You are on page 1of 23

HAMA UTAMA PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.

Dosen : Ir. Robert Siahaan, MSi

Disusun oleh :
Andreas Fajar Tomyta Sarumaha ( 150420020 )
Bernarda Tiarma Putri Eka Sinaga (150420005 )
Desi Debora Lumban Gaol ( 150420042 )
Dinanta Arif Tarigan ( 150420031 )
Ella Berianti Ginting ( 150420017 )
Johannes Adhi Satria Siahaan ( 150420025 )
Yesica Agustina Sihotang ( 150420019 )
Yohana Fransiska Harefa ( 150420030 )

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia-Nya, kami telah menyelesaikan makalah dengan judul
“HAMA UTAMA PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)” sebagai
pelengkap tugas mata kuliah Agroteknologi Tanaman Pangan I (ATP I).
Kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada Bapak Ir. Robert Siahaan, MSi,
selaku dosen pengasuh mata kuliah mata kuliah Agroteknologi Tanaman Pangan I
yang telah memberi arahan tentang apa saja yang dapat dibahas dalam tugas
makalah ini.
Seperti kata pepatah, “tak ada gading yang tak retak”, maka kami
menyadari bahwa makalah ini memiliki kelemahannya sendiri, baik dari sisi
kelengkapan isi maupun dari sisi pengetikannya. Maka, kami akan dengan senang
hati menerima berbagai kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menjadi pembelajaran kami di kemudian hari dalam pembuatan makalah.
Terimakasih.

Medan, 20 Oktober 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padi merupakan tanaman pangan yang utama bagi masyarakat Indonesia.
Para petani terus berfikir bagaimana tanaman padi dapat mencukupi kebutuhan
pangan rakyat Indonesia yang kian tahun kian meningkat jumlahnya. Di balik itu
semua tentu saja ada peluang dan ada pula tantangannya. Peluangnya yaitu
dengan adanya padi yang dikenal dengan mandul jantan yang dapat disilangkan
dengan padi jenis lain agar menghasilkan padi hibrida yang hasilnya nanti akan
banyak dan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Tetapi
dibalik peluang itu, ada juga tantangan yang harus dilalui para petani padi agar
padinya tetap tumbuh dengan baik, salah satunya adalah serangan hama.
Hama tentu saja sangat merugikan bila menyerang suatu jenis tanaman.
Hama dan penyakit dapat menurunkan nilai ekonomi suatu tanaman dalam
pasaran dan pada akhirnyaada yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat.
Maka dari itu pemahaman mengenai hama perlu dilakukan untuk
mengetahui jenis hama yang menyerang padi serta metode pengendalianya yang
sesuai dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT).
Salah satu syarat keberhasilan usaha pengendalian hama padi adalah
indentifikasi terhadap jasad pengganggunya. Indentifikasi ini selain dilakukan
langsung pada jasad pengganggunya, juga dapat dibantu dengan pengenalan
terhadap gejala serangan yang ditimbulkannya. Jika jasad pengganggunya telah
diketahui, maka berdasarkan sifat-sifatnya cara pengendalian yang sesuai dapat
diterapkan.
Cara pengendalian hama padi biasanya terdiri dari beberapa macam.
Dalam pelaksanaannya sebaiknya cara itu jika saling menunjang atau
memungkinkan dilakukan secara terpadu. Biasanya dari beberapa cara yang
tersedia, yang hampir selalu dapat disarankan adalah penanaman varietas yang
tahan terhadap hama yang potensial di suatu daerah.
Sekali lagi, hendaknya masalah pengendalian hama padi, terus kita
perhatikan agar swasembada beras nasional yang telah tercapai dapat
dimantapkan. Tujuan yang tak kalah pentingnya dalam usaha ini adalah menjaga
penghasilan para petani padi agar tidak “dicuri” oleh hama.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan hama utama pada tanaman padi.
2. Menjelaskan teknik pengendalian hama utama pada tanaman padi.
3. Mempelajari kasus-kasus serangan hama pada tanaman padi yang pernah
terjadi.
4. Menjelaskan dampak yang diakibatkan oleh serangan hama tanaman padi.
5. Sebagai pelengkap tugas mata kuliah Agroteknologi Tanaman Pangan I
(ATP I).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi (Oryza sativa L.)


Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah
satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban dan merupakan tanaman
pangan berupa rumput berumpun. Tanaman padi adalah tanaman pertanian kuno
yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat yang beriklim tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang
(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan
di Hastinapur Uttar Pradesh, India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India,
beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos,
Vietnam.
Varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang masih
diminati oleh petani karena daya adaptifnya yang baik antara lain : varietas
Buyung, Cantik, Katumping, Sabai dan Sasak Jalan. Demikian pula di Sumatera
varietas lokal seperti Arias, Simaritik, Napa, Jangkong, Klemas, Gando, Seratus
Malam, dan lain-lain. Varietas-varietas lokal umumnya selain berumur panjang,
ton GKG
potensi hasilnya rendah sekitar 2 /ha. Namun kelebihannya varietas lokal
mempunyai rasa enak yang sesuai dengan etnis daerah setempat. Selain itu
varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan terhadap
beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida)
yang rendah, serta pemeliharaan mudah dan sederhana.
Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang,
Cianjur), Bali, Madura, Sulawesi dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992
luas panen padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun.
Produksi padi nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5%
produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi,
sentra padi Jawa Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan
produksi yang berarti. Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah
46.591.874 ton yang meliputi areal panen 9.881.764 ha. Produksi padi dunia
menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun
demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk
dunia.
Dalam pertumbuhannya tanaman menglami gangguan baik dari faktor
abiotik dan biotik. Dari biotik bisa berupa serangan hama ataupun penyakit,
sehingga bisa merusak hasil panen nantinya. Arti hama secara sempit adalah
binatang yang aktivitasnya mengganggu atau merusak tanaman. Hama adalah
binatang atau sekelompok binatang yang menyebabkan kerusakan pada tanaman
budidaya dan menyebabkan kerugian secara ekonomis. Pengertian lain tentang
hama adalah suatu gangguan yang terjadi pada tanaman atau pada komoditas
tertentu yang disebabkan oleh binatang sehingga menyebabkan terjadinya
kerusakan dan kerugian secara ekonomis. Sedangkan penyakit tanaman adalah
terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang
terus menerus oleh agensi pathogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya
gejala. Namun yang akan dibahan pada makalah ini adalah hama yang menyerang
tanaman padi saja.
Seperti kita ketahui tanaman semusim seperti padi, kedelai, jangung dan
sebagainya keadaan ekologinya berubah-ubah terus. Hal tersebut mengakibatkan
tidak stabilnya keseimbangan antara populasi hama dan musuh alami (predator,
parasit, dan patogen). Pada tanaman musiman, sering terjadi pemutusan masa
bertanam yang akan mengakibatkan tidak berkembangnya musuh alami. Jadi
perkembangan hama meningkat terus tanpa ada faktor pembatas dari alam.
Bersamaan dengan itu orang lalu menggunakan pestisida secara berlebihan, yang
akhirnya mengakibatkan terjadinya resistensi pada hama, kematian musuh alami,
timbulnya hama baru karena tidak adanya musuh alami, dan hama berusaha
meningkatkan keturunannya karena karena generasinya terancam punah,
terjadilah ledakan seperti wereng coklat pada padi.
Hamatanaman padi adalah sebagai berikut :
 Hama perusak persemaian :Tikus, ulat tanah, ulat grayak, lalat bibit.
 Hama perusak akar :Nematoda, anjing tanah, uret (larva Coleoptera)
dan kutu akar padi.
 Hama perusak batang :Tikus, penggerek batang dan hama ganjur.
 Hama pemakan daun :Pengorok daun, kumbang, belalang, ulat tanah
dan ulat kantung.
 Hama pengisap daun :Thrips, penggerek batang dan hama ganjur.
 Hama perusakbuah :Walang sangit, kepik, ulat, tikus dan burung.

2.2 Hama Utamapada Tanaman Padi


2.2.1 Penggerek Batang (Tryporiza sp.)
Penggerek Batang (Tryporiza sp.) adalah hama yang
menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan
yang terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik
tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan
berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep). Apabila
serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan memakan
pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna
abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal
batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut
Beluk). Cara menyerangnya yaitu larva hidup dan menggerek batang padi serta
mampu merusak beberapa tunas sebelum menjadi pupa. Gejala serangannya :
pada fase vegetatif (sundep) pucuk-pucuk tanaman kering dan mati karena batang
digerek oleh larva ; sedangkan pada fase generatif (beluk) malai menjadi hampa,
berwarna putih dan berdiri tegak, pucuk dan malai yang terserang mudah dicabut.

2.2.2 Wereng Hijau atau Wereng Daun (Nephotettix apicalis dan


Nephotettiximpicticeps)
Wereng hijau merupakan vektor dari penyakit tungro pada
tanaman padi. Wereng hijau menularkan beberapa penyakit virus/mikoplasma
yaitu penyakit tungro dan kerdil kuning.Kehilangan hasil akibat serangan tungro
pada tanaman padi sangat bervariasi, tergantung pada saat tanaman terinfeksi,
lokasi, titik infeksi, musim tanam dan jenis varietas yang ditanam. Di Indonesia
terdapat empat spesies wereng hijau, yaituNephotettix virescens, N. nigropictus,
N.malayanus, dan N. parvus.Di antaraempat spesies tersebut, N. Virescens
merupakan vektor yang paling efisien dalam menularkan kompleks virus
penyebab penyakit tungro dan populasinya dominan di antaravektor lain.
Nephottetix sp.dikenal sebagai wereng hijau, karena warnanya hijau. Serangga
dewasa berukuran 4-6 mm, telurnya berbentuk bulat panjang atau lonjong
berwarna terang (kuning pucat), berukuran 1,3× 0,30 mm. Telur ini diletakkan
berderet-deret sebanyak 5-25butir. Serangga betina mampu bertelur 200-300 butir
yang diletakkan di dalam jaringan pelepah daun. Telur menetas setelah 4-8 hari
kemudian membentuk serangga muda (nimfa).Nimfa ini mengalami 5 kali ganti
kulit selama 16-18 hari. Serangga dewasa berukuran 4-6 mm, telurnya berwarna
pucat lonjong dan berukuran 1,3 × 0,3 mm. Telur ini diletakkan berderet sebanyak
25 butir pada jaringan pelepah daun, tepi daun atau ibu tulang daun. Setelah 4-6
hari telur menetas dan 14 hari kemudian menjadi dewasa. Disamping menyerang
padi, juga menyerang rerumputan lainnya.

Gambar 1. Penggerek Batang


2.2.3 Keong Mas (Pomacea canaliculata)
Keong mas merusak tanaman padi dengan cara memarut jaringan
tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman.
Keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi air. Di daerah Istimewa
Aceh misalnya, keongmas telah menjadi hama utama, terutama pada areal sawah
beririgasi. Tingkat serangan hama tersebut pun tergolong cukup tinggi. Serangan
berat umumnya terjadi di persemaian sampai tanaman berumur dibawah 4 MST.
Pada tanaman dewasa, gangguan keong mas hanya terjadi pada anakan sehingga
jumlah anakan produktif menjadi berkurang.
Gambar 2. Keong Mas

2.2.4 Wereng Coklat (Nilaparvata lugens Stal.)


Wereng coklat merupakan hama dari golongan insekta yang
sangat merugikan pertanaman padi di Indonesia. Hama ini menyebabkan tanaman
padi mati kering dan tampak seperti terbakar, serta dapat menularkan beberapa
jenis penyakit. Pemupukan kandungan N tinggi yang tidak diimbangi dengan P
dan K tinggi serta penanaman dengan jarak tanam rapat sangat rentan terserang
wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman padi mulai dari
pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan adalah terdapatnya imago
(individu dewasa) wereng coklat pada tanaman, menghisap cairan tanaman pada
pangkal batang, kemudian tanaman menguning dan mengering. Wereng coklat ini
menjadi salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan
tahun 1970-an. Ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi
padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggidan sebagainya). Dengan
menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, wereng coklat
dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase
tumbuh, sejak bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisisan). Gejala Wereng
coklat pada individu rumpun dapat terlihat dari daun-daun yang menguning,
kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal
dengan istilah hopperburn.

Gambar 3. Wereng Coklat


2.2.5 Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob Kloss)
Tikus sawah merupakan hama utama tanaman padi dari golongan
mamalia (binatang menyusui). Tikus merusak tanaman pada semua fase
pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang
pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal
batang untuk memakan bulir gabah. Tikus menyerang pada malam hari dan pada
siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah,
pekarangan, semak atau gulma. Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan
yang sangat spesifik. Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai
dari persemaian padi hingga padi siap dipanen dan bahkan menyerang padi di
dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat serangan tikus sawah bisa
mengakibatkan puso dengan nilai kerugian yang jauh lebih tinggi dibanding
serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lain. Gejala serangannya yaitu
tikus menyerang berbagai tumbuhan, menyerang di pesemaian, masa vegetatif,
masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan, bagian tumbuhan yang
diserang tidak hanya biji-bijian tetapi juga batang tumbuhan muda, tikus
membuat lubang-lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak-
semak.

Gambar 4. Tikus Sawah

2.2.6 Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)


Hama ulat grayak menyerang tanaman dengan memakan daun
dan hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Ulat "Grayak" sangat ditakuti
oleh petani karena setiap musim panen hama ini selalu ada. Ulat "grayak" ini
menyerang tanaman padi pada semua stadia. Serangan terjadi pada malam dan
siang hari, larva ulat "grayak" bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah
atau di tempat-tempat yang tersembunyi. Seranga ulat ini memakan helai-helai
daun dimulai dari ujung daun dan tulang daun utama ditinggalkan sehingga
tinggal tanaman padi tanpa helai daun. Pada tanaman yang telah membentuk
malai, ulat "grayak" kadang-kadang memotong tangkai malai, bahkan ulat
"grayak" ini juga menyerang padi yang sudah mulai menguning. Batang padi yang
mulai menguning itu membusuk dan mati yang akhirnya menyebabkan kegagalan
panen. Serangga dewasa jenis spodoptera litura ini, memiliki ukuran panjang
badan 20-25 mm, berumur 5-10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini
dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini
sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam
ditempat yang gelap dan bersembunyi. Serangga ini memiliki telur dengan bentuk
bulat. Telur dari serangga leucania separata susunannya diletakkan dalam 2
barisan dalam gulungan daun atau pada pangkal daun permukaan sebelah bawah,
dengan ukuran 0,5 × 0,45 mm, berwarna putih abu-abu dan berubah menjadi
kuning sebelum menetas. Sedangkan serangga spodoptera susunan telurnya
diletakkan dalam kelompok tiap kelompok tersusun oleh 2-3 lapisan telur dan
kelompok telur tertutup oleh bulu-bulu pendek berwarna coklat kekuningan
dengan umur telur 3-4 hari.

Gambar 5. Ulat Grayak


2.3 Teknik Pengendalian Hamapada Tanaman Padi
2.3.1 Penggerek Batang Padi
a. Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian ini menggunakan musuh alami yang terdiri atas
predator dan parasitoid untuk membatasi populasi penggerek batang. Predator
adalah musuh alami yang langsung memakan hama. Belalang Conochepalus
longipennis adalah predator telur penggerek batang, sedangkan predator ngengat
adalah laba-laba, capung dan burung. Parasitoid adalah serangga yang hidup
sebagai parasit selama masa pra dewasa penggerek. Parasitoid telur adalah yang
paling banyak dikembangkan, antara lain : Tricogramma japonicum Ashmead,
Telenomus rowani (Gahan) dan Tetrastichus schoenobii Ferriere.
b. Pengendalian Secara Mekanik
Pengendalian mekanik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengambilan kelompok telur secara intensif di pesemaian dan penangkapan
ngengat secara massal dengan menggunakan lampu. Penangkapan ngengat secara
petromak
massal memerlukan 23 lampu /ha. Penggunaan feromon dapat secara nyata
mengurangi serangan penggerek batang padi putih.
c. Pengendalian Secara Kultur Teknik
Pengendalian penggerek batang secara kultur merupakan cara
yang paling ramah lingkungan dan tidak mengganggu musuh alami. Penggunaan
ton
pupuk organik sebanyak 2 /ha dapat meningkatkan populasi musuh alami
sehinggamenekan serangan penggerek batang. Waktu tanam yang tepat dapat
menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman pada bulan
Desember-Januari karena suhu, kelembaban, dan curah hujan saat itu sangat
sesuai untuk perkembangan penggerek batang.
d. Pengendalian Secara Kimiawi
Sebelum dilakukan aplikasi insektisida, sebaiknya dilakukan
kegiatan pemantauan ngengat dan pemantauan kerusakan tanaman. Pemantauan
dapat dilakukan dengan menggunakan lampu perangkap atau feromon.
Pemantauan perlu dilakukan untuk mengatasi penggunaan insektisida secara
berlebihan, karena dapat berdampak buruk terhadap keberadaan populasi musuh
alami predator dan parasitoid. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangantelah
menetapkan ambang kendali berdasarkan kerusakan tanama pada stadia vegetatif
adalah 6% dan pada stadia generatif adalah 10%. Perlu diperhatikan bahan aktif
yang terkandung di dalam insektisida, bahan aktif yang dapat digunakan antara
lain karbofuran, tiokloprid, fipronil dan karbosulfan (bersifat sistemik). Bahan
aktif yang bersifat racun kontak antara lain dimehipo, bensultaf, mitac dan
imidakloprid.
e. Alternatif Pengendalian
Pengendalian penggerek batang dengan teknologi feromon seks,
sehingga komunikasi antara ngengat betina dan jantan akan terganggu.
Komunikasi yang terganggu menyebabkan terhambatnya proses perkawinan.
Feromon seks adalah senyawa kimia yang dikeluarkan oleh ngengat betina yang
masih virgin. Senyawa ini memiliki sifat yang merangsang serangga jantan
menemukan serangga betina untuk melangsungkan perkawinan. Senyawa ini
dimanfaatkan untuk pembuatan senyawa sintetik dalam mengendalikan hama
penggerek batang.

2.3.2 Wereng Hijau


Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara
langsung artinya, tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan.
Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan
populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor
yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara
terpadu yang meliputi :
a. Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan
untuk eradikasi wereng hijau pada pertanaman yang telah tertular tungro agar
tidak menyebar ke pertanaman lain dan mencegah terjadinya infeksi virus pada
tanaman sehat. Penggunaan insektisida sistemik butiran (carbofuran) lebih efektif
mencegah penularan tungro. Mengingat infeksi virus dapat terjadi sejak di
pesemaian, sebaiknya pencegahan dilakukan dengan menggunakan insektisida
confidor. Setelah beberapa ilmuan melakukan penelitian ternyata penggunaan
insektisida confidor ini cukup efektif dalam pemberantasan hama wereng hijau.
Insesektisida hanya efektif menekan populasi wereng hijau pada pertanaman padi
yang menerapkan pola tanam serempak. Karena itu pengendalian penyakit tungro
yang sangat berbahaya akan berhasil apabila dilakukan secara bersama-sama
dalam hamparan relatif luas, utamakan pencegahan melalui pengelolaan tanaman
yang tepat (PTT) untuk memperoleh tanaman yang sehat sehinga mampu bertahan
dari ancaman hama dan penyakit.
b. Pemupukan N yang Tepat
Pemupukan N berlebihan menyebab-kan tanaman menjadi lemah,
mudah terserang wereng hijau sehingga memudahkan terjadi inveksi tungro, oleh
karena itu penggunaan pupuk N harus berdasarkan pengamatan dengan Bagan
Warna Daun (BWD) untuk mengetahui waktu pemupukan yang paling tepat.
Dengan BWD, pemberian pupuk N secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan
tanaman sehingga tanaman tidak akan menyerap N secara berlebihan.
c. Menanam Varietas Tahan
Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam
pengendalian penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri
dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau.Walaupun terserang,
varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan
secara normal. Ada beberapa jenis varietas yang mampu tahan terhadap serangan
hama wereng hijau, jenis varietas yang mampu tahan terhadap serangan hama
wereng hijau tersebut adalah Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian,
Bondoyudo dan Kalimas.
d. Penanaman Serempak
Penanaman serempak merupakan salah satu cara pengendalian
hama wereng hijau secara efektif, hal itu disebabkan oleh penanaman tidak
serempak menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang bagi
perkembangan virus tungro, sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus
hidup wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum. Penularan tungro tidak
akan terjadi apabila tidak tersedia sumber inokulum walaupun ditemukan wereng
hijau, sebaliknya walaupun populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan
apabila tersedia sumber inokulum.
2.3.3 Keong Mas
Serangan berat umumnya terjadi di persemaian sampai tanaman,
pada tanaman dewasa gangguan keong mas hanya terjadi pada anakan sehingga
jumlah anakan produktif menjadi berkurang.
a. Pengendalian Mekanik/ Fisik
Pembuangan keong mas, sebar benih lebih dan sanitasi saluran
irigasi, pembuangan keong, pada daerah endemik keong, benih ditanam lebih tua
umur 15-20 hari dan pasang saringan di pemasukan air.
b. Pengendalian secara Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan
musuh alami, yaitu :
 Predator :burung, itik, kura-kura dan ikan. Pada sistem ini, manajemen air
untuk memberi kemungkinan predator dapat memakan telur juga mesti
dilakukan, sehingga peluang menetas dan berkembangbiak keong dapat
dihambat atau dihentikan.
 Parasitoid : virulensi nematoda parasit siput dapat menyebabkan kematian
hama keong mas.
 Entomopatogen : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan
(jamur).
c. Pengendalian Kimiawi
Penggunaan bahan kimia yang tidak merusak lingkungan dapat
juga direkomendasikan. Asam anakardat yang diekstrak dari minyak kulit jambu
mete, telah diuji-cobakan dan dapat membunuh keong mas. Teaseed meal
merupakan obat yang umum di pasaran, untuk membunuh keong mas. Selain itu,
dapat juga digunakan saponin, tembakau dan bibit pinang sebagai bahan
pengendali (pembunuh) keong mas.

2.3.4 Wereng Batang Coklat


Pengendalian hama wereng batang coklat dilakukan dengan
teknik pengendalian sebagai berikut :
a. Pengaturan Pola Tanam
Pengaturan pola tanam yang diterapkan adalah tanam serentak,
pergiliran tanaman dan pergiliran varietas berdasarkan tingkat ketahanan dan
tingkat biotipe wereng batang coklat. Dengan tanam serentak diharapkan tidak
terjadi tumpang tindih generasi hama sehingga populasi wereng coklat tidak
mempunyai kemampuan untuk berkembangbiak terus menerus, memudahkan
pengamatan dan tindakan korektif apabila diperlukan. Tanam serentak juga dapat
membantu memutus ketersediaan makanan hama karena adanya periode tidak ada
tanaman (bera).
b. Penggunaan Varietas Tahan
Penggunaan varietas tahan dan pergiliran varietas tahan dilakukan
untuk menekan dan menghambat perkembangan biotipe baru. Varietas yang
digilir harus dari kelompok varietas yang memiliki gen tahan baik dalam musim
maupun antar musim namun demikian penggunaan varietas tahan masih
mengandung resiko karena ketahanan genetik varietas tahan dapat dipatahkan oleh
adanya perkembangan biotipe wereng coklat.
c. Pengendalian Hayati
Penggunaan cendawan entomopathogen yang dapat dimanfaatkan
untuk mengendalikan Wereng coklat antara lain : Beauveria bassiana,
Metarrhizium anisopliae, M. flavoviridae dan Hersutella citriformis.
d. Eradikasi
Eradikasi dilakukan apabila ditemukan serangan kerdil rumput
dan kerdil hampa dengan pencabutan dan pemusnahan.
e. Penggunaan Insektisida
Pengedalian dengan insektisida dilakukan apabila telah ditemukan
ekor ekor
populasi wereng coklat 10 /rumpun (1 /tunas) pada tanaman berumur kurang
ekor
dari 40 HST dan 20 /rumpun pada tanaman berumur lebih dari 40 HST.
Insektisida yang dipilih bersifat selektif, efektif dan diijinkan untuk digunakan
pada tanaman padi.
Untuk daerah yang telah ditemukan serangan virus (kerdil rumput
dan atau kerdil hampa) digunakan insektisida butiran 1 hari sebelum pengolahan
tanah secara seed bed treatment. Dan dilanjutkan penyemprotan insektisida pada
persemaian apabila ditemukan adanya populasi wereng coklat.
2.3.5 Tikus Sawah
Pengendalian tikus harus sudah dilaksanakan pada saat tanaman
padi di persemaian sampai anakan maksimum dengan teknik pengendalian
sebagai berikut :
a. Pada saat pra tanam atau pengolahan tanah dilakukan gropyokan,
sanitasi lingkungan dan pengumpanan beracun di habitatnya.
b. Tanam serentak dengan selang < 10 hari dalam areal luas (+300 Ha)
sehingga masa generatif tanaman hampir serempak yang diharapkan
pertumbuhan populasi tikus dapat dideteksi dan upaya pengendalian
dapat direncanakan dengan baik.
c. Minimalisasi ukuran pematang dan tanggul disekitar persawahan
sehingga mengurangi kesempatan pembuatan liang.
d. Sanitasi lingkungannam persawahan (semak, rumput dan tempat
persembunyian lain).
e. Pemagaran persemaian dengan plastik dan dikombinasikan dengan
pemasangan perangkap bubu.
f. Pada tanaman muda dilakukan pemasangan umpan beracun
antikoagulan, pengemposan, sanitasi lingkungan, pemasangan pagar
plastik dan dikombinasikan dengan perangkap bubu pada pertanaman
yang berbatasan dengan sumber serangan.
g. Pemasangan bubu yang dikombinasikan dengan pagar plastik serta
tanaman perangkap. Untuk setiap 13 ha dapat diwakili satu petak
tanaman perangkap.
h. Pemanfaatan musuh alami antara lain kucing, anjing, ular sawah,
burung elang dan burung hantu.

2.3.6 Ulat Grayak


Cara Pengendalian:
 Persemaian jauh dari areal yang banyak rerumputan,
 Sanitasi persemaian,
 Penggenangan persemaian, baik yang sudah terserang/belum terserang
sehingga ulat grayak tidak dapat menggerek pangkal batang padi,
 Bila diperlukan gunakan insektisida yang berbahan aktif BPMC atau
karbofuran.

2.4 Contoh Kasusyang Pernah Terjadi


1. Ledakan populasi hama wereng coklat batang padi Nilaparvata lugens di
Indonesia pada tahun 1975-1976 mampu merusak pertanaman padi hingga ratusan
ribu hektar dan dinyatakan puso. Hama wereng coklat ini dapat menyebabkan
tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat
menularkan beberapa jenis penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng
coklat adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak
tanam yang merupakan kondisi yang disenangi wereng coklat. Hama wereng
coklat menyerang tanaman pada mulai dari pembibitan hingga fase masak susu.
Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman dan
menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menjadi
menguning dan mengering.
2. Tikus sawah merupakan hama padi yang menimbulkan kerusakan dan
kerugian besar pada tanaman padi di negara-negara Asia pada umumnya,
termasuk Indonesia. Kehilangan hasil padi akibat tikus sawah di 11 negara Asia
(Banglades, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar,
Philippina, Thailand dan Vietnam) diperkirakan mencapai 5-10%. Apabila
dihitung kerugian sebesar 5% saja, nilainya setara dengan 30 juta ton beras dan
cukup untuk memberi makan 180 juta orang selama 12 bulan. Tingkat kerusakan
oleh tikus sawah pada tanaman padi di Indonesia bervariasi, dari kerusakan ringan
sampai terjadi puso atau gagal panen. Rata-rata intensitas serangan tikus setiap
tahun pada tanaman padi di Indonesia selama sepuluh tahun (1989-1998)
mencapai 19,3%, dengan luas serangan 90.837 ha. Sedangkan pada kurun waktu
tahun 1998-2002 tercatat luas serangan mencapai 165.381 ha dan 7.699 ha
diantaranya puso. Kerusakan akibat hama tikus pada tanaman padi tersebut, selalu
merupakan kerusakan terbesar dibanding dengan kerusakan yang ditimbulkan
oleh hama utama padi lain, seperti wereng cokelat dan penggerek batang padi.
Distribusi kerusakan oleh tikus sawah pada tanaman padi, terjadi di seluruh
propinsi di Indonesia, dengan intensitas dan luas serangan bervariasi. Sebagai
contoh pada tahun 2002 serangan tikus paling berat terjadi di Jawa Barat yaitu
lebih dari 20.000 ha, disusul Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan masing-masing
antara 10.000-20.000 ha, Jawa Timur, Lampung dan Sulawesi Tenggara masing-
masing antara 5.000–10.000 ha, serta propinsi lainnya masing-masing kurang dari
5.000 ha.
3. Di Daerah Istimewa Aceh misalnya, keongmas telah menjadi hama utama,
terutama pada areal sawah beririgasi. Tingkat serangan hama tersebut pun
tergolong cukup tinggi. Serangan berat umumnya terjadi di persemaian sampai
tanaman berumur dibawah 4 MST. Pada tanaman dewasa, gangguan keongmas
hanya terjadi pada anakan sehingga jumlah anakan produktif menjadi berkurang.
Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh
waktu 7-4 hari. Disamping itu, satu ekor keongmas betina mampu menghasilkan
15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60-80 hari) dan masing-masing
kelompok telur berisi 300-500 butir . Seekor keongmas dewasa mampu
menghasilkan 1000-1200 telur per bulan. Kerugian yang ditimbulkan oleh hama
ini cukup besar. Tahun 1989 di Filipina misalnya, kerusakan tanaman padi
mencapai 400.000 ha. Di Indonesia gangguan hama keongmas juga cukup
signifikan. Di Kabupaten Lampung Selatan (1992), keongmas merusak tanaman
padi seluas 400 ha dengan kepadatan populasi antara 2-32 ekor per meter persegi.
Di Kabupaten Aceh Besar (1998), keongmas menyerang tanaman padi lebih dari
10.000 ha. Hal yang sama juga terjadi di Aceh Utara dan Aceh Timur sehingga
banyak tanaman padi gagal panen. Untuk mengatasi perkembangan hama ini
secara luas, perlu dicari teknologi pengendalian yang tepat serta efektif, sehingga
perkembangan keongmas dapat ditekan berada dibawah ambang ekonomi.

2.5 Dampak Akibat Serangan Hama


Hama adalah sekelompok organisme pengganggu tanaman yang
dapat merusak tanaman budidaya baik secara fisik maupun fisiologisnya. Dampak
kerugian akibat serangan hama tersebut adalah :
1. Gagal Panen (Puso)
Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani
adalah terjadinya gagal panen. Kegagalan ini dikarenakan hama yang menyerang
tanaman menjadikan tanaman sebagai bahan makanan, dan tempat tinggal
bagi mereka.
Hama merusak tanaman dengan cara :
 Menghisap cairan tanaman,
 Memotong batang tanaman baik yang muda maupun tua,
 Memakan daun muda dan tua serta tunas-tunas muda pada tanaman,
 Menghisap cairan dan memakan daging buah yang dapat menurunkan nilai
ekonomis buah,
 Membuat rumah atau sarang sebagai tempat tinggal dan berkembangbiak baik
pada batang, daun maupun buah.
2. Menurunnya Jumlah Produksi Tanaman
Dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka
tanaman tidak akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena
terjadinya pembatasan pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman
budidaya. Hal ini disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu.
Dengan daun dan batang serta tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama
secara tidak langsung tanaman tidak dapat melaukan proses fotosintesis untuk
menghasilkan produksi dengan baik bahkan tidak dapat melakukan fotosentesis.
3. Pertumbuhan Tanaman yang Terganggu
Serangan hama dapat meyebabkan pertumbuh tanaman menjadi
terhambat dan bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil.
Seperti serangan hama wereng pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan
tanaman padi menjadi kerdil dan tidak dapat berproduksi.
4. Menurunkan Nilai Ekonomis Hasil Produksi
Hama yang menyerang pada buah atau bagian tanaman yang
memiliki nilai ekonomis akan menjadi menurun. Hal ini disebabkan, hama
merusak bagian-bagian buah mupun daun tanaman. Dimana penurunan ini karena
adanya bagian yang diserang oleh hama mengalami cacat dan busuk serta
mengandung ulat atau larva-larva hama. Sehingga hasil tanaman tidak dapat
dikonsumsi.
5. Kerugian bagi para Petani
Dampak ini timbul karena tidak adanya produksi yang dihasilkan
oleh tanaman atau gagal panen serta turunnya nilai ekonomis hasil produksi.
Kerugian ini disebabkan tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya
budidaya tanaman telah mereka keluarkan dalam jumlah yang sangat besar baik
dari segi pengolahan lahan, benih, penanaman serta perawatan. Sedangkan
hasilnya tidak mereka dapatkan. Hal ini semakain memperburuk kondisi dan iklim
pertanian di Indonesia.
6. Terjadinya Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan dilakukan oleh para petani dikarenakan
pendapatan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang
dilakakan dalam usaha pertanian. Sehingga muncul pemikiran untuk mengalih
fungsikan lahan pertanian yang subur ke bidang usaha lain yang lebih menjanjikan
keuntungan bagi mereka. Kondisi seperti ini semakin memperpuruk iklim
pertanian di indonesia serta ketahanan bahan pangan dalam negeri.
7. Degradasi Agroekosistem
Degradasi ekosistem terjadi karena adanya usaha yng dilakukan
oleh para petani dalam penaggulangan serangan hama yang tidak memikirikan
dampak negatif terhadap lingkungan serta komponen-komponen penyusun
agroekosistem. Pencemaran lingkungan tersebut kerena adanya zat-zat yang
berbahaya akibat digunakannya pestisida. Dengan adanya penanggulanag
serangan hama yang tida sesuai ini menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem
alami.
8. Munculnya resistensi dan returgensi hama
Dengan penanggulangan serangan hama yang tidak sesuai akan
menyebabkan resistensi atau kekebalan hama terhadap pestisida dan returgensi
atau ledakan jumlah populasi hama yang berakibat pada dampak kerugian yang
lebih komplek dalam usaha budidaya tanaman itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa hama yang sering menyerang
tanaman padi adalah penggerek batang, wereng hijau, keong mas, wereng coklat,
tikus sawah, ulat grayak, sedagnkan dampak yang disebabkan oleh hama-hama
tersebut bervariasi bergantung tingkat serangan, dan banyaknya hama yang
menyerang. Jika serangan telah parah dapatnyebabkan rusaknya hasil padi dan
dapat menyebabkan poso bahkan kelaparan pada beberapa kasus. Unruk teknik
pengendaliannya bergantung pada jenis hama yang menyerang karena setiap hama
mempunyai pengendalian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Idham, S. dan Thajono, Budi. 1988. Pengendalian Hama Penyakit Padi.
Penebar Swadaya. Bogor.
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. 2009. Padi. Jakarta.
Matnawi, H.. 1986. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Perdana, A.S.. 2007. Budidaya Padi Gogo. UGM. Yogyakarta.
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

You might also like