You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326390385

Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Waktu Pemulihan Peristaltik Usus Pada


Pasien Pasca Operasi Abdomen di Ruang Icu BPRSUD Labuang Baji Makassar

Article · November 2012

CITATIONS READS

0 4,149

1 author:

Stefanus Mendes Kiik


STIKES MARANATHA KUPANG
8 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Beasiswa Tesis LPDP View project

Ainec Research Awards 2016 View project

All content following this page was uploaded by Stefanus Mendes Kiik on 14 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP WAKTU PEMULIHAN
PERISTALTIK USUS PADA PASIEN PASCA OPERASI ABDOMEN DI
RUANG ICU BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
Stefanus Mendes Kiik*

ABSTRACT
Early postoperative mobilization for the patient of abdominal surgery should be doing soon at the first of
24 hours postoperative to speed up time of intestine peristaltic recovery. This research was aimed to identify the
influence of early mobilization towards time of intestine peristaltic recovery. Design used in this research was pre
experimental i.e. one group pretest-posttest designed. Sample in this research amount 18 persons. The sample was
taken with non probability technique i.e. purposive sampling. The independent variable was early mobilization.
The dependent variable was time of intestine peristaltic recovery. The instrument of this research used observation
sheet, lytman stethoscope and watch. According to result of wilcoxon signed rank test with errors level α=0,05 so p
value = 0,005 (p<α) for the second of 4 hours postoperative and p value = 0,002 (p<α) for the third of 4 hours
postoperative. Meaning Ha was accepted. It can be concluded that early mobilization has influence towards time
of intestine peristaltic recovery. Further research involve larger respondents and better measurement tool to ab-
tain more accurate results of research.
Key word : Intestine peristaltic recovery

Latar Belakang yaitu sekitar 60-70 % dari seluruh kasus akut


abdomen. Telah diperkirakan bahwa obstruksi
Pembedahan akan mencederai jaringan
usus bertanggung jawab bagi sekitar sepertiga dari
yang dapat menimbulkan perubahan fisiologis
semua perumahsakitan abdomen akut pada
tubuh dan akan mempengaruhi organ tubuh
pelayanan bedah di seluruh Amerika Serikat.
lainnya. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja
terjadi yang akan membahayakan pasien. Hal ini Fungsi usus akan lebih cepat bekerja
terkait dengan berbagai prosedur asing yang harus seperti biasa dalam waktu dua sampai tiga hari
pasien jalani dan juga ancaman terhadap pasca operasi (Oswardi, 1993). Pendapat lain
keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur disampaikan oleh Bulling dan Stokes (1982),
pembedahan dan tindakan pembiusan. bahwa eliminasi usus kadang tidak terjadi hingga
hari ketiga sampai hari keempat setelah
Kemungkinan manipulasi usus selama
pembedahan. Hal ini disebabkan karena
pembedahan, immobilitas dan masukan oral yang
pembatasan intake minum serta pengaruh anestesi
dikurangi, semuanya dapat mempengaruhi fungsi
dan immobilisasi yang lama.
usus. Gerakan peristaltik normal daripada usus
akan hilang dalam beberapa hari, tergantung pada Sjamsulhidajat dan Jong (1997),
jenis dan lamanya pembedahan. mengungkapkan bahwa, setelah laparatomi terjadi
ileus adinamik atau ileus paralitik yaitu suatu
Pengaruh agens anestesi dapat menghambat
keadaan di mana usus gagal atau tidak mampu
impuls saraf parasimpatis ke otot usus. Kerja
melakukan konstraksi peristaltik untuk
anestesi tersebut memperlambat atau
mengeluarkan isinya. Biasanya timbul satu sampai
menghentikan gelombang peristaltik yang dapat
empat hari setelah laparatomi. Bila keadaan ini
berakibat terjadinya ileus paralitik. Pasien yang
menetap sampai lebih dari empat hari maka perlu
belum pulih peristaltik ususnya setelah
dicari penyebabnya.1 Bahkan pergerakan usus
pembiusan dapat menderita ileus obstruktif atau
secara spontan pertama kali akan muncul empat
obstruksi intestinal bila dalam waktu tersebut
sampai lima hari setelah pembedahan. Hal
diberikan asupan makanan.
tersebut baru menunjukkan bahwa fungsi
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan gastrointestinal sudah kembali normal (Shafeer,
dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, dkk, 1985). Kembalinya fungsi peristaltik
usus akan memungkinkan pemberian program
* Pengajar STIKes Maranatha Kupang diet, membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi
serta mempercepat proses penyembuhan. Nettina
(2002), mengatakan program diet pasca bedah
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 7 Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013
diberikan setelah kembalinya fungsi peristaltik lebih cepat bila pasien berupaya untuk mencapai
usus yang menandakan saluran gastrointestinal aktivitas normal pasca operasi secepat mungkin.
telah normal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Boyer (1998), mobilisasi pasca operasi dapat
Menurut Simanjuntak, dkk (2000), bahwa
mempercepat fungsi peristaltik usus. Hal ini
kasus laparatomi yang terjadi di Inggris yaitu di
didasarkan pada struktur anatomi kolon di mana
Liverpool Hospital, setiap tahunnya rata-rata
gelembung udara bergerak dari bagian kanan
sebanyak 823 pasien.
bawah ke atas menuju fleksus hepatik, mengarah
Laporan Pusat Komunikasi Publik, ke fleksus spleen kiri dan turun kebagian kiri
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI bawah menuju rektum. Menurut Doenges,
bahwa pelayanan khusus untuk pasien miskin di Marhouse dan Geissler (2000), bahwa mobilisasi
Indonesia pada kasus laparatomi, meningkat dari dini yang berupa latihan di tempat tidur,
162 kasus pada tahun 2005, menjadi 983 kasus berpindah ke tempat tidur lainnya dapat
pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun merangsang peristaltik dan kelancaran flatus.
2007.10 Pembedahan yang menyangkut luka
Penelitian yang dilakukan oleh Syam
insisi di abdomen menurut data dari ruang operasi
(2005) di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar
gedung bedah pusat terpadu (GBPT) RSU Dr.
dengan perlakuan mobilisasi dini berupa latihan
Soetomo Surabaya dari bulan Januari sampai
tungkai terhadap 30 pasien pasca operasi
September 2004 terdapat 468 kasus dengan rata-
laparatomi ternyata pada kelompok perlakuan
rata tiap bulan sekitar 52 kasus.11 Sedangkan
waktu pemulihan peristaltik ususnya lebih cepat
menurut catatan medical record RS Wahidin
empat jam dibandingkan dengan kelompok
Sudirohusodo Makassar, terdapat 579 pasien
kontrol.
laparatomi pada tahun 2006.
Demikian pula dengan pasien pasca
Berdasarkan data dari bagian Litbang
operasi diharapkan dapat melakukan mobilisasi
BPRSUD Labuang Baji Makassar selama kurun
sesegera mungkin, seperti melakukan gerakan
waktu 3 tahun terakhir bahwa pada tahun 2006
kaki, bergeser di tempat tidur, melakukan nafas
sebanyak 593 pasien operasi abdomen di kamar
dalam dan batuk efektif dengan membebat luka
bedah. Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 548
dengan jalinan kedua tangan di atas luka operasi,
pasien operasi abdomen di kamar bedah. Pada
dan teknik bangkit dari tempat tidur. Dengan
bulan januari-September 2008 sebanyak 420
melakukan mobilisasi sesegera mungkin, hari
pasien operasi abdomen. Dengan rata-rata setiap
perawatan pasien akan lebih singkat dan
bulan terdapat 46 pasien.
komplikasi pasca operasi tidak terjadi. Akhirnya
Banyak pasien yang tidak berani lama rawat di rumah sakit akan memendek dan
menggerakkan tubuh pasca operasi karena takut lebih murah, yang merupakan keuntungan bagi
jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya rumah sakit dan pasien.
lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru
Tujuan penelitian adalah diketahuinya
karena justru jika setelah operasi dan pasien
pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu
segera bergerak maka akan lebih cepat
pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
operasi abdomen.
pasien akan lebih cepat kentut atau flatus.
Keuntungan lain adalah menghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan
Bahan dan Cara
terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya
dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar Penelitian ini menggunakan rancangan
sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan penelitian Pre-eksperimental (One group pretest-
menunjang fungsi pernafasan optimal. posttest design). Penelitian ini melibatkan satu
kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi
Mobilisasi meningkatkan tonus saluran
sebelum dilakukan intervensi, kemudian
gastrointestinal, dinding abdomen dan
diobservasi lagi setelah intervensi. Populasi dalam
menstimulasi peristaltik usus. Pemulihan pada
penelitian ini adalah pasien pasca operasi
luka abdomen lebih cepat terjadi bila mobilisasi
abdomen di BPRSUD Labuang Baji Makassar
dilakukan lebih dini. Kejadian eviserasi pasca
selama 30 Maret-13 April 2009. Jumlah populasi
operasi jarang terjadi bila pasien diperbolehkan
dalam penelitian ini adalah 24 orang. Sampel
untuk turun dari tempat tidur secepatnya. Nyeri
dalam penelitian ini adalah pasien pasca operasi
berkurang bila mobilisasi dini diperbolehkan.
abdomen yang menjalani pembedahan di
Frekuensi nadi dan suhu tubuh kembali normal

Jurnal Kesehatan (Health Journal) 8 Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013
BPRSUD Labuang Baji tanggal 30 Maret - 13 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa
April 2009. Jumlah sampel dalam penelitian ini frekuensi kelompok responden terbanyak yang
adalah 18 orang. Pengambilan sampel pada telah menjalani operasi abdomen adalah
penelitian ini menggunakan metode kelompok umur 33-41 tahun yaitu berjumlah 7
Nonprobability Sampling dengan teknik orang (38,9%), diikuti kelompok umur 42-50
Purposive Sampling yaitu memilih sampel tahun dan 51-60 tahun yang masing-masingnya
diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki berjumlah 4 orang (22,2%), kelompuk umur 24-32
peneliti. Analisis data dengan menggunakan uji tahun berjumlah 2 orang (11,1%) sedangkan
statistik melalui uji Wilcoxon signed ranks test kelompok umur yang paling sedikit adalah 15-23
dengan tingkat signifikansi 0,05. Uji ini tahun yang berjumlah 1 orang (5,6 %).
dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pasien Pasca
pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca Operasi Abdomen berdasarkan jenis penyakit di
operasi abdomen. Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar
Frekuensi
Jenis Penyakit
Hasil n %
Tumor intra abdomen 6 33,3

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Peritonitis akibat perforasi 4 22,2


Operasi Abdomen berdasarkan Jenis kelamin di
Ileus obstruktif 3 16,7
Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar
Cholesistitis 2 11,1
Frekuensi
Jenis Kelamin Hypertrophi prostat 2 11,1
n % Tumor uterus 1 5,6
Laki-laki 11 61,1 Jumlah 18 100
Sumber : Data Primer
Perempuan 7 38,9
Jumlah 18 100
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa frekuensi
kelompok responden terbanyak yang telah
Sumber : Data Primer menjalani operasi abdomen berdasarkan jenis
penyakit adalah yang terbanyak tumor intra
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa frekuensi abdomen berjumlah 6 orang (33,3%), peritonitis
kelompok responden terbanyak yang telah akibat perforasi berjumlah 4 orang (22,2%), ileus
menjalani operasi abdomen adalah kelompok obstruktif berjumlah 3 orang (16,7%),
responden berjenis kelamin laki-laki yaitu cholesistitis dan hypertropi prostat masing-masing
sebanyak 11 orang (61,1 %) sedangkan berjumlah 2 orang (11,1%) dan yang paling
perempuan sebanyak 7 orang (38,9%). sedikit adalah tumor uterus berjumlah 1 orang
(5,7%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Operasi
Operasi Abdomen berdasarkan Umur di Ruang Abdomen 4 jam pertama berdasarkan pemulihan
ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar peristaltik usus sebelum dan
setelah perlakuan Mobilisasi dini di Ruang ICU
Frekuensi BPRSUD Labuang Baji Makassar
Umur
n %
Perlakuan mobilisasi dini
15-23 tahun 1 5,6 Pemulihan Sebelum Sesudah
24-32 tahun 2 11,1 Peristaltik usus
n % n %
33-41 tahun 7 38,9
42-50 tahun 4 22,2 Pulih 0 0 0 0

51-60 tahun 4 22,2 Belum pulih 18 100 18 100


Jumlah 18 100
Jumlah 18 100 18 100
Sumber : Data Primer
Sumber : Data Primer

Jurnal Kesehatan (Health Journal) 9 Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013
Dari tabel 4.4 ditemukan bahwa frekuensi Pembahasan
pemulihan peristaltik usus pasien pada 4 jam
Jenis Kelamin
pertama pasca operasi abdomen sebelum dan
setelah perlakuan mobilisasi dini ternyata tidak Berdasarkan data hasil analisis univariat
ditemukan adanya pemulihan peristaltik usus pada menunjukkan bahwa frekuensi kelompok
semua responden. responden terbanyak yang telah menjalani operasi
abdomen adalah berjenis kelamin Laki-laki yaitu
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pasien Pasca sebanyak 11 orang (61,1 %) sedangkan
Operasi Abdomen pada 4 jam kedua perempuan sebanyak 7 orang (38,9%). Kasus
berdasarkan pemulihan peristaltik usus tumor intra abdomen seperti karsinoma gaster,
sebelum dan setelah perlakuan Mobilisasi dini karsinoma kolorektal lebih banyak pada laki-laki
di Ruang ICU BPRSUD (Grace dan Borley, 2006). Selain itu peneliti
Labuang Baji Makassar mendapatkan bahwa banyak pasien berjenis
kelamin perempuan yang menjalani operasi
Perlakuan mobilisasi dini abdomen seperti sectio caesarea menggunakan
Pemulihan
Peristaltik Sebelum Sesudah anestesi spinal sehingga tidak memenuhi kriteria
usus inklusi penelitian.
n % n %
Umur
Pulih 0 0 8 44,4
Berdasarkan hasil analisis univariat
Belum pulih 18 100 10 65,6 ditemukan bahwa frekuensi kelompok responden
Jumlah 18 100 18 100 terbanyak yang telah menjalani operasi abdomen
adalah kelompok umur 33-41 tahun yaitu
Sumber : Data Primer
berjumlah 7 orang (38,9%), diikuti kelompok
umur 42-50 tahun dan 51-60 tahun yang masing-
Dari tabel 5 ditemukan bahwa frekuensi masingnya berjumlah 4 orang (22,2%), kelompuk
kelompok responden pada 4 jam kedua sebelum umur 24-32 tahun berjumlah 2 orang (11,1%)
perlakuan mobilisasi dini tidak terdapat perubahan sedangkan kelompok umur yang paling sedikit
peristaltik usus pada semua responden sedangkan adalah 15-23 tahun yang berjumlah 1 orang (5,6
4 jam setelah perlakuan ternyata terdapat 8 orang
%).
(44,4%) yang pulih peristaltik ususnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Grace dan
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Borley (2006) bahwa penyakit divertikular lebih
Operasi Abdomen pada 4 jam ketiga banyak terjadi pada usia 40 tahun, kasus
berdasarkan pemulihan peristaltik usus sebelum apendisitis lebih banyak terjadi pada dekade
dan setelah perlakuan Mobilisasi dini di Ruang kedua dan ketiga, jarang terjadi di bawah usia 2
ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar tahun. Karsinoma kolorektal pada usia 50-an
tahun sedangkan kasus hypertropi prostat terjadi
Perlakuan mobilisasi dini pada umur lebih dari 50 tahun (Arkanda, 1989).
Pemulihan Sedangkan menurut Grace dan Borley (2006)
Peristaltik Sebelum Sesudah bahwa hypertropi prostat terjadi pada 50 % pria
usus
n % n % yang berusia 60-90 tahun.
Pulih 8 44,4 18 100 Jenis penyakit
Belum pulih 10 65,6 0 0 Berdasarkan hasil analisis univariat
ditemukan bahwa frekuensi kelompok responden
Jumlah 18 100 18 100 terbanyak yang telah menjalani operasi abdomen
Sumber : Data Primer berdasarkan jenis penyakit adalah yang terbanyak
Tumor intra abdomen berjumlah 6 orang (33,3%),
Dari tabel 4.6 ditemukan bahwa frekuensi peritonitis akibat perforasi berjumlah 4 orang
kelompok responden pada 4 jam ketiga sebelum (22,2%), ileus obstruktif berjumlah 3 orang
perlakuan mobilisasi dini terdapat 8 responden (16,7%), cholesistitis dan hypertropi prostat
(44,4%) yang telah pulih peristaltik ususnya. masing-masing berjumlah 2 orang (11,1%) dan
Sedangkan 4 jam setelah perlakuan ternyata yang paling sedikit adalah tumor uterus berjumlah
semua responden yaitu berjumlah 18 orang 1 orang (5,7%).
(100%) telah pulih peristaltik ususnya.
Hal ini sesuai pendapat Grace dan Borley

Jurnal Kesehatan (Health Journal) 10 Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013
bahwa tumor intra abdomen (kolorektal, gaster) sebelum perlakuan mobilisasi dini terdapat 8
mengalami peningkatan karena saat ini responden (44,4%) yang telah pulih peristaltik
pembedahan merupakan satu-satunya terapi ususnya. Sedangkan 4 jam setelah perlakuan
kuratif untuk kasus tersebut. Sedangkan menurut ternyata semua responden yaitu berjumlah 18
Manaf (2008) bahwa obstruksi intestinal orang (100%) telah pulih peristaltik ususnya.
bertanggung jawab terhadap 60-70% kasus gawat
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sign rank
abdomen di rumah sakit.
test dengan tingkat kemaknaan α=0,05 ternyata
nilai p=0,002. Karena nilai p(0,002)<α(0,05)
maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
Pengaruh mobilisasi terhadap pemulihan
ada pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan
peristaltik usus pada 4 jam pertama pasca
peristaltik usus pada 4 jam ketiga pasca operasi
operasi
abdomen.
Berdasarkan hasil analisis bivariat bahwa
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
frekuensi kelompok responden pada 4 jam
dikatakan bahwa mobilisasi dini dapat
pertama sebelum perlakuan mobilisasi dini dan
mempengaruhi waktu pemulihan peristaltik usus.
setelah perlakuan ternyata tidak ditemukan adanya
Yang artinya bahwa proses pemulihan organ
pemulihan peristaltik usus pada semua responden.
tubuh bagian dalam lebih cepat. Hal ini didukung
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sign rank oleh pendapat Morison (2004) bahwa mobilisasi
test dengan tingkat kemaknaan α=0,05 ternyata dini mempercepat stadium proliferasi dengan
nilai p=1,000. Karena nilai p(1,000)>α(0,05) merangsang makrofag untuk menghasilkan
maka Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa angiogenesis sehingga fibroplasia meletakkan
tidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap substansi dasar dan serabut kolagen serta
pemulihan peristaltik usus pada 4 jam pertama pembuluh darah mulai menginfiltrasi luka.
pasca operasi abdomen. Hal ini terjadi karena
Dengan mobilisasi dini secara teratur
jumlah mobilisasi yang diberikan masih kurang
maka sirkulasi di daerah insisi menjadi lancar
sehingga tidak mampu untuk merangsang otot-
sehingga jaringan insisi yang mengalami cedera
otot sepanjang saluran pencernaan untuk
akan mendapatkan zat-zat esensial untuk
menghasilkan gerakan peristaltik.
penyembuhan seperti oksigen, asam amino,
vitamin dan mineral.
Pengaruh mobilisasi terhadap pemulihan Pemberian mobilisasi dini secara teratur
peristaltik usus pada 4 jam kedua pasca pada pasien pasca bedah laparatomi di samping
operasi meningkatkan sirkulasi juga dapat
Berdasarkan hasil uji bivariat bahwa merangsangkontraksi otot-otot abdomen pada
frekuensi kelompok responden pada 4 jam kedua dinding abdomen serta otot polos pada usus
sebelum perlakuan mobilisasi dini tidak terdapat (Syam, 2005). Hal tersebut didukung juga
perubahan peristaltik usus pada semua responden oleh Barre (2002) bahwa mobilisasi dini
sedangkan 4 jam setelah perlakuan ternyata memperlancar sirkulasi darah, mencegah
terdapat 8 orang (44,4%) yang pulih peristaltik terjadinya kontraktur serta merangsang kontraksi
otot-otot dinding abdomen sehingga
ususnya.
memungkinkan pasien kembali secara penuh ke
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sign rank fungsi fisiologisnya.
test dengan tingkat kemaknaan α=0,05 ternyata
nilai p=0,005. Karena nilai p(0,005)<α(0,05) Hasil penelitian yang dilakukan oleh
maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Julian (2001), bahwa kontraksi dinding otot pada
ada pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu abdomen terbukti dapat menstimulasi gerakan
pemulihan peristaltik usus pada 4 jam kedua pasca peristaltik usus. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Stokes (1982) mengatakan mobilisasi dini
operasi abdomen.
menurunkan komplikasi merangsang tonus otot
serta memperbaiki eliminasi usus.
Pengaruh mobilisasi terhadap pemulihan Mobilisasi meningkatkan tonus saluran
peristaltik usus pada 4 jam ketiga pasca gastrointestinal, dinding abdomen dan
operasi menstimulasi peristaltik usus. Pemulihan pada
Berdasarkan hasil analisis bivariat bahwa luka abdomen lebih cepat terjadi bila mobilisasi
frekuensi kelompok responden pada 4 jam ketiga dilakukan lebih dini. Kejadian eviserasi pasca

Jurnal Kesehatan (Health Journal) 11 Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013
operasi jarang terjadi bila pasien diperbolehkan abdomen di BP RSUD Labuang Baji Makassar.
untuk turun dari tempat tidur secepatnya. Nyeri
Ada pengaruh perlakuan mobilisasi dini
berkurang bila mobilisasi dini diperbolehkan.
terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam
Frekuensi nadi dan suhu tubuh kembali normal
kedua pasca operasi pada pasien pasca operasi
lebih cepat bila pasien berupaya untuk mencapai
abdomen di mana terdapat 8 orang (44,4%) yang
aktivitas normal pasca operasi secepat mungkin.
pulih peristaltik ususnya. Hal ini didukung pula
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh uji wilcoxon sign rank test di mana nilai p
oleh Boyer (1998), mobilisasi pasca operasi dapat (0,005)<α(0,05)
mempercepat fungsi peristaltik usus. Hal ini
Sedangkan pada 4 jam ketiga diperoleh
didasarkan pada struktur anatomi kolon di mana
pengaruh yang yang lebih signifikan di mana
gelembung udara bergerak dari bagian kanan
terdapat 10 orang (66,6%) dan nilai p(0,002)<α
bawah ke atas menuju fleksus hepatik, mengarah
(0,05) . Karena nilai p pada 4 jam ketiga pasca
ke fleksus spleen kiri dan turun kebagian kiri
operasi jauh lebih kecil dari nilai p pada 4 jam
bawah menuju rektum. Menurut Doenges,
kedua maka dapat dikatakan bahwa pada 4 jam
Marhouse dan Geissler (2000), bahwa mobilisasi
ketiga pengaruh mobilisasi dini lebih signifikan
dini yang berupa latihan di tempat tidur,
daripada 4 jam kedua.
berpindah ke tempat tidur lainnya dapat
merangsang peristaltik dan kelancaran flatus.
Potter dan Perry (2006) mengatakan bahwa Kesimpulan dan Saran
aktivitas meningkatkan peristaltik sementara
Kesimpulan
immobilisasi menekan peristaltik, melemahkan
otot-otot dasar panggul dan abdomen serta Berdasarkan hasil dan pembahasan maka
merusak kemampuan individu untuk dapat disimpulkan bahwa, tidak ada pengaruh
meningkatkan tekanan intra abdomen. mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik
usus pada 4 jam pertama pasca operasi pada
Penelitian yang dilakukan oleh Syam pasien pasca operasi abdomen di BP RSUD
(2005) di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar Labuang Baji Makassar. Ada pengaruh mobilisasi
dengan perlakuan mobilisasi dini berupa latihan dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4
tungkai terhadap 30 pasien pasca operasi
jam kedua pasca
laparatomi ternyata pada kelompok perlakuan
waktu pemulihan peristaltik ususnya lebih cepat operasi pada pasien pasca operasi abdomen
empat jam dibandingkan dengan kelompok di BP RSUD Labuang Baji Makassar. Sedangkan
kontrol. pada 4 jam ketiga pasca operasi terdapat pengaruh
yang signifikan dari perlakuan mobilisasi dini
Kembalinya fungsi peristaltik usus akan terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien
memungkinkan pemberian program diet, pasca operasi abdomen di BP RSUD Labuang
membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi serta Baji Makassar. Dengan demikian maka dapat
mempercepat proses penyembuhan. Nettina dikatakan bahwa semakin sering dilakukan
(2002), mengatakan program diet pasca bedah mobilisasi dini maka akan semakin cepat waktu
diberikan setelah kembalinya fungsi peristaltik pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca
usus yang menandakan saluran gastrointestinal
operasi abdomen.
telah normal.

Saran
Perbandingan pengaruh mobilisasi terhadap
pemulihan peristaltik usus pada 4 jam Bagi institusi BPRSUD Labuang Baji
pertama, kedua dan ketiga pasca operasi Makassar
Berdasarkan analisis bivariat ternyata pada Agar dapat memberikan penyuluhan pre
4 jam pertama tidak ada pasien yang pulih operasi secara lebih mendalam tentang mobilisasi
peristaltik ususnya. Hal ini didukung oleh hasil dini kepada para pasien sehingga pasien telah
uji Wilcoxon sign rank test dengan tingkat memiliki pengetahuan lebih awal sehingga pada
kemaknaan α=0,05 ternyata nilai p=1,000. Karena saat pemberian mobilisasi para pasien tidak
nilai p(1,000)>α(0,05) maka Ha ditolak yang kebingungan.
berarti tidak ada pengaruh mobilisasi dini Bagi Institusi STIK GIA Makassar
terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam
pertama pasca operasi pada pasien pasca operasi Dengan makin berkembangnya ilmu

Jurnal Kesehatan (Health Journal) 12 Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013
keperawatan khususnya keperawatan pasca Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
operasi diharapkan agar institusi STIK GIA dapat Indonesia. Jakarta. 41.
membantu meningkatkan keterampilan mahasiswa
Pusat Komunikasi Publik Sekjen Depkes RI.
sehingga mahasiswa mampu melakukan tindakan
(2008). Pelayanan Khusus Pasien Miskin.
non farmakologik pasca operasi.
(online). www.depkes.go.id, diakses 7
Bagi peneliti selanjutnya Februari 2009.
Besar harapan peneliti agar peneliti Wildan. (2005). Pengaruh Penyuluhan Pre
selanjutnya dapat meneliti variable-variabel lain Operasi terhadap Pelaksanaan Mobilisasi
seperti jenis insisi, lama operasi dan jenis penyakit Post Operasi pada Pasien Bedah Abdomen
yang lebih spesifik. di Instalasi Rawat Inap Bedah RSU Dr.
Sutomo Surabaya. Skripsi (tidak
diterbitkan). Fakultas Kedokteran
Daftar Pustaka Universitas Airlangga. Surabaya.
Sjamsulhidajat dan Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Kaba, J. (2007). Faktor-faktor yang Berhubungan
Bedah. EGC. Jakarta. 387-392,1001. dengan Stress pada Klien Pre Operasi di
Rondhianto. (2008). Keperawatan Perioperatif Ruang Bedah RS Wahidin Sudirohusodo
Bagian Keperawatan Medikal Bedah dan Makassar. Skripsi (tidak diterbitkan).
Keperawatan Kritis Universitas Jember. Fakultas Kedokteran Universitas
(online). Hasanuddin. Makassar.
www.atherobiansyah.blogspot.com, diakses Bagian penelitian dan pengembangan BPRSUD
18 Desember 2008. Labuang Baji Makassar. 2009.
Smeltzer, S. dan Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Awie, A. H. (2008). Konsep Dasar Operasi.
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & (online). www.lensaprofesi.blogspot.com,
Suddarth Vol. 1 Edisi 8. EGC. Jakarta. 426 diakses 10 januari 2009.
-442, 471-475.
Tjokronegoro, A. dkk. (2001). Buku Ajar Ilmu
Anonim. (2008). Pengaruh Ambulasi Dini Penyakit Dalam. Gaya Baru. Jakarta. 237.
terhadap Pemulihan Peristaltik Usus pada
Guyton, A. C. dan Hall. (2008). Fisiologi
Pasien Pasca Operasi Fraktur Femur
Kedokteran, edisi revisi. EGC. Jakarta. 993-
dengan Anestesi Umum. (online).
994, 1007-1011
www.kumpulanskripsi.com, diakses 11
Desember 2008. Priharjo, R. (2007). Pengkajian Fisik
Keperawatan. Edisi 2. EGC. Jakarta. 127-
Potter, P. A. dan Perry. (2006). Buku Ajar
128.
Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4, vol. 2. EGC. Jakarta. Rakhmawan, A. (2008). Pengkajian Fisik.
1742-1745. (online).
www.agungrachmawan.weblog.com,
Manaf, N. (2008). Obstruksi Ileus. (online).
diakses 10 Januari 2009.
www.portalkalbe.com, diakses 12
Desember 2008. Admin. (2008). Laparatomi. (online).
www.catatanperawat.byethost15.com,
Adi. (2006). Obstruksi Usus. (online).
diakses tanggal 7 januari 2009.
www.healthy.com, diakses 12 Desember
2008. Mansjoer, Arief. dkk. (2007). Kedokteran
Perioperatif Evaluasi dan Tata Laksana di
Syam , B. (2005). Pengaruh Latihan Tungkai
Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
terhadap Waktu Pemulihan Peristaltik Usus
Penerbitan IPD FKUI. Jakarta. 31,39,51.
Pasien Pasca Bedah Laparatomi di RS
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Skripsi Erlina. (2008). Penanganan Pasien Post
(tidak diterbitkan). Fakultas Kedokteran Laparatomy atas Indikasi Ileus Obstruksi di
Universitas Hasanuddin. Makassar. ICU. (online).
www.kuliahbidan.wordpress.com, diakses
Simanjuntak, A, dkk (2000). Jurnal Kedokteran
tanggal 23 Januari 2009.
Fatmawati Vol. 2 no. 5 Bagian I;
Penatalaksanaan Kedaruratan Trauma. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. (2006). At a
Sub Bagian Bedah Digestif, Bagian Ilmu Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Erlangga.

Jurnal Kesehatan (Health Journal) 13 Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013
Laparatomy atas Indikasi Ileus Obstruksi Chandra, Budiman. (2008). Metodologi Penelitian
di ICU. (online). Kesehatan. EGC. Jakarta. 32.
www.kuliahbidan.wordpress.com, diakses
Dahlan, M. S. (2006). Besar Sampel dalam
tanggal 23 Januari 2009.
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Seri
Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. (2006). At a 2. PT Arkans. Jakarta. 47-48.
Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Erlangga.
Murti, B. (2006). Desain dan Ukuran Sampel
Jakarta. 117.
untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada
KDM: Aplikasi Konsep dan Proses University Press. Yogyakarta. 2006. 111-
Keperawatan Vol.2. Salemba 112.
Medika.Jakarta. 173,201.
Riduan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-
Saryono, dan Kamaluddin, Ridlwan. (2008). variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung. 16
Pemenuhan Kebutuhan Mobilitas Fisik -17.
pada Pasien di Ruang Bedah dengan
Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data
Pendekatan Nanda, NOC dan NIC. Jakarta,
dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rekatama. 7-12.
311-319.
Garrison, Susan J. (2001). Dasar-dasar Terapi
Sugiyono. (2008). Statistik Penelitian
dan Rehabilitasi Fisik. Hipokrates. Jakarta.
Nonparametris. Alfabeta. Bandung. 44-45.
142.
Tim STIK GIA. (2004). Panduan Skripsi
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode
Mahasiswa STIK GIA. Makassar.
Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
Analisis Data. Salemba Medika.Jakarta.
60, 78-79.

Jurnal Kesehatan (Health Journal) 14 Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

View publication stats

You might also like