You are on page 1of 8

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit
dalam dan kehidupan sehari-hari. (Wibowo, 2007).
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan
kronik (Price dan Wilson, 2005).

B. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut
1. Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:
 Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan
 obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.
 Minuman beralkohol
 Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci
 Infeksi virus oleh sitomegalovirus
 Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis
 Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.
 Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab iritasi
mukosa lambung.
2. Gastritis Kronik
Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua predisposisi penting
yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi (Wehbi,
2008).
a. Gastritis infeksi
Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan manifestasi
peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal berikut.
a. H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab utama
dari gastritis kronik
b. Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis
c. Infeksi parasit
d. Infeksi virus
b. Gastritis non-infeksi
a. Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu
kronis dan kontak dengan OAINS atau aspirin
b. Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum
terlalu banyak beredar pada mukosa lambung
C. Pathofisiologi
1) Gastritis Akut.
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika mukosa
lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung
akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan
berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari
penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung . Jika asam lambung
meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan
nutrisi cairan & elektrolit.
b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang
dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan
terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal
melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika
erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi
perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
2) Gastritis Kronik.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik
lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,
Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

D. Gejala Klinis
Gastritis Akut yaitu
Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis
melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia

Gastritis Kronik,
Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu
hati anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai
kelainan.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Sejumlah hal akan dilakukan oleh dokter dalam mendiagnosis gastritis, mulai dari
menanyakan gejala, meninjau riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, melakukan
pemeriksaan fisik, hingga melakukan pemeriksaan lanjutan. Beberapa contoh
pemeriksaan lanjutan tersebut di antaranya adalah:
a) Tes napas guna melihat keberadaan bakteri H. pylori.
b) Endoskopi guna melihat adanya tanda-tanda peradangan di dalam lambung.
Pemeriksaan ini terkadang dikombinasikan dengan biopsi (pengambilan sampel
jaringan pada daerah yang dicurigai mengalami radang untuk selanjutnya diteliti di
laboratorium). Metode biopsi juga bisa diterapkan oleh dokter untuk melihat
keberadaan bakteri H. pylori.
c) Pemeriksaan X-ray dan cairan barium guna melihat adanya tukak di dalam lambung.
d) Pemeriksaan tinja untuk melihat adanya pendarahan dan infeksi di dalam lambung.
e) Pemeriksaan kadar sel darah untuk melihat apakah pasien menderita anemia.
F. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara
spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang, ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b) Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan intravena.
c) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
d) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
e) Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
f) Antasida
Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam
lambung dengan cepat.
g) Penghambat asam
Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter
kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.

G. Rencana Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Faktor predisposisi dan presipitasi
1. Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat analgetik,
anti inflamasi, cuka atau lada.
2. Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan rokok, penggunaan
obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta gaya hidup seperti kurang
istirahat.
3. Test dignostik
a. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya
tersebar.
b. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
c. Pemeriksaan radiology.
d. Pemeriksaan laboratorium.
 Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun
pada klien dengan gastritis kronik.
 Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12
yang rendah merupakan anemia megalostatik.
 Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
e. Gastroscopy : untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi
area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
4. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1.
a. Tujuan :
Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
b. Kriteria Hasil :
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler
berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang.
c. Intervensi :
Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan klien untuk
minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa, kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian cairan infus.
Diagnosa Keperawatan 2. :
a. Tujuan
Gangguan nutrisi teratasi.
b. Kriteria Hasil :
Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam
batas normal, bising usus normal.
c. Intervensi :
Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral secara teratur,
anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat,
auskultasi bising usus, kaji makanan yang disukai, awasi pemeriksaan laboratorium
misalnya : Hb, Ht, Albumin.
Diagnosa Keperawatan 3. :
a. Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
b. Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri menunjukkan
angka 0.
c. Intervensi :
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan kolaborasi dalam
pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri.
Diagnosa Keperawatan 4. :
a. Tujuan :
Keterbatasan aktifitas teratasi.
b. Kriteria Hasil :
Kalau baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
c. Intervensi :
Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, batasi
pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri tekan pada gaster, berikan
obat sesuai dengan indikasi.
Diagnosa Keperawatan 5. :
a. Tujuan :
Kurang pengetahuan teratasi.
b. Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan
dan pengobatan.
c. Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit,
beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-
obatan untuk kesembuhan klien.

D. Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
2. Kebutuhan nutrisi teratasi
3. Gangguan rasa nyeri berkurang
4. Klien dapat melakukan aktifitas
5. Pengetahuan klien bertambah.
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

You might also like