0 4
3 23 23 0 0 2
Rataan 7,66 21,66 0 0 3,33

Tabel 4. Hasil pengamatan uji vigor dan lot benih kedelai di rendam
dengan aquades, NaCl dan PEG.
Kecambah Kecambah
Vigor Normal Abnormal
Perlakuan Ulangan Mati
Benih Hari Hari Hari Hari
ke 5 ke 7 ke 5 ke 7
1 0 0 8 25 -
Kontrol 2 1 6 7 19 -
3 2 9 8 16 -
Rataan 1,00 5,00 7,67 20 -
1 0 0 25 25 -
Kedelai Nacl 2 0 0 25 25 -
(Glycine
3 0 0 25 25 -
max)
Rataan 0 0 25 25 -
1 3 2 2 23 -
PEG 2 4 3 6 22 -
3 8 4 8 21 -
Rataan 5,00 3,00 5,33 22 -

4.1 Pembahasan

Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa; benih yang
berkecamabah, kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada
berbagai lingkungan yang memadai. Selain itu juga harus diperhatikan semua
atribut perkecambahan secara morfologi dan fisiologis yang mempengaruhi
kecepatan. Keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai lingkungan, ini
merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau kesehatannya.
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan
dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi
lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama
proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Pengamatan dan penilaian
dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik secara
fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih
pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan
di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya tumbuh benih.
Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan mengukur sifat
lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek penampilan
kecambah.
Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk menentukan
kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan
benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal. Uji vigor
merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-macam.
Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi
kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah persentase kecambah
normal.
Pada tanaman padi (Oryza sativa L.) perakuan aquades (kontrol),
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 21,67 dan hari ketuju sebesar 22. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 5,5 dan hari ketujuh 3. Perlakuan dengan menggunakan larutan NaCl
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 0dan hari ketuju sebesar 0. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 25 dan hari ketujuh 25. Perlakuan dengan menggunakan larutan PEG
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 20 dan hari ketuju sebesar 22. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 2 dan hari ketujuh 1.
Pada tanaman jagung (Zea mays L.) perakuan aquades (kontrol),
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 18 dan hari ketuju sebesar 21. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 5,5 dan hari ketujuh 3. Perlakuan dengan menggunakan larutan NaCl
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 0 dan hari ketuju sebesar 0. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 5 dan hari ketujuh 12,3. Perlakuan dengan menggunakan larutan PEG
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 23 dan hari ketuju sebesar 21. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 2 dan hari ketujuh 1.
Pada tanaman kacang hijau (Glycine max) perakuan aquades (kontrol),
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 21,33 dan hari ketuju sebesar 19,33. Pengamatan
kecambah abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang
diperoleh sebesar 1 dan hari ketujuh 2. Perlakuan dengan menggunakan larutan
NaCl pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai
rataan yang diperoleh sebesar 0 dan hari ketuju sebesar 0. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 1 dan hari ketujuh 0. Perlakuan dengan menggunakan larutan PEG
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 7,6 dan hari ketuju sebesar 21,6. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 0 dan hari ketujuh 0.
Pada tanaman kedelai (Vigna radiata) perakuan aquades (kontrol),
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 1 dan hari ketuju sebesar 5. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 7,67 dan hari ketujuh 20. Perlakuan dengan menggunakan larutan NaCl
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 0 dan hari ketuju sebesar 0. Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 25 dan hari ketujuh 25. Perlakuan dengan menggunakan larutan PEG
pengamatan kecambah normal hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan
yang diperoleh sebesar 25 dan hari ketuju sebesar 3 Pengamatan kecambah
abnormal pada hari kelima dari ulangan 1 sampai 3 nilai rataan yang diperoleh
sebesar 5,3 dan hari ketujuh 22.
Sebagai hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang demikian erat antara kecepatan berkecambahnya benih
dengan vigor tanamannya. Ternyata dari adanya kenyataan bahwa benih yang
kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang dihasilkannya akan lebih tahan
terhadap keadaan atau lingkungan yang kurang menguntungkan. Dengan
demikian jelas bahwa kecepatan berkecambahnya benih merupakan aspek penting
dari vigor tanamannya, serta memberikan indeks vigor dari setiap kelompok
benih. Karena itu perlu dilakukan pengujian tentang kecepatan berkecambah
tersebut, yang penilaiannya dapat dilakukan dengan beberapa cara.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan


dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi
lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama
proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Pengamatan dan penilaian
dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik secara
fisiologis maupun fisik. Sebagai hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa terdapat hubungan yang demikian erat antara kecepatan
berkecambahnya benih dengan vigor tanamannya. Ternyata dari adanya kenyataan
bahwa benih yang kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang dihasilkannya
akan lebih tahan terhadap keadaan atau lingkungan yang kurang menguntungkan.
Dengan demikian jelas bahwa kecepatan berkecambahnya benih merupakan aspek
penting dari vigor tanamannya, serta memberikan indeks vigor dari setiap
kelompok benih. Karena itu perlu dilakukan pengujian tentang kecepatan
berkecambah tersebut, yang penilaiannya dapat dilakukan dengan beberapa cara.
5.2. Saran

Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini yaitu dalam proses
praktikum diperlukan kekompakan antar kelompok sehingga praktikum bisa
terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

You might also like