You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebisingan merupakan pencemaran lingkungan yaitu termasuk pencemaran udara dengan


kategori sumber gangguan (Martono, 2004 dalam Hasyim, 2003). Menurut Environment
Protection Agency, di banyak negara kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit
pekerjaan paling umum di sebagian besar industri atau tempat kerja. Occupational Safety and
Health Administration (OSHA) menyebutkan setiap tahunnya sebanyak 22 juta pekerja di
Amerika terpapar kebisingan yang berpotensi sebagai gangguan kesehatan. Di wilayah Eropa,
faktor risiko kebisingan menempatkan posisi kedua terbesar penyebab beban penyakit yaitu
sebesar 22% setelah faktor risiko cedera akibat kecelakaan kerja. Kondisi kerja yang tidak
sehat tersebut dapat berkontribusi setidaknya 1,6% dari beban penyakit (WHO, 2018).
Sementara itu, di negara-negara berkembang seperti Indonesia masalah pengelolaan kualitas
lingkungan kerja seperti kebisingan masih ditanggapi sebagai masalah marjinal karena
masalah tersebut lebih banyak dialami oleh para pekerja produksi atau level operasional
(Tambunan, 2005).

Menurut Environment Protection Agency (1981), kebisingan mampu menghasilkan


reaksi sistemik jangka pendek bagi manusia diterjemahkan ke dalam masalah-masalah
kesehatan. Kebisingan di tempat kerja dengan sifat yang bertahap maupun tiba-tiba dan
sangat keras dapat menyebabkan kerusakan pendengaran yang permanen. Namun, gangguan
pendengaran bukan satu-satunya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh paparan bising.
Studi menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara kebisingan dan masalah kesehatan
antara lain dengan kejadian stres, tekanan darah tinggi, gangguan bicara, gangguan
pendengaran, dan gangguan tidur (EPA, 2012). Hal ini secara langsung dapat menjadi
penyebab ketertinggalan atau penurunan produktivitas pada industri di negara berkembang.

Hubungan antara paparan kebisingan dengan efek pendengaran (Auditory)


didokumentasikan dengan baik dalam literatur biomedis, namun hal tersebut belum setara
dengan penelitian mengenai paparan kebisingan dengan efek non-auditory seperti hipertensi,
mengingat cukup tingginya prevalensi dari penyakit yang dapat meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular tersebut (de Souza et al, 2015). Menurut Environmental Protection Agency,
kebisingan dapat dikatakan sebagai penyebab terjadinya tekanan darah tinggi karena dapat
berkontribusi pada kenaikan rasa stress dan sakit kepala. Lebih dari 40 studi asing yaitu studi
epidemiologi retrospektif telah dilakukan mengenai kebisingan kerja dan efek kerdiovaskular.
Sejumlah besar studi tersebut menunjukkan bahwa paparan jangka panjang untuk tingkat
kebisingan kerja yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan tingkat tekanan darah yang tinggi
pula, serta masalah kesehatan kardiovaskular lainnya (EPA, 1981).

Satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia mengalami hipertensi dan proporsinya
meningkat seiring bertambahnya usia. Satu dari sepuluh orang dewasa di usia 20-an
mengalami hipertensi sedangkan bertambah menjadi lima dari 10 orang pada usia 50-an
(WHO, 2013). Environmental Protection Agency (1981) menyebutkan, hipertensi
merupakan faktor penyebab kematian setidaknya 250.000 orang Amerika setiap tahunnya.
Penyakit jantung yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi menyebabkan sebagian besar
beban keuangan penyakit yang merupakan satu per lima dari total biaya penyakit di Amerika
(EPA, 1981). Secara global hampir satu miliar orang memiliki tekanan darah tinggi atau
hipertensi, dua pertiga diantaranya berada di negara berkembang. Sementara itu, sebanyak 8
juta kematian per tahun di seluruh dunia dan sebanyak 1,5 juta per tahunnya kematian di
wilayah Asia Tenggara disebabkan oleh hipertensi (WHO, 2011). Di Indonesia, penyakit
hipertensi merupakan kondisi yang masih sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer
dengan kenaikan prevalensi dari tahun 2013 yaitu sebesar 25,8% menjadi 34,1% di tahun
2018 (Riskesdas, 2018).

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara paparan


kebisingan dengan kejadian hipertensi. Terdapat penelitian menunjukkan bahwa paparan
kebisingan pesawat dapat berhubungan dengan peningkatan risiko hipertensi dengan nilai OR
hipertensi pada penduduk terpapar sebesar 1,63 (95% CI, 1.15-1.60) (Huang et al, 2015).
Penelitian lain menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada tingkat kebisingan dibawah 72
dBA adalah sebesar 14% sedangkan tingkat kebisingan lebih besar dari 72 dBA prevalensi
hipertensi menjadi sebesar 20% (Rosenlund et al, 2001). Penelitian yang dilakukan pada
pekerja bengkel di Medan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
intensitas kebisingan dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja yaitu dengan p
value 0,002 (p < 0,05) (Junita et al, 2015). Namun, kebisingan bukan merupakan satu-satunya
faktor risiko hipertensi. Stres dan emosi terbukti dapat merangsang sistem saraf simpatis dan
menaikkan tekanan darah (Baradero et al, 2005 dan Jayakumar, 2017). Selain itu karakteristik
dan perilaku pada seseorang juga dapat berpengaruh pada kejadian hipertensi seperti jenis
kelamin, umur, aktivitas fisik, perilaku merokok, perilaku minum alkohol, dan obesitas
(Casey dan benson, 2006 dan Heart Foundation, 2016). Terdapat juga penelitian yang
menyebutkan bahwa pada pekerja yang terpapar kebisingan diatas 85 dbA dengan lama kerja
10 tahun mengalami kenaikan tekanan darah sistolik hingga 68,7% dan tekanan diastolik
hingga 53,7% (Hastuti et al, 2005).

Satu-satunya perusahaan yang mengolah dan menurnikan emas dengan proses produksi
yang cukup rumit adalah PT Antam (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian
Logam Mulia. Pada tahun 2018, kenaikan penjualan emas mencapai 81% dan produksi emas
mencapai 3% dari tahun sebelumnya, menyebabkan keharusan pekerja dalam meningkatkan
produktivitas. Proses produksi tersebut tentunya dibantu oleh peralatan mesin dan mekanis
yang dapat menghasilkan suara bising. Menurut penelitian mengenai penilaian risiko pada PT
Antam (Persero) UBPP Logam Mulia, existing level kebisingan pada pekerja mencapai nilai
150 atau bersifat substansial yang artinya mengharuskan adanya perbaikan. Konsekuensinya
bersifat serius karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan pajanannya bersifat
continously atau sering terjadi dalam bagian proses kerja (Nisa, 2014). Adapun menurut data
pemantauan Antam tahun 2018, pada bagian atau unit proses Refining, tingkat kebisingannya
terbilang cukup tinggi untuk standar durasi kerja 8 jam yaitu mencapai 91 dBA di bagian
peleburan, 80 dBA di bagian pemurnian perak, dan 94 dB di bagian pemurnian emas. Belum
terdapatnya penelitian mengenai kebisingan dan hubungannya terhadap tekanan darah tinggi
atau hipertensi pada pekerja bagian Refining di PT Antam (Persero) yang membuat peneliti
tertarik untuk meneliti mengenai hubungan kebisingan terhadap hipertensi pada pekerja di PT
X tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Kebisingan yang bersumber dari mesin, alat mekanis, benturan alat kerja, dan aliran
material dari bagian Refining di PT Antam (Persero) UBPP Logam Mulia dapat berpotensi
sebagai penyebab dari gangguan kesehatan para pekerja. Belum terdapatnya penelitian yang
menghubungkan antara kebisingan dengan hipertensi di perusahaan tersebut mengingat
prevalensi yang masih terbilang cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis hubungan
intensitas kebisingan terhadap kejadian hipertensi pada pekerja, beserta faktor-faktor lain
yang berisiko pada kejadian hipertensi di bagian Refining PT Antam (Persero) UBPP Logam
Mulia tahun 2019.
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebisingan
dengan kejadian hipertensi pada pekerja bagian Refining di PT Antam (Persero)
UBPP Logam Mulia tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui tingkat kebisingan di masing-masing area Refining yaitu meliputi
peleburan, pemurnian perak, dan pemurnian emas di PT Antam (Persero) UBPP
Logam Mulia.
2. Mengetahui tingkat tekanan darah dan kejadian hipertensi pada pekerja bagian
Refining PT Antam (Persero) UBPP Logam Mulia.
3. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara tingkat kebisingan dengan
kejadian hipertensi pada pekerja bagian Refining di PT Antam (Persero) UBPP
Logam Mulia..
4. Mengetahui dan menganalisis hubungan faktor-faktor lain seperti usia, riwayat
keluarga, indeks masa tubuh, perilaku merokok, aktivitas fisik, stres, lama bekerja,
dan penggunaan APD dengan kejadian hipertensi pada pekerja bagian refining di
PT Antam (Persero) UBPP Logam Mulia.
5. Mengetahui faktor risiko paling dominan yang mempengaruhi hipertensi pada
pekerja bagian refining di PT Antam (Persero) UBPP Logam Mulia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Akademisi


Penelitian ini dapat dijadikan landasan atau acuan dalam pengembangan
penelitian serupa dan sebagai tambahan informasi serta pembelajaran yang dapat
dijadikan evaluasi dalam pengembangan program kesehatan lingkungan.

1.4.2 Bagi Institusi


Penelitian ini dapat dijadikan informasi mengenai gambaran kebisingan dan
hubungannya terhadap risiko kenaikan tekanan darah (kejadian hipertensi) bagi
institusi terkait dan diharapkan dapat menjadi rekomendasi dalam pengendalian serta
pembuatan kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan kebisingan.
1.4.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan, dan
wawasan terkait kebisingan serta hubungannya dengan hipertensi dan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi. Diharapkan juga dapat mengasah kemampuan analisis dan
penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berada di ruang lingkup ilmu kesehatan masyarakat dengan menggunakan
desain studi cross sectional atau potong lintang. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni
2019 di bagian Refining PT Antam (Persero) UBPP Logam Mulia. Penelitian dilakukan untuk
mendapatkan hasil analisis mengenai hubungan antara kebisingan dengan kejadian hipertensi
pada pekerja di PT Antam (Persero) pada tahun 2019. Objek penelitian yaitu pekerja bagian
produksi di PT Antam (Persero) dibatasi pada pekerja yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi yang diasumsikan menjadi kelompok terpajan variabel independen. Penelitian
dilakukan dengan mengambil data primer yaitu tekanan darah pada sampel dan pengukuran
tingkat kebisingan. Adapun untuk data sekunder penelitian dilakukan dengan menggunakan
data pemantauan tingkat kebisingan tahunan di perusahaan itu sendiri. Selain itu dilakukan
juga observasi dan wawancara terhadap pekerja PT Antam (Persero) dengan menggunakan
kuesioner.

You might also like