Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman namun demikian
kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal tersebut di atas
tanahnya. Salah satu dari usaha manusia untuk melestarikan tanahnya adalah
(Hasibuan, 2006).
dilakukan beberapa kali pada masa tanam untuk memperoleh produksi setinggi
menyebabkan tidak seluruh unsur yang berasal dari pupuk dimanfaatkan secara
optimal oleh tanaman. Hara tersebut dapat tercuci, menguap, atau pun terfiksasi.
Selain itu, aplikasi pupuk pada dosis tinggi dapat bersifat toksik bagi bibit di awal
masa tanam pun sebenarnya menyebabkan biaya produksi lebih tinggi karena
harus membayar tenaga kerja pada saat pemupukan. Hal-hal ini dapat diatasi
Unsur hara essensial sangat diperlukan tanaman fungsinya tidak dapat digantikan
oleh unsur hara lainnya. Jika jumlahnya kurang mencukupi, terlalu lambat tersedia
tanaman terganggu. Unsur makro terdiri dari N, P, K, Ca, Mg, S (Novizan, 2005).
yang ada pada saat ini. Hal ini mulai dilakukan sejak revolusi hijau mulai
air, dan menurunkan pH tanah yang pada akhirnya akan menurunkan hasil
Tanaman jagung manis atau sweet corn merupakan jenis jagung yang
belum lama dikenal dan baru dikembangkan di Indonesia. Sweet corn semakin
popular dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis
dibandingkan jagung biasa. Selain itu umur produksinya lebih singkat (genjah)
adalah tanah lapisan bawah atau tanah lapisan kedua pada tanah. Lapisan tanah
bawah disebut juga subsoil, merupakan lapisan tanah yang berada tepat di bawah
lapisan topsoil. Lapisan ini memiliki sifat kurang subur karena memiliki
kandungan zat makanan yang sangat sedikit, berwarna kemerahan atau lebih
terang, strukturnya lebih padat, dan memiliki ketebalan antara 50 – 60 cm. Pada
lapisan ini, aktivitas organisme dalam tanah mulai berkurang, demikian juga
(Novizan, 2005).
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik atau non
maupun anorganik yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia tanah dan
mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah serta bertujuan untuk memenuhi
tanaman. Ilmu Memupuk adalah Ilmu yang bertujuan menyelidiki zat-zat yang
dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara
esensial. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan
meramu bahan – bahan kimia dan memiliki kandungan hara yang tinggi
(Marsono, 2011).
dalamnya berada sebagai senyawa kimia atau memiliki sifat fisik tertentu
Pada penelitian ini, pupuk lambat tersedia dibuat dengan memasukkan unsur hara
ke dalam bahan berpori, yaitu arang aktif yang mampu berperan sebagai sebagai
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik atau non
(Hardjowigeno, 1993).
Karakteristik Pupuk
Urea
tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman.
Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan
rumus kimia (NH2)2CO merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan
sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan
di tempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk nitrogen (N) termasuk pupuk
kimia buatan tunggal.Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro, sesuai dengan
namanya, pupuk dalam kelompok ini didominasi oleh unsur nitrogen (N). Adanya
Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga
Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl
diamide dan carbonyldia mine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis
(CO2).Urea dibuat dengan bahan dasar gas alam dan hasil sampingan tembaga
minyak bumi. Udara mudah menyerap air karena mempunyai sifat higroskopis.
Pada kelembaban 73%, Urea akan berubah menjadi air. Dipasaran, urea
telah banyak dijual dalam bentuk seperti prill (curah), bola-bola, kotak,
ZA
sulfat 24%. Adapun sifat-sifat pupuk ZA berbentuk Kristal bewarna putih, tidak
sedangkan unsur sulfur ini tidak dimiliki pupuk nitrogen lainnya, misalnya urea
unsur ini merupakan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar atau disebut makronutrient. Senyawa (NH4+) dapat diserap secara langsung
mengurai senyawa NH4+ menjadi unsur nitrogen, seperti pada pupuk urea
menarik uap air pada kelembaban 80% pada suhu 30∘. Salah satu sifat pupuk ini
reaksi kerjanya yang agak lambat dan akar tanaman tidak dapat menyerapnya
mudah tercuci oleh air. Pupuk ini agak masam oleh karena itu dapat membuat
tanah menjadi masam jika terlalu sering diberi pupuk ZA. Pupuk ZA cocok
diberikan kepada tanah muda yang baru dibuka serta pada tanah yang kurang
Gambar 2. Pupuk ZA
SP-36
bersifat tidak higroskopis dan larut dalam air sehingga cepat tersedia. Pupuk
SP 36 pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara fosfor
karena keunggulan yang dimilikinya, kandungan hara fosfor dalam bentuk tinggi
8
yaitu sebesar 36%, unsur hara fosfor yang terdapat dalam pupuk SP-36 hampir
seluruhnya larut dalam air, tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan
Salah satu pupuk fosfat adalah SP-36, pupuk ini termasuk pupuk super
membebaskan ion H+ ke dalam tanah bila pH mulai 3,0 hingga 7,0. Reaksi asam
Dua reaksi yang pertama terjadi pada lingkungan tanah yang relatif asam hingga
netral. Disini ada dua ion H+ yang dibebaskan. Sementara reaksi ketiga
boleh dikatakan tidak terjadi karena berlangsung pada pH yang sangat alkalis
RP
sedimen yang tersusun terutama oleh mineral fosfat. Berdasarkan pada komposisi
fosfat Ca- Al-Fe dan fosfat Fe-Al . Ketiga jenis fosfat tersebut dapat merupakan
suatu sekuen pelapukan dengan fosfat Fe-Al adalah yang paling lapuk
(Kasno, 2017).
Unsur fosfat merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat esensial bagi
tanaman disamping unsure nitrogen dan kalium. Peranan fosfat yang terpenting
perakaran serta memacu pertum- buhan generatif tanaman. Fosfat banyak tersedia
di alam sebagai batuan fosfat dengan kandungan tri kalsium fosfat yang tidak larut
dalam air. Agar dapat dimanfaatkan tanaman, batuan fosfat alam harus diubah
mempunyai efek residual yang lebih lama dalam tanah. Rock phosphate juga
tanah terdapat bahan organik yang sedang mengalami pelapukan (Suci, 2010).
Gambar 3. Pupuk RP
10
KCl
Pupuk KCl adalah pupuk yang sangat berguna untuk meningkatkan hasil
genertif. Organ generatif seperti biji, buah, dan bunga. Fungsi pupuk KCl tersebut
Bentuk kalium tersedia dalam tanah untuk diserap tanaman adalah K dapat
ditukar (Kdd) dan K larutan (K+), serta sebagian kecil K tidak dapat ditukar.
Tanaman menyerap K dari tanah dalam bentuk ion K+. Melaporkan bahwa 14.5
Kalium merupakan unsur hara makro yang penting selain N dan P serta
diserap tanaman dalam jumlah besar, kalium dalam tanaman berfungsi sebagai
kofaktor untuk 40 enzim bahkan lebih, meningkatkan ukuran dan berat buah,
ZK (Zwavelzure Kalium)
telah dikenal sejak abad ke-14 yang merupakan garam berwarna putih dan
memiliki sifat tidak mudah terbakar serta larut di dalam air. ZK digunakan sebagai
pupuk yakni sumber senyawa kalium dan sulfur pada tanaman perkebunan seperti
rami, kapas, dan tembakau. Di Indonesia pupuk ini tidak disubsidi sehingga
anorganik berbentuk butiran atau serbuk dengan rumus kimia K2SO4 yang
dimanfaatkan sebagai sumber hara kalium dan belerang. Produk pupuk ZK yang
merupakan garam yang terdiri dari kristal putih yang dapat larut dalam air dan
tidak mudah terbakar. Kalium sulfat ialah garam yang awalnya dikenal pada abad
ke-14, dan dipelajari oleh Glauber, Boyle dan Tachenius, disebut di abad ke-17
sebagai arcanuni atau sal duplicatum yang dianggap sebagai kombinasi antara
garam asam dengan garam alkalin. Senyawa ini dihasilkan sebagai biproduk
dalam banyak reaksi kimia, dan kemudian digunakan untuk disuling dari kainit,
salah satu mineral Stassfurt, namun proses itu telah ditinggalkan karena garam
dilarutkan dalam air panas dan larutan yang disaring dan bisa didinginkan, saat
12
bagian terbesar garam yang dilarutkan itu menghablur dengan promptitule yang
Gambar 6. Pupuk ZK
Respon Pemupukan
pemupukan berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi), namun sejak sekitar tahun
pupuk terus meningkat. Hal ini berarti terjadi penurunan efisiensi pemupukan.
Berbagai faktor tanah dan lingkungan tanaman harus dikaji lebih mendalam
tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman. Setiap unsur hara memiliki peranan
efisien dan tepat sasaran adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk,
komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan
agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan
tanaman tidak mendapatkan suplai hara secara berlebihan. Suplai hara yang terlalu
melalui minimalisasi pencucian dan penguapan. Salah satu upaya yang dilakukan
pemupukan yang berulang, atau dengan kata lain mengatur frekuensi pemupukan
terlalu awal akan membuat pupuk cepat hilang sehingga tidak terserap oleh
tanaman, jadi pupuk harus diberikan sehingga saat tanaman membutuhkan unsur
Pelaksanaan percobaan ini dilakukan atau dimulai pada tanggal 1 Maret 2019
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk
mencangkul tanah, gembor untuk menyiram air, timbangan analitik sebagai alat
untuk menimbang berat pupuk yang akan diaplikasikan, aqua cup sebagai tempat
untuk merendam benih, penggaris sebagai alat ukur panjang tanaman, meteran
untuk mengukur lahan, jangka sorong sebagai alat ukur diameter batang, spidol
untuk menandai polybag, plank sebagai penanda plot, kamera sebagai alat
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih jagung
(Zea mays L.) bersertifikat sebagai bahan tanam, top soil sebagai media tanam,
pupuk Urea, ZA, SP-36, RP, KCl, dan ZK sebagai bahan perlakuan pada tanah,
polybag sebagai tempat tanah, batu bata sebagai alas polybag, air untuk menyiram
tanaman, kertas label sebagai penanda untuk setiap perlakuan, dan plastik pupuk
Pelaksanaan Penelitian
polybag sebanyak 3/4 kemudian diletakkan polybag yang telah terisi di lahan
percobaan.
Penanaman
Adapun benih yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung.
Benih tanaman jagung indikator ditanam tepat di tengah polybag sebanyak 2-3 biji
pada kedalaman 2-3 cm. Benih tanaman jagung direndam terlebih dahulu dalam
Pemupukan
Pupuk diaplikasikan setelah satu bulan tanam pada tanaman yang telah
dosis dari masing-masing pupuk yaitu Urea 2,2 gr, ZA 4,7 gr, SP-36 3,1 gr, RP
16
3,81 gr, KCl 1 gr, dan ZK 1,2 gr. Dilakukan pemupukan dengan cara ditugal pada
samping tanaman.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
tanaman tidak perlu disiram pada hari itu, karena tanaman sudah cukup air dan
Penyiangan
Parameter Pengamatan
dari 2 MST, diukur mulai dari dasar batang di permukaan tanah hingga sampai
titik tumbuh tanaman jagung menggunakan rol (penggaris) dengan cara daun
tanaman di kuncupkan dari bawah ke atas hingga didapat daun tanaman yang
paling tinggi.
kita buat patok berupa stik eskrim yang ditanamkan dekat pada batang dan diberi
tanaman jagung dengan cara menghitung jumlah daun yang sudah seutuhnya
17
membuka maka daun jagung sudah bisa dihitung dimulai 2 MST dan diamati
setiap minggu.
menggunakan jangka sorong yang diukur pada bagian batang bawah tanaman
Gejala Defisiensi
defisiensi dimulai dari tanaman yang sudah tumbuh dan muncul daun dan dilihat
tanaman mengalami gejala kekurangan air atau kekurangan pupuk (N, P, K).
Respon Pemupukan
pertumbuhan lainnya. Sifat bekerjanya ini ada yang cepat, sedang atau lambat.
Cara Kerja:
Lahan disiapkan hingga siap tanam tetapi tanpa pemberian pupuk sama sekali.
Setelah tanaman berumur satu bulan dan telah menunjukkan gejala kekahatan
Pupuk yang dicobakan adalah Urea, ZA, SP-36, RP, KCl, dan ZK.
18
Tinggi tanaman, lebar dan panjang daun serta perubahan warna daun dan
Hasil
Tinggi Tanaman
Dari data diatas diketahui bahwa tinggi tanaman tertinggi adalah pada
perlakuan pemberian pupuk jenis ZA yaitu pada tinggi awal 21,3 cm dan tinggi
akhir 141,4 cm, sedangkan untuk tinggi tanaman terendah yaitu pada perlakuan
pemberian pupuk RP yaitu pada tinggi awal 24,3 cm dan tinggi akhir 105,5 cm
Jumlah Daun
Dari data diatas diketahui bahwa jumlah daun tertinggi adalah pada
perlakuan pemberian jenis pupuk ZA dan Urea yaitu pada jumlah awal 3 dan 2,
dan jumlah akhir 8 dan 8, sedangkan untuk jumlah daun terendah yaitu pada
perlakuan pemberian jenis pupuk RP dan ZK yaitu pada jumlah awal 3 dan 3, dan
Diameter Batang
Dari data diatas diketahui bahwa diameter tanaman tertinggi adalah pada
perlakuan pemberian jenis pupuk ZA yaitu pada tinggi awal 2,5 mm dan tinggi
akhir 19 mm, sedangkan untuk diameter tanaman terendah yaitu pada perlakuan
pemberian jenis pupuk RP yaitu pada tinggi awal 2,6 mm dan tinggi akhir
14,1 mm.
21
Adapun gejala defisiensi yang terlihat pada tanaman jagung (Zea mays L.)
Pada perlakuan
Pemberian pupuk
urea gejala defisi-
ensi terlihat pada
Urea
daun bagian baw-
ah yang menguni-
ng berbentuk hur-
uf V
Pada perlakuan
pupuk ZA gejala
defisiensi terlihat
ZA pada daun bagian
bawah yang men-
guning berbentuk
huruf V.
Pada perlakuan
pemberian pupuk
SP-36 gejala
defisisensi
SP-36 terlihat pada
tulang daun
merah keunguan
daun melengkung
dan terplintir.
22
Pada perlakuan
pemberian pupuk
RP gejala defisie-
nsi ialah daun
RP bagian bawah
yang tulang daun
berwarna keung-
uan dan perlahan
mati.
Pada perlakuan
pemberian jenis
pupuk KCl,
gejala defisiensi
KCL terliha dari war-
na daun yang
hijau kekuningan
dan tulang daung
menguning
Pada perlakuan
pemberian pupuk
ZK gejala
defisiensi terlihat
ZK
pada bagian
bawah daun yang
mengerut dan
berwarna coklat`
Dari tabel diatas diketahui bahwa respon pupuk yang terbaik adalah adalah
pada perlakuan pemberian jenis pupuk ZA dan dan yang terendah adalah pada
Adapun akhir generatif tanaman pada tanaman jagung (Zea mays L.) yang
Urea Berbunga.
ZA Berbunga
SP-36 Berbunga
RP Berbunga
KCl Berbunga
ZK Berbunga
24
Pembahasan
pengamatan pengaruh jenis tanah karena tanaman jagung memiliki umur yang
singkat dan juga pada tanaman jagung jika mengalami gejala defisiensi mudah
untuk dilihat. Hal ini sesuai dengan literatur Novizan (2005) yang menyatakan
bahwa tanaman jagung manis atau sweet corn merupakan jenis jagung yang
belum lama dikenal dan baru dikembangkan di Indonesia. Sweet corn semakin
popular dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis
dibandingkan jagung biasa. Selain itu umur produksinya lebih singkat (genjah)
data tanaman tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk ZA dan data tanaman
terendah pada pemberian pupuk RP. Hal ini sesuai dengan literatur Arief et al
(2016) unsur ini merupakan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar atau disebut makronutrient. Senyawa (NH4+) dapat diserap secara
mengurai senyawa NH4+ menjadi unsur nitrogen, seperti pada pupuk urea
(CO(NH2)2).
tanaman tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk jenis urea dan ZA dan yang
data tanaman terendah pada perlakuan pemberian RP dan ZK. Hal ini sesuai
dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman,
dan respirasi.
data tanaman tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk jenis ZA dan data
tanaman terendah pada perlakuan pemberian pupuk jenis RP. Hali ini sesuai
diberikan kepada tanah muda yang baru dibuka serta pada tanah yang kurang
mengandung kalsium.
respon tanaman tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk jenis ZA dan respon
tanaman terendah pada perlakuan pemberian pupuk jenis SP-36. Hal ini sesuai
dengan literatur Rasid (2009) yang menyatakan bahwa respon pemupukan dilihat
dari gejala defisiensi yang dialami tanaman dan perubahanya setelah dilakukan
pemupukan.
tanam) diperoleh data bahwa pada perlakuan pemberian semua jenis pupuk
berbunga. Hal ini sesuai dengan literatur sumono (2013) yang menyatakan bahwa
KESIMPULAN
yang singkat dan juga pada tanaman jagung jika mengalami gejala defisiensi
2. Berdasarkan tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman (cm) diperoleh data
tanaman tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk jenis urea dan ZA dan
data tanaman tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk jenis ZA dan data
tanam) diperoleh data bahwa pada perlakuan pemberian semua jenis pupuk
berbunga.
27
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A., Yolan, S., Mubarak, K., Labba, I, P., Agung, B. 2016 Penggunaan
Pupuk Za Sebagai Pestisida Anorganik Untuk Meningkatkan Hasil Dan
Kualitas Tanaman Tomat Dan Cabai Besar.
Budi, F, S., Purbasari, A. 2009. Pembuatan Pupuk Fosfat Dari Batuan Fosfat
Alam Secara Acidulasi. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Damanik, M. M. B. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Pres. Medan.
Darmanto, Heni, K., Atiek, I., Iwan, S., dan Ayu, A. A. 2018. Penerapan Bagan
Kendali Multivariat Robust Pada Data Produksi Pupuk ZK PT Petrokimia
Gresik. Universitas Brawijaya. Malang.
Darmawan. 2006. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksanaan Pertanian di Indonesia.Gajah Mada University
Press.Yogyakarta.
Fitriyani, M. A 2001. Pengaruh Cara Aplikasi Pemupukan Kelapa Sawit
Berdasarkan Potensi Produksi Untuk Meningkatkan Hasil Tandan Buah
Segar (TBS) (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 hlm.
Hardjowigeno.1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis.Akapress. Jakarta.
Hasibuan. A 2006. Studi Pemupukan N, P, K. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Hidayat. F. N. 2010. Pengaruh Pupuk Sp36 Terhadap Keragaman Morfologi Dan
Sitologi Pada Beberapa Varietas Kedelai [Glycine Max (L.)
Merill].Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin Makassar.
Kasno, A., Rochayati., Prasetyo, G, H. 2017.Deposit, Penyebaran Dan
Karakteristik Fosfat Alam. Kanisius. Jakarta.
Lingga, P. 1986. Petunjuk Penguunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono, W. 2011. Metode Aplikasi Pemupukan . UGM Pres. Yogyakarta.
Mukhlis, Sarifuddin, dan Hanum. 2011. Kimia Tanah. USU press.
Novizan.2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nurhayati. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nurmegawati., W. Wibawa., E.Makruf., D. Sugandi., dan T. Rahman., 2012.
Tingkat Kesuburan dan Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K Tanah
Sawah Kabupaten Bengkulu Selatan. J. Solum 9 (2): 11-18.
28