You are on page 1of 23

TUGAS SURVEI GNSS

MENGANALISIS PAPER MENGENAI PENGGUNAAN


APLIKASI GNSS DENGAN KETELITIAN TINGGI DAN
SEDANG

Dosen Pengampu:
Dwi Lestari, , Dr., S.T., M.E.

Anggota:
1. Dian Futikhatul A (17/411135/SV/13062)
2. Lailatul Maghfiroh (17/411138/SV/13065)
3. Ahmad Reza Fachrizal (17/415765/SV/13630)
4. Bagas Octavianto (17//SV/)
5. Khoirul Fanani (17/SV/)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK GEOMATIKA


DEPARTEMEN TEKNOLOGI KEBUMIAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
MENGIDENTIFIKASI PAPER PADA TIPE GPS MAPPING

(KETELITIAN SEDANG)

I. Judul Paper :

Analisis Presisi Pemeruman Di Daerah Perairan Semarang dengan Menggunakan


Garmin GPS Map 420S

II. Alat yang dipilih :

Adapun peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. 1 set alat fishfinder Garmin GPS Map 420S


2. Perangkat Komputer dengan spesifikasi :
a. Sony VAIO Y Series VPCYB35AG, AMD Dual-Core E-450 APU (1,65
GHz).
b. Sistem operasi Windows 7 Ultimate (32-bit)
3. Software (Perangkat Lunak) berupa :
a. GPS Utility Version 5.17
b. Autodesk Map 2004
c. Transformasi Koordinat Versi 1.01
4. Rambu Ukur
5. Refraktometer
6. Waterpass
7. Pita Ukur
8. Bar Check
9. Accu

III. Metode Pengamatan :


1. Administrasi
Pada tahap persiapan awal dalam penelitian ini, dilakukan pengajuan dan
pengurusan surat perizinan yang ditujukan kepada pihak pengelola pantai Marina
untuk melakukan kegiatan pengambilan data pemeruman di kawasan tersebut.
2. Pasut

Setelah proses administrasi selesai, kemudian kegiatan selanjutnya


melakukan persiapan untuk pengamatan pasang surut air laut di daerah pantai Marina.
Pada tahap ini persiapan meliputi penyediaan bahan untuk melakukan pemasangan
palem pasut seperti balok kayu, bambu, karet ban, serta palem pasut. Setelah bahan
pengamatan pasut lengkap, persiapan selanjutnya adalah menentukan tempat
pemasangan palem pasut. Dalam menentukan tempat pengamatan pasut diusahakan
tempat pemasangan palem pasut yang jauh dari gangguan gelombang yang
ditimbulkan oleh kapal yang sedang berjalan, karena akan mempengaruhi bacaan
pada saat melakukan pengamatan pasang surut air laut. Sedangkan waktu pencatatan
pengamatan pasang surut air laut dilakukan pada interval waktu 1 jam sekali selama
24 jam. Pada saat pemeruman berlangsung, pengamatan pasang surut air laut
dilakukan pada interval waktu 15 menit sekali sampai pemeruman berakhir.

3. Pemeruman

Pada tahap persiapan ini, persiapan pertama yang paling penting adalah
persiapan wahana apung (kapal), dimana kapal harus dalam kondisi baik untuk
berlayar serta bahan bakar yang cukup pada saat melakukan pemeruman. Selain itu
persiapan pelampung juga menjadi bagian yang sangat penting untuk keselamatan
awak kapal pada saat pengambilan data pemeruman. Selanjutnya persiapan meliputi
pembuatan lajur perum pada software Autodesk Map 2004, data lajur perum yang
dibuat pada software Autodesk Mapini kemudian di export dalam bentuk format .dxf
yang nantinya akan digunakan pada alat fishfinder Garmin GPS Map 420S. Persiapan
berikutnya yaitu setting alat fishfinder Garmin GPS Map 420S. Setting ini meliputi
setting jam GPS, jenis sounding, dan menampilkan lajur perum pada display
fishfinder Garmin GPS Map 420S. tahap selanjutnya instalasi alat GPS dan fishfinder
pada kapal. Pada saat melakukan instalasi alat pada kapal, diusahakan antara GPS dan
transducer harus dalam kondisi lurus dan kuat, agar pada saat melakukan pemeruman
transducer tidak rusak atau patah terkena gelombang laut.
Pelaksanaan

Gambar 3.1Diagram Alir Metodologi Pelaksanaan Penelitian

IV. Pengolahan Data :

Hasil Verivikasi Kedalaman Terkoreksi

Pemeruman di kawasan pantai Marina dilakukan dari bibir pantai dengan


tingkat kedalaman 3,7 m sampai ke tengah lautan dengan tingkat kedalaman
mencapai 12 m, dengan interval waktu pengambilan data sekitar 20 detik. Nilai
kedalaman yang di dapat dari proses pemeruman sangat bervariasi.
Dari hasil pemeruman yang didapat kemudian dilakukan pengolahan data
untuk memperoleh nilai hasil kedalaman terkoreksi pemeruman di pantai Marina,
Semarang. Nilai kedalaman terkoreksi diperoleh dari pengolahan data dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Dari perhitungan di atas didapatkan nilai hasil kedalaman terkoreksi


kawasan pantai Marina. Dari data nilai kedalaman terkoreksi maka diketahui
selisih antara nilai kedalaman hasil pemeruman dengan nilai hasil kedalaman
terkoreksi ± 0,7 m tiap titiknya.

Untuk perairan dangkal dengan tingkat kedalaman 3,7 m maka nilai


kedalaman terkoreksinya adalah 4,4 m, sedangkan untuk perairan dengan tingkat
kedalaman 12,2 m nilai kedalaman terkoreksinya 12,7 m.

Pengelompokan Tiap Zona

Pembuatan zona dilakukan untuk mengelompokkan semua data hasil


pemeruman di lapangan. Data hasil pemeruman di lapangan dikelompokkan
kedalam 3 zona, yaitu zona 25 m, 10 m dan 5 m.

Data yang berada dalam satu zona kemudian akan dilakukan pengolahan
untuk mencari standar deviasi per zona. Jumlah data pada zona 25 m data berkisar
antara 2 sampai 8 data tiapa zona, untuk zona 10 jumlah data berkisar antara 2
sampai 6 data tiap zona, sedangkan untuk zona 5 m jumlah data berkisar antara 2
sampai 4 tiap zona.
Analisis dari pengelompokkan zona tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Zona 25 m : 249 zona
2. Zona 10 m : 26 zona
3. Zona 5 m : 9 zona

Setelah semua data dikelompokkan berdasarkan zonanya, kemudian dilakukan


perhitungan standar deviasi . Dari hasil nilai standar deviasi keseluruhan data zona 25,
maka diperoleh nilai standar deviasi yang terkecil adalah 0 m sedangkan standar
deviasi yang relatif besar pada zona 25 adalah 0,2694 m. Untuk zona 10, nilai standar
deviasi terkecil adalah 0 m sedangkan standar deviasi terbesar pada zona 10 adalah
0,3624 m. Sedangkan Pada zona 5, nilai standar deviasi terkecil adalah 0 m
sedangkan standar deviasi terbesar pada zona 5 adalah 0,2869 m.

Berdasarkan perhitungan standar deviasi, didapat hasil standar deviasi yang


bervariasi tiap zonanya.Seperti yang terlihat pada Gambar 3.1, 3.2, dan
3.3.Perhitungan standar deviasi dimaksudkan untuk mengetahui presisi dari data
singlebeam fishfinder.
Gambar 3.2 Standar deviasi zona 25

Gambar 3.3 Standar deviasi zona 10

Gambar 3.4 Standar deviasi zona 5


Klasifikasi Survei

Ketelitian dari semua pekerjaan penentuan posisi maupun pekerjaan pemeruman


selama survei dihitung dengan menggunakan metoda statistik tertentu pada tingkat
kepercayaan 95% untuk dikaji dan dilaporkan pada akhir survei.

Standar Nasional Indonesia menegenai survei hidrografi, yang dikeluarkan oleh


BSNI juga mengacu pada standar IHO (International Hydrographic Organization),
yang diterbitkan melalui konsensus nasional pada tanggal 10 Mei 2010 sampai dengan
10 Juli 2010.

Pada Tabel 3.1 a dan b adalah variabel yang digunakan untuk menghitung
akurasi kedalaman. Adapun kesalahan anatara kedalaman dalam titik fix perum pada
lajur utama dan lajur silang tidak boleh melebihi toleransi berikut :

Keterangan:
a : Kesalahan independen (jumlah kesalahan yang bersifat tetap)
b : Faktor kesalahan kedalaman dependen (jumlah kesalahan yang tidak tetap) .

d : Kedalaman terukur

(bxd) :kesalahan kedalaman yang dependen

Orde ketelitian pemeruman dihitung dari selisih kedalaman silang antara lajur
pergi dan lajur pulang. Pada kenyataannya tidak semua lajur pulang dapat
bertampalan dengan tepat dengan lajur pergi, akan tetapi ada beberapa titik yang
mempunyai koordinat berdekatan.
Tabel3.1Ketelitian Pengukuran Survei Hidrografi

Berdasarkan data kedalaman singlebeam fishfinder titik 5 dan 652 maka


didapat selisih kedalaman pada titik tersebut yaitu 0,22067 m dan rata-rata titik
tersebut adalah 4,181 m. Selanjutnya didapatkan nilai standar deviasi berdasarkan
orde khusus ± 0.251958911. Jadi dapat disimpulkan bahwa selisih kedalaman 0,22067
dapat memenuhi toleransi.
Tabel3.3 Standar Deviasi Tiap Titik

Berdasarkan data tabel 3.2 dan tabel 3.3, maka dari 16 sampel data yang
bertampalan diperoleh hasil, data yang masuk dalam ketelitian orde khusus ada 7
sampel, sedangkan data yang masuk kedalam ketelitian orde 1 ada 8 sampel, dan
untuk orde 2 ada 1 sampel.

V. Ketelitian yang dihasilkan

Mengacu pada SNI 19-6726-2002 pembuatan Peta Dasar Lingkungan Indonesia


mempunyai spesifikasi ketelitian sebagai berikut :

Ketelitian Horisontal

Minimal 90% dari posisi horisontal yang diuji harus mempunyaiketelitian 0,5
mm pada peta (125 m di lapangan). Titik-titik yang diuji adalah minimal 2% dari isi
peta yang diwakilinya dan titik-titik tersebut terdefinisi dengan jelas di atas peta.
Ketelitian Vertikal

Minimal 90% dari kontur yang diuji dan ketinggian hasil interpolasi dari
kontur harus mempunyai ketelitian setengah kali interval kontur.Titik-titik yang
diuji adalah minimal 2% dari isi peta yang diwakilinya dan titik-titik tersebut
terdefinisi dengan jelas di atas peta.
Kesimpulan dari analisis di atas serta mengacu pada SNI 19-6726-2002 maka
alat Garmin GPS Map 420s masuk dalam ketelitian tersebut dan dapat
direkomendasikan untuk pembuatan Peta LPI pada perairan dangkal.
VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab


sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Hasil verifikasi pemeruman dengan menggunakan alat fishfinderGarmin GPS
Map 420S, diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Jumlah data yang termasuk dalam zona 25 m ada sebanyak 249 zona, dengan
nilai standar deviasi terkecil adalah 0 m sedangkan standar deviasi yang
relatif besar
adalah 0,2694 m.
b. Jumlah data yang termasuk zona 10 m sebanyak 26 zona, nilai standar
deviasi terkecil adalah 0 m sedangkan standar deviasi terbesar adalah 0,3624
m.
c. Serta, jumlah data yang termasuk pada zona 5 sebanyak 9 zona. Nilai standar
deviasi terkecil adalah 0 m sedangkan standar deviasi terbesar adalah 0,2869
m.
d. Jumlah sampel data yang bertampalan ada 16 data, data yang masuk dalam
ketelitian orde khusus ada 7 sampel, sedangkan data yang masuk kedalam
ketelitian orde 1 ada 8 sampel, dan untuk orde 2 ada 1 sampel. Standar
deviasi terkecil terjadi pada data titik 11-649 yaitu ± 0.11467, dan standar
deviasi terbesar terjadi di titik 16-645 yaitu
± 0.51250.

2. Mengacu pada spesifikasi SNI 19-6726-2002 untuk ketelitian pembuatan Peta

Dasar Lingkungan Pantai Indonesia, alat fishfinderGarmin GPS Map 420S dapat
direkomendasikan untuk pembuatan Peta Dasar Lingkungan Indonesia pada
perairan yang relatif dangkal.Dengan nilai ketelitian yang mencapai orde 1, alat
ini memunuhi ketelitian tersebut.
MENGIDENTIFIKASI PAPER PADA TIPE GPS GEODETIC

(KETELITIAN TINGGI)

I. Judul Paper :

Kajian ketelitian hasil pengukuran menggunakan low cost gnss dan gps geodetik
menggunakan metode PPP online.

II. Alat yang dipilih :

Peralatan yang digunakan dalam pengukuran antara lain sebagai berikut:

1. Software:

- Mozila Firefox,
- Geocalc,
- Geotagging,
- Aplikasi Javad,
- Jps2rin,
- RTKlib,
- Autocad Land Dekstop 2009,
- Microsoft Excel,
- Microsoft Word.

2. GPS Geodetik dual frekuensi.

3. Low Cost GNSS dual frekuensi.

4. Smartphone.

5. Laptop.

6. Kamera digital.

7. Flasdisk 16 GB.
III. Metode Penelitian

Tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di titik jaring kontrol horisontal orde 0 dan orde 1.
Jaring kontrol orde 0 terletak di Boulevard, Yogyakarta sedangkan jaring kontrol
orde 1 terletak di jalan Balangan-Minggir km.23 Yogyakarta. Lokasi penelitian
dapat dilihat pada gambar 3.1.
2. Diagram Alir

Diagram alir yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah sebagai


berikut.

Gambar 3.2 Diagram Alir

IV. Analisis dan Uji Data

1. Analisis Presisi Horisontal

Presisi pengukuran dinyatakan dalam seberapa dekat hasil pengukuran dengan


nilai rata-ratanya. Untuk mengetahui nilai presisi antara GPS Geodetik dan Low Cost
GNSS yang telah diolah dengan PPP online, hasil PPP online diplot menggunakan
Autocad. Hasil plot ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 3.3 Plotting kepresisian horisontal hasil pengukuran menggunakan
GPS Geodetik dan Low Cost GNSS pada titik orde 0

Gambar 3.3 menunjukkan persebaran titik-titik hasil pengukuran menggunakan GPS


Geodetik dan Low Cost GNSS pada titik orde 0 yang diolah menggunakan PPP
online. Terlihat untuk GPS Geodetik persebaran titiknya mendekati koordinat
definitif N0005 dengan range radius antara 0,081 m sampai 0,789 m dan hasil
persebarannya cenderung kearah timur. Sedangkan untuk Low Cost GNSS
persebaran titiknya menunjukkan kearah barat daya hingga timur dengan dari titik
definitif N0005. Untuk persebaran titik mendekati titik definitif tersebut dengan
range antara 0,109 m sampai 1,135 m.

Gambar 3.3 Plotting kepresisian horisontal hasil pengukuran menggunakan


GPS Geodetik dan Low Cost GNSS pada titik orde 1
Gambar 3.3 menunjukkan persebaran titik-titik hasil pengukuran menggunakan
GPS Geodetik dan Low Cost GNSS pada titik orde 1 yang diolah menggunakan PPP
online. Terlihat untuk GPS Geodetik persebaran titiknya mendekati koordinat
definitif N1.0261 dengan range radius antara 0,076 m sampai 0,600 m dan hasil
persebarannya cenderung kearah timur. Sedangkan untuk Low Cost GNSS
persebaran titiknya hampir merata dengan dari titik definitif N1.0261. Untuk
persebaran titik mendekati titik definitif N1.0261 dengan range antara 0,154 m
sampai 0,560 m.

2. Analisis Keakurasian Horizontal


Tingkat keakurasian horisontal dinilai dengan keterdekatan hasil pengukuran
dengan nilai nilai sebenarnya. Berikut hasil plotting keakurasian data pada titik
pengukuran orde 0 dan orde 1.

Gambar 3.4 Grafik tingkat keakurasian posisi horisontal hasil pengukuran


dengan GPS Geodetik dan Low Cost GNSS yang telah di proses dengan PPP
online pada titik orde 0

Dari gambar 3.4 terlihat bahwa hasil pengukuran dengan GPS Geodetik dan
Low Cost GNSS pada titik orde 0 yang telah diproses dengan PPP online keduanya
menunjukkan keakuratan yang hampir sama, namun cenderung lebih akurat yang GPS
Geodetik dibandingkan dengan Low Cost GNSS. Hal ini ditunjukkan dengan
keterdekatan hasil proses PPP online untuk GPS Geodetik dengan nilai sebenarnya
dari titik orde 0 N0005, selain itu radius pada GPS Geodetik berkisar antara range
0,081 meter hingga 0,789 meter dari titik N0005. Tingkat keakuratan dari GPS
Geodetik paling akurat didapat pada pen gukuran.
Selama 40 menit pertama, setelah itu cenderung fluktuatif dan mulai konsisten
pada menit 105 yang berjarak 0,194 dari titik N0005. Untuk pengukuran selama 50
menit pertama pada Low Cost GNSS, menunjukkan hasil yang fluktuatif. Namun
mulai konsisten adalah mulai menit 115 dengan akurasi adalah 0,217 meter. Tingkat
keakuratan pada hasil pengukuran Low Cost GNSS, yang paling akurat adalah pada
pengukuran selama 65 menit pertama dengan jarak 0,109 meter dari titik definitif.

Gambar 3.5 Grafik tingkat keakurasian posisi horisontal hasil pengukuran


dengan GPS Geodetik dan Low Cost GNSS yang telah di proses dengan PPP
online pada titik orde 1

Dari gambar 3.5 terlihat bahwa hasil pengukuran dengan GPS Geodetik dan
Low Cost GNSS pada titik orde 1 yang telah diproses dengan PPP online keduanya
menunjukkan grafik yang fluktuatif. Nilai keterdekatan hasil proses PPP online untuk
GPS Geodetik dengan nilai sebenarnya dari titik orde 1 N1.0261 antara range 0,076
meter hingga 0,600 meter. Tingkat keakuratan dari GPS Geodetik paling akurat
didapat pada pengukuran selama 10 menit pertama. Untuk pengukuran pada Low Cost
GNSS data pengukuran menunjukkan keakuratan yang paling akurat adalah pada
pengamatan 25 menit pertama dengan akurasi 0,154.

3. Analisis Keakurasian Horizontal

Gambar 3.6 Grafik posisi tinggi hasil pengukuran dengan dengan GPS
Geodetik dan Low Cost GNSS yang telah di proses dengan PPP online pada
titik orde 0
Dari gambar 3.6, koordinat h data GPS Geodetik untuk pengukuran 40 menit
pertama terlihat grafik yang fluktuatif, setelah menit ke-40 data pengukuran
menunjukkan konsisten dengan akurasi terdekat didapat pada penukuran dimenit ke-
45 dengan selisih 0,003 meter dari kordinat definitif N0005. Untuk data pengukuran
Low Cost GNSS pada pengukuran 55 menit pertama data menunjukkan fluktuatif,
untuk menit setelahnya cenderung terlihat konsisten dengan akurasi terdekat dengan
titik definitif N0005 terdapat pada menit 75 dengan selisih 0,046 dari titik definitif.
Dari gambar 3.6, koordinat h data GPS Geodetik untuk pengukuran 40 menit pertama
terlihat grafik yang cenderung fluktuatif, pada menit ke-175 data pengukuran
menunjukkan akurasi terdekat dengan titik definitif N0005 dengan selisih 0,026
meter dari kordinat definitif N1.0261. Untuk data pengukuran Low Cost GNSS juga
menunjukkan data yang cenderung fluktuatif. Pada pengukuran menit ke-140
menunjukkan akurasi terdekat dengan titik definitif N1.0261 yaitu dengan selisih
0,001 meter dari titik definitif.

Gambar 3.7 Grafik posisi tinggi hasil pengukuran dengan dengan GPS
Geodetik dan Low Cost GNSS yang telah di proses dengan PPP online pada
titik orde 1
4. Uji Chi Square
Uji tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas data yang dihasilkan.
1. Uji hipotesis untuk data pengukuran di titik orde 0.

Maka Hipotesis 0 ditolak, Data hasil pengukuran menggunakan alat tidak


bisa digunakan untuk pengukuran titik setara orde 0 atau orde 1 pengamatan
dengan jika pengolahannya menggunakan metode PPP online.

Maka Hipotesis 0 ditolak, Data hasil pengukuran menggunakan alat tidak


bisa digunakan untuk pengukuran titik setara orde 0 atau orde 1 pengamatan
dengan jika pengolahannya menggunakan metode PPP online.

2. Uji hipotesis untuk data pengukuran di titik orde 1


Maka Hipotesis 0 ditolak, Data hasil pengukuran menggunakan alat tidak
bisa digunakan untuk pengukuran titik setara orde 0 atau orde 1 pengamatan
dengan jika pengolahannya menggunakan metode PPP online.

Maka Hipotesis 0 ditolak, Data hasil pengukuran menggunakan alat tidak


bisa digunakan untuk pengukuran titik setara orde 0 atau orde 1 pengamatan
dengan jika pengolahannya menggunakan metode PPP online.

5. Uji F (Distribusi Fisher)


Uji F dilakukan untuk menguji hasil pengukuran menggunakan alat GPS
Geodetik dan Lowcost GNSS yang dilakukan di titik orde 0 dan orde 1.

1. Uji hipotesis untuk data pengukuran di titik orde 0 dengan menggunakan uji F
tabel.

Maka Hipotesis 0 diterima, tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat


ketelitian data GPS Geodetik sama dengan Low Cost GNSS apabila diolah
menggunakan metode PPP online.
2. Uji hipotesis untuk data pengukuran di titik orde 0 dengan menggunakan uji F
tabel.

Maka Hipotesis 0 diterima, tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat ketelitian
data GPS Geodetik sama dengan Low Cost GNSS apabila diolah menggunakan
metode PPP online.

V. Ketelitian yang dihasilkan

Dari hasil pengolahan data untuk pengamatan survei GPS metode statik,
didapatkan koordinat posisi tiap titik penelitian.
Berdasarkan koordinat posisi tersebut kemudian dihitung pergeseran linear tiap
titik. Sebagai titik acuan adalah titik yang didapatkan dari pengamatan survei GPS
metode statik selama 60 menit.
Dari data hasil analisis simpangan baku diperoleh nilai Δx, Δy dan Δz di bawah 1
(lihat Tabel 6), berarti nilai simpangan baku masuk di dalam toleransi pengukuran
GPS. Pada kenyataannya bahwa nilai penyimpangan (kesalahan) relatif dari koordinat
KKOP ke titik referensi N.4007 dipengaruhi oleh jarak dan lama pengamatan
walaupun jauh jarak baseline jika waktu pengamatan ditambahkan maka akan
memperkecil simpangan/ kesalahan pengukuran.
Tabel 6. Analisis Ketelitian Titik KKOP Berdasarkan

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah dilaksanakan penulis dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan dengan menggunakan GPS Geodetik pada titik orde 0 N0005
yang sudah diolah menggunakan software PPP online mempunyai range
kepresisian antara 0,081 m sampai 0,789 m dari titik definitif N0005 dengan titik
paling akurat adalah pengamatan pada menit ke-40.
2. pengamatan dengan menggunakan Low Cost GNSS pada titik orde 0 N0005 yang
sudah diolah menggunakan software PPP online mempunyai range kepresisian
antara 0,109 m sampai 1,135 m dari titik definitif N0005 dengan titik paling
akurat adalah pengamatan pada menit ke-65.
3. Hasil pengamatan dengan menggunakan GPS Geodetik pada titik orde 1 N1.0261
yang sudah diolah menggunakan software PPP online mempunyai range
kepresisian antara 0,076 m sampai 0,600 m dari titik definitif N1.0261 dengan
titik paling akurat adalah pengamatan pada menit ke-10.
4. Hasil pengamatan dengan menggunakan Low Cost GNSS pada titik orde 1 N0005
yang sudah diolah menggunakan software PPP online mempunyai range
kepresisian antara 0,154 m sampai 0,560 m dari titik definitif N1.0261 dengan
titik paling akurat adalah pengamatan pada menit ke-25.
5. Data hasil pengukuran menggunakan alat tidak bisa digunakan untuk pengukuran
titik setara orde 0 atau orde 1 pengamatan dengan jika pengolahannya
menggunakan metode PPP online. Sedangkan untuk data hasil ukuran tidak ada
perbedaan yang signifikan tingkat ketelitian data antara GPS Geodetik sama
dengan Low Cost GNSS apabila diolah menggunakan metode PPP online yang
diuji dengan uji F (Fisher). Untuk uji F hasil pengukuran titik orde 0 didapatkan
nilai F_hitung=1,93 dan F_(tabel=) = 1,96. Sedangkan untuk uji F pada hasil
pengukuran titik orde 1 mendapatkan nilai F_hitung=1,82 dan F_(tabel=) = 1,96.
Hasilnya :
F_hitung<F_tabel.

You might also like