You are on page 1of 19

TUGAS INDIVIDU

NUTRISI TANAMAN

Oleh :

NAMA : HARRYANATAL PRAYOGA MINGGUS


NIM : D1B117055
KELAS : AGT -A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
A. Hubungan Unsur Hara Pada Tanaman

Unsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur


hara banyak tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk
kebutuhan metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak
sama, ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun
ada juga yang kekurangan, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat
Tumbuhan memerlukan nutrisi untuk hidup dari lingkungannya. Nutrisi yang
esensial bagi perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan terdiri dari hara makro
diantaranya Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
Belerang (S) dan hara mikro diantaranya Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B),
Molibdenum (Mo), Tembaga/cuprum (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl), Natrium (Na),
Cobalt (Co), Silicon (Si), Nikel (Ni). Hara makro diperlukan tumbuhan dalam jumlah
yang relatif banyak, sedangkan hara mikro diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang
relatif sedikit. Unsur-unsur esensial itu diperlukan oleh tumbuhan untuk proses
tumbuh dan berkembang serta sangat penting dalam melengkapi siklus hidupnya. Oleh
karena itu, keberadaan unsur esensial ini tidak dapat digantikan oleh unsur-unsur yang
lainnya, selain fungsi dari unsur-unsur tersebut bersifat langsung.
Setiap jenis tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang berbeda.
Ketidaktepatan pemberian unsur hara/pupuk selain akan menyebabkan tanaman tidak
dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal juga merupakan pemborosan tenaga dan
biaya (tidak efisien). Agar usaha pemupukan menjadi efisien maka, pemberian pupuk
tidak cukup hanya melihat keadaan tanah dan lingkungan saja, tetapi juga harus
mempertimbangkan kebutuhan pokok unsur hara tanaman. Dengan diketahui
kebutuhan pokok unsur hara tanaman maka dosis dan jenis pupuk dapat ditentukan
lebih tepat (Ruhnayat, 2007).
Unsur N banyak tersedia atau berlimpah didalam udara dalam bentuk N2 , tetapi
bentuk tersebut tidak bisa diserap atau dimanfaatkan oleh tanaman dan agar bisa
dimanfaatkan tanaman maka unsur N yang ada diudara tersebut terlebih dahulu harus
berfiksasi dengan unsur H ataupun oksigen dan air. Selain itu unsur nitrogen juga dapat
ditembat oleh organism mikro seperti Rhizhobium yang dapat menembat unsur N di
udara menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman.
Efisiensi pemupukan dan pemupukan yang berimbang dapat diiakukan apabila
memperhatikan status dan dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan hara bagi
tanaman untuk mencapai produksi optimum. Dengan pendekatan ini, maka dapat
dihitung kebutuhan pupuk suatu tanaman pada berbagai kondisi tanah (status hara
rendah, sedang dan tinggi) dan pada tanah-tanah lainnya pada tingkat famili yang sama
(Wijanarko et al., 2008).
Pada awal pertumbuhan tanaman bagian yang pertama tumbuh dan
berkembanga adalah bagian vegetative tanaman seperti daun, batang, dan akar, pada
bagian daun lebih spesifik lagi unsur nitrogen berfungsi untuk mensintesis kolrofil
yang sanngat vital didalam proses fotosintesis. Klorofil berfungsi untuk menerima atau
menagkap cahaya yang dibutuhkan tumbuhan untuk mengolah air (H2O) dan
karbondioksida (CO2) menjadi karbohidrat yang merupakan sumber makanan utama
bagi tumbuhan sehingga bisa digunakan untuk aktivitas fotosintesis dan metabolism
lainnya.

B. Unsur Hara Pada Tanaman Sawi Pakcoy

Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah salah satu jenis sayuran daun yang di
konsumsi oleh masyarakat luas. Pentingnya sayuran bagi kesehatan manusia
mendorong sayuran ini semakin diminati sehingga permintaan akan sayuran
senantiasa mengalami peningkatan. Meskipun tanaman sayur daun jenis pakcoy ini
mudah dibudidayakan namun kebutuhan unsur hara tanaman tidak dapat diabaikan
termasuk unsur hara makro N, P dan K. Nitrogen sangat diperlukan tanaman untuk
menunjang pertumbuhan vegetatifnya. Pemberian nitrogen dengan dosis yang tepat
sangat menentukan kualitas pertumbuhan dan hasil tanaman secara maksimal
(Okazaki, et al., 2012; Averbeke et al., 2007). Hasil penelitian Turk et al. (2009)
menunjukkan bahwa pemberian nitrogen dengan dosis 150 kg ha-1 memberikan
pengaruh pada hasil bobot segar daun tanaman pakcoy. Pemberian pupuk kalium dapat
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekurangan air serta penyakit dan
meningkatkan kualitas hasil panen.
Pupuk KCl dan KNO3 Merah ialah beberapa sumber kalium dengan
kandungan unsur yang berbeda. Pupuk KCl mengandung unsur K dan Cl sedangkan
KNO3 Merah mengandung unsur N, K, B dan Na. Tanaman yang mengalami
defisiensi unsur K menyebabkan penurunan jumlah dan ukuran daun pada setiap
individu tanaman yang berpengaruh terhadap proses fotosintesis dan fotosintat yang
akan dihasilkan. Dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium yang tepat dosis maka
akan diperoleh korelasi positif antara pupuk yang diberikan dengan hasil panen yang
diperoleh.
Unsur hara yang terkandung di dalam tanah dalam jumlah yang ekstrim
(kelebihan atau kekurangan) akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Sehingga diperlukan pemahaman terhadap masing-masing jenis unsur dan fungsinya
bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan tanaman memerlukan jenis unsur
tertentu dalam menunjang proses pertumbuhan dan produksi optimal (Kurniawan et
al., 2017).
Hasil produksi tanaman sangat ditentukan oleh banyaknya unsur hara yang
tersedia dalam tanah yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu
jenis unsur yang terkandung dalam pupuk juga sangat menentukan hasil tanaman,
seperti yang terkandung dalam pupuk KNO3 Merah dan pupuk KCl. Tanaman tidak
hanya membutuhkan unsur hara makro dalam proses pertumbuhanya, akan tetapi juga
membutuhkan unsur hara mikro. Unsur mikro berperan dalam meningkatkan hasil dan
kulitas panen serta mengefisienkan penggunaan pupuk makronutrien (Malakouti,
2008). Mobilitas unsur ini didalam tubuh tanaman terutama daun menjadikan unsur
nitrogen digunakan sebagai dasar dalam pengukuran serapan N oleh tanaman serta
untuk mengetahui kandungan klorofil daun. Akan tetapi hasil penelitian Altamimi et
al. (2013) menunjukkan bahwa analisa kandungan N total pada jaringan daun
menunjukkan bahwa tanaman pakcoy kurang responsif terhadap pemberian beberapa
tingkatan dosis pupuk NO3 - . Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh unsur hara yang
diaplikasikan tergantung pada tingkat kebutuhan dan serapan hara oleh akar tanaman.
Tingkat pertumbuhan tanaman akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman
dalam menyerap unsur hara yang tersedia.
Menurut hasil penelitian Suharja et al. (2009) diketahui bahwa pemberian
beberapa kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik (N, P dan K) tidak
memberikan pengaruh pada jumlah total klorofil daun. Hal ini menunjukkan bahwa
penyrapan dan pemanfaatan unsur hara yang diserap oleh tanaman tidak memberikan
pengaruh langsung pada organ tanaman tertentu akan tetapi tergantung pada kondisi
individu tanaman dalam menyerap unsur hara.

C. Unsur Hara N, P, K pada Tanaman Jagung

Mikoriza berperan dalam peningkatan penyerapan unsur-unsur hara tanah yang


dibutuhkan oleh tanaman seperti P, N, K, Zn, Mg, Cu, dan Ca. Sedangkan tanaman
jagung agar menghasilkan mutu yang tinggi, dibutuhkan ketersediaan unsur hara N, P
dan K yang tinggi. Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya
produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Selain dari
varietas tanaman jagung yang digunakan, faktor lingkungan seperti cuaca dan unsur
hara dalam tanah juga dapat mempengaruhi kualitas. Salah satu alternatif untuk
mengatasi kekurangan unsur hara terutama fosfat dalam tanah adalah dengan
penggunaan mikoriza. Pemanfaatan Mikoriza merupakan masukan teknologi mikrobia
yang mungkin dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah kekeringan pada
budidaya jagung terutama di daerah Madura. Jenis mikoriza pada tanaman jagung
antara lain Gigaspora, Scutellospora, Acaulospora, Entrophospora dan Glomus.
Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap pembentukan
mikoriza dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Interaksi antar faktor-faktor biotik
memiliki efek yang signifikan dalam merespon pertumbuhan tanaman yang
diinokulasi. Sebaran mikoriza dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jenis dan
struktur tanah, unsure hara P dan N dalam tanah, air, pH, dan suhu tanah (Puspitasari
et al., 2012).
Kekeringan tidak menghambat pertumbuhan mikoriza namun meningkatkan
perkembangan akar lateral dan setelah pembasahan kembali laju pemanjangan akar
dan jumlah mikoriza meningkat dengan cepat. Unsur P memberikan pengaruh
terhadap jumlah spora, dimana adanya peningkatan unsur P dalam tanah, jumlah spora
Acaulospora dan Gigaspora mengalami sedikit peningkatan pula. Fosfor di dalam
tanah terdapat dalam bentuk orthofosfat, P organik dan P anorganik yang berikatan
dengan Fe, Al, Ca, dan mineral tanah lainnya. Sebagian besar unsur hara fosfor dalam
bentuk tidak tersedia untuk tanaman. Dalam kondisi fosfor tidak tersedia, kolonisasi
mikoriza lebih cepat terbentuk. Hal ini disebabkan fungsi utama infeksi mikoriza
adalah penyerapan fosfor dalam bentuk tidak tersedia atau fosfor yang terserap partikel
lempung.
Unsur C dan N yang lebih rendah mengakibatkan ketersediaan hara yang
rendah akan mengoptimalkan kerja mikoriza dengan memperluas daerah penyerapan
sekaligus juga dapat menembus daerah penipisan nutrien (Zone of nutrient depletion)
sehingga hara dari media yang tidak dapat diserap oleh akar dengan adanya pengaruh
mikoriza, dapat mengoptimalkan fungsi akar dan hara terserap lebih banyak dan dapat
meningkatkan metabolisme tumbuhan. Berdasarkan nilai korelasi, peningkatan unsur
C dan N berbanding terbalik dengan jumlah spora Glomus dan Acaulospora, dimana
dengan adanya peningkatan unsur C dan N maka jumlah spora Glomus akan
mengalami penurunan, sedangkan jumlah spora Acaulospora mengalami sedikit
penurunan. Selain tekstur tanah, kondisi fisik lainnya adalah KTK, dimana KTK
sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi. Berdasarkan nilai
korelasi terlihat bahwa peningkatan KTK dalam tanah berbanding terbalik dengan
jumlah spora Glomus dan Acaulospora, dimana dengan adanya peningkatan KTK
maka jumlah spora Glomus akan mengalami penurunan, sedangkan jumlah spora
Acaulospora mengalami sedikit penurunan.

D. Unsur Hara N dan K pada Tanaman Bawang Merah

Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang penting karena


mengandung gizi yang tinggi, bahan baku untuk obat-obatan, sebagai pelengkap
bumbu masak, memiliki banyak vitamin, dan berperan sebagai aktivator enzim di
dalam tubuh. Bawang merah merupakan salah satu sayuran yang beradaptasi luas.
Salah satu jenis bawang merah yang banyak dikembangkan di dataran rendah adalah
varietas Kuning, akan tetapi rendahnya produktivitas bawang merah menyebabkan
kurangnya pasokan pada masyarakat, dengan adanya peningkatan yang dilakukan
untuk membuat produktivitas menjadi tinggi.
Pemupukan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan
hasil tanaman. Pupuk yang digunakan sesuai anjuran diharapkan dapat memberikan
hasil yang secara ekonomis menguntungkan. Dengan demikian, dampak yang
diharapkan dari pemupukan tidak hanya meningkatkan hasil per satuan luas tetapi juga
efisien dalam penggunaan pupuk. Hal ini, mengingat penggunaan pupuk di tingkat
petani cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan masalah terutama defisiensi unsur
hara mikro, pemadatan tanah, dan pencemaran lingkungan.
Input pupuk N dan K penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
serta hasil umbi benih bawang merah. Unsur hara N merupakan bahan pembangun
protein, asam nukleat, enzim, nukleoprotein, dan alkaloid. Defisiensi N akan
membatasi pembelahan dan perbesaran sel (Sumiati et al., 2007). Pupuk N dengan
dosis tinggi tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap produksi bawang merah.
Produksi bawang merah meningkat hanya 32% jika pemberian pupuk N, dua kali lebih
tinggi dari dosis sebelumnya. Dengan kata lain, pemberian pupuk dosis tinggi tidak
menjamin peningkatan hasil. Pemberian pupuk K mampu meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman bawang merah. Pertumbuhan bawang merah meningkat secara
bertahap dengan meningkatnya jumlah pemberian pupuk K.
Menurut Napitupulu et al. (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
Meningkatnya pertumbuhan dan produksi bawang merah akibat pemberian N
berkaitan dengan peranan N yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman.
Pemberian N yang optimal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan
sintesis protein, pembentukan klorofil yang menyebabkan warna daun menjadi lebih
hijau, dan meningkatkan rasio pucuk akar. Oleh karena itu pemberian N yang optimal
dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman, sedangkan pemberian K tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Terjadi interaksi antara
pupuk N dan K terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot umbi basah dan kering
bawang merah, tetapi tidak terjadi interaksi terhadap jumlah anakan per rumpun,
diameter umbi, dan jumlah umbi per rumpun, dengan kombinasi pupuk N dosis 250
kg/ha dan pupuk K dosis 100 kg/ha menghasilkan bobot umbi kering tertinggi, yaitu
64,69 g/ rumpun. Ispandi (2003) menyatakan bahwa hara K sangat diperlukan dalam
pembentukan, pembesaran, dan pemanjangan umbi. Meningkatnya pertumbuhan dan
produksi bawang merah akibat pemberian N berkaitan dengan peranan N yang dapat
meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Pemberian N yang optimal dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan sintesis protein, pembentukan
klorofil yang menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau, dan meningkatkan rasio
pucuk akar. Oleh karena itu pemberian N yang optimal dapat meningkatkan laju
pertumbuhan tanaman, sedangkan pemberian K tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap tinggi tanaman.

E. Unsur Hara Mikro dan Makro

Unsur hara merupakan unsur kimia yang dibutuhkan tanaman untuk proses
metabolisme dan pertumbuhannya. Unsur hara ini terbagi menjadi dua, yaitu unsur
hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara mikro essensial terdiri dari unsure Fe,
Mn, Zn, Cu, Cl, Mo, dan B. Namun terdapat pula unsure hara mikro essensial hanya
untuk beberapa tanaman tertentu, yaitu Na, Si, Co, dan V. Bentuk unsur hara dalam
tanah dapat berupa senyawa kompleks yang sukar larut dalam air dan juga senyawa
yang mudah larut dalam air sehingga mudah pula diserap langsung oleh tanaman.
Apabila bentuk unsur hara yang tersedia terdapat pada bentuk senyawa kompleks
maka terdapat beberapa proses untuk membuat senyawa tersebut menjadi mudah
diserap oleh tanaman.
Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam
jumlah yang relatif banyak. Unsur hara mikro juga sama pentingnya dengan unsur hara
makro, namun kebutuhan tanaman terhadap zat-zat tersebut hanya sedikit. Beberapa
unsur hara makro itu adalah : Carbon (C), Oksigen (O), Hidrogen (H), Nitrogen (N),
Fosfor (P), Kalium (K), Calcium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Unsur hara
makro yang diserap oleh tanaman relatif banyak yang diperlukan, kekurangan unsur
hara hara makro menimbulkan defisiensi yang tidak dapat digantikan oleh unsur lain
sedangkan kelebihan unsur hara makro tidak menimbulkan pengaruh karena akan
terlarut ke dalam tanah atau larut oleh air.

a) Unsur Hara Mikro

 Unsur Mangan
Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan
sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi
metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan
nitrat reduktase sehingga tunbuhan yang mengalami kekurangan mangan memerlukan
sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan
pelepasan elektron dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen.
Mangan diserap oleh tanaman sebagai ion Mn2+ bebas dari larutan tanah.
Mangan mudah menyatu kompleks dengan ligan organik tanaman dan mikroba
sintetis. Namun, kompleks yang terbentuk dengan mikroba sintetis umumnya
dianggap lebih lambat diserap oleh akar dari kation bebas. Penyerapan mangan oleh
akar dicirikan oleh serapan bifase. Tahap awal dan cepat serapan adalah reversibel dan
nonmetabolic, dengan Mn2+ dan Ca2+ dipertukarkan secara bebas. Pada tahap awal,
mangan muncul untuk teradsorpsi oleh konstituen dinding sel-sel akar ruang
apoplastic. Tahap kedua adalah lambat; mangan kurang siap ditukar, dan serapan yang
tergantung pada metabolisme. Mangan diserap ke symplast selama fase ini lebih
lambat namun, ketergantungan persentase penyerapan mangan pada metabolisme
tidak jelas. Serapan dari mangan tidak muncul untuk dikontrol ketat, tidak seperti
nutrisi utama ion. Percobaan kinetik telah memperkirakan penyerapan mangan berada
di tingkat 100 sampai 1000 kali lebih besar dari kebutuhan tanaman. Hal ini mungkin
karena kapasitas yang tinggi dan saluran pembawa ion dalam transportasi ion mangan
melalui membran plasma dengan kecepatan beberapa ratus hingga beberapa juta ion
per detik per molekul protein.
Pengaruh Mn terhadap pertumbuhan tanaman adalah Mn yaitu penyusun
ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan
sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk
fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam
sintesis klorofil.
Identifikasi Gejala defisiensi mangan bersifat relatif, seringkali defisiensi satu
unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya. Di lapangan tidak mudah
membedakan gejala-gejala defisiensi. Tidak jarang gangguan hama dan penyakit
menyerupai gejala defisiensi unsur hara mikro. Gejala dapat terjadi karena berbagai
macam sebab.
Gejala dari defisiensi mangan memperlihatkan bintik nekrotik pada daun.
Mobilitas dari mangan adalah kompleks dan tergantung pada spesies dan umur
tumbuhan sehingga awal gejalanya dapat terlihat pada daun muda atau daun yang lebih
tua.. Kekurangan mangan ditandai dengan menguningnya bagian daun diantara tulang-
tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiir tetap berwarna
hijau. Bagian yang menguning tersebut akan mati dan meninggalkan
lubang-lubang berbentuk memanjang. Kekurangan Mn sering terjadi sebagai
akibat pemupukan Fe berlebihan sehingga menyebabkan Mn menjadi tidak
tersedia. Mangan dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit (biasanya 50-250 ppm)
dan dapat meracun dalam konsentrasi yang berlebihan. Tingginya kadar mangan dapat
menurunkan kadar auksin melalui aktivitas oksidasi IAA yang berlebihan.

 Unsur Molibdenum (Mo)


Molibdenum merupakan nutrisi esensial yang dibutuhkan semua spesies
tanaman dan hewan. Molibdenum merupakan elemen yang dibutuhkan dalam jumlah
paling sedikit yaitu kurang dari 1 ppm, namun juga menjadi unsur hara mikro yang
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kandungan Molibdenum
dalam tanah pertanian biasanya berkisar antara 0.6 – 3.5 ppm dengan rata-rata
molibdenum tersedia hanya 0.2 ppm. Molibdenum banyak terdapat dalam tanah
sebagai oksikompleks (MoO42-). Tanaman menyerap molibedenum dalam bentuk
molibdate. Molibdate diadsorpsi oleh mineral tanah dan koloid. Adsorpsi ini
bergantung pada pH tanah. Mo terlepas ke alam melalui pembakaran bahan bakar,
limbah air dari proses industri, dan distribusi limbah. Logam ini banyak terkandung
pada tanah masam karena tidak terlarut dengan baik pada tanah masam.
Fungsi Mo dalam tumbuhan yang paling dikenal adalah menjadi bagian dari
enzim nitrat reduktase yang mereduksi ion nitrat (NO3-) menjadi ion nitrit (NO2-).
Elemen molibdenum esensial hampir pada semua organisme dan terdapat pada lebih
dari 40 enzim katalisator berbagai reaksi redox.
Dalam kebutuhannya untuk pertumbuhan dan metabolism tanaman tentunya
unsur Mo memberi pengaruh baik member dampak negative atau positif. Dampak
Kekurangan Molibdenum (Mo) pada tanaman, yaitu ditunjukkan dengan munculnya
klorosis di daun tua, kemudian menjalar ke daun muda, gejala utama dari defisiensi
molibdenum (Mo) berupa pengerdilan dan kegagalan daun mengembangkan zat hijau
daun (klorofil), daun tanaman yang terserang menunjukkan warna kekuningan pucat
terutama pada pembuluh darah dan sepanjang tepi dan jaringan daun bagian tepi
mati. sedangkan dampak kelebihan Molibdenum (Mo) pada tanaman yaitu toksisitas
(kelebihan) molibdenum pada tanaman sangat jarang terjadi, bahkan ketika kandungan
molibdenum berada di rentang angka ribuan PPM dan dalam beberapa kasus

menyebabkan daun menjadi kuning.

b) Unsur Hara Makro

 Unsur C, H dan O
Unsur hara yang di serap dari udara adalah C, H, O, dan S, yaitu berasal dari CO2,
H2O, O2,dan SO2. Karbon dioksida atmosfer mencukupi karbon yang dibutuhkan
tanaman dalam membentuk gula, pati, dan selolusa. Air dalam tanah dan juga atmosfer
(hujan) menyediakan oksigen dan hidrogen. Selain itu tanaman membutuhkan pula
unsur-unsur mineral seperti nitrogen, fosfor, dan kalium berasal dari tanah. Beberapa
unsure seperti aluminium dan silikon, berada dalam jaringan tanaman karena terdapat
dalam tanah dan diserap oleh tanaman.

 Unsur N dan P

Nitrogen merupakan salah satu hara makro yang menjadi pembatas utama
produksi tanaman di lahan kering. pemupukan nitrogen dosis 92 kg/ha menghasilkan
produksi tanaman 7,91 ton/ha. fungsi nitrogen sangat esensial sebagai bahan penyusun
asam-asam amino, protein, dan klorofil yang penting dalam proses fotosintesis dan
penyusunan komponen inti sel yang menentukan kualitas dan kuantitas hasil jagung.
Kelebihan unsur hara nitrogen dapat meningkatkan kerusakan akibat serangan hama
dan penyakit, memperpanjang umur, dan tanaman lebih mudah rebah. Sedangkan,
kekurangan nitrogen tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk mencapai
tingkat produksi yang optimal. Lahan kering regosol merupakan lahan yang
kekurangan unsur hara nitrogen. Nitrogen dibutuhkan tanaman dalam jumlah 3%,
namun jumlahnya dalam tanah sedikit yaitu berkisar antara 0,02-0,4%. Terkurasnya
nitrogen dalam tanah terjadi karena sifatnya yang mudah larut dan terbawa saat panen
dan erosi. (Jemrifs et.al 2013)
Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan
oleh tanaman dalam jumlah yang besar. Nitrogen merupakan anasir penting dalam
pembentukan klorofil, protoplasma, protein, dan asam-asam nukleat. Unsur ini
mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan semua
jaringan hidup (Brady and Weil, 2002). Fosfor merupakan komponen penting
penyusun senyawa untuk transfer energi (ATP dan nukleoprotein lain), untuk sistem
informasi genetik (DNA dan RNA), untuk membran sel (fosfolipid), dan fosfoprotein.
Nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4 + atau NO3",
yang dipengaruhi oleh sifat tanah, jenis tanaman dan tahapan dalam pertumbuhan
tanaman. Pada tanah dengan pengatusan yang baik N diserap tanaman dalam bentuk
ion nitrat, karena sudah terjadi perubahan bentuk NH4 +menjadiNO3, sebaliknya pada
tanah tergenang tanaman cenderung menyerap NH4 + (Havlin et al., 2005). N adalah
unsur yang mobil, mudah sekali terlindi dan mudah menguap, sehingga tanaman
seringkali mengalami defisiensi (Fahmi et al 2010). Tanaman menyerap P dalam
bentuk ortofosfat primer (H2PO4) dan sebagian kecil dalam bentuk ortofosfet
sekunder (HPO4) Bentuk P dalam tanah dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu organik
dan anorganik. Proporsi kedua bentuk P tersebut sangat bervariasi. Nilai P-organik
dilaporkan antara 5-80%.
Kekahatan unsur hara N dan P adalah masalah yang umum pada hampir semua
jenis tanah, secara umum petani memberikan pupuk N dan P secara bersamaan untuk
dapat menghasilkan produk optimum dari pertaniannya dimana jumlah yang diberikan
untuk kedua unsur tersebut berbeda-beda sesuai dosis anjuran yang mereka ketahui.
Biasanya pada tanah latosol diperlukan 400 kg ha1 urea dan 300 kg ha1 SP- 36 untuk
pertanaman jagung manis, sedangkan pada tanah yang porous seperti regosol dosis
yang digunakan biasanya dapat sebesar 250-300 kg ha1 urea dan 100 kg ha1 SP.
Kesalahan dosis pemberian salah satu unsur tersebut sebenarnya akan menyebabkan
kurang optimumnya hasil yang diperoleh sebab salah jika N diberikan kurang maka N
akanmenjadi pembatas dari P dan pada kondisi yang demikian, tanggapan tanaman
terhadap pemupukan P sangat tergantung pada tersedianya unsur N di dalam tanah.
(Fahmi et al 2010).

 Unsur K

Kalium merupakan salah satu unsur essensial yang dibutuhkan untuk setiap
tanaman yang tumbuh. Unsur kalium sangat diperlukan dalam meningkatkan
pertumbuhan suatu tanaman. Kalium biasanya didapat dari dalam tanah yang berasal
dari mineral-mineral tanah dan juga bisa didapat dari pupuk buatan manusia. Kalium
pada tanaman digunakan sebagai perkembangan akar, metabolik dalam sel, dan juga
meningkatkan ketahanan tubuh tumbuhan serta meningkatkan ketahanan tanaman dari
serangan hama dan penyakit.
Kalium memang banyak ditemukan didalam tanah tetapi hanya sebagian kecil
yang dapat digunakan oleh tanaman, yaitu kalium yang larut dalam air dan yang dapat
diadsorbsi berupa ion. Tanaman dapat menyerap kalium dalam bentuk ion K+. Kalium
di dalam tanah ada dalam berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya untuk setiap
tanaman berbeda-beda. Mekanisme penyerapan unsur kalium dari dalam tanah yaitu
dengan cara difusi. Pada saat akar tumbuh memanjang menembus tanah, akar-akar
tersebut langsung menemui berbagai ion yang berada dalam larutan tanah. Setelah
akar-akar sampai pada daerah yang melimpah ion kalium dalam tanah, maka ion-ion
dalam larutan tanah akan langsung bergerak kepermukaan akar. Hal ini dikarenakan
besarnya konsentrasi ion K didalam larutan tanah dan rendahnya ion K didalam akar
sehingga terjadi proses difusi. Semakin besar konsentrasi ion K didalam larutan tanah
maka semakin besar juga ion K yang masuk kedalam permukaan akar dengan aliran
massa.

F. Pengaruh Kekurangan Unsur Hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium Terhadap


Penyakit Tanaman.

Kekurangan salah satu unsur hara Nitrogen, Fosfor maupun Kalium dapat
menimbulkan pertumbuhan kurang maksimal bahkan terhambatnya pertumbuhan
tumbuhan. Berikut adalah pengaruh kekurangan dari unsur hara Nitrogen, Fosfor,
Kalium adalah:
 Nitrogen
Secara visual tanaman yang tidak diberi atau yang kekurangan hara Nitrogen warna
daunnya kekuningan, diduga pembentukan klorofil terganggu akibat proses asimilasi
yang tidak lancar. Gejala yang ditimbulkan pada tumbuhan yang kekurangan nitrogen
adalah sebagai berikut:
1) Tumbuhan kerdil
2) Daun tua dan seluruh tanaman kuning kehijauan, kadang seluruh daun menjadi
hijau pucat dan khlotik pada bagian ujung, daun mati pada kondisi stress nitrogen
berat, seluruh daun menyempit, memendek, tegak, dan hijau kekuningan lemon
kecuali daun muda yang lebih kehijauan,
3) Tunas dan biji terhambat.
4) Pertumbuhan akar terbatas
5) Menurunkan daya tahan terhadap serangan penyakit

 Fosfor
Gejala yang ditimbulkan tanaman yang kekurangan Fosfor adalah:
1) Tanaman kerdil
2) Pertumbuhan sangat lambat
3) Beberapa tanaman seperti tomat, selada, jagung warna batang, tangkai daun dan
bagian bawah daun berwarna keunguan
4) Kondisi defisiensi berat terdapat kecenderungan daun berkembang abu-abu sampai
biru terang
5) Daun lebih tua pada kondisi defisiensi berat tulang-tulang daun berwarna coklat
dan terdapat bintik-bintik nekrotik (bintik-bintik kecil akibat jaringan mati)

 Kalium
Apabila tanaman kekurangan unsur Kalium, maka banyak proses yang tidak
berjalan dengan baik, misalnya terjadinya kumulasi karbohidrat, menurunnya kadar
pati, dan akumulasi senyawa nitrogen dalam tanaman. Apabila kegiatan enzim
terhambat, maka terjadi penimbunan tertentu karena prosesnya menjadi terhenti.
Gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan Kalium adalah sebagai berikut:
1) Pertumbuhan tanaman kerdil
2) Terdapat bercak khlorosis pada tepi daun, kemudian berkembang terjadi nekrosis
bagian ujung, tepi dan antara tulang daun
3) Daun berwarna hijau tua
4) Daun keriting dan melengkung
5) Batang kecil dan lemah, dengan bagian ruas memendek
6) Batang lemah dan rebah
7) Rentan terserah penyakit dengan gejala mirip busuk pangkal batang.

G. Pengaruh Kelebihan Unsur Hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium Terhadap


Penyakit Tanaman.

Kelebihan unsur hara Nitrogen, Fosfor dan kalium juga akan menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak optimal. Berikut adalah pengaruh
kelebihan unsur hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium:

 Natrium
Kelebihan Nitrogen menyebabkan pertumbuahan tanaman terlalu subur dengan
daun berwarna hijau tua, terjadi penebalan dinding sel, menyebabkan pertumbuhan
tanaman akan menurun. Hal ini dikarenakan pemberian unsure Nitrogen berlebihan
dapat mengakibatkan fase vegetatif tanaman lebih panjang sehingga pembentukan
organ generative tidak maksimal. Memperlambat kematangan tanaman, jaringan
bersifat sukulen (berair), batang lebih mudah roboh dan mudah diserang oleh hama
penyakit. Selain itu, unsur hara Nitrogen dapat bersifat racun bagi tanaman apabila
diberikan terlalu banyak.

 Fosfor
Konsentrasi larutan unsur hara Fosfor melebihi batas optimum akan
menyebabkan pertumbuhan tanaman menurun bahkan menghambat pertumbuhan
tanaman. Kelebihan Fosfor menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro
seperti besi (Fe), tembaga (Cu), dan Seng (Zn) terganggu. Selain itu, akan
menyebabkan terjadinya penurunan kandungan Nitrogen yang drastic sehingga proses
pembentukan buah, kulit buah menjadi keriput.

 Kalium

Pemberian unsur Kalium secara berlebihan akan menurunkan mutu tanaman.


Proses pemasakan buah menjadi lebih lama serta akan lebih masamKelebihan unsur
Kalium akan menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Hal ini disebabkan
adanya hubungan erat antara Kalium, Kalsium dan Magnesium yaitu adanya sifat
antagonism. Sifat antagonism ini menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk
diserap tanaman jika komposisi unsure tidak seimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Altamimi, M. E., R. R. Janke, K. A. Williams, N. O. Nelson and L. W. Murray. 2013.


Nitrate-Nitrogen Sufficiency Ranges in Leaf Petiole Sap of Brassica oleracea
L., Pac Choi Grown with Organic and Conventional Fertilizers. J.
Horticultural Science. 48 (3): 357- 368.
Averbeke, W. V., K.A. Juma and T. E. Tshikalange. 2007. Yield response of African
leafy vegetables to nitrogen, phosphorus and potassium: The case of Brassica
rapa L. subsp. chinensis and Solanum retroflexum Dun. Centre for Organic
and Smallholder Agriculture, Department of Crop Sciences, Tshwane
University of Technology, Afrika. 33 (3): 355-362.
Fahmi A., Syamsudin , Sri Nuryani H U. dan Bostang R. 2010, The Effect of
Interaction of Nitrogen and Phosphorus Nutrients on Maize (Zea Mays L.)
Grown In Regosol and Latosol Soils. Biology News 10 (3).
Ispandi, A. 2003. Pemupukan P dan K dan Waktu Pemberian Pupuk pada Tanaman
Ubi Kayu di Lahan Kering Vertisol. Ilmu Pertanian. 10(2):35-50.
Jemrifs H. H. S., Djoko P., Abdul S. 2013. The Growth And Harvest Of Corn At
Various Of Providing Nitrogen Fertilizer On Regosol Dry Lands. Ilmu
Pertanian Vol. 16 No.1, 77 – 89.
Kurniawan A, Titiek I dan Koesriharti. 2017. Pengaruh aplikasi pupuk N dan K
terhadap pertumbuhan dan hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa var.
chinensis) Flamingo F1 the effects of application N and K fertilizer on growth
and yield of Pakcoy (Brassica rapa var. chinensis) F1 Flamingo. Jurnal
Produksi Tanaman, (5)2: 281 – 289.
Malakouti, M. J. 2008. The Effect of Micronutrients in Ensuring Efficient Use of
Macronutrients. J. For Agriculture 32 (1): 215-220.
Napitupulu D dan L Winarto. 2010. Pengaruh pemberian pupuk N dan K terhadap
pertumbuhan dan produksi bawang merah. Jurnal Hortikultura, 20(1):27-35.
Okazaki, K., T. Shinano, N. Oka and M. Takebe, 2012. Metabolite profiling of
Komatsuna (Brassica rapa L.) fieldgrown under different soil organic
amendment and fertilization regimes. J. of Soil Science and Plant Nutrition.
58 (3): 696—706.
Puspitasari D, Kristanti IP dan Anton M. 2012. Eksplorasi Vesicular Arbuscular
Mycorrhiza (VAM) indigenous pada Lahan Jagung di Desa Torjun, Sampang
Madura. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 1(1): 19-22.
Ruhnayat A. 2007. Penentuan kebutuhan pokok unsur hara N, P, K untuk pertumbuhan
Tanaman Panili (Vanilla planifolia Andrews). Jurnal Bul. Littro, 18(1): 49 –
59.
Suharja dan Sutarno, 2009. Biomass, chlorophyll and nitrogen content of leaves of two
chili pepper varieties (Capsicum annum) in different fertilization treatments.
J. Nusantara Bioscience. 1 (1) : 9-16.
Sumiati, E. dan O. S. Gunawan. 2007. Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza untuk
Meningkatkan Efisiensi Serapan Unsur Hara NPK serta Pengaruhnya
terhadap Hasil dan Kualitas Umbi Bawang Merah. J. Hort. 17(1):34-42.
Turk, M., S. Albayrak, C. Balabanli and O. Yuksel. 2009. Effects of fertilization on
root and leaf yields and quality of forage turnip (Brassica rapa L.). J. of Food,
Agriculture and Environment. 7 (3): 339-342.
Wijanarko, A dan Taufiq, A. 2008. Kalibrasi P pada Tanaman Kacang Tanah di Tanah
Ultisol. Malang : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian. Jurnal Agrivigor. Volume 7 (3) : 272 – 281.

You might also like