Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
KELOMPOK 2
AGT-A
AGUNG DRIVALLEN TOBARANI (D1B117036)
HARRYANATAL PRAYOGA MINGGUS (D1B117055)
KETUT ANDRE DARMAWAN (D1B117013)
MUHAMAD NUR ALAMSYAH (D1B117017)
ARDIANSYAH (D1B117036)
FIKRAM (D1B117052)
ARTA NUR ALAM (D1B117044)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari harapan, oleh karena
itu saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harapkan
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk semua.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
3.1.Kesimpulan ………………………………………………………....
3.2.Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui standar kebun benih kakao
2. Untuk dapat mengetahui standar produksi benih kakao
3. Untuk dapat mengetahui standar mutu benih kakao
4. Untuk dapat mengetahui standar kebun entres
5. Untuk dapat mengetahui standar produksi entres
6. Untuk dapat mengetahui standar mutu entres
7. Untuk dapat mengetahui standar produksi benih vegetatif
8. Untuk dapat mengetahui standar mutu benih semaian
9. Untuk dapat mengetahui standar mutu benih sambungan
II. PEMBAHASAN
Produksi kakao akan sangat ditentukan oleh kondisi lahan yang ada, potensi
produksi yang dimiliki oleh suatu tanaman akan terekspresi dengan baik bila faktor
lingkungan yang diperlukan sesuai. Tanaman kakao akan memberikan tingkat
produksi yang lebih baik apabila ditanam pada kondisi yang diinginkan oleh
pertanaman kakao tersebut. Tingkat produksi pada lahan yang sesuai akan
memberikan tingkat produksi yang maksimal dibandingkan dengan lahan yang
dibawah optimum Oleh karena itu lahan merupakan salah satu faktor pembatas
yang sangat penting untuk pertanaman kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh pada
daerah 20° LU - 20° LS, namun daerah pertanaman umumnya berada pada 7° LU -
18° LS.
Tanaman kakao umumnya dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah
tergantung pada sifat dan fisika tanahnya. Kemasaman tanah (pH), kadar bahan
organik, unsur hara, kapasitas absorbsi dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia
yang perlu diperhatikan, sedangkan sifat fisik yang meliputi kedalaman efektif,
tinggi permukaan air tanah, drainase, srtuktur dan konsistensi tanah. Selain itu,
ketinggian tempat dan kemiringan lahan berlereng datar sampai dengan <8%,
lereng optimum <2 %, sangat baik untuk pertanaman. Sedangkan untuk kemiringan
yang lebih tinggi penanaman kakao harus menurut garis kontur. Kemasaman tanah
yang ideal untuk tanaman kakao adalah 6-7,5 dan bahan organik tanah tinggi sangat
sesuai untuk tanaman kakao. Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao
lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir dan 10-20%
debu. Tanaman kakao menghendaki solum tanah minimal 90 cm sehingga dapat
mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Tanaman
kakao tidak menghendaki adanya air yang menggenang oleh karena itu air adalah
unsur yang penting bagi pertanaman. Ketersediaan air tanah terhadap kondisi
drainase, serta bahaya banjir, harus menjadi perhatian untuk pengelolaan
pertanaman kakao. Masalah hidrologi pada pertanaman kakao lebih berupa teknis
pengaturan tata air/drainase yang berdampak langsung terhadap proses
pertumbuhan tanaman, khususnya di lahan-lahan yang sering atau selalu tergenang.
Curah hujan yang sesuai untuk pertanaman kakao adalah pada kisaran
1100-3000 mm, dengan distribusi curah hujan sepanjang tahun. Curah hujan diatas
4500 mm pertahun kurang baik untuk tanaman kakao karena kondisi hujsn seperti
ini akan mendorong kelembapan yang tinggi sehingga akan dapat menyebabkan
penyakit busuk buah kakao yang merupakan penyakit utama pada tanaman ini.
Daerah yang memiliki curah huajn kurang dari 1200 mm per tahun masih dapat
ditanami kakao tentu dengan pengelolaan yang baik misal memberikan naungan
atau dibantu dengan air irigasi. Iklim yang edial untuk tanaman kakao adalah
daerah yang memiliki tipe iklim A (menurut Koppen) atau B ( menurut Schemidt
dan Fergusson). Pola penyebaran hujan yang merata akan sangat berpengaruh
terhadap penyebaran panen pada tanaman kakao, sedangkan temperatur 30-320C.
Kakao merupakan tanaman C3 (tanaman lindung) yang mampu berfotosintesis pada
suhu rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada
tajuk sebesar 20% dari total pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya dalam
berfotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada dalam kisaran 3-
30% cahaya matahari atau 15% cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan dengan
proses membukanya stomata lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih
banyak.
Persiapan Benih pada awalnya jenis kakao yang banyak ditanam adalah
jenis criollo {fine flavour cocoa) sehingga kakao dari Indonesia terkenal bermutu
baik (jenis edel cocoa/kakao mulia). Jenis ini memerlukan teknik budidaya yang
intensif sehingga kakao mulia hanya diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan
Negara yang saat ini terbatas di usahakan oleh PTPN XII di Jawa Timur. Kakao
mulia memiliki citarasa yang sangat baik sehingga kakao ini sangat diperlukan oleh
para konsumen dan dipasaran dunia.
Buah kakao yang akan dijadikan benih diambil atau dipanen dari kebun
sumber benih yang dibangun dengan tata letak tanaman menikuti aturan tertentu.
Selain itu, kebun benih telah dimurnikan dan ditetapkan sebagai sumber benih
kakao oleh direktur jendral perkebunan atau menteri pertanian.
1. Tata Letak
Kebun sumber benih kakao yang sesuai standar didesain dengan tata
biklonal atau poliklonal.
a. Tata letak biklonal
Tata letak biklonal adalah tata letak tanaman kakao yang tersusun dari dua
klon tanaman kakao. Satu klon tanaman kakao tersebut akan bertindak sebagai tetua
jantan, sedangkan lainnya sebagai tetua betina.
tata letak poliklonal adalah tata letak tanaman kakao tersusun lebih dari dua klon
tanaman kakao. Salah satu klon tanaman kakao bertindk sebagai tetua jantan,
sedangkan yang lain sebagai tetua betina.
3. Populasi tanaman
Jumlah tanaman kakao utnuk kebun sumber benih sesuai standar adalah
1.100 pohon per hektar atau jarak tanam 3m x 3m. Adapun pohon penaung tetap
tanaman kakao berupa lamtora atau gliriside sebanyak minimal 400-800 pohon per
hektar.
4. Pemeliharaan tanaman
5. Pengemasan benih
Benih yang telah mencapai kering angin dimasukkan ke dalam kantong
plastik transparan berukuran panjang 30 cm, lebar 20 cm dan tebal 0,1 cm. Setiap
kantong diisi 500 butir ditambah 25 butir benih sebagai rafraksi, lalu ditutup rapat.
Kantong kemudian dimasukkan ke dalam peti karton berukuran panjang 45 cm,
lebar 30 cm dan tinggi 25 cm. Setiap peti karton diisi 10 kantong plastik. Di antara
kantong plastik diberi serbuk gergaji kering untuk penyangga suhu agar relatif
tetap. Dengan demikian, setiap karton akan berisi 5.250 butir benih. Peti karton
kemudian ditutup rapat.
Mutu benih kakao dicerminkan oleh tiga komponen mutu, yaitu mutu
genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik benih kakao. Mutu genetis buah kakao
adalah mutu genetis yang terkait dengan sifat-sifat yang diturunkan dan akan
dicerminkan dengan keunggulan produksi, daya tahan hama dan penyakit, serta
tahan kekeringan. Mutu fisiologi benih kakao adalah kemampuan benih
berkecambah secara normal pada kondisi lingkungan yang optimal dalam periode
tertentu yang dinyatakan dalam persen. Mutu fisik benih kakao adalah tingkat
keutuhan benih, kebersihan/kadar kotoran dan campuran varietas lain.
1. Standar Mutu Biji Kakao
Syarat umum biji kakao yang akan diekspor ditentukan atas dasar ukuran
biji, tingkat kekeringan dan tingkat kontaminasi benda asing. Ukuran biji
dinyatakan dalam jumlah biji per 100 g biji kakao kering (kadar air 6 – 7 %).
Klasifikasi mutu atas dasar ukuran biji dikelompokkan menjadi 5 tingkat, sedang
tingkat kekeringan dan kontaminasi ditentukan secara laboratoris atas contoh uji
yang mewakili.
3. Syarat khusus
Syarat ini lebih terkait dengan masalah cita-rasa dan aroma serta masalah
kebersihan yang terkait dengan kesehatan manusia. Setelah dilakukan klasifikasi
mutu umum, setiap parti biji kakao perlu digolongkan lagi menjadi dua tingkat
mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
Standar Kakao Internasional
Food and drugs adiministration (FDA) dari USA memprakarsai menyusun
standar kakao internasional dengan mengadakan pertemuan antara produsen dan
konsumen beberapa kali pada tahun 1969 di Paris. Pertemuan tersebut menyepakati
ditetapkannya Standar Kakao Internasional. Standar ini banyak telah diadopsi oleh
hampir semua negara penghasil kakao di dunia tertuma yang mengekspor biji kakao
ke Amerika. Secara umum persyaratan yang tercantum standar kakao Indonesia
sejalan dengan dengan ayang ditentukan dalam Stabdar Kakao International.
Beberapa batasan umum yang menggolongkan biji kakao yang layak untuk
diperdagangkan di pasaran internasional (Cocoa merchantable quality)adalah
sebagai berikut:
a. Biji kakao harus difermentasi, kering (kadar air 7 %) , bebas dari bijismoky,
bebas dari bau yang tidak normal dan bau asing dan bebas dari bukti-bukti
pemalsuan.
b. Biji kakao harus bebas dari serangga hidup
c. Biji kakao dalam satu parti (kemasan ) harus mempunyai ukuran seragam,
bebas dari biji pecah, pecahan biji dan pecahan kulit, dan bebas dari benda-
benda asing.
Syarat khusus
Syarat ini lebih terkait dengan masalah cita-rasa dan aroma serta masalah
kebersihan yang terkait dengan kesehatan manusia. Setelah dilakukan klasifikasi
mutu umum, setiap parti biji kakao perlu digolongkan lagi menjadi dua tingkat
mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
a. Biklonal
Biklonal untuk kebun entres kakao adalah susunan tanaman kakao dalam
kebun entres yang terdiri dari dua klon. Satu klon tanaman kakao disusun dalam
satu barisan tanaman, sedangkan satu klon tanaman kakao yang lain disusun dalam
tanaman barisan berikutnya. Adapun skemanya adalah sebagai berikut:
b. Poliklonal
Populasi normal tanaman kakao di kebun entres kakao yaitu 1.100 pohon
per hektar. Dengan demikian, kebun entres masih dapat memproduksikan buah
kakao, sekaligus menghasikan entres. Jarak tanam standar untuk kebun entres, yaitu
3m x 3m dengan jarak tanam pohon penaung 6m x 6m.
4. Pemeliharaan tanaman
Entres kakao adalah cabang atau ranting plagiotrop maupun ortotrop yang
digunakan untuk perbanyakan vegetatif. Entres kakao merupakan cabang atau
ranting tanaman kakao yang warna kulitnya mulai dari hijau, hijau kecokelatan dan
cokelat. Proses produksi kakao adalah proses penyiapan entres kakao mulai dari
pengambilan entres sampai dengan pengemasannya. Berikut ini diuraikan secara
singkat kegiatan pernyiapan entres.
1. Pemilihan entres
Adapun ciri entres yang telah memenuhi syarat, yaitu kulit batang berwarna
hijau kecokelatan, berumur sekitar 4 bulan, rantinq sehat, dan memiliki panjang 20-
40 cm.
2. Pengupiran entres
3. Pemotongan entres
Dari satu pohon dapat diambil cabang-cabang yang dapat digunakan sebagai
entres. Pemotongan entres dilakukan dengan gunting pangkas yang tajam. Entres
yang memenuhi syarat yaitu sehat, tidak terdapat serangan penyakitn Vasculer
streak dieback (VSD), berwarna hijau kecokelatan, serta bentuk dan ukuran normal.
4. Pengemasan entres
c. Penyambungan
Penyambungan dilakukan dengan memasukan kayu mata tunas yang telah
siap secara perlahan ke dalam tapak sambungan dengan membuka lidah torehan
supaya bagian potongan tidak rusak. Kemudian lekatkan entres ke jaringan kayu
batang bawah, lalu ikat sambungan dengan tali rafia. Entres yang sudah menempel
kemudian dibungkus menggunakan plastik bening. Dan biarkan selama 3 minggu.
Bibit kakao adalah tanaman muda yang tumbuh pada media dalam polybag
berasal dari benih kakao. Proses produksi bibit kakao merupakan kegiatan
menyemai dan membibitkan benih kakao menjadi bibit siap tanam, yaitu umur 5-6
bulan. Kegiatan produksi bibit meliputi penyemaian benih, pembibitan dan
pemeliharaan.
1. Penyemaian benih
Benih kakao disemaikan pada bedengan pasir selama kurang lebih 12 hari.
Benih juga dapat disemaikan di karung basah dalam jumlah sedikit. Benih yang
telah berkecambah selama 1-5 hari dipindahkan ke dalam media tanam di polybag
yang berukuran 20x30 cm.
2. Pembibitan
3. Pemeliharaan bibit
4. penyambungan bibit
Bibit kakao untuk batang bawah telah siap sambung berumur 3 – 4 bulan.
Batang dipotong diatas permukaan tanah pada ketinggian 20 – 25 cm dan
disisahkan daub batang bawah 1 -2 pasang daun. Irisan vertikal pada potongan
tersebut dibuat sepanjang 3 – 4 cm untuk menyambung batang atas. Selanjutnya,
mengambil entres batang atas sepanjang 10 cm diiris dua sisi membentuk huruf V
sepanjang 3 – 4 cm dan dipertautkan dengan batang bawah. Sambungan batang
bawah dan batang atas diikat dan disungkup dengan plastik agar air hujan tidak
masuk dan mengurangi pengapan. Pembukaan sungkup dilakukantiga minggu
setelah penyambungan. Pembukaan sungkup dilakukan secara bertahap sesuai
tingkat pertumbuhan tunas hasil sambungan dikatakan hidup jika masih segar atau
tunas mulai tumbuh.
3. Penyemaian benih
Setelah benih dan bedengan persemaian siap, tahapan pembibitan
selanjutnya adalah melakukan penyemaian benih. Benih-benih kakao yang akan
disemai terlebih dahulu direndam dalam larutan formalin 2,5% selama 10 menit
agar jamur tidak tumbuh. Benih kemudian diletakkan di lapisan pasir dengan posisi
bagian yang rata menghadap ke bawah. Benih ditekan ke dalam lapisan pasir
sehingga kira-kira sepertiga bagian benih terbenam dalam media pasir. Benih
disemai secara berjajar dengan jarak 2,5 x 5 cm. Setelah benih selesai disemai,
bedengan kemudian disiram dengan air untuk kemudian ditutup dengan daun alang-
alang kering yang sudah dicelupkan ke dalam larutan fungisida. Semaian benih
disiram setiap bagi dan sore dan setelah 4-5 hari di persemaian, benih kakao akan
mulai berkecambah dan harus segera dipindahkan ke pembibitan polibag.
5. Pemindahan kecambah
Setelah 4-5 hari di persemaian, benih-benih kakao sudah mulai
berkecambah. Benih-benih ini harus segera dipindahkan ke polibag yang sudah
disiapkan. Dalam kegiatan ini, seleksi terhadap kecambah perlu dilakukan untuk
mendapatkan bibit yang berkualitas. Kecambah-kecambah yang akarnya bengkok,
pertumbuhannya lambat, dan kecambah yang sudah tumbuh lebih dari 14 hari harus
dipisahkan. Pemindahan kecambah dilakukan dengan hati-hati agar akar tunggang
tidak putus. Pengambilan kecambah dilakukan menggunakan bantuan solet bambu.
Kecambah yang telah diambil kemudian ditanam dalam media tanam di polibag
yang sudah dilubangi sedalam jari telunjuk. Akar tunggang kecambah sebisa
mungkin diusahakan agar dapat berdiri lurus dalam lubang tersebut. Selanjutnya
lubang ditutup dengan media untuk kemudian dibiarkan hingga dapat beradaptasi
dengan lingkungannya yang baru.
6. Pemeliharaan bibit
Bibit kakao dalam polibag harus dipelihara dengan baik agar tumbuh kuat
dan sehat. Kegiatan pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pemupukan, dan
pengendalian hama penyakit. Penyiraman mutlak perlu dilakukan agar bibit tidak
mengalami kekeringan. Saat musim kemarau, penyiraman dilakukan 2 kali sehari
pada pagi dan sore hari, sedangkan saat musim hujan penyiraman disesuaikan
dengan keadaan media tanam dalam polibag. Pemupukan pada bibit kakao
dilakukan setiap 14 hari sekali sampai bibit berumur 3 bulan. Pemupukan dilakukan
dengan pupuk urea yang telah dilarutkan dalam air.
Larutan pupuk urea dibuat dengan konsentrasi 1%, ini berarti dalam 1 liter
larutan terkandung pupuk urea sebanyak 10 gram.Setiap bibit disiram larutan pupuk
hingga 100 ml. Setelah penyiraman pupuk, bibit perlu disiram kembali
menggunakan air bersih agar larutan pupuk urea yang menempel pada bagian
tanaman luruh. Pengendalian hama penyakit pada pembibitan kakao dilakukan
tergantung pada kondisi serangan. Jika hama dan penyakit seperti kutu putih, aphis,
kumbang kecil, atau cendawan pembusuk menyerang bibit, pengendalian dapat
dilakukan dengan aplikasi insektisida sesuai dosis. Setelah 3 bulan, bibit kakao
telah memiliki minimal 18-24 helai daun, diameter batang sekitar 8 mm, dan tinggi
50 – 60 cm. Bibit ini pun sudah siap untuk ditanam di lapangan atau bisa pula
diokulasi dan disambung untuk memperbaiki kualitas bibit kakao yang dihasilkan.
1). ICCRI 01, ICCRI 02, ICCRI 03, dan ICCRI 04 (klon produktivitas tinggi).
2). DRC 15 (klon tahan VSD).
3). KW 215 (klon tahan hama PBK), 3). KW 514 (klon tahan hama PBK), dan
direncanakan akan diperbanyak beberapa klon anjuran yang lain seperti ICS 13,
ICS 60, UIT 1, TSH 858, RCC 70 dan RCC 71.
Tahapan kegiatan setelah aklimatisasi :
b. Persiapan Pembibitan
Penangkar perlu menyiapkan lokasi, sarana pembibitan, bedengan, naungan
dan polybag yang sudah terisi media sebelum bibit pasca aklimatisasi sampai di
lokasi pembibitan. Penanganan bibit kakao perlu dilakukan dengan cepat dan tepat
untuk mempertinggi persentase hidup bibit. Media tanam untuk polibag terdiri atas
tanah lapisan atas (top soil), pasir halus dan pupuk kandang dengan perbandingan
1 : 1 : 1. Media tersebut difumigasi terlebih dahulu dengan furadan dan fungisida
untuk menghindari bibit terserang hama dan penyakit. Setelah polibag terisi media,
kemudian disusun dalam bedengan yang sudah disiapkan. Kegiatan selanjutnya
yaitu pemasangan kerangka sungkup plastik. Penyungkupan dimaksudkan untuk
menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal dan mempercepat pemulihan bibit
setelah pengiriman.
c. Penanaman Bibit
Kegiatan penanaman dimulai dengan menyiram media dalam polibag
secukupnya kemudian dilakukan pembuatan lubang tanam. Kedalaman lubang
disesuaikan dengan panjang akar supaya tidak terjadi kerusakan akar. Penanaman
dilakukan secara hati-hati, tanah disekitar bibit dipadatkan dengan jari kemudian
dilakukan penyiraman dan penyemprotan fungisida. Setelah semua bibit ditanam
kemudian dilakukan penyungkupan dengan rapat, kita pastikan bahwa tidak ada
celah atau lubang sehingga udara tidak dapat keluar masuk ke dalam sungkup.
Plastik sungkup perlu kita tutup atau segel dengan tanah pada bagian bibir plastik.
Penyungkupan dilakukan selama ± 1 bulan.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan pasca penanaman meliputi penyiraman, pengendalian hama
dan penyakit, penyiangan gulma, melatih membuka sungkup, pemupukan,
penjarangan / seleksi dan penjarangan naungan. Kegiatan yang khusus dilakukan
dalam pembibitan yaitu penerangan atau hardening. Kegiatan ini bertujuan untuk
melatih bibit terhadap kondisi lingkungan di luar sungkup. Hardening pertama
mulai dilakukan 21 hari setelah tanam dengan cara membuka kedua sisi ujung
sungkup yang disegel dengan tanah.Hardening berikutnya dilakukan dengan
membuka sungkup sedikit demi sedikit sampai bibit kuat untuk tidak disungkup.
Pemupukan dilakukan setelah proses hardening selesai dengan dosis dan jenis
sesuai dengan tingkat kesuburan media. Jika menggunakan campuran pupuk
kandang maka cukup diberi pupuk nitrogen yaitu urea (1 g per bibit) atau
menggunakan pupuk ZA (2 g per bibit) dengan interval 2 minggu sekali.
Pengendalian hama dan penyakit di pembibitan dilakukan 2 tepat yaitu dosis dan
jenis pestisida yang digunakan. Penyiangan gulma perlu dilakukan secara manual.
Pemeliharaan lain yaitu wiwilan tunas samping, usahakan bibit kakao mempunyai
satu tunas agar pertumbuhan optimal. Sebelum bibit kakao siap disalurkan ke
petani-petani terlebih dilakukan kembali sertifikasi oleh pengawas benih tanaman
UPTD setempat.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2. Saran
Saran penulis pada makalah ini yaitu dengan pembuatan makalah ini penulis
berharap dapat bermanfaat dan penulis berharap adanya saran dan kritikan yang
bersifat membangun kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Budiaman Y. 2017. Penggunaan benih kakao bermutu dan teknik budidaya sesuai
standar dalam rangka menyukseskan gernas kakao.
https://docplayer.info/34095993-Penggunaan-benih-kakao-bermutu-dan--
-----teknik-budidaya-sesuai-standar-dalam-rangka-menyukseskan-gernas-
kakao.html. Diakses pada tanggal 21 Mei 2019.
Hatta S. 1994. Cokelat, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius.
Jakarta.
Maya DYA. 2015. Makalah Produksi Benih Kelompok.
https://www.academia.edu/21923026/Makalah_Produksi_Benih_Kelomp
ok._. Diakses pada tanggal 21 Mei 2019.
Rahardjo P. 2011. Menghasilkan Benih dan Bibit Kakao Unggul. Penebar Swadaya
Press. Jakarta.
Rijadi Subiantoro. 2009. Teknik Pembibitan Tanaman Kakao. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung.
Youno T. 2018. Teknik pembibitan kakao secara generatif.
https://alamtani.com/pembibitan-kakao/. Diakses pada tanggal 19 Mei
2019.