You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengendalikan
air di sungai maupun danau.Bentuk dan ukuran bangunan tergantung kebutuhan, kapasitas
maksimum sungai, dana pembangunan dan sifat hidrolik sungai. Kebanyakan konstruksi
bangunan air bersifat lebih masif dan tidak memerlukan segi keindahan dibanding dengan
bangunan-bangunan gedung atau jembatan, dan perencanaan bangunannya secara detail tidak
terlalu halus. Permukaan bangunan air atau bagian depannya sebaiknya berbentuk lengkung
untuk menghindari kontraksi sehingga mempunyai efisiensi yang tinggi dan mengurangi gerusan
lokal (local scoure) di sekililing bangunan atau di hilir bangunan.

Tanggul adalah salah atu bangunan yang paling utama dan paling penting dalam usaha
melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap genangan-genangan yang
disebabkan oleh banjir dan badai (gelombang pasang). Tanggul dibangun terutama dengan
konstruksi urugan tanah, karena tanggul merupakan bengunan menerus yang sangat panjang
serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar.

Kecuali tanah, kiranya amatlah sukar untuk memperoleh bahan urugan untuk
pembangunan tanggul dan bahan tanah dapat diperoleh dari hasil galian di kanan-kiri trase
rencana tanggul atau bahkan dapat diperoleh dari hasil pekerjaan normalisasi sungai, berupa
galian pelebaran alur sungai, yang biasanya dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan
tanggul. Dalam tahap perencanaan kiranya perlu diperhatiakan, agar hasil dari pekerjaan
normalisasi sungai dapat dimanfaatkan sebagai bahan tanggul.

Selain itu tanah merupakan bahan yang sangat mudah penggarapannya dan setelah
menjadi tanggul sangat mudah pula menyesuaikan diri dengan lapisan tanah pondasi yang
mendukungnya serta mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang tidak
rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah dikerjakan.
Selanjutnya tanah merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama
puluhan, bahkan ratusan tahun.

Apabila di beberapa tempat terjadi kerusaka tanggul, perbaikannya sangat mudah dan
cepat menggunakan tanah yang tersedia disekitar lokasi kerusakan.
Gambar 35. Bangunan tanggul
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TANGGUL

Tanggul memiliki nama lain levee, dike, embankment, yaitu semacam tembok miring baik
buatan maupun alami, dipergunakan untuk mengatur muka air. Biasanya terbuat dari tanah dan
seringkali dibangun sejajar badan sungai atau pantai. Kata dike kemungkinan berasal dari bahasa
Belanda dijk, dimana pembangunan tanggul telah terjadi sejak abad ke 12.Bangunan Westfriese
Omringdijk selesai dibangun tahun 1250, didirikan dengan menyambung-nyambubngkan
tanggul-tanggul yang sudah berdiri sebelumnya.

Sementara dari bahasa Anglo-Saxon, kata dic diartikan menggali parit dan membentuk tanah
timbunan di atasnya. Tujuan utama dibuatnya tanggul adalah untuk mencegah terjadinya banjir
pada dataran dipinggiran sungai. Tanggul ini penting peranannya karena dibeberapa tempat
sering kali permukaan air sungai pada saat banjir lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
Bagaimanapun, tanggul juga mengendalikan arah aliran air sungai sehingga tidak mengakibatkan
banjir.
Gambar 34. Tanggul

Tanggul juga dapat ditemukan di sepanjang pantai, dimana gundukan pasir pantainya tidak
cukup kuat menahan ombak. Tanggul juga dapat di bangun di sepanjang pinggir danau atau
pantai dengan tujuan membentuk batas perlindungan terhadap suatu area yang tergenang
bahkan pada saat tertentu dapat menjadi suatu perlindungan militer. Tanggul bisa jadi hasil
pekerjaan tanah yang permanen atau hanya konstruksi darurat, biasanya terbuat dari kantong
pasir sehingga dapat dibangun secara cepat saat banjir. Mediterania. Peradaban Mesopotamia
dan China Kuno juga membangun sistem tanggul.

B. JENIS-JENIS TANGGUL
Jenis-jenis tanggul

Berdasarkan fungsi (tujuan penggunaan), jenis tanggul dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Tanggul primer.

Tanggul primer adalah bangunan tanggul yang dibangun sepanjang kanan-kiri sungai guna
menangkis debit banjir rencana.

b. Tanggul sekunder.

Tanggul sekunder adalah bangunan tanggul yang dibangun di atas bantaran sungai atau
yang dibangun dibelakang tanggul primer yang berfungsi sebagai pangamanan atau
pertahanan kedua apabila tanggul primer jebol atau rusak. Tergantung terhadap daerah
yang harus dilindungi (obyek vital) mungkin diperlukan pembangunan tanggul tersier.

Syarat-syarat stabilitas struktur tanggul harus diperhitungkan/dianalisa terhadap hal-hal


sebagai berikut:
a. Badan tanggul harus aman terhadap kemungkinan meluapnya aliran melalui mercu (over
topping) pada debit banjir rencana.

b. Berdasarkan butir (a) maka mercu tanggul harus mempunyai jagaan (freeboard) yang
cukup aman terhadap muka air sungai pada debit banjir rencana.

c. Tinggi jagaan pada butir (b) harus memenuhi standar kriteria yang berlaku misalnya
Standar Nasional Indonesia (SNI).

d. Ketinggian puncak tanggul pada profil memanjang harus disesuaikan dengan muka air
banjir rencana sepanjang sungai yang diperlukan.

e. Lereng dan kaki tanggul harus stabil terhadap aliran banjir dan erosi serta gerusan
(scouring). Oleh karena itu, harus diberi pelindung. Lapisan pelindung harus disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku tapi juga diperhitungkan terhadap nilai
ekonomisnya.

f. Trase tanggul harus ditettapkan secara secermat mungkin dengan memperhatikan situasi
dan kondisi morfologi sungai, memperhatikan factor teknik dan non teknik serta kondisi
social ekonomi.

g. Jarak antara trase tanggul dengan tebing sungai harus diusahakan cukup memadai supaya
apabila terjadi erosi atau longsoran pada tebing sungai tidak mempengaruhi stabilitas
tanggul.

h. Tidak boleh terjadi adanyarembesan dan kebocoran (seepage and piping) pada badan
tanggul.

i. Tidak boleh terjadi adanya rembesan dan kebocoran pada pondasi tanggul.

j. Tidak boleh terjaddi adanya pergeseran pondasi akibat gempa bumi.

3. Standar perencanaan tanggul tanah.

Berikut disajikan standar jagaan tanggul tanah yang lazim dipakai di Indonesia, sepanjang
mercu tanggul tidak digunakan untuk lalu lintas jalan.

a. Tinggi standar jagaan (freeboard)

Apabila data-data mengenai koefisien run off (pengaliran) dan factor reduksi tidak diketahui,
maka untuk menentukan debit sungai normal dapat menggunakan rumus Chezy sebagai
berikut :

Q = C.B.H3/2.I1/2
Dimana :

Q = Debit sungai normal

C = koefisien Chezy

B = lebar sungai normal

H = kedalaman air rata-rata

I = kemiringan permukaan air sungai

Dengan catatan bahwa kecepatan air padda debit normal sekitar 1,5 – 2 m/det

b. Lebar standar mercu tanggul

c. Kemiringan lereng tanggul (slope of levee).

Untuk menentukan kemiringan tanggul guna keperluan desain sangat erat kaitannya dengan
karakteristik mekanika tanah dari jenis tanah serta infiltrasi air melalui badan tanggul
tersebut. Oleh karena itu apabila proyek itu besar syarat mutlak jenis tanah untuk timbunan
maupun jenis tanah untuk calon pondasi tanggul harus diadakan penyelidikan laboratorium
mekanika tanah. Dari hasil laboratorium tersebut dapat diketahui kekuatan geser dan kohesi
yang bekerja diantara partikel-partikel tanah karena adanya gravitasi. Stabilitas lereng
tanggul dapat dihitung berdasarkan konsep bidang gelincir lingkaran yang rumusnya sebagai
berikut :

Rumus umum :

SF = (E t I)/(W sin f)

Dimana :

SF = factor keamanan (safety factor)

W = tegangan oleh gaya berat irisan vertical persatuan lebar (t/m)

I = panjang busur lingkaran galiner (m)

f = sudut antara setiap garis tengah irisan

t = tegangan geser persatuan luas (t/m2)


Untuk mencari tegangan geser (t) dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

t = q tg f + C

Dimana :

q= tegangan kompresive vertical

f = sudut geser dalam

C = kohesi

You might also like