You are on page 1of 13

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu
kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu
material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu Empedu adalah
timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang
ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam
saluran empedu disebut koledokolitiasis (Nucleus Precise Newsletter, edisi 72, 2011).
Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam
kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari kolesterol,
pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik. Lebih dari 70% batu saluran empedu
adalah tipe batu pigmen, 15-20% tipe batu kolesterol dan sisanya dengan komposisi
yang tidak diketahui. Di negara-negara Barat, komponen utama dari batu empedu
adalah kolesterol, sehingga sebagian batu empedu mengandung kolesterol lebih dari
80%.
2.2 Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di
golongkankan atas 3 (tiga) golongan : (Lesmana, 2000)
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3
faktor utama :
a. Supersaturasi kolesterol
b. Hipomotilitas kandung empedu
c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang
mengandung <20% kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen
cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu.
Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim B-
glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi
bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin menjadi
kalsium bilirubinat yang tidak larut. Umumnya batu pigmen cokelat ini
terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan. Batu pigmen hitam adalah tipe
batu yang banyak ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau
sirosis hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat
polymerized bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas.
Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan
empedu yang steril.
3. Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-
50% kolesterol.

2.3 Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3%
bilirubin. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang
paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Sementara itu,
komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol yang biasanya tetap berbentuk
cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa
menjadi tidak larut dan membentuk endapan di luar empedu.
Faktor predisposisi terpenting yaitu gangguan metabolisme yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi batu empedu, statis empedu, dan infeksi kandung
empedu. Selain itu, ada beberapa faktor resiko antara lain:
1. Genetik
Batu empedu memperlihatkan variasi genetik. Di negara Barat penyakit ini
sering dijumpai, di USA 10-20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung
empedu. Batu empedu lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih
dibandingkan kulit hitam. Batu empedu juga sering ditemukan di negara lain
selain USA, Chili dan Swedia.

2. Umur
Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat
sedikit penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja, setelah itu
dengan semakin bertambahnya usia semakin besar kemungkinan untuk
mendapatkan batu empedu, sehingga pada usia 90 tahun kemungkinannya
adalah satu dari tiga orang.
3. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang
menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis.
Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan
kandung empedu.
4. Berat Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
5. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat(seperti setelah
operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia empedu
dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
6. Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih
sedikit berkontraksi.
7. Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi IV dalam janggka lama mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/nutrisi yang
melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.
2.4 Manifestasi klinis
2.5 Menunjukkan gejala-gejala gastrointestinal ringan
Penderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat mengalami dua
jenis gejala,yaitu gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu
sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu
empedu. Pasien merasakan sakit atau nyeri pada perut bagian kuadran kanan atas,
serta warna feses pasien menjadi pucat.
2.6 Mungkin akut dan kronis dengan distress epigastrik (begah, distensi abdomen, nyeri
tak jelas pada kuadran kanan atas) setelah majan makanan banyak mengandung
lemak.
Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang
samar pada kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi
setelah individu mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak.
2.7 Jika saluran empedu tersumbat, maka kandung empedu mengalami distensi dan
akhirnya terinfeksi akan terjadi demam dan teraba massa pada abdomen.
Kolik bilier dengan nyeri abdomen kanan atas, manjalar ke punggung atau
bahu kanan, mual dan muntah beberapa jam setelah makan banyak. kolik bilier
semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat
mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan
distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada
daerah kartilago kosta sembilan dan sepuluh kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri
tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi
dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.
2.8 Ikterik terjadi dengan tersumbatnya duktus komunis empedu.
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan
gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi dibaawa ke dalam duodenum
akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membrane
mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal yang
mencolok pada kulit.

2.9 Urine berwarna sangat gelap; feses warna pucat.


Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat
gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan
biasanya pekat yang disebut “clay-coloured”.
2.10 Defisiensi vitamin A, D, E dan K (vitamin yang larut dalam lemak).
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorbsi vitamin A, D, E dan K
yang larut lemak. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang
normal.
2.11 Abses, nekrotis, an perforasi dengan peritonitis dapat terjadi jika batu empedu terus
menyumbat saluran empedu.
Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut, penyumbatan ini dapat
menyebabkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata. Bilamana
batu empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat, kandung empedu akan mengalirkan
isinya keluar dan proses inflamasi segera mereda dalam waktu yang relative singkat.

2.12 Patofisiologi
2.13 Komplikasi
2.14 Pemeriksaan penunjang
2.15 Penatalaksanaan
2.16 Woc
Asuhan Keperawatan Kolelitiasis
Proses Keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik untuk
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang melibatkan lima fase berikut i:
pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, evaluasi.
Proses Asuhan Keperawatan terdiri dari beberapa tahap :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan .
Data yang dikumpulkan meliputi :
a. Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,
paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau
kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R)
yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana
yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T)
yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien
b) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien.
c) Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS)
2) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada
penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena
terjadi pembengkakan pada kandung empedu.
d. Pola aktivitas
1) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran
bedrest
3) Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati
4) Aspek penunjang
a) Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin,amylase serum meningkat)
b) Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kolelitiasis
adalah
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi atau
spasmeduktus, proses inflamasi
2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses inflamasi
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sekresi bilirubin
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk ingesti dan absorpsi makanan.
b. Intervensi yang dapat diberikan pada klien dengan kolelitiasis
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
.
1. Nyeri dan Tj: a. Observasi Membantu
gangguan rasa Nyeri pada perut kuadran dan catat membedakan
nyaman (nyeri) kanan terkontrol lokasi,berat penyebab
berhubungan nya (skala nyeri dan
dengan obstruksi KH : 1-0) dan memberikan
atau - Pasien merasa karakter informasi
spasmeduktus, nyaman dan tidak nyeri tentang
proses inflamasi. merasa nyeri (menetap, kemajuan
- Klien melaporkan hilang penyakit
Tanda & gejala nyerinya berkurang timbul, terjadinya
yang biasanya dan atau hilang kolik) komplikasi
muncul: (skala 0-3) dan keefetifan
Subjektif: - Ekspresi wajah intervensi
- Pasien tenang klien dapat
mengataka b. Jelaskan mengerti
n pada klien tentang nyeri
merasakan tentang yang
sakit perut sebab dialamiya dan
pada akibat bagaimana
kuadran terjadinya mengatasinya.
kanan atas nyeri dan Berikan posisi
Objektif cara fowler rendah
- Klien mengatasi ini
terlihat nyeri menunjukan
meringis c. Tingkatkan tekanan intra
menahan mobilisasi abdomen,
nyeri dan beri namun pasien
- Klien posisi yang akan
sesekali nyaman melakukan
mengelus bagi posisi yang
perut pasien. menghilangka
karena n nyeri secara
nyeri alamiah.
Menurunkan
iritasi atau
kulit kering
dan rasa gatal.
d. Gunakan
sprei halus
dan rapi,
cairan
kelamin,
minyak Meningkatkan
mandi, istirahat, dan
kompres dapat
air hangat meningkatkan
atau dingin koping.
sesuai
indikasi.
e. Berikan
pengetahua Dapat
n tekhnik menghindari
relaksasi kesalahan
latihan dalam
napas pemberian
dalam, dan terapi
berikan obat/infus.
waktu
istirahat.
f. Kolaborasi
dengan tim
dokter
dalam
pemberian
terapi
selanjutnya
.

2. Peningkatan suhu Tj: a. Monitoring Membantu


tubuh (hipertermi) Setelah diberikan asuhan tanda-tanda dalam
berhubungan keperawatan, suhu tubuh vital pasien melakukan
dengan proses klien dalam batas normal. intervensi dan
inflamasi KH: evaluasi pada
- Suhu tubuh normal b. Hindari pasien.
Tanda & gejala (36-37,4oC) kontak dari Meminimalka
yang biasanya - Kulit klien tidak infeksi. n resiko
muncul teraba hangat peningkatan
Subjektif infeksi serta
- Klien suhu tubuh
mengeluhk c. Jaga agar dan laju
an panas di klien metabolic.
bagian istirahat Dapat
abdomen cukup. mengurangi
dan d. Berikan laju
mneyebar antibiotik metabolisme.
ke daerah atau terapi Meningkatkan
lain sesuai konsentrasi
Objektif indikasi. antibiotik
- Suhu yang tepat
:≥37,4oC untuk
- Tubuh mengatasi
klien infeksi.
teraba
hangat
- Klien
terlihat
menggigil
- + bakteri
saat
pemeriksa
an labor
3. Resti integritas Tj : Sekresi bilirubin a. Observasi Memberikan
kulit berhubungan normal dan bilirubin dan catat dasar untuk
dengan gangguan terkonjugasi normal derajat deteksi.
sekresi bilirubin ikterus
Kh: pada kulit.
Tanda & gejala - Kulit tampak b. Jaga agar Mencegah
yang biasanya normal kembali kuku tetap ekskoriasi
muncul - Mempertahankan selalu kulit akibat
Subjektif integritas kulit pendek. garukan.
- Klien - Tidak terdapat c. Sering Mencegah
mengeluhk tanda-tanda melakukan kekeringan
an gatal- kerusakan integritas perawatan kulit dan
gatal kulit pada kulit, meminimalka
- Klien - Mengidentifikasi mandi n pritus.
mengetaka faktor risiko tanpa
n kulitnya individu menggunak
sudah an sabun
gatal-gatal dan
dan atau melakukan
kuning massase
…hari dengan
Objektif lotion
- Skelera pelembut.
tampak
ikterik
- Kulit
pasien
tampak
kuning
- Kadar
bilirubin >
normal
4. Kecemasan Tj : Untuk mengurangi a. Jelaskan Informasi
berhubungan ansietas dan dapat segera pada dapat
dengan perubahan dilakukan tindakan infasif pasien menurunkan
status kesehatan. mengenai kecemasan.
Kh : prosedur
Tanda & gejala - Ansietas teratasi awal dan
yang biasa muncul dan tindakan infasif persiapan Dengan
Subjektif dapat dilakukan yang keterbukaan
- Klien dan - Dapat dilakukan. dan pengertian
atau mengidentifikasi b. Bantu tentang
keluarga verbaslisasi, dan pasien persepsi diri
mengataka mendemonstrasikan untuk dapat
n takut teknik menurunkan menetapka diketahui dan
akan kecemasan n tindak lanjuti.
penyakitny - Menunjukkan masalahny Dengan
a postur, ekspresi a secara memberikan
- Klien dan wajah, perilaku, jelas. support dapat
keluarga tingkat aktifitas meningkatkan
mengataka yang c. Tingkatkan harga diri
n takut menggambarkan harga diri pasien, dan
terhadap kecemasan pasien dan dengan
pengobata menurun berikan meningkatkan
nnya. - Mampu support harga diri
Objektif mengidentifikasi mempunyai
- Klien dan dan verbalisasi semangat
keluarga penyebab cemas untuk berobat
terlihat sampai
cemas dan penyakitnya
atau panic sembuh.
- Klien
terlihat
gemetar
5. Resti Ketidak Tj : Nutrisi tubuh dapat a. Jelaskan Meningkatkan
seimbangan terpenuhi pada klien pengetahuan
nutrisi : kurang dampak dan
dari kebutuhan Kh : dari nutrisi memotivasi
tubuh - Nutrisi kembali kurang klien untuk
berhubungan normal dari makan.
dengan - Berat badan kebutuhan
ketidakmampuan kembali normal tubuh.
untuk ingesti dan - Mempertahankan b. Jelaskan Meningkatkan
absorbs makanan. TD, nadi, dan suhu pada klien motivasi klien
tubuh normal faktor- untuk
Tanda & gejala - Mempertahankan faktor melakukan
yang biasanya elastisitas turgor yang dapat tindakan
muncul kulit, lidah dan mengatasi mengetahuai
Subjektif membrane mukosa mual. mual.
- Klien lembab. c. Anjurkan
merasa pada klien Dapat
mual makan menambah
- Pasien makanan nafsu makan
mengataka yang pasien.
n hangat.
terkadang
muntah
- Pasien
mengataka
n tidak
selera
makan
Objektif
- Klien
terlihat
kurus
- BB klien
menurun
- Klien
terlihat
lemas
- Klien
terlihat
mengantuk

You might also like