Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang dapat
disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan metabolisme, obat-obatan,
alkohol, maupun parasit. Hepatitis juga merupakan salah satu penyakit yang mendapatkan
perhatian serius di Indonesia, terlebih dengan jumlah penduduk yang besar serta kompleksitas
yang terkait. Selain itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus, dan hiperlipidemia,
membawa konsekuensi bagi komplikasi hati, salah satunya hepatitis (Wening Sari, 2008).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Bar, 2002).
Hepatitis telah menjadi masalah global. Saat ini diperkirakan 400 juta orang di dunia
terinfeksi penyakit hepatitis B kronis, bahkan sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun
karena penyakit tersebut. Hepatitis menjadi masalah penting di Indonesia yang merupakan
jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Wening Sari, 2008).
Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan infeksi yang unik. Tidak banyak jenis virus
yang menyebabkan infeksi pada seseorang dengan memberikan dampak sosial-ekonomi yang
besar karena penyakit ini menyebabkan infeksi pada populasi dalam skala dunia, dan variasi
penampilan kliniknya yang sedemikian beraneka ragam (bisa dalam bentuk hepatitis akut,
hepatitis kronis tidak aktif, hepatitis kronis aktif, sirosis hati atau kanker hati) (Cahyono,
2010).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 dalam Anna (2011) menyebutkan,
hingga saat ini sekitar dua miliar orang terinfeksi virus hepatitis B di seluruh dunia dan 350
juta orang di antaranya berlanjut jadi infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan, 600.000 orang
meninggal dunia per tahun karena penyakit tersebut. Angka kejadian infeksi hepatitis B kronis
di Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 persen dari jumlah penduduk. Hepatitis B termasuk
pembunuh diam-diam karena banyak orang yang tidak tahu dirinya terinfeksi sehingga
terlambat ditangani dan terinfeksi seumur hidup. Kebanyakan kasus infeksi hepatitis B bisa
sembuh dalam waktu enam bulan, tetapi sekitar 10 persen infeksi bisa berkembang menjadi
infeksi kronis. Infeksi kronis pada hati bisa menyebabkan terjadinya pembentukan jaringan
ikat pada hati sehingga hati berbenjol-benjol dan fungsi hati terganggu dan dalam jangka
panjang penderitanya bisa terkena sirosis serta kanker hati.(Cahyono,2010)
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hepatitis
2. Untuk mengetahui etiologi dari Hepatitis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Hepatitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Hepatitis
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Hepatitis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Hepatitis
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Hepatitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. Virus
hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV),
hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV), hepatitis
F dan hepatitis G. (Yuliana Elin, 2009)
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. Hepatitis B adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh
virus B (Wening Sari, 2008)
1. Hepatitis akut : inveksi virus sistematik yang berlangsung selama < 6 bulan.
2. Hepatitis kronis : gangguan-gangguan yang terjadi > 6 bulan dan kelanjutan dari
hepatitis akut.
3. Hepatitis fulminant adalah perkembangan mulai dari timbulnya hepatitis hingga
kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4 minggu oleh karena itu hanya terjadi
pada bentuk akut. (Yuliana Elin, 2009)
2.2 Etiologi
1. Transmisi secara enterik terdiri dari virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E
(HEV) :
Virus tanpa selubung
Tahan terhadap cairan empedu
Ditemukan ditinja
Tidak dihubungkan dengan penyakit kronik
2. Transmisi melalui darah terjadi atas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis D
(DHV),dan virus hepatitis C (HCV):
Virus dengan selubung (envelope)
Rusak bila terpajan cairan empedu atau deterjen
Tidak terdapat dalam tinja
3. Risiko tinggi terhadap Hepatitis A dan Hepatitis E, terdapat pada
3
Orang yang mengunjungi atau tinggal di negara endemis
Hepatitis A dan Hepatitis E.
Tinggal di daerah dengan kondisi lingkungan yang buruk
(penyediaan air minum dan air bersih, pembuangan air
limbah, pengelolaan sampah, pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat).
Personal hygiene yang rendah antara lain: penerapan PHBS
masih kurang, cara mengolah makanan yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan.
4. Risiko tinggi terhadap Hepatitis B, terdapat pada :
Anak yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B.
Pasangan Penderita Hepatitis B.
Orang yang sering berganti pasangan sex.
Kontak serumah dengan penderita.
Penderita hemodialisis.
Pekerja kesehatan, petugas laboratorium.
Berkunjung ke wilayah dengan endemisitas tinggi.
5. Risiko tinggi terhadap Hepatitis C terdapat pada :
Pengguna jarum suntik tidak steril (tato, tindik).
Pengguna obat obatan terlarang dengan cara injeksi.
Pekerja yang berhubungan dengan darah dan produk darah
penderita VHC.
Penderita HIV.
Bayi yang lahir dari ibu penderita VHC
2.3 Manifikasi klinis
1. Demam
2. Mual sampai muntah
3. Ketidaknyamanan perut
4. Urin berwarna gelap atau kuning kecoklatan seperti teh pekat
5. Latergi (kelelahan)
6. Nyeri sendi
7. Edema (pembengkakan)
8. Mudah memar
9. Kulit dan mata kuning atau sakit kuning
4
2.4 Patofiologis
1. Hepatitis A
Diawali dengan masuknya virus ke dalam saluran pencernaan,
kemudian masuk ke dalam darah meunuju ke hati (vena porta), lalu menginvasi
ke sel parenkim hati. Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi yang
menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah virus akan keluar dan
menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk ke dalam ductus belaris yang
akan di ekskresikan bersama feses. Sel parenkim yang akan merangasang
reaksi inflamsi yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran
sel kupfer yang akan menekan ductus bilaris sehimgga aliran bilirubin direk
terhambat, kemudian terjadi penurunan ekskresi bilirubin ke usus. Keadaan ini
menimbulkan ketikseimbanagan antara uptake dan ekskresi bilrubin ke sel hati
sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjungasi (direk) akan terus
menumpuk ke dalam sel hati yang akan menyebabkan refkuk (aliran kembali
ke atas) ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan
kulit terutama pada skleradang disertai gatal dan air kencing seperti pekat
akibat partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal
dan diekskresi kan melalui urin. Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus
mengakibatkan gangguan dalam produksi asam empedu (produksi sedikit)
sehingga proses pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan di lambung
dengan waktu yang cukup lama) yang menyebabkan rangangan pada lambung
sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan
teraktifikasi nya pusat muntah yang berada di medulla oblongata yang
menyebabkan timbulnya gejala mual dan muntah serta menurunnya nafsu
makan. (Hardhi dan Amin,2015)
2. Hepatitis B
Virus harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi langsung
melalui membrane merusak kulit atau mencapai hati. Di hati, replikasi perlu
waktu inkubasi 6 bulan sebelum opjamu mengalami gejala. Beberapa infeksi
tidak terlihat untuk mereka yang mengalami gejala,tingkat keruskan hati ,dan
hubungan dengan demam yang diikuti ruam kekuningan atritis nyeri perut dan
mual. Pada kasus yang ekstrem, dapat terjadi kegagalan diikuti dengan
5
ensefolati. Mortalitas dikaitkan dengan keparahan mendekati 50%. Infeksi
primer atau tidak primer tidak tampak secara klinis, sembuh dalam waktu 1-2
minggu untuk kebanyakan pasien. Kurang dari 10% kausus infeksi dapat
menetap dalam beberapa decade. Hepatitis B di pertimbangkan sebagai infeksi
kronik pada saat pasien mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi
berhubungan dengan hepatitis kronik pasti terjadi parah, dengan kanker hati,
sirosis dan asites terjadi dalam beberapa tahun sampai dengan puluhan tahun
setelah infeksi awal. (Hardhi dan Amin,2015)
3. Hepatitis C
Hepatitis C sekarang diperkirakan dapat menginfeksi sekitar 15.000
orang per tahun di Amerika. Hal ini di anggap menjadi penyakit yang di
tularkan hamper selalu melalui transfuse darah. Namun, ada bukti bahwa virus
ditularkan melalaui cara parenteral lain (menggunakan bersama jarum
terkontaminasi oleh pengguna obat intravena atau tusukan jarum tidak sengaja
dan cedera lain pada petugas dan cedera lain pada petugas kesehatan). Terdapat
bukti lanjut dimana virus di tularkkan melalui kontak seksual. (Hardhi dan
Amin,2015)
4. Hepatitis D
Menurut Price (1994), Silalahi (2004), Smeltzer (2001), patofisiologi
penyakit hepatitis D adalah sebagai berikut : penyakit ini di timbulkan karena
adanya ko-infeksi atau super-infeksi dengan VHB. Ko-infeksi berarti infeksi
VHD dan VHB. ko-infeksi umumnya menyebabkan hepatitis akut dan di ikuti
dengan penyembuhan total. Koinfeksi dengan hepatitis D meningkatkan
beratnya infeksi hepatitis B. Perjalanan penyakit lebih membahayakan dan
meningkatkan potensi untuk menjadi penyakit hati kronik. Sementara super-
infeksi sering berkembang ke arah kronis dengan tingkat kronis penyakit yang
lebih besar dan sering berakibat fatal.
5. Hepatitis E
Hepatitis E adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis E.
virus ini ditransmisikan secara enterik. Virus ini menginvasi oarenchym hati
dan masuk melalui vekol-oral, khususnya melalui makanan, air minum dan
sebagainya. Hepatitis E dapat menjadi hepatitis akut dan sejumlah kecilpasien
akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi kerusakan hati
seperti digerogoti (piece mal) dan terjadi sirosis. Komplikasi pada hepatitis E
tidak timbul menjadi hepatitis kronis. Hepatitis E biasanya di diagnosis setelah
jenis hepatitis lainya telah ditetapkan tidak di idap, dan pasien diketahui pernah
berkunjung atau tinggal di Negara dimana hepatitis E banyak terdapat. Untuk
diagnosis pasti, pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan
serologis dengan mendeteksi IgM danIgG anti HEV namun ini di gunakan
hanya untuk keperluan riset atau penelitian. IgM anti HEV hanya dapat
bertahan 6 minggu setelah puncak dari penyakit. Sedangkan IgG anti HEV
dapat tetap terdeteksi selama 20 bulan berikutnya. Maka, salah satu penegak
diagnosis adalah dengan pemeriksaan serologis melalui deteksi ada atau tidak
nya IgG atau IgG anti HEV. Pemekrisaan serum juga dapat digunakan untuk
mendeteksi ada atau tidak nya RNA HEV. Selain itu, HEV juga dapat
ditemukan dalam tinja dengan pemeriksaan mikroskop elektron.
7
2.5 Pemeriksaan penunjang
1. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : Meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium.
2. Bilirubin direk : Meningkat pada gangguan ekskresi bilirubin terkonjugasi.
3. Bilirubin indirek : Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert.
4. Bilirubin serum total : Meningkat pada penyakit hepatoseluler
5. Protein serum total : Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
6. Masa protrombin : Meningkat pada penurunan sintetis protrombin akibat
kerusakan sel hati
7. Kolesterol serum : Menurun pada kerusakan sel hati, meningkatkan pada obstruksi
duktus biliaris. (Yuliana Elin, 2009)
2.6 Penatalaksanaan
Jika seseorang telah didiagnosis menderita hepatitis, maka ia perlu mendapatkan
perawatan. Pengobatan terus harus dipercepat supaya virus tidak menyabar. Jika tindakan
penanganan lambat membuat kerusakan lebih besar pada hati dan menyebabkan kanker.
(Hendra raharja, 2000)
1. Penanganan dan pengobatan hepatitis A
Penderita yang menunjukan gejala hepatitis A diharapkan untuk tidak banyak
beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk
mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul. Dapat diberiakan pengobatan
simptomatik seperti antipiretik dan analgetik serta vitamin untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan
muntah.
2. Penanganan dan pengobatan hepatitis B
Setelah diagnosa ditegakan seperti hepatitis B, maka ada beberapa cara
pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan injeksi.
a. Pengobatan oral
Lamivudine : Dari kelompok nukleosida analog, dikenal dengan nama
3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, pemakaian
obat ini cenderung meningkatkan enzim hati (ALT) untuk itu penderita
akan mendapatkan monitor berkesinambungan dari dokter.
Adefovir dipivoxil (hepsera) : Pemberian secara oral akan lebih efektif,
tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk
terhadap fungsi ginjal. (Amin dan Hardhi, 2015)
8
Baraclude ( entecavir) : Obat ini diberikan pada penderita hepatitis B
kronik , efek samping dari pemakaian obat ini adalah rasa sakit kepala,
pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzim hati.
b. Pengobatan dengan injeksi
Microsphare : Mengandung partikel radioaktif pemancar sinar β yang
akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat
disekitarnya. Injeksi alfa interferon (INTRON A, INFERGEN,
ROFERON) diberikan secara subcutan dengan sekala pemberian 3 kali
dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping
pemberian obat ini adalah depresi, trauma pada penderita yang
memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah rasa sakit
pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini
dapat dihilangkan dengan pemberian antipiretik. (Hendra raharja,
2000).
3. Penangananan dan pengobatan Hepatitis C
a. Terapi kombinasi antara pegylated interferon alfa dan ribavirin. Pasien kronis
HCV genotip 1 memiliki respon yang lemah terhadap pengobatan sehingga di
berikan terapi selama 12 bulan, sedangkan pasien dengan HCV genotype 2 dan
3 cukup di berikan terapi selama 6 bulan saja. Untuk pasien dengan infeksi
akut HCV di berikan terapi selama 6 bulan.
b. Obat-obatan antivirus antara lain ribavirin, boceprevir. Ribavirin ialah obat
dengan narrow divide antara toksinitas dan efektivits dan bekerja melalui
proses akumulasi dalam tubuh.
c. Pemberian interferon.
4. Penanganan dan pengobatan Hepatitis D
9
berlemak tinggi memang tidak dilarang secara khusus, tapi hendak nya di
batasi, demikian juga garam).
Hospitalisasi di indikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, pembekuan
abnormal, atau tanda-tanda gagal hati yang membahayakan (gelisah,
perubahan kepribadian, letargi, penurunan tingkat kesadaran, pendarahan)
Tujuan penatalaksanaan rumah sakit adalah terapi intravena untuk
memperbaii keseimbangan cairan. Studi laboratorium berulang kali dan
pemekrisaan fisik terhadap perkembangan penyakit.
c. Pencairan kearah penyakit kronik.
Pencegahan masa akut meliputi : tirah baring total tidak di anjurkan
kecuali pada keadaan gawat. Makanan sesuai dengan daya terima. Obat
kortikosteroid anti emetic tidak boleh diberikan. Pemeriksaan HVD Ig M
dilakukan paling cepat setelah satu bulan.
Sampai saat ini pengobatan hepatitis D belum ada yang memuaskan.
Namun, dapat dicoba pemakaian interferon.
Transplatasi hati bila perlu
5. Penanganan dan pengobatan Hepatitis E
a. Terjadi peningkatan nafsu makan dan hilangnya rasa mual dan muntah.
b. Kadar serum bilirubin dan tansminaseyang menjadi normal.
c. Ukuran hati menjadi normal kembali.serta hilangnya rasa nyeri akibat
penekanan pada hati, indikasi dilakukan rawat inap apabila adanya danger
signs seperti yang terdapat pada hepatitis filuman yang dapat mengancam
kehidupan dengan adaanya ikterustanpa adanya obstruksi
10
2.7 WOC
Kontaminasi virus (sanitasi,
makan dan minuman)
Virus mereplikasi
dalam hati
HEPATITIS
Impuls
disampaikan ke Mendesak organ
intraabdominal Kerusakan sel
hipotalamus
hati dan empedu
termoregulator
HCL
MK: Nyeri pada meningkat
Peningkatan
HIPERTERMI bagian abdomen
kadar bilirubin
Mual muntah
Pengumpulan MK: NYERI Ikterus pada mata dan
cairan di rongga AKUT kulit, urine berwarana
peritonium seperti the, feses
Anorexia dan
mulut terasa menjadi lebih pucat
Asites pahit
11
MK: Kelebihan Perubahan
volume cairan status kesehatan
MK: Defisit Nutrisi
MK: ANSIETAS
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.2. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. J Nama suami : Ny T
Jenis kelamin : laki-laki jenis kelamin : perempuan
Usia : 30 tahun usia : 28 tahun
13
Alamat : Jl. Diponegoro II/13 alamat : Jl. Diponegoro
II/13
B. Riwayat kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan atas dan dirasakan menjalar
kebagian kiri atas seperti ditusuk-tusuk
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan atas dan dirasakan menjalar
kebagian kiri atas seperti ditusuk-tusuk sejak 1 bulan yang lalu, mual muntah dan
tidak nafsu makan, pasien juga mengeluh pusing disertai badan panas akhirnya
keluarga pasien membawanya ke RS pada tanggal 15 April 2018
3. Penyakit dahulu
Pasien mengatakan dulu pernah masuk rumah sakit karena keracunan makanan
4. Riwayat penyakit keluarga
Ibunya pernah mengalami penyakit hepatitis B kronik
C. Pola aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Pasien mengatakan makan tidak nafsu makan 3x1 sehari hanya habis 1-2 sendok
Pasien mengatakan minum ±400cc/hari
2. Eliminasi
Pasien mengatakan feses berwarna pucat dan urine berwarna kecoklatan seperti teh
3. Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan tidur ± 8 jam perhari, dan sering terbangun
4. Aktivitas fisik
Pasien hanya tidur dan terbaring lemah
5. Personal hygine
Diseka oleh istrinya 2xsehari
D. Data psikososial
Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang
Pasien mengatakan bingung
Interaksi pasien dengan perawat dan tenaga madis dapat berkomunikasi dengan
baik
Pasien beragama islam dan taat beribadah walaupun kondisinya sedang lemah
E. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
14
Kesadaran : composmetis
TTV : TD: 130.80mmHg , suhu: 39,5ºC, N: 88x/mnt, RR : 20x/mnt
BB : 50kg
TB: 170cm
IMT: 17,3
b. Kepala
Rambut: hitam, pendek, lurus, dan mengalami kerontokan
Wajah: bentuk simetris tidak ada oedem, dan ekspresi wajah menyeringai
Mata: simetris, konjungtiva anemis, mata cowong dan sclera ikterus
Hidung: tidak ada serumen dan polip
Mulut: mukosa bibir kering, bau mulut, tidak ada perdarahan pada bibir
c. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, tidak ada gangguan fungsi menelan
d. Dada dan Thorax
Inspeksi: simetris, tidak ada lesi dan benjolan
Palpasi: normal
Auskultasi: tidak ada suara wheezing dan ronchi
Perkusi: simetrsi, paru kanan dan kiri sonor
e. Abdomen
Inspeksi: bentuk simetris tidak ada asites
Auskultasi: terjadi penurunan bising usus 6x/mnt
Palpasi: ada nyaeri tekan epigastrium dengan skala 6
Perkusi: adanya bunyi tympani
f. Ekstremitas
Atas: tangan kanan dan kiri simetris, terpasang infuse ditangan kanan, turgor kulit
menurun dan berwarna kuning
Bawah: kaki kanan dan kiri simetris
g. Genetalia
Genetalia tidak terpasang kateter dan tidak ada pembengkakan
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Specimen Hasil Nilai normal
Darah lengkap Darah Terlampir
15
LFT
Bilirubin total Serum 1,55 0,00=1,00 mg/dl
Bilirubin direct 1,18 0,00=1,00 mg/dl
SGOT 167 P: 0-35u/l
L: 0-40u/l
SGPT 163 P: 0-35u/l
L: 0-40u/l
Imunologi
HBs Ag elisa Serum Postitif
dengan Abs =
1,39
HBS AB elisa Serum Negative
dengan tiber -
= 1,312
Anti HAVA Serum Positif indeks
9,25
16
DO: Mendesak organ
Pasien tampak menyeringai intraabdominal
kesakitan
Pasien tampak memgangi Rasa tidak nyaman
perut bagian kanan atas pada RUQ
P: kerusakan
Q: seperti ditusuk-tusuk Nyeri pada bagian
S: skala 5
T: setiap saat dan terus
menerus
3 DS: Pembesaran hati Defisit nutrisi
Pasien mengatakan mual (hepatomegali)
muntah
Pasien mengatakan tidak
nafsu makan Mendesak organ
Pasien mengatakan makan intraabdominal
3x1 sehari hanya habis 1-2
sendok Mendesak lambung
DO:
IMT: 17,3 Mual muntah
Peningkatan kadar
bilirubin
20
3.6. IMPLEMENTASI
No Diagnosa Tanggal /waktu Implementasi Paraf
1. Hipertermi 15 april 2018 1. Meonitor suhu sesering
mungkin
2. Mengobservasi TTV
3. Melakukan kompres air
hangat
4. Menganjurkan untuk
memakai pakaian yang
tipis
5. Melaksanakan advis
pemberian terapi cairan
3.7. EVALUASI
No Diagnosa Tanggal/waktu Evalusai
1. Hipertermi 18 April 2018 S:
Pasien mengatakan badanya
sudah tidak panas
Pasien mengatakan sudah tidak
pusing dan lemas
O:
TTV
TD: 110/70mmHg ,
Suhu: 36,6ºC,
N: 80x/mnt,
23
RR : 18x/mnt
Mukosa Normal
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
O:
Pasien sudah bisa beristirahat
Pasien tampak memgangi perut
bagian kanan atas sesekali
P: kerusakan
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: perut bagian kanan atas
S: skala 2
T: sudah berkurang
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 1,3 dan 6
3. Defisit Nutrisi 18 April 2018 S:
Pasien mengatakan mual muntah
sudah berkurang
Pasien mengatakan sudah mulai nafsu
makan
Pasien mengatakan makan 3x1 sehari
hanya habis setengah mangkok
Pasien mengatakan minum
±500cc/hari
24
O:
IMT: 18,5
Bising usus 6x/mnt
konjungtiva anemis,
mukosa mulai normal
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 3,5,6 dan 7
4. Ansietas 18 April 2018 S:
Pasien sudah mengerti tentang
keadaanya sekarang
O:
Pasien tampak cemas berkurang
dan sudah mulai tenang
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. Virus
hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV), hepatitis
B (HBV), hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV), hepatitis F dan
hepatitis G.
Ikterus yang terjadi pada hepatitis virus disebabkan oleh kombinasi disfungsi hati dan
molestatis. Virus menyerang dan menginfeksi sel-sel hati sehingga sel-sel hati mengalami
nekrosis.sel-sel hati yang terinfeksi juga mengalami edema dan pembengkakan.
Pembengkakan ini dapat menekan dan menghambat kanalikuli sehingga empedu yang
didalamnya terdapat bilirubin,tidak dapat diekskresikan dengan baik.
4.2 Saran
Sebaiknya setiap orang dapat berhati-hati dan selalu menjaga kebersihan lingkungan
agar terhindar dari virus-virus yang dapat mengakibatkan hepatitis. Tentunya sebagai petugas
kesehatan yang amat rentan tertular dari penderita harus lebih sigap dan memperhatikan
kesterilan, bukan hanya petugas kesehatan melainkan semua masyarakat.
26