You are on page 1of 9

‫الر ِحيم‬

‫الر ْح َم ِن ه‬ ِ ‫ِب ْس ِم ه‬
‫َّللا ه‬
Innalhamdalillah…

Pengajian Tema : Puasa dilihat dari sudut pandang/hubungan medis/kesehatan

Jamaah masjid Al-Fatah rahimamulullah

Tabib beragama kristen yang juga adalah Dokter pribadi Raja Harun al-Rasyid berkata dengan
nada mengejek kepada Ali bin Husein bahwa kitab suci al-qur’an itu tidak membahas ilmu
kesehatan, padahal katanya ilmu itu ada dua macam: ilmu agama dan ilmu tubuh(kesehatan).
Ali bin Husein menjawab “Sesungguhnya Allah swt. mengumpulkan ilmu kesehatan hanya pada
setengah ayat dalam kitab suci kami”. “Apa itu ?” tanyanya. Ali membacakan potongan ayat 31
dari surah al-‘araf “Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan”. Karena merasa
belum puas Dokter kristen tadi mengejar Ali dengan pertanyaan lain “Tapi kan Nabimu tidak
pernah mengajarkan ilmu kesehatan ?”. Ali menjawab “Nabi kami membahas lengkap
kesehatan hanya dalam satu hadistsnya, yaitu: manusia tidak memenuhkan suatu tempat yang
lebih jelek dari pada perut (lambung). Cukuplah baginya beberapa suap makanan sekadar bisa
menegakkan tulang punggungnya. Jika menuntut harus dipenuhi, maka sepertiga untuk makan,
sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk pernapasan”. Dokter Kristen tadi terkagum-kagum
dan berkata “ternyata Hipokrates (Dokter kristen yang dibangga-banggakan, bapak kedokteran
modern) tidak ada apa-apanya dibanding kitab suci dan Nabimu”.

Islam itu membahas seluruh kehidupan umat, dari bangun hingga tidur kembali. Islam
membahas dari politik, ekonomi, pendidikan, budaya, hukum, kedokteran dan lain-lain.
Selanjutnya jawaban yang diuraikan oleh Ali bin Husein diatas agaknya terkait erat dengan
puasa. Dalam salah satu haditsnya, Nabi berkata “Puasa itu perisai”. Arti yang bisa kita tarik
dari pernyataan Sosok Insan Kamil ini ialah, puasa dapat berfungsi menjadi perisai
(penghalang) manusia dari api neraka. Puasa dapat menjadi perisai (penahan) manusia dari
tumbuh dan berkembangnya penyakit-penyakit psikosmatik (penyakit hati) yang disebut oleh
imam al-Ghazali sebagai “amradhul qulub”, seperti riya’, kibur, suka emosi dan tidak jujur.
Puasa berarati juga pula dapat berfungsi menjadi perisai (benteng) dari penyakit-penyakit fisik
yang menyerang tubuh manusia. Menurut hasil penelitian oleh para ahli kesehatan di
Universitas Osaka, Jepang pada tahun 1930 Bentuk perisai yang tumbuh dari aktivitas puasa,
ialah bertambahnya sel darah putih dan diblokirnya suplai makanan untuk bakteri, virus, dan sel
kanker yang bersarang pada tubuh. Hal ini menjadikan orang-orang yang berpuasa memiliki
daya tahan dan kekebalan tubuh yang kuat. Karena itu mereka kelihatan lebih sehat dan tidak
mudah terserang penyakit. Tidaklah mengherankan jika pahlawan ternama perancis, Jendral
Napoleon Bonaparte mengatakan “ perisaiku adalah puasa”.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kesehatan yang meliputi empat dimensi,
yaitu sehat fisik, psikis, social, dan spiritual. Setelah diadakan penelitian dari data-data yang
valid, ditemukan bahwa ibadah puasa ternyata dapat memenuhi keempat dimensi standar
kesehatan tadi. Puasa tidak justru berimplikasi merusak kesehatan jasmani dan rohani selama
ia dilakukan secara wajar dan memenuhi aturan hukumnya.

Proses perjalanan makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh.


Puasa berfungsi Mengistirahatkan mesin pencernaan
Makanan yang dikonsumsi manusia dapat diklasifikasi menjadi 3 (tiga) tingkatan.
Pertama, tingkatan hajat (makanan yang sesuai dengan kebutuhan), yaitu beberapa suap
makanan sekedar untuk bisa menegakkan tulang punggung.
Kedua, tingkatan kifayah (ukuran kecukupan), yaitu makanan yang mengisi sepertiga perut,
sedangkan sepertiga untuk minuman dan sepertiga lainnya untuk pernafasan.
Ketiga, tingkatan fudlah (makanan yang kelewat batas dan berlebih-lebihan), yaitu makanan
yang mengisi perut lebih dari sepertiganya.

Naluri manusia cenderung memuaskan nafsunya untuk memakan makanan secara berlebih-
lebihan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia tempat penyimpanannya di
lambung, lambung ada dalam rongga perut. Paru-paru sebagai pusat pernafasan ada dalam
rongga dada. Rongga perut dan rongga dada letaknya berdekatan dan berbatas langsung
dimana kedua rongga tersebut dipisahkan oleh suatu sekat tipis disebut Diafragma. Diafragma
ini bersifat elastisdan bisa terdorong ke atas sehingga rongga dada menyempit, akibatnya
ruang gerak paru-paru juga menjadi sempit dan akan mengganggu kelancaran pernafasan.

Lambung (ventrikulus) yang dalam bahasa Arab disebut Al-Ma’idah dan dalam bahasa Inggris
disebut Stomach merupakan salah satu organ pencernaan yang mempunyai fungsi sangat vital
dalam proses pencernaan manusia. Di dalam lambung manusia makanan diproses secara fisik
dan kimia oleh sel-sel yang ada dalam lambung yang mempuyai kemampuan dan daya proteksi
yang terbatas. Apabila beban kerja lambung secara kwalitas maupun kwantitas melampaui
daya kerja lambung, maka lambung akan mengalami gangguan (sakit).

Para ulama muslim dan para pakar kesehatan menyatakan bahwa sumber dari segala penyakit
yang sulit diobati ialah memsukkan makanan di atas makanan. Artinya, makanan yang satu
belum tercerna dengan baik di lambungsudah kemasukan makanan berikutnya dan seterusnya.
Sehingga mesin pencernaan terus bekerjatanpa ada waktu untuk rehat, reses, rileks dan
beristirahat.

Manusia mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan energi tersebut dapat
bertahan selama 25 jam. Cadangan gizi inilah yang sewaktu-waktu akan dibakar menjadi
energi, jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari luar. Ketika berpuasa, cadangan energi
yang tersimpan dalam organ-organ tubuh dikeluarkan sehingga melegakan pernapasan organ-
organ tubuh serta sel-sel penyimpanannya. Peristiwa ini disebut peremajaan sel. Dengan
meremajakan sel-sel tubuh, akan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan dan kesehatan
tubuh serta kulit kita.

Puasa itu wajib


Surat Al-Baqarah ayat 183:

“Yaa ayyuhal ladziina aamanuu kutiba ‘alaikumush shiyaamu kamma kutiba ‘alalladziina min
koblikum la’allakum tattaquun” (Hai sekalian orang-porang yang beriman, diwajibkan atas kamu
puasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang terdahulu dari kamu supaya kau
bertaqwa).

Pakar medis menilai orang yang berlebihan dalam makan dan minum berusia lebih pendek
karena saluran pencernaannya dipergunakan melebihi kapasitas sebenarnya. Terkait hal ini,
Rasulullah bersabda,
”Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya
beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalau dia harus
mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk
bernafas”. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muslim)
Para hadirin yang dimuliakan Allah,

Berbagai penelitian telah mengungkap adanya mukjizat puasa ditinjau dari perpekstif medis
modern. Dalam penelitian ilmiah, tidak ditemukan efek merugikan dari puasa Ramadhan pada
jantung, paru, hati, ginjal, mata, profil endokrin, hematologi dan fungsi neuropsikiatri.

Penelitian meta analisis terhadap berbagai hasil penelitian terkait yang diperoleh dari Medline
dan jurnal lokal di negara-negara Islam 1960-2009. Seratus tiga belas artikel yang memenuhi
kriteria untuk dikaji secara mendalam untuk mengidentifikasi rincian bahan terkait, hasilnya,
terdapat manfaat luar biasa dan tidak disangka sebelumnya oleh para ilmuwan tentang adanya
mukjizat puasa Ramadhan bagi kesehatan manusia.

Allah berjanji akan memberikan berkah kepada orang yang berpuasa. Seperti ditegaskan sabda
Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu'aim: "Berpuasalah maka
kamu akan sehat." Dengan berpuasa, akan diperoleh manfaat secara biopsikososial berupa
sehat jasmani, rohani dan sosial. Rahasia kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa inilah
yang menjadi daya tarik ilmuwan untuk meneliti berbagai aspek kesehatan puasa secara
psikobiologis, imunopatofisilogis dan biomolekular.

Banyak sekali manfaat puasa terhadap kesehatan manusia, beberapa contoh berikut antaralain:

Keseimbangan nutrisi

Para pakar nutrisi dunia mendefinisikan kelaparan (starvasi) sebagai kekurangan nutrisi baik
secara total atau sebagian dalam jangka panjang atau jangka pendek. Sedangkan konsep
puasa dalam Islam secara substansial adalah menahan diri tidak makan, minum dan
berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat.
Sehingga puasa memiliki perbedaan dibandingkan kelaparan biasa. Kelaparan dalam berbagai
bentuk dapat mengganggu kesehatan tubuh.
namun sebaliknya, dalam puasa ramadhan terjadi keseimbangan nutrisi yang berakibat asam
amino dan berbagai zat lainnya membantu peremajaan sel dan komponennya memproduksi
glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari. Cadangan protein yang
cukup dalam hati karena asupan nutrisi saat buka dan sahur akan tetap dapat menciptakan
kondisi tubuh untuk terus memproduksi protein esensial lainnya seperti albumin, globulin dan
fibrinogen.
Hal ini tidak terjadi pada kelaparan jangka panjang, karena terjadi penumpukan lemak dalam
jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati. Sedangkan saat puasa di bulan ramadhan,
fungsi hati masih aktif dan baik.

Pengaruh puasa pada ibu hamil dan janin

Terdapat sebuah penelitian puasa pada ibu hamil, ibu menyusui, dan kelompok tidak hamil dan
tidak menyusui di perkampungan Afika Barat. Ternyata dalam penelitian tersebut disimpulkan
tidak terdapat perbedaan kadar glukosa serum, asam lemak bebas, trigliserol, keton, beta
hidroksi butirat, alanin, insulin, glucagon dan hormon tiroksin.

Penelitian di Departemen Obstetri dan Ginekologi dari Gaziantep University Hospital, terhadap
36 wanita sehat dengan kehamilan tanpa komplikasi berturut-turut dari 20 minggu atau lebih,
yang berpuasa selama bulan Ramadhan untuk mengevaluasi efek Ramadan pada janin,
pengukuran Doppler ultrasonografi dalam peningkatan diameter biparietal janin (BPD),
peningkatan panjang tulang paha janin (FL), meningkatkan berat badan diperkirakan janin
(EFBW), profil biofisik janin (BPP), indeks cairan amnion (AFI), dan rasio arteri umbilikalis sistol
/ diastol (S / D) rasio. Kortisol serum ibu, trigliserida, kolesterol total, low-density lipoprotein
(LDL), high density lipoprotein (HDL), very Low density lipoprotein (VLDL), dan LDL / HDL rasio
juga dievaluasi sebelum dan sesudah Ramadhan.
Hasil penelitian menunjukkan, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua
kelompok untuk usia janin, berat badan ibu, perperkiraan kenaikan berat badan janin (EFWG),
BPP janin, dan rasio arteri umbilikalis S / D.

Bermanfaat Bagi Kesehatan Jantung

Beberapa penelitian menyebutkan sebenarnya tidak terdapat perbedaan kesehatan jantung


yang mencolok saat berpuasa dibandingkan saat tidak berpuasa. Puasa Ramadhan tidak
mempengaruhi secara drastis metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Meskipun terjadi
peningkatan serum uria dan asam urat sering terjadi saat terjadi dehidrasi ringan saat puasa.
Saat berpuasa ternyata terjadi peningkatan HDL dan apoprotein alfa1. Penurunan LDL sendiri
ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Beberapa penelitian
"chronobiological" menunjukkan saat puasa Ramadhan berpengaruh terhadap ritme penurunan
distribusi sirkadian dari suhu tubuh, hormon kortisol, melatonin dan glisemia. Berbagai
perubahan yang meskipun ringan tersebut tampaknya juga berperan bagi peningkatan
kesehatan manusia.

Beberapa Ilmuwan telah melakukan beberapa penelitian tentang puasa diantaranya secara
ringkas dibawah ini:

1. Allan Cott, M.D., seorang ahli dari Amerika, telah menghimpun hasil pengamatan dan
penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu menghimpunnya dalam sebuah buku Why Fast
membeberkan berbagai hikmah puasa, antara lain:
a. To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental).
b. To look and feel younger (melihat dan merasa lebih muda).
c. To clean out the body (membersihkan badan)
d. To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak.
e. To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan seks).
f. To let the body health itself (membuat badan sehat dengan sendirinya).
g. To relieve tension (mengendorkan ketegangan jiwa).
h. To sharp the senses (menajamkan fungsi indrawi).
i. To gain control of oneself (memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri).
j. To slow the aging process (memperlambat proses penuaan).

2. Riyad Albiby and Ahmed Elkadi mengatakan Puasa dapat meningkatkan kekebalan tubuh
atau imun system terhadap berbagai penyakit. Ditunjukkan dengan peningkatan fungsi sel limfa
yang memproduksi sel limfosit T yang secara significan bertambah, setelah puasa.

3. Sulimami mengatakan bahwa untuk penyakit seperti diabetes sekalipun puasa ramadhan
tidak akan berbahaya, malah memberikan banyak manfaat (Sulimami, dll, 1988: 549-552)

4. Jalal Saour berpendapat bahwa berkurangnya cairan pada puasa akan menurunkan heart
rate atau kerja jantung, pencegahan terhadap penggumpalan darah yang termasuk penyebab
serius panyakit jantung.(Jalal, Riyad,1990)

5. Muzam MG, Ali M.N dan Husain berpendapat bahwa puasa juga aman untuk pasien yang
mempunyai gangguan ulcer pada lambung. Penelitian dilakukan oleh Muzam MG, Ali M.N dan
Husain dalam observasi terhadap efek puasa ramadhan terhadap asam lambung.

6. Elson M. Haas M.D. Direktur Medical Centre of Marin (sejak 1984) mengatakan dalam puasa
(cleansing dan detoksifikasi) merupakan bagian dari trilogy nutrisi, balancing, building( toning).
Elson percaya bahwa puasa adalah bagian yang hilang “missing link” dalam diet di dunia barat.
Kebanyakan orang di barat over eating atau terlalu banyak makan, makan dengan protein yang
berlebihan, lemak yang berlebihan pula. Sehingga ia menyarankan agar orang lain mulai
mengatur makanannya agar lebih seimbang dan mulai berpuasa, karena puasa bermanfaat
sebagai: purifikasi, peremajaan, istirahat pada organ pencernaan, anti aging, mengurangi alergi,
mengurangi berat badan, detoksikasi, relaxasi mental dan emosi, perubahan kebiasaan dari
kebiasaan makan yang buruk menjadi lebih seimbang dan lebih terkontrol, meningkatkan
imunitas tubuh. dan lebih baik lagi bila dalam pengawasan dokter.

7. Dr Sabah al-Baqir dan kawan-kawan mengatakan bahwa Puasa dapat mengurangi jumlah
hormon pemicu stress. Dia bersama tim dari Falkutas kedokteran Universitas King Saud.yang
melakukan studi terhadap hormon prolaktin, insulin dan kortisol, pada tujuh orang laki-laki yang
berpuasa sebagai sampel. Hasilnya bahwa tidak ada perubahan signifikan pada level kortisol.
Prolaktin, dan insulin. Ini menunjukkan bahwa puasa bulan ramadhan bukanlah pekerjaan yang
memberatkan, dan tidak mengakibatkan tekanan mental maupun saraf. Percobaan ini
menunjukan peningkatannya terjadi pada perbedaan waktu saja, bila pada hari tidak puasa
prolaktin mengalami kenaikan tertinggi pada jam 16.00. sementara pada bulan Ramadhan
mengalami puncaknya pada pukul 21.00 dan menurun lagi sampai batas terendahnya pukul
04.00. Sementara insulin meningkat pada pukul 16.00, sedang pada bulan ramadhan pukul
21.00, menurun sampai batas terendah pukul 16.00. Sedang Kortisol pada hari biasa mencapai
puncaknya pukul 09.00, menurun pada pukul 21.00, sementara pada bulan Ramadhan tidak
ada perubahan berarti.

8. Dr Ahmad al-Qadhi, Dr. Riyadh al-Bibabi, bersama rekannya di Amerika melakukan uji
laboratorium terhadap sejumlah sukarelawan yang berpuasa selama bulan Ramadhan. Hasil
penelitian ini menunjukan pengaruh positif puasa yang cukup signifikan terhadap sistem
kekebalan tubuh. Indikator fungsional sel-sel getah (lymfocytes) membaik hingga sepuluh kali
lipat, walaupun jumlah keseluruhan sel-sel getah bening tidak berubah, namun prosentase jenis
getah bening yang bertanggung jawab melindungi tubuh dan melawan berbagai penyakit yaitu
sel T mengalami kenaikan yang pesat.

9. Dr Riyadh Sulaiman dan kawan-kawan tahun 1990 dari RS Universitas King Khalid, Riyadh
Saudi melakukan penelitian terhadap pengaruh puasa Ramadhan terhadap 47 penderita
diabetes jenis kedua (pasien yang tidak tergantung insulin). Dan sejumlah orang sehat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa puasa bulan ramadhan tidak menimbulkan penurunan berat
badan yang signifikan. Tidak ada pengaruh apapun yang berarti pada kontrol penyakit diabetes
diabetes dikalangan penderita ini. Sejauh ini puasa Ramadhan aman saja bagi penderita
diabetes sejauh dilakukan dengan kesadaran dan kontrol makanan serta obat-obatan.

10. Dr. Muhammad Munib dan kawan-kawan dari Turki juga melakukan sebuah penelitian
terhadap seratus responden muslim, Sampel darah mereka diambil sebelum dan diakhir bulan
ramadhan, untuk dilakukan analisis dan pengukuran terhadap kandungan protein, total lemak
(total lipid), lemak fosfat, asam lemak bebas, kolesterol, albumin, globulin, gula darah,
tryglycerol, dan unsur-unsur pembentuk darah lainnya, dan didapat, antara lain bahwa terjadi
penurunan umum pada kadar gula (glukosa) dan tryacyglicerol orang yang berpuasa, terjadinya
penurunan parsial dan ringan pada berat badan, tidak terlihat adanya aseton dalam urin, baik
dalam awal maupun akhir puasa, sebab sebelum puasa ramadhan, kenyataan ini menegaskan
tidak adanya pembentukan zat-zat keton yang berbahaya bagi tubuh selama bulan puasa islam,
Dengan keutamaan puasa, glikogen dalam tubuh mengalami peremajaan, memompa gerakan
lemak yang tersimpan, sehingga menghasilkan energi yang lebih meningkat.

Keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata
dapat menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30
kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah
perifer, meluaskan pebuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah rterial dan menambah
volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan
kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat
meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke
dan lainnya.

Ilmuwan di bidang neurologi yang bernama Mark Mattson, Ph.D., seorang kepala laboratorium
neuroscience di NIH’s National Institute on Aging. Dalam hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa diet yang tepat seperti berpuasa, secara signifikan bisa melindungi otak dari penyakit
degeneratif seperti Alzheimer atau Parkinson. Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa diet
dengan membatasi masukan kalori 30% sampai 50% dari tingkat normal, berdampak pada
menurunnya denyut jantung dan tekanan darah, dan sekaligus peremajaan sel-sel otak.

Hasil penelitian oleh Abdul Mughni (2005), menunjukkan bahwa puasa Ramadhan selama 29
hari dapat mengurangi faktor risiko aterosklerosis, yakni dengan menurunkan berat badan dan
kadar trigliserida.
Hal ini dikuatkan penelitian oleh Hari Basuki (2005), yang menyatakan bahwa puasa selama
bulan Ramadhan dapat menurunkan risiko kardiovaskuler melalui penurunan rasio lingkar
pinggang dan pinggul.

Sejak zaman dulu puasa dipakai sebagai pengobatan yang terbaik seperti kata Plato bahwa
puasa adalah untuk mengobati sakit fisik dan mental. Philippus Paracelsus mengatakan bahwa
“Fasting is the greatest remedy the physician within!”
Plato was a philosopher, as well as mathematician, in Classical Greece.

Kesimpulan
Puasa itu memiliki manfaat medis yang luar biasa. Karena menurut WHO orang sehat itu ada 4
faktor, yaitu fisik, psikis, social dan spiritual. Sehigga bagi orang yang masih ragu semoga
setelah mendengar pengajian sore hari ini makin dimantapkan puasanya dan semoga kita
semua mendapatkan berkah bulan Ramadhan termasuk puasa.

You might also like