You are on page 1of 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TANGGUL
Tanggul memiliki nama lain levee, dike, embankment, yaitu semacam
tembok miring baik buatan maupun alami, dipergunakan untuk
mengatur muka air. Biasanya terbuat dari tanah dan seringkali
dibangun sejajar badan sungai atau pantai. Kata dike kemungkinan
berasal dari bahasa Belanda dijk, dimana pembangunan tanggul telah
terjadi sejak abad ke12. Bangunan Westfriese Omringdijk selesai
dibangun tahun 1250, didirikan dengan menyambung-nyambubngkan
tanggul-tanggul yang sudah berdiri sebelumnya.

Sementara dari bahasa Anglo-Saxon, kata dic di artikan menggali parit


dan membentuk tanah timbunan di atasnya. Tujuan utama dibuatnya
tanggul adalah untuk mencegah terjadinya banjir pada dataran di
pinggiran sungai. Tanggul ini penting peranannya karena di beberapa
tempat sering kali permukaan air sungai pada saat banjir lebih tinggi
dari daerah sekitarnya. Bagaimanapun, tanggul juga mengendalikan
arah aliran air sungai sehingga tidak mengakibatkan banjir.

Gambar 34. Tanggul

Tanggul juga dapat ditemukan di sepanjang pantai, dimana gundukan


pasir pantainya tidak cukup kuat menahan ombak. Tanggul juga dapat
di bangun di sepanjang pinggir danau atau pantai dengan tujuan
membentuk batas perlindungan terhadap suatu area yang tergenang
bahkan pada saat tertentu dapat menjadi suatu perlindungan militer.
Tanggul bisa jadi hasil pekerjaan tanah yang permanen atau hanya
konstruksi darurat, biasanya terbuat dari kantong pasir sehingga dapat
dibangun secara cepat saat banjir. Mediterania. Peradaban
Mesopotamia dan China Kuno juga membangun sistem tanggul.

B. JENIS-JENIS TANGGUL
Jenis-jenis tanggul

Berdasarkan fungsi (tujuanpenggunaan), jenis tanggul dapat


dibedakan sebagai berikut:

a. Tanggul primer.

Tanggul primer adalah bangunan tanggul yang dibangun sepanjang


kanan-kiri sungai guna menangkis debit banjir rencana.

b. Tanggul sekunder.

Tanggul sekunder adalah bangunan tanggul yang dibangun di atas


bantaran sungai atau yang dibangun di belakang tanggul primer
yang berfungsi sebagai pengamanan atau pertahanan kedua
apabila tanggul primer jebol atau rusak. Tergantung terhadap
daerah yang harus dilindungi (obyek vital) mungkin diperlukan
pembangunan tanggul tersier.

Syarat-syarat stabilitas struktur tanggul harus diperhitungkan /


dianalisa terhadap hal-hal sebagai berikut:

a. Badan tanggul harus aman terhadap kemungkinan meluapnya


aliran melalui mercu (over topping) pada debit banjir rencana.

b. Berdasarkan butir (a) maka mercu tanggul harus mempunyai


jagaan (freeboard) yang cukup aman terhadap muka air sungai
pada debit banjir rencana.

c. Tinggi jagaan pada butir (b) harus memenuhi standar kriteria


yang berlaku misalnya Standar Nasional Indonesia (SNI).
d. Ketinggian puncak tanggul pada profil memanjang harus
disesuaikan dengan muka air banjir rencana sepanjang sungai yang
diperlukan.

e. Lereng dan kaki tanggul harus stabil terhadap aliran banjir dan
erosi serta gerusan (scouring). Oleh karena itu, harus diberi
pelindung. Lapisan pelindung harus disesuaikan dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku tapi juga diperhitungkan terhadap nilai
ekonomisnya.

f. Trase tanggul harus ditetapkan secara secermat mungkin dengan


memperhatikan situasi dan kondisi morfologi sungai,
memperhatikan factor teknik dan non teknik serta kondisi social
ekonomi.

g. Jarak antara trase tanggul dengan tebing sungai harus


diusahakan cukup memadai supaya apabila terjadi erosi atau
longsoran pada tebing sungai tidak mempengaruhi stabilitas
tanggul.

h. Tidak boleh terjadi adanya rembesan dan kebocoran (seepage


and piping) pada badan tanggul.

i. Tidak boleh terjadi adanya rembesan dan kebocoran pada pondasi


tanggul.

j. Tidak boleh terjadi adanya pergeseran pondasi akibat gempa


bumi.

3. Standar perencanaan tanggul tanah.

Berikut disajikan standar jagaan tanggul tanah yang lazim dipakai di


Indonesia, sepanjang mercu tanggul tidak digunakan untuk lalu
lintas jalan.

a. Tinggi standar jagaan (freeboard)


Apabila data-data mengenai koefisien run off (pengaliran) dan
factor reduksi tidak diketahui, maka untuk menentukan debit sungai
normal dapat menggunakan rumus Chezy sebagai berikut :

Q = C.B.H3/2.I1/2

Dimana :

Q = Debit sungai normal

C = koefisienChezy

B = lebarsungai normal

H = kedalaman air rata-rata

I = kemiringan permukaan air sungai

Dengan catatan bahwa kecepatan air pada debit normal sekitar 1,5
– 2 m/det

b. Lebar standar mercu tanggul

c. Kemiringan lereng tanggul (slope of levee).

Untuk menentukan kemiringan tanggul guna keperluan desain


sangat erat kaitannya dengan karakteristik mekanika tanah dari
jenis tanah serta infiltrasi air melalui badan tanggul tersebut. Oleh
karena itu apabila proyek itu besar syarat mutlak jenis tanah untuk
timbunan maupun jenis tanah untuk calon pondasi tanggul harus
diadakan penyelidikan laboratorium mekanika tanah. Dari hasil
laboratorium tersebut dapat diketahui kekuatan geser dan kohesi
yang bekerja diantara partikel-partikel tanah karena adanya
gravitasi. Stabilitas lereng tanggul dapat dihitung berdasarkan
konsep bidang gelincir lingkaran yang rumusnya sebagaiberikut :

Rumus umum :

SF = (E t I)/(W sin f)
Dimana :

SF = factor keamanan (safety factor)

W = tegangan oleh gaya berat irisan vertical persatuan lebar (t/m)

I = panjang busur lingkaran galiner (m)

f = sudut antara setiap garis tengah irisan

t = tegangan geser persatuan luas (t/m2)

Untuk mencari tegangan geser (t) dapat menggunakan rumus


sebagai berikut :

t = q tg f + C

Dimana :

Q = tegangan kompresive vertical

f = sudut geser dalam

C = kohesi

A. Latar Belakang
Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk
memanfaatkan dan mengendalikan air di sungai maupun danau.
Bentuk dan ukuran bangunan tergantung kebutuhan, kapasitas
maksimum sungai, dana pembangunan dan sifat hidroliksungai.
Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifatlebihmasif dan tidak
memerlukan segi keindahan dibanding dengan bangunan-bangunan
gedung atau jembatan, dan perencanaan bangunannya secara detail
tidak terlalu halus. Permukaan bangunan air atau bagian depannya
sebaiknya berbentuk lengkung untuk menghindari kontraksi sehingga
mempunyai efisiensi yang tinggi dan mengurangi gerusan lokal (local
scoure) di sekililing bangunan atau di hilir bangunan.

Tanggul adalah salah satu bangunan yang paling utama dan


paling penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda
masyarakat terhadap genangan-genangan yang disebabkan oleh banjir
dan badai (gelombangpasang). Tanggul dibangun terutama dengan
konstruksi urugan tanah, karena tanggul merupakan bengunan
menerus yang sangat panjang serta membutuhkan bahan urugan yang
volumenya sangat besar.

Kecuali tanah, kiranya amatlah sukar untuk memperoleh bahan


urugan untuk pembangunan tanggul dan bahan tanah dapat diperoleh
dari hasil galian di kanan-kiri trase rencana tanggul atau bahkan dapat
diperoleh dari hasil pekerjaan normalisasi sungai, berupa galian
pelebaran alur sungai, yang biasanya dilaksanakan bersamaan dengan
pembangunan tanggul. Dalam tahap perencanaan kiranya perlu
diperhatiakan, agar hasil dari pekerjaan normalisasi sungai dapat
dimanfaatkan sebagai bahan tanggul.

Selain itu tanah merupakan bahan yang sangat mudah


penggarapannya dan setelah menjadi tanggul sangat mudah pula
menyesuaikan diri dengan lapisan tanah pondasi yang mendukungnya
serta mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan
yang tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan
tersebut mudah dikerjakan. Selanjutnya tanah merupakan bahan
bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan,
bahkan ratusan tahun.

Apabila di beberapa tempat terjadi kerusakan tanggul,


perbaikannya sangat mudah dan cepat menggunakan tanah yang
tersedia di sekitar lokasi kerusakan.

Gambar 35. Bangunan tanggul


B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

You might also like