You are on page 1of 12

KELOMPOK 2

DISUSUN OLEH :

1. MOCH ALVIS TAUFICHUROHMAN


2. VIVI PUTRI Y
3. ERRY ARISMA
4. MERISKA
5. SENDY ADITYA P
6. HERU SETIAWAN
7. NOVIRDA
8. LAURENSIA NOVI
9. SYIFAUL
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Sri Wahyuni S.Kep.,Ns,M.Kep selaku dosen mata
kuliah Falsafah di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana membuat
sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Kediri,14 Oktober 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatanyang benar. Etika
berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dandengan kewajiban moral.
Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatanatau tidakan yang mempunyai prinsip
benar dan salah, serta prinsip moralitaskarena etika mempunyai tanggung jawab moral,
menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki
moral yang baik.Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan
pertimbangankeputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-
undangatau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai
profesidigariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.
Profesi menyusun kodeetik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu
yang dilayani.Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan
keputusanuntuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga
danmasyarakat; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik,sosia
dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan
penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.Karena beberapa
fenomena daitas sebagai seorang perawat yang profesional wajib mengetahui fungsi dan
perannya sebagai seorang perawat, dan juga mengenal etika-etika dan konsep hukum yang
berlaku dalam prosfesinya supayadapat terhindar dari tindakan-tindakan yang menyalahi
etika profesinya yang akan berujung kepada malpraktik atau kelalaian yang merugikan klien,
perawat itusendiri dan profesinya

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum :
 Mengatuhui tentang konsep Ethic of Care
 Mengatahui Penerapan Ethic of Care dalam keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ethic of Care


Edwards (2009) menggambarkan evolusi teori etik perawatan selama 15 tahun terakhir
dalam tiga versi. Pertama, Gilligan (1982) mulai diskusi dengan fokus pada konteks situasi
melawan musyawarah tentang dari masalah etika. Referensi tentang unsur keadilan
berbasis musyawarah moral dan tidak memperhitungkan pertimbangan tingkat kepedulian
atau kedekatan dalam hubungan. Gilligan adalah orang pertama yang bergerak teori moral
yang dari posisi di mana diri dipandang sebagai independen untuk
posisi di mana diri saling berhubungan dan saling tergantung. Orang asing tidak akan
menerima tingkat yang sama merawat orang-orang untuk siapa kita mengalami pribadi
tanggung jawab. Misalnya, Anda mungkin setuju untuk merawat kucing tetangga Anda
sementara dia pergi, tapi itu berbeda dari setuju untuk merawat adik Anda di rumah saat
Anda dia dalam perawatan rumah sakit. Merawat kebohongan pada kontinum, dengan
berbagai tingkat keterlibatan emosional bagi individu dalam hubungan peduli.
Kedua, (1993) kontribusi besar Tronto pernah berada di lapangan filsafat politik. dia
berpendapat "Bahwa jika kita fokus pada hubungan peduli dan hubungan antara kekuasaan
dan praktik peduli, seperti membawa anak-anak dan merawat orang sakit, yang secara
radikal berbeda set pengaturan social akan terjadi "(Edwards, 2009, p. 233). Mirip dengan
Gilligan (1982), Tronto (1993) dibedakan antara etika berdasarkan kewajiban-dan bidang
tanggung jawab etika berbasis. etika berbasis kewajiban berasal dari teori utilitarianisme,
deontologi, atau principalism (Beauchamp & Childress, 2009), di mana keputusan pembuat
menentukan kewajiban apa yang dia punya dan merespon akibatnya ( "Apa kewajiban, jika
ada, apakah saya miliki untuk orang ini? "). Sebaliknya, dalam tanggung jawab berdasarkan
etika, hubungan dengan orang lain adalah awal yang titik. Menurut Tronto (1993), etika
perawatan melibatkan mengembangkan "kebiasaan perawatan" (hlm. 127). Perawat akan
meminta dirinya sendiri bagaimana cara terbaik untuk memenuhi peduli dengan tanggung
jawab.
Ketiga, Gastmans (2006) dan Little (1998) berusaha untuk menjawab pertanyaan,
"Apa cara terbaik untuk merawat ini pasien saat ini? "Keduanya tidak mempertimbangkan
etika peduli sebagai sebuah teori, tetapi sebagai orientasi moral dari tindakan yang muncul.
kritikus seperti etika perawatan melihat perawatan sebagai perspektif yang diperlukan untuk
sensitivitas moral dan moral yang tanggapan, tetapi mereka percaya berpendapat lain lain
yang diperlukan untuk moral yang pemecahan masalah. Beberapa pendapat ini dapat
ditemukan di Beauchamp dan Childress (2009) atau di Tronto (1993) empat unsur yang akan
dibahas kemudian. Beberapa individu menderita kebutaan moral dan tidak tersentuh oleh
penderitaan orang lain untuk mengambil tindakan. Bagi beberapa orang, visi moral ada
tetapi tidak seperti yang dikembangkan. Namun, orientasi perawatan adalah dasar sakit
kronis yang hubungan dan profesi keperawatan itu sendiri (Edwards, 2009; Gastmans,
2006). Menurut Kode Etik Perawat, "Langkah-langkah perawat mengambil untuk merawat
pasien memungkinkan pasien untuk hidup dengan sebanyak fisik, emosional, sosial, dan
spiritual kesejahteraan mungkin " (Amerika Nurses Association [ANA] 2001, hlm. 7).

2.2 Penerapan Ethic of care


Untuk penerapan ini kita mengaplikasikan ethic of care ini dalam proses asuhan
keperawatan seperti contohnya asuhan keperawatan pada penyakit arterosklerosis
(penyempitan pembuluh darah akibat pengendapan lemak).
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat
timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat
aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital
lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju
ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam arteri yang
menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang
paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai berikut
:

 Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang


dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan informasi
tentang hasil pemeriksaan kepadanya.
 Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta perawat
untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut
jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang
 c. Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia harus
memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya
pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya.

2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral


Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan etik moral
jika perawat tersebut tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya
karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang kondisi pasien termasuk
penyakitnya.

3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan


Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat bersama tim medis
yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun alternatif rencana yang
bisa dilakukan antara lain :
a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan informasi hasil
pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang tepat ketika
kondisi pasien dan situasinya mendukung.

Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan
informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat.
Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support sistem yang
kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari
keluarga yang menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan demikian
diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan support yang ada sehingga
perawat dan tim medis akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang kondisinya
dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa menjelaskan
bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan informasi
yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya perawat tersebut akan
menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu
bentuk pelanggaran kode etik keperawatan.

b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien
terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada
dan sudah didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung menginformasikan
kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.

Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai
pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga dapat berdampak pada
psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun
mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang membocorkan informasi,
maka Tn. A akan beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan keluarganya sendiri
berbohong kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau berpikiran bahwa
perawat dan keluarganya merahasiakannya karena ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
merupakan “aib” yang dapat mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah
yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang akhirnya bisa memperburuk keadaan Tn. A.
Sehingga pemberian informasi secara langsung dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk
menghindari hal tersebut.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada Tn. A
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak ingin Tn. A frustasi
dengan kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa ketika Tn. A tahu dengan
sendirinya justru akan mengguncang psikisnya dengan anggapan-anggapan yang bersifat
emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa memperburuk kondisinya. Perawat tersebut harus
mendekati keluarga Tn. A dan menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak
menginformasikan hal tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka perawat
dan tim medis lain bisa menegaskan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak
yang terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan bahwa
perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan permintaan yang bertentangan dengan
kode etik dan profesi keperawatan.
2) Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang diberikan perawat.
Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang sedang mendapatkan
permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan pendekatan-
pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Perawat juga meminta keluarga untuk tetap
memberikan support sistemnya dan tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut.
Hal ini perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A diharapkan dapat menerima
kondisinya dan mempunyai semangat untuk sembuh.

4. Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan tim medis
yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana
alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus
berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu
tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang
meliputi :
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan
keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka perawat
harus mengutamakan hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b. Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik dan
tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang
paling baik dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn. A
mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu
memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan kerugian pada Tn.
A baik secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi Tn. A tentang
penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum dilakukan
pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap
dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu menghargai
apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah
dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien.

Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut keputusan yang bisa diambil


dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara langsung
memberikan informasi tentang kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan selesai dan didiskusikan
dengan semua yang terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien lebih dihargai dan
dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua alternatif tersebut memiliki kelemahan masing-
masing. Hasil keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan pendekatan-
pendekatan dan caring serta komunikasi terapeutik.

5. Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana Tn. A
beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka pendekatan-
pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan yang pada intinya
membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangankeputusan,


benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undangatau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesidigariskan dalam kode etik
yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan
kepercayaan dari profesi.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.nursingworld.org/MainMenuCategories/EthicsStandards/Resources/Applying-the-
Ethics-of-Care-to-Your-Nursing-Practice.pdf. Diakses pada tanggal 21 oktober 2016 jam 15.00

You might also like