You are on page 1of 14

REFERAT

HEMATURIA

PEMBIMBING

dr. Ahmad Rizky Herda, Sp. U

PENULIS

Feni Lailani Fadlilah

030.13.076

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

10 DESEMBER 2018 – 15 FEBUARI 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “hematuria”. Referat ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Penyakit Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Karawang.

Dalam penyusunan tugas referat ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan serta
dukungan dalam membantu penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih terutama kepada dr. Ahmad Rizky Herda
Sp.U selaku pembimbing atas pengarahannya selama penulis belajar dalam Kepaniteraan
Klinik Ilmu Penyakit Bedah dan kepada para dokter dan staff Ilmu Penyakit Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Karawang, serta rekan-rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Bedah.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan para pembaca.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan masih perlu banyak
perbaikan, penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya.

Karawang, Desember 2018

Feni Lailani Fadlilah

030.13.076

2
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 5
1.1 Latar belakang ............................................................................................................ 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 6
2.1 Definisi ............................................................................................................................. 6
2.2 Etiologi ............................................................................................................................. 6
2.3 Epidemiologi .................................................................................................................... 7
2.4 Klasifikasi ........................................................................................................................ 7
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................................ 8
2.6 Faktor Risiko .................................................................................................................... 8
Anamnesis .............................................................................................................................. 9
Pemeriksaan Fisik ................................................................................................................ 10
2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................. 12
Untuk menentukan perbandingan antara isi dan tekanan buli-buli ...................................... 12
BAB III .................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 13
REFERENSI ........................................................................................................................ 14

3
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN

REFERAT

Judul:

HEMATURIA

Feni Lailani Fadlilah


03013076

Telah disetujui untuk dipresentasikan

Pada Hari ………. Tanggal ………….

Pembimbing,

dr. Ahmad Rizky Herda, Sp. U

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Darah dalam kemih merupakan suatu pertanda yang perlu segera di tindak lanjuti dengan
berbagai pemeriksaan laboratorium. Hematuria merupakan suatu gejala yang penting pada
berbagai penyakit ginjal dan salurannya.
Hematuria ialah adanya darah dalam urin, merupakan salah satu gejala yang cukup sering
terjadi dan menjadi keluhan utama yang mengalami kelainan dalam ginjal dan saluran kemih.1
Penyebab hematuria dapat disebabkanoleh kelainan di dalam sistem saluran kencing atau
di luar sistem saluran kencing. Kelainan yang berasal dari sistem saluran kencing antara
lain berupa batu saluran kencing, tumor jinak atautumor ganas seperti tumor
ginjal, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
Ditambahkan, nyeri yang menyertai hematuria dapat berasal dari nyeri di salurankemih bagian
atas berupa kolik atau gejala iritasi dari saluran kemih bagian bawah. Gejala khasdari
hematuria yang disebabkan tumor ginjal, prostat, dan kandung kencing adalah
hematuriayang hilang timbul dan hematuria tanpa disertai rasa nyeri
Hematuria dapat dijumpai dalam berbagai macam keadaan, misalnya sebagian dari
suatu episode hematuria makroskopi, sebagai gejala dari infeksi saluran kemih atau sebagai
pertanda lain dari suatu kebetulan yang ditemukan dalam pemeriksaan rutin.
prevalensi hematuria sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, dan
populasi yang diskrining. Britton dan rekannya melaporkan prevalensi antara 13% dan 20%
pada pria yang lebih tua dari 60 tahun. Namun, menurut Messing hematuria mikroskopis
(terdeteksi oleh dipstick urin) ditemukan pada 10% hingga 21% pria berisiko tinggi dan
asimptomatik yang berusia lebih dari 50 tahun. Prevalensi mikrohematuria pada orang dewasa
berkisar antara 2,5% hingga 21,1. %2

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hematuria adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu
dibedakan dengan bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram, yaitu keluarnya
darah dari meatus uretra eksternus tanpa melalui proses miksi. Keadaan ini sering terjadi pada
trauma uretra atau tumor uretra.

2.2 Etiologi

hematuria dapat disebabkan beberapa etiologi seperti :

a. Infeksi : bacterial cystitis (tersering), interstitial cystitis (jarang), prostatitis


urethritis, tuberculosis, schistosomiasis.
b. Batu : batu ginjal,batu ureter, batu buli-buli
c. Tumor renal carcinoma, ureteric carcinoma,bladder carcinoma,prostatic carcinoma
d. Inflamasi : glomerulonephritis, igA nefropati, goodpastures syndrome, radiation
cystitits
e. Trauma : trauma ginjal (trauma tumpul abdomen), trauma buli-buli (kateterisasi)
f. Hematologi : terapi antikoagulan, Henoch schonlein purpura, kelainan koagulasi,
sickle cell disease
g. Olahraga : pelari jarak jauh

Kelainan yang berasal dari luar sistem urogenital antara lain adalah :

1. kelainan pembekuan darah


2. SLE
3. Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium jantung
maupun endocarditis.

6
2.3 Epidemiologi

Insiden dan prevalensi hematuria sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis
kelamin, dan populasi yang diskrining. Britton dan rekannya 3,4 melaporkan prevalensi antara
13% dan 20% pada pria yang lebih tua dari 60 tahun; Namun, menurut Messing dan rekan, 5-
7 hematuria mikroskopis (terdeteksi oleh dipstick urin) ditemukan pada 10% hingga 21% pria
berisiko tinggi dan asimptomatik yang berusia lebih dari 50 tahun. Prevalensi mikrohematuria
pada orang dewasa berkisar antara 2,5% hingga 21,1. % .8 Diperlukan pemeriksaan dan
evaluasi menyeluruh terhadap pasien-pasien ini, karena 5% dari pasien dengan mikroskopik
mikroskopis dan 20% hingga 40% pasien dengan hematuria berat cenderung memiliki kondisi
ganas yang mendasarinya.

2.4 Klasifikasi

a. Hematuria Mikroskopis

adanya darah dalam urine dalamjumlah sangat kecil hingga hanya bisa terlihat dibawah
mikroskop. Semua orang normal dan sehat mengeksresian hingga 85.000 sel daah merah dalam
sehari, terlihat 1-2 sel daah merah dengan pembesaran 40x. sehingga, beberapa ahi
menganggap hematuria positif ketika ditemukan sel darah merah lebuh dari 2-3 per sampel
urine. Beberapa menganggap adanya sel darah merah dalam lebiih dari satu waktu
mengindikasikan kebutuhan untuk lebih lanjut.

b. Hematuria Makroskopis

terlihat oleh mata telanjang, urine berwarna merah, dapat juga ditemukan gumpalan
darah kecil.3

meskipun klasifikasi ini tidak definitive, namun sering memberikan indikator yang
diperlukan untuk pemeriksaan dan tes lebih lanjut2

1. hematuria inisial : darah yang muncul saat ulai berkemih, sering mengindikasi
masalah di uretra (pada pria, dapat juga di prostat)
2. hematuria terminal : darah yang terlhat pada akhir proses berkemih dapat
menunjukan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat.

7
3. Hematuria total : darah yang terlihat selama proses berkemih, dari awal hingga
akhir, menunjukan permasalahn pada buli-buli, ureter, atau ginjal.

2.5 Manifestasi Klinis

hematuria yang berhubungan dengan reaksi inflamasi atau adanya obstruksi akan
menimbulkan rasa nyeri. Pasien dengan sistitis atau dengan infeksi sekunder akan
mengeluhkan nyeri yang hebat, tetapi nyeri tidak bertambah buruk bila dengan keluarnya clots.
Kebanyakan nyeri pada hematuria disebabkan oleh upper urinary tract hematuria dan obstruksi
dari ureter disertai clots.

Hematuria tidak bisa diabaikan, dikarenakan hematuria pda dewasa harus dipikirkan
mengarah kepada keganasan sampai dibuktikan dengan pemeriksaan. Pasien dengan gross
hematuria, harus segera dilakukan sistoskopi, karena pada sumber pendarahan bisa
diidentifikasi.

2.6 Faktor Risiko

hampir setiap orang, termasuk anak-anak dan remaja dapat memiliki hematuria. Faktor-
faktor yang meningkatkan kesempatan seseorang akan memiliki hematuria termasuk

a. Usia >40 tahun


b. Pria
c. Riwayat merokok
d. Riwayat terpapar bahan kimia
e. Riwayat radiasi pelvis
f. Gejala BAK iritatif
g. Penyakit atau pengobatan di bidang urologi sebelumnya
h. riwayat keluarga penyakit ginjal
i. pembesaran prostat yang biasanya terjadi pada pria usia 50 tahun atau lebih
j. penyakit kencing bau
k. obat-obatan tertentu, termasuk aspirin dan anti nyeri, antikoagulan, dan antibiotik
l. olahraga berat seperti lari jarak jauh
m. infeksi bakteri atau virus baru-baru ini
8
langkah pertama dalam evaluasi hematuria adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik
secara menyeluruh. Upaya yang harus dilakukan untuk membedakan hematuria yang berasal
dari glomerulus dengan extraglomerulus, karena hal ini membantu dalam memprioritaskan
penyelidikan.1

a. Riwayat adanya gumpalan dalam urin menunjukan penyebab


extraglomerular hematuria.
b. Riwayat demam, sakit perut, dysuria, frekuensi, dan enuresis terbaru
dalam anak remaja dapat menunjukan infeksi saluran kemih sebagai
penyebab hematuria
c. Riwayat trauma baru ke perut mungkin hidronefrosis
d. Riwayat edema periorbital pada pagi hari, berat badan, oliguria,
munculnya urin berwarna gelap, dan adanya edema atau hiertensi
menunjukan penyebab glomerulus.
e. Hematuria karena penyebab glomerulus tidak menimbulkan rasa
sakit.
f. Sebuah riwayat infeksi tenggorokan atau kulit baru mungkin
menyarankan glomerulonephritis postinfectious
g. Sebuah riwayat nyeri sendi, ruam kulit, dan demam berkepanjangan
pada remaja menunjukkan gangguan vaskuler kolagen.
h. Adanya anemia tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh hematuria
sendiri, dan pada pasien dengan hematuria dan pucat, kondisi lain
seperti lupus eritematosus sistemik dan diatesis perdarahan harus
dipertimbangkan.
i. Ruam kulit dan arthtritis dapat terjadi pada Henoch shonlein purpura
dan lupus eritematosus sistemik.
j. Olahraga, menstruasi, kateterisasi kandung kemih terakhir, asupan
obat-obatan tertentu atau zat beracun, atau bagian dari kalkulus juga

Anamnesis

1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang

9
 Warna BAK
 Nyeri saat berkemih
 Nyeri perut? Nyeri perut pada perubahan posisi
 Darah yang keluar pada awal, akhir, atau sepanjang berkemih
 Demam
 Riwayat pernah seperti ini sebelumnya
 Riwayat kesulitan berkemih, tidak lampias, menetes-netes
 Riwayat trauma abdomen
 Edema periorbital pada pagi hari, berat badan, oliguria, munculnya urin
berwarna gelap, dan adanya edema atau hipertensi.
 Infeksi tenggorokan atau kulit
 Nyeri sendi, ruam kulit, dan demam berkepanjangan pada remaja
 Lemah, letih, lesu

Pemeriksaan Fisik

Dalam pemeriksaan fisik secara umum, langkah yang paling penting adalah untuk
mengukur tekanan darah dan mengevaluasi adanya edema periorbital atau edema perifer.

 Pemeriksaan kulit diperlukan untuk mencari purpura


 Pemeriksaan fisik abdomen diindikasikan untuk mencari perabaan ginjal
 Pemeriksaan yang seksama alat kelamin juga penting
 Evaluasi oftalmologi rinci membantu dalam familial hematuria

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Pengambilan sampel: Langkah-langkah pengumpulan sampel yang tepat dan bebas
kontaminasi (tutup botol pengumpulan sampel harus ditutup segera setelah
dikumpulkan untuk menghindari oksidasi).
 Urinalisis
Analisis dipstick: Analisis dipstick adalah tes lini pertama awal untuk mendiagnosis
maturia. Sensitivitas tes dipstick urin untuk darah bervariasi dari 91% hingga 100%, dan
spesifisitasnya bervariasi dari 65% hingga 99% . Tes ini mendeteksi aktivitas peroksidase sel
darah merah; karenanya, hemoglobin dan mioglobin dapat menyebabkan hasil positif palsu.
Penyebab lain dari hasil positif palsu mungkin termasuk dehidrasi, olahraga, povidone iodine,
10
dan agen pengoksidasi, serta semen dalam urin yang menyebabkan reaksi heme. Penyebab
hasil negatif palsu termasuk vitamin C (zat pereduksi) dan paparan udara. Karena positif dan
negatif palsu ini, sesuai pedoman American Urologic Asociation (AUA), pemeriksaan
mikroskopis harus mengkonfirmasi temuan.
Analisis mikroskopis: Analisis mikroskopis adalah alat standar emas untuk
mendiagnosis hematuria mikroskopis, bukan dipstick urin. Sebagian besar penyedia layanan
akan mengirimkan evaluasi mikroskopis mereka ke laboratorium; Namun, beberapa penyedia
akan menyiapkan dan menginterpretasikan analisis mikroskopis mereka di laboratorium
dengan mikroskop. Saat melakukan mikroskop urin, perawatan yang tepat harus diambil dalam
mempersiapkan sampel. Sampel segar 10 hingga 15 mL harus disentrifugasi sesuai dengan
standar laboratorium. Evaluasi mikroskopis urin tidak hanya mengkonfirmasi hematuria tetapi
juga membantu membedakan glomerulus dari sumber perdarahan non glomerular. Pada
hematuria non glomerular, sel darah merah cenderung bentuknya homogen dan normal.
Gumpalan darah tidak terjadi pada hematuria glomerulus karena adanya urokinase dan
aktivator plasminogen tipe jaringan dalam filtrat glomerulus. Gips RBC pada dasarnya adalah
patognomonik untuk glaturulus hematuria, karena matriks gips adalah protein Tamms-
Horsfall, yang disekresikan oleh tubulus distal. Ada juga kemungkinan bahwa dipstick urin
mungkin lebih akurat daripada mikroskop urin ketika urin sangat encer dan memiliki berat
jenis kurang dari 1,007. Dalam kasus urin encer, sel darah merah dapat melisiskan dan tidak
terlihat, menyebabkan pemeriksaan mikroskopis urin menjadi negatif negatif untuk hematuria.
 Kultur urin: Adalah bijaksana untuk mendapatkan kultur urin pada pasien dengan
hematuria, terutama dari mereka yang memiliki gejala berkemih iritasi atau riwayat
infeksi saluran kemih.
 Sitologi Urin: Sitologi membantu dalam menentukan keberadaan sel kanker dalam
urin. Sensitivitas untuk memeriksa urin yang batal untuk sel-sel abnormal berkisar
dari 66% hingga 79% dan spesifisitasnya berkisar dari 95% hingga 100% dalam kasus
kanker kandung kemih.15-17 Karena kurangnya keandalan pada pasien dengan
mikroskopik mikroskopik, itu adalah direkomendasikan untuk melakukan sitologi
urin pada pasien dengan dugaan keganasan kandung kemih atau dengan pemeriksaan
hematuria negatif awal. Semua pasien dengan hematuria berat harus menjalani
evaluasi sitologi urin.3

11
2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

pemeriksaan yang dilakukan adalah penentuan kadar kreatinin, ureum, dan elektroit
untuk mengetahui faal ginjal. Asam forfarase yang meningkat pada mestastase prostat dan
fosfatase alkali yang meningkat pada setia jenis mestatse tulang,kadar kalsium, fosfat, asam
urat dan hormone paratiriroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis. Pemeriksaan
hapusan darah tepi dapat menunjukan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom
hemolitik-uremik, thrombosis vena ginjal,vasculitis atau SLE

2. urinalisa

pemeriksaan yang dilakukanuntuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan


sitologik.

3.PH urin

urinyang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme pemecah urea di dalam
saluran kemih

4. Sitologi urin

Untuk encar kemungkinan adanya keganasan sel-sel ureteriial.

5. IVP

Pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria dan sering digunakan
untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal.

6. USG

berguna untuk menentukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padaat atau kista)
adanya batu atau lebarnya lumen pyelum.

7. Sistometrografi

Untuk menentukan perbandingan antara isi dan tekanan buli-buli


12
BAB III

KESIMPULAN

Heematuria merupakan suatu gejala yang paling penting pada berbagai penyakit ginjal
dan salurannya. Sedangkan proteinuria lebih memilih arti dalam diagnosis dan prognosis.
Hematuria harus dilakuka pemeriksaan dengan teliti dan terarah supaya tidak ada hal penting
yang terlewatkan. Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling
umumpada populasi orang dewasa termasuk infeksi saluran kemih.

13
REFERENSI

1. Davis R, Jones JS, Barocas DA, et al. Diagnosis, evaluation and follow-up of
asymptomatic microhematuria (AMH) in adults: AUA guideline. J Urol 2012;

188:2473–81. 


2. Purnomo. B. basuki. Dasar-dasar urologi. Edisi ketiga. Jakarta : penerbit sagung


seto.2012. p 27-8

3. Samsuhidjat. R, de jong W. editor buku ajar ilmu bedah. Edisi revisi. Cetakan pertama.
Penerbit EGC. Jakarta. 2007

14

You might also like