You are on page 1of 11

MAKALAH

“ HALUSINASI”
Diajukan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1

Dosen Pembimbing :

Di susun oleh :
Kelompok 4

1. Adi Juniarto (170103004)


2. Dwi Nanda Monalisa (170103024)
3. Imam Fauzan Arifin (170103038)
4. Nur Afifahtun Ainy (170103064)
5. Ray Hanif Fadillah (170103072)
6. Vadilla Rachma Zein (170103094)

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA


PURWOKERTO
2019

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Endokrin yang berjudul
” Askep Addison ” tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pengrjaan makalah ini. Kami juga menyadari banyak
kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik yang membangun agar dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Purwokerto, 10 Juni 2019

Penulis

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL
LAMPIRAN ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian halusinasi...................................................................... 3
B. Jenis-jenis halusinasi....................................................................... 4
C. Fase-fase halusinasi........................................................................ 5
D. Etiologi ........................................................................................... 6
E. Manifestasi klinis............................................................................ 9
F. Penyebab ........................................................................................ 10
G. Masalah keperawatan...................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan
sensasi yang tidak ada berupa suara, penglihatan, pengecapan,dan
perabaan (Damaiyanti, 2012).
Menurut Valcarolis dalam Yosep Iyus (2009) mengatakan lebih
dari 90% pasen dengan skizofrenia mengalami halusinasi, halusinasi
yang sering terjadi yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi penhlihatan,
dan halusinasi penciuman.
Menurut Valcarolis dalam Yosep Iyus (2009) mengatakan lebih
dari 90% pasien dengan skizofrenia mengalami halusinasi, dan
halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi pendengaran, halusinasi
penglihatan, halusiansi penciuman dan halusinasi pengecapan.
Menurut Videbeck dalam Yosep Iyus (2009) tanda pasien
mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak berbicara
ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga
karena pasien menganggap ada yang berbicara dengannya. Halusinasi
terjadi karena adanya reaksi emosi berlebihan atau kurang, dan perilaku
aneh Damaiyanti (2012). Bahaya secara umum yang dapat terjadi pada
pasien dengan halusinasi adalah gangguan psikotik berat dimana pasien
tidak sadar lagi akan dirinya, terjadi disorientasi waktu, dan ruang ( Iyus
Yosep, 2009).

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian halusinasi
2. Apa saja Jenis-jenis halusinasi
3. jelaskan Fase-fase halusinasi
4. bagaimana etiologi halusinasi
5. Apa saja manifestasi klinis dari halusinasi
6. Apa penyebab halusinasi
7. Masalah keperawatan

C. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang
berjudul ” halusinasi ”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah
menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar
penulis ataupun pembaca mengerti tentang halusinasi
1. Untuk mengetahui pengertian dari halusinasi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis halusinasi
3. Untuk mengetahui fase-fase halusinasi
4. Untuk mengetahui etiologi halusinasi
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis halusinasi
6. Untuk mengetahui penyebab dari halusinasi
7. Untuk mengetahui masalah keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa
adanya stimulus.Halusinasi merupakan pengalaman terhadap
mendengar suara Tuhan, suara setan dan suara manusia yang
berbicara terhadap dirinya, ini serina terjadi pada pasien skizofrenia
(Stuart dan sudden, 1991). Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu penerapan panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar,
keyakinan tentang halusinasi adalah sejauh mana pasien itu yakin
bahwa halusinasi merupakan kejadian yang benar, umpamanya
mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu/yakin sekali bahwa
hal itu benar adanya (Maramis, 2004).
Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah dimana seseorang
mempersiapkan sesuatu tanpa adanya stimulus/rangsangan dari luar

B. Jenis-jenis Halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart dan Sundeen (2001) meliputi :
1. Halusinasi pendengaran (Akustik)
Karakteristik: Mendengar suara-suara/bisikan-bisikan, paling-
paling suara orang, suara berbentuk kebisingan yang kurang
jelas sampai katakata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan
percakapan lengkap antara dua orang atau lebih tentang orang
yang mengalami halusinasi pikiran yang mendengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang membahayakan.
2. Halusinasi penglihatan (visual)
Karakteristik: Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,
gambar geometri, gambar kartoon, bayangan yang
rumit/kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti milihat monster.

3
3. Halusinasi penghidu
Karaktristik: Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah,
urin atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke,
tumor, kejang/dimensi.
4. Halusinasi pendengaran
Karakteristik: Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,
urin atau feses.
5. Halusinasi perabaan
Karakteristik: Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas rasa kesetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain
6. Halusinasi canesthetic
Karakteristik: Merasakan fungsi tubuh seperti:aliran darah
divena atau diarteri, perencanaan makanan atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi klinesthetic
Karakteristik: Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa
berhenti

C. Fase-fase halusinasi
1. Fase comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan)
Klien mengalami ansietas sedang dan halusinasi yang
menyenangkan. klien mengalami perasaan mendalam seperti
ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan, untuk meredakan
ansietas. Individu mengalami bahwa pikiran dan pengalaman
sensori berada dalam kendali kesadaran. Perilaku klien:
Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang
asyik.

4
2. Fase Condemning (ansietas berat halusinasi memberatkan)
Pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk
mengambil jarak dirinya dengan sumber yang di persiapkan.
Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman
sensori dan menarik diri dari orang lain psikotik ringan. Perilaku
klien: Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat
ansietas seperti penigkatan denyut jantung, pernafasan dan
tekanan darah. Rentang perhatian menyempit, asyik dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realita.
3. Controling (ansietas berat pengalaman sensori menjadi berkuasa)
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi
menjadi menarik, klien mungkin mengalami pengalaman
kesepian jika sensori halusinasi berhenti psikotik. Perilaku klien:
Kemampuan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti
kesukaran berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian
hanya beberapa detik atau menit adanya tanda-tanda fisik.
Ansietas berat: berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
peraturan.
4. Conquering panik (umumnya menjadi lebur dalam halusinasi)
Pengalaman sensori jadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau
hari jika tidak ada intervensi terapeutik psikotik berat. Perilaku
klien: Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat
suicida/nomicide aktifitas fisik merefleksikan isi halusinasi
seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia
tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks, tidak
mampu berespons lebih dari 1 orang (Stuart dan Laraia, 2001).

5
D. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1991) faktor predisposisi meliputi:
a. Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologis
yang maladaptif yang baru mulai dipahami termasuk hal-hal
berikut:
 Penelitian pencitraan otak yang sudah
mulai menunjukkan
 keterlibatan otak yang luas dalam perkembangan
skizofrenia.
 Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. hasil
penelitian
 sangat menunjukkan hal-hal berikut ini:
 Dopamine neurotransmitter yang berlebihan.
 Ketidakseimbangan antara dopamine
dan neurotransmitter lain.
 Masalah-masalah pada sistem reseptor dopamine
keluarga
 dengan kembar identik yang dibesarkan secara terpisah
 mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi pada
skizofrenia.
b. Psikologis.
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologi
yang maladaptif belum didukung oleh penelitian, sayangnya
teori psikologi terdahulu menyalahkan keluarga sebagai
penyebab gangguan ini. Sehingga menimnulkan kurangnya
rasa percaya diri keluarga terhadap kesehatan jiwa
profesional.

6
c. Sosial Budaya.
Perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang
sangat berarti serta perilaku mengasumsi penyebab depresi
terletak pada kurangnya keinginan positip dalam interaksi
dengan lingkungan.
d. Organik.
Gangguan orientasi realitas muncul kelainan organik yang
bisa disebabkan infeksi, racun, trauma atau zat-zat substansi
yang abnormal serta gangguan metabolik masuk
didalamnya.
2. Faktor Presipitasi.
Menurut Stuart dan Sudden (1991) faktor presipitasi halusinasi
adalah sebagai berikut:
a. Biologis.
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon
neurologis yang maladaptif termasuk.
 Gangguan dalam peraturan umpan balik otak yang
mengatur proses informasi.
 Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan secara
selektif menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan.
Secara biologis menerapkan ambang terhadap toleransi
stres yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu Gejala.
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik
yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan,
lingkungan, sikap dan perilaku individu.

7
E. Manifestasi klinis
Menurut Towsend (1998) karakteristik perilaku yang dapat
ditunjukkan klien dan kondisi halusinasi berupa:
1. Data Subyektif
Klien mendengar suara atau bunyi tanpa stimulus nyata, melihat
gambaran tanpa stimulus yang nyata, mencium bau tanpa
stimulus yang nyata, merasa makan sepatu, merasa ada sesuatu
pada kulitnya, takut terhadap suara atau bunyi yang didengarnya,
ingin memukul dan melempar barang.
2. Data Obyektif.
Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau
dan kadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang
nyata dan yang tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari
orang lain, disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian atau
konsentrasi menurun, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung,
ekspresi muka tegang, muka merah dan pucat, tidak mampu
melakukan aktifitas mandiri dan kurang bisa mengontrol diri,
menunjukkan perilaku, merusak diri dan lingkungan.

F. Penyebab
Menurut Keliat (1998) mekanisme dari klien dengan menarik diri
yaitu: berdiam diri dan tidak ingin berinteraksi atau berhubungan
dengan orang lain, dia juga akan melepaskan dari perhatian orang
lain, preokupasi dan pikirannya sendiri yang akhirnya menimbulkan
halusinasi.

G. Masalah keperawatan
Menurut Keliat (2005) adapun masalah keperawatan yang muncul
pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi adalah: 1.
Perubahan persepsi sensori:halusinasi. 2. Resiko tinggi perilaku
kekerasan 3. Isolasi sosial 4. Gangguan konsep diri: Harga diri
rendah

You might also like