You are on page 1of 13

PEDOMAN KESEHATAN JIWA

Nomor :
Revisi Ke : 0
Berlaku tanggal : 1 November 2018

Ditetapkan
Kepala UPT Puskesmas Rejosari

Dr Andini Aridewi M.Kes


NIP 19731008 200501 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN
DINAS KESEHATAN KUDUS

UPT PUSKESMAS REJOSARI


Jl. Bareng Colo Km. 13 Dawe, Kudus Telp. (0291) 4259028
Email : uptpuskesmasrejosari@yahoo.co.id
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................
SK..................................................................................................................................
...
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR
ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...................................................................................
B. TUJUAN .......................................................................................................
C. SASARAN.....................................................................................................
D. RUANG LINGKUP......................................................................................
E. BATASAN OPERASIONAL.......................................................................
F. LANDASAN HUKUM................................................................................
BAB II KETENAGAAN................................................................................................
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA...........................................
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN...................................................................
C. JADWAL KEGIATAN................................................................................
BAB III DENAH RUANG.............................................................................................
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN..................................................................
A. LINGKUP KEGIATAN KESEHATAN JIWA..........................................
B. METODE....................................................................................................
C. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN KESEHATAN JIWA..................
BAB V LOGISTIK......................................................................................................
BAB VI KESELAMATAN SASARAN.....................................................................
BAB VII PENGENDALIAN MUTU...........................................................................
BAB VIII PENUTUP...................................................................................................

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan Jiwa merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan
memiliki sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan sera
kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita
gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang
menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa
sepertiganya tinggal dinegara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita
gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan.
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup
banyak diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis /
skizofrenia di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1.728 orang. Adapun proposi
rumah tangga yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat sebesar 1.655
rumah tangga dari 14,3% terbanyak tinggal dipedesaan, sedangkan yang tinggal
diperkotaan sebanyak 10,7%. Selain itu prevalensi gangguan mental emosional
pada penduduk umur lebih dari 15 tahun di Indonesia secara nasional adalah
6.0% (37.728 orang dari subyek yang dianalisis). Provinsi dengan prevalensi
gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11,6%),
sedangkan yang terendah dilampung (1,2%).
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak
gangguan jiwa melainkan mengandung berbagai karakteristik yang bersifat
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
Sehat adalah keadaan sejahtera, fisik mental dan sosial dan tidak sekedar
terbebas dari keadaan cacat dan kematian. Definisi sehat ini berlaku bagi
perorangan maupun penduduk (masyarakat). Derajat kesehatan masyarakat
dipengruhi oleh 4 faktor yang saling berinteraksi yaitu: lingkungan, perilaku,
keturunan dan pelayanan kesehatan. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi
mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai
bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua
segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan
2
dirinya, mampu menghadapi tekanan hidup yang wajar, mampu bekerja
produktif dan memenuhi kehidupan hidupnya, dapat berperan serta dalam
lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya merasa
nyaman bersama orang lain. Jadi kesehatan jiwa (mental) merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara keseluruhan.
Meskipun penderita gangguan jiwa belum bisa disembuhkan 100%, tetapi
para penderita gangguan jiwa memiliki hak untuk sembuh dan diperlakukan
secara manusiawi. Tentang Kesehatan Jiwa telah dijelaskan bahwa upaya
kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup
yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan,
tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa
Di wilayah lingkup UPT Rejosari, permasalahan kesehatan jiwa tidak hanya
dilihat dari besarnya jumlah kasus (103 kasus gangguan jiwa berat berdasarkan
data PIS-PK UPT Rejosari tahun 2018), namun juga dari kompleksitas masalah
yang dialami oleh Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Berdasarkan data
kunjungan ke UPT Puskesmas Rejosari, hanya sekitar 50% Orang dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) yang memiliki kesadaran untuk berobat. Hal ini
diperkirakan berkaitan dengan sulitnya transportasi menuju fasilitas kesehatan,
belum adanya jaminan kesehatan, kurangnya kepedulian dan dukungan dari
keluarga terhadap keadaan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) serta masih
kuatnya stigma negatif pada Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di
masyarakat. Permasalahan yang dialami Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
bukan hanya dari kesehatan jiwa, namun juga mencakup masalah sosial dan
ekonomi.
.

B. Tujuan Pedoman
Dengan pedoman pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan jiwa dan meningkatnya upaya untuk mencegah
gangguan jiwa, terdeteksi dan tertanggulanginya masalah kesehaan jiwa
secara dini.

C. Sasaran
3
Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait untuk
bekerjasama dalam pelaksanaan meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
kemauan dan mengatasi masalah kesehatan khususnya masalah kesehatan
jiwa di Kecamatan Dawe.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan dan mengatasi masalah kesehatan
khususnya masalah keperawatan kesehatan jiwa di Kecamatan Dawe.

E. Batasan Operasional
adapun batasan operasional kesehatan jiwa yang digunakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa komunitas adalah sebagai
berikut:
1. Keterjangkauan
2. Keadilan
3. Perlindungan hak azasi manusia
4. Terpadu, terkoordinasi dan berkelanjutan
5. Efekif
6. Hubungan lintas sektoral
7. Pembagian wilayah pelayanan
8. Kewajiban

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam melaksanakan kegiatan kesehatan jiwa di puskesmas
dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Dalam melaksanakan kegiatan
kesehatan jiwa perlu melibatkan sektor terkait yaitu camat, kepala desa dan
sektor terkait lainnya dengan kesepakatan peran masing-masing dalam kegiatan
kesehatan jiwa.

B. Distribusi Ketenagaan
Petugas kesehatan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan jiwa
di wilayah kerja Puskesmas Rejosari.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan kesehatan jiwa disepakati bahwa
Kegiatan Posyandu Jiwa akan dilaksanakan tiap bulan sekali disetiap desa,
peningkatan kapasitas kader jiwa setiap tiga bulan sekali serta kerja sama lintas
sektoral tiap tiga bulan sekali lewat loka karya mini lintas sektoral.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh petugas kesehatan.
1. Denah ruangan yang ada

6
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup kegiatan perawatan kesehatan masyarakat:


Secara sederhana batasan operasional pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas
menerima kasus secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
kasus datang sendiri atau dibawa oleh keluarga atau pengantar. Secara tidak
langsung kasus dirujuk oleh pihak lain yang ada dimasyarakat baik perorangan
dalam hal ini adalah Kader jiwa maupun lembaga. Kasus juga bisa dijemput oleh
puskesmas setelah mendapat laporan atau perintah dari masyarakat. Selain itu,
kasus juga dapat dirujuk dari fasilitas dengan tingkat yan lebih tinggi seperti
rumah sakit atau lembaga non kesehatan yang ada dimasyarakat.

B. Metode
Metode kesehatan jiwa dilakukan dengan cara /metode pendekatan utama yang
dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa baik didalam
maupun diluar gedung puskesmas.

C. Langkah-langkah kegiatan pelayanan kesehatan jiwa


1. Didalam puskesmas berturut-turut dilalui proses sebagai berikut:
a.Pendaftaran
b.Pemeriksaan fisik
c. Penilaian psikiatrik
d.Tindakan medis
2. Sedangkan pelayanan yang diperoleh
a.Penyuluhan
b.Penapisan kasus baru
c. Pelayanan kedaruratan psikiatri
d.Pelayanan rawat jalan
e.Pelayanan rujukan
f. Pelayanan Posyandu Jiwa
g. Pelayanan kunjungan rumah

1. Pelaksanaan:
7
Dalam penyelenggaraan pelaksanaan kesehatan jiwa perawat bekerja
sama dengan petugas kesehatan lain serta masyarakat. Kerjasama
dengan petugas lain, terkait dengan kegiatan yang memerlukan
kemampuan teknis tertentu yang bukan kewenangan perawat. Kerjasama
dengan kader jiwa atau masyarakat terutama dalam melaksanakan
kegiatan yang dapat dilimpahkan kepada masyarakat.

2. Pemantauan dan evaluasi


a. Pemantauan kegiatan ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian pelaksanan kesehatan jiwa dengan mekanisme, petugas
membuat catatan secara berkala yang dilaporkan kepada kepala
puskesmas dan kunjungan lapangan di beberapa lokasi dipilih.
b. Evaluasi sebaiknya dlaksanakan pada setiap tahap menejerial mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan hasil sekurang-kurangnya pada tiap
pertengahan tahun dan akhir tahun dengan mengunakan indikator pada
setiap tahapan.

8
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan puskesmas


berasal dari dana BOK yang direncanakan dalam pertemuan mini lintas program dan
lintas sektor dengan tahapan kegiatan dan metode pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.

9
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan perlu


diperhatikan keselamatan kerja tenaga puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

10
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan kesehatan jiwa di monitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Jumlah pasien yang dikunjungi atau diberikan pembinaan dan jenis masalah
kesehatannya.
2. Kegiatan pelayanan keperawatan pasien
a. Periode kunjungan untuk setiap kasus
b. Jenis pelayanan
c. Jenis intervensi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
d. Jumlah pasien yang ditemukan dan dirujuk kepelayanan kesehatan lain
3. Perkembangan tingkat kemandirian pasien
4. Perkembangan tingkat kemampuan pasien dalam penanganan masalah
kesehatan sesuai dengan kaidah kesehatan
5. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
6. Jumlah pasien yang mengikuti kegiatan Posyandu Jiwa
7. Jumlah kasus baru yang berhasil ditapis oleh kader jiwa
8. Partisipasi kader dalam posyandu jiwa

11
BAB VIII
PENUTUP

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang maha mengabulkan rencana kita
semua, semoga kegiatan yang kami kemas dalam pedoman ini senantiasa memberi
manfaat yang setinggi-tingginya kepada banyak pihak. Kami sadar kegiatan kami
tidak akan berjalan lancar dan baik dengan dukungan dari berbagai pihak, dan
pedoman ini masih kurang sempurna.Karena itu kritik dan saran senantiasa kami
harapkan demi perbaikan dikemudian hari.

12

You might also like