You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor tulang merupakan tantangan bagi perawat ortopedik karena jarang
terjadi,sulit didiagnosis, mengancam jiwa, dan memerlukan kombinasi
penanganan , yang meliputi kemoterapi,pembedahan radikal dan radioterapi.
Keaadaan ini mengharuskan perawat untuk mengembangkan pengetahuan
tentang onkologi dan konseling , mampu mengkomunikasikan informasi
yang sulit ,mengaitkan isu seputar penyakit terminal, melakukan kolaborasi
secara efektif dengan berbagai lembaga, tim, komunitas dan pusat
penanganan lainnya (Julia & Peter,2011)
Tumor tulang dapat bersifat jinak atau ganas, primer atau sekunder , tumbuh
lambat atau agresif . Biasanya tumor jinak tumbuh agak lambat, dapat
dibedakan dengan jelas ,hanya menginvasi secara lokal, dan biasanya tidak
bermetastasis, namun bebrapa jenis dapat berubah menjadi ganas selama
periode waktu tertentu . Sebaliknya, tumor tulang ganas primer jarang
terjadi, tumor ini menginvasi secara lokal dan bermetastasis. Sebagian besar
tumor tulang primer diklasifikasikan sesuai dengan jenis asal walaupun asal
beberapa tumor tidak jelas, tapi tampilan kedua jenis tumor ini sama
(Gray,1994)
Usia merupakan faktor penting karena beberapa tumor mencapai puncak
pada tahap pertumbuhan tertentu
 Tumor tulang ganas primer jarang terjadi sebelum usia 5 tahun
 Tumor sel raksasa jarang terjadi sebelum penutupan epifisial
 Insiden osteoarkoma memuncak pada usia remaja
 Kondrosarkoma merupakan penyakit skeletal matur ( O’Sullivan &
Saxton,1997)
Makalah ini memberi penjelasan yang luas tentang berbagai jenis tumor
tulang,penyebabnya,penatalaksanaanya dan masalah asuhan keperwatan
yang relevan .

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari tumor tulang ?
2. Apa etiolgi dari tumor tulang ?
3. Bagaimana patofisiologi dari tumor tulang ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari tumor tulang ?
5. Apa saja klasifikasi dari tumor tulang ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor tulang ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tumor tulang?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan tentang tumor tulang dan asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien yang menderita tumor tulang
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari tumor tulang
b. Mampu menjelaskan etiologi dari tumor tulang
c. Mampu menjelaskan manifestasi klinis dari tumor tulang
d. Mampu menjelaskan klasifikasi dari tumor tulang
e. Mampu menjelaskan penatalaksanaan pada tumor tulang
f. Mampu menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien tumor tulang

D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari tumor tulang
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari tumor tulang
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari tumor tulang
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari tumor tulang
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksaan dari tumor tulang
6. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien tumor tulang

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Tumor Tulang


Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru yang abnormal(neoplasma),
progresif dimana sel-sel nya tidak pernah menjadi dewasa. Neoplasma
merupakan masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan
tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta
berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan
tersebut. (Robin, 1999)
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang
yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan
untuk tumor tulang utama, seperti osteosarkoma ,chondrosarkoma, sarkoma
Ewing dan sarkoma lainnya.(Brunner & Suddart,2002)

B. Etilogi Tumor Tulang


1. Tumor Tulang Jinak ( benigna)
Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya
muncul pada area yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi
pada penelitian biomolekuler lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme
terjadinya neoplasma tulang, yaitu melalui identifikasi mutasi genetik yang
spesifik dan penyimpangan kromosom pada tumor. Keabnormalan dari
gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen.
Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom
P53 dan Rb juga dapat menjadi penyebab terjadinya tumor (Robins 1999,
551,“Basic of Pathology Disease”). Selain itu penyebabnya bisa karena
adanya trauma dan infeksi yang berulang misalnya Bone infarct,
osteomyelitis chronic paget disease. Faktor lingkungan berupa paparan
radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon dan bahan metal lain), serta
gaya hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar stress) juga
merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini.

3
2. Tumor Tulang Ganas (Maligna)
Faktor penyebab tumor maligna yaitu:
a. Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari embrionik
mesoderm.
b. Virus, Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga
mengganggu generasi mendatang dari populasi sel.
c. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur
radiografi berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk
mengobati penyakit.
d. Agens hormonal, Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan
adanya gangguan dalam keseimbangan hormon baik dalam
pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus) atau pemberian
hormon eksogenus.
e. Kegagalan sistem imun, Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan
tepat terhadap sel-sel maligna memungkinkan tumor tumbuh sampai
pada ukuran yang terlalu besar untuk diatasi oleh mekanisme imun
normal.
f. Agens kimia, Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan
efek-efek toksik dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-
bagian tubuh (zat warna amino aromatik, anilin, nikel, seng, polifinil
chlorida). (Brunner and Suddart,2001)

C. Patofisiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna


Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama sekali,
bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler.
Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berfoliferasi secara abnormal,
mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel
tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri
invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel tersebut
menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan
pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluih darah tersebut sel-sel dapat
terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase.

4
Penyebaran limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke saluran limfe
kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan metastasis di kelenjar
limfe regional. Pada umumnya kanker mula-mula menyebar dengan cara ini
baru kemudian menyebar hematogen, pada permulaan penyebaran hanya
terjadi pada satu kelenjar limfe saja tetapi selanjutnya terjadi pada kelenjar
limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi kelenjar limfe sel kanker dapat
menembus dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan. Kelenjar limfe
satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe. Penyebaran
hematogen terjadi akibat sel kanker menyusup ke kapiler darah kemudian
masuk ke pembuluh darah dan menyebar mengikuti aliran darah vena sampai
organ lain.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel:
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau
jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas, mensekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam mengendapkan kalsium dan
fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfotase alkali akan memasuki
aliran darah, dengan demikian maka keadaan fosfotase alkali di dalam darah
dapat menjadi indikator yang baik tentang pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi untuk tulang yang padat. Osteoklas adalah
sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang
dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses
pengikisan tulang.

Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon kalsitonin,


hormon paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin
mempunyai efek terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga
mengakibatkan terjadinya pengapuran tulang yang menjadikan tulang-tulang
rawan menjadi keras. Jika terjadi peningkatan hormon paratiroid (PTH)

5
mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorbsi dan
bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar PTH secara
perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas,
sehingga terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada
hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal.
Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang terlihat
pada kadar PTH yang tinggi. (Brunner and Suddart,2001)

D. Manifestasi Klinis Tumor Tulang


Secara umum manifestasi klinis tumor tulang adalah
1. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses
metastasis ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari
oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasi
saraf pada endosteum oleh tumor. Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih
terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.
2. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi
lebih rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-kadang fraktur
timbul sebelum gejala-gejala lainnya. Daerah yang sering mengalami
fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta
vertebra.
3. Penekanan medula spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis
menjadi terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan
nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi,
atau mati rasa disekitar abdomen.
4. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari
tulang. Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan,
mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran.

6
5. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai
dengan tipe sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila mengenai
sel darah merah. Apabila sel darah putih yang terkena, maka pasien dapt
dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat
menyebabkan perdarahan. (Brunner and Suddart,2001)

a) Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna


Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada malam
hari dan biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan pembengkakan
mungkin dapat diketahui dengan palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan
berat badan, demam, berkeringat pada malam hari, lemas) biasanya tidak
ditemukan, kecuali pada kasus tumor metastase.
Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak
terkendali, bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali dirasakan
kurang nyeri bahkan tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-
saraf nyeri oleh massa. (Brunner and Suddart,2001)
b) Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna
Beberapa gejala tumor tulang maligna adalah sebagai berikut
a. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75%
pasien dengan tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri
yang ditimbulkan tergantung pada predileksi serta ukuran tumor.
Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat
pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama dan
memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak menghilang,
nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.
b. Pembengkakan, Pembengkakan lokal biasa ditemukan.
c. Massa yang teraba yang diakibatkan penonjolan tulang.
d. Frekuensi miksi meningkat
Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di pelvis,
namun manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor tulang

7
maligna. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada
grade tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri yang
hebat. Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan tumor lambat dan
biasanya disertai keluhan orang tua seperti nyeri pinggul dan
pembengkakan. (Brunner and Suddart, 2001)
E. Klasifikasi Tumor Tulang
1. Tumor Tulang Jinak (benigna)
Yang termasuk dalam tumor tulang (benigna) jinak adalah sebagai berikut
a) Osteoid Osteoma
Osteoid osgteoma adalah tumor kecil yang nyeri dan terdiri atas tulang
yang baru terbentuk . Tumor ini terjadi pada pasien yang berusia
kurang dari 30 tahun, lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
wanita (rasio 3 : 1), dengan 50 % terjadi pada femur dan tibia. Osteoid
osteoma yang terjadi pada spina dapat mengakibatkan skoliosis yang
nyeri. Pasien dapat mengalami nyeri yang sangat dan bertambah parah
pada malam hari, obat yang berbasis aspirin biasanya mengurangi
nyeri. ( Apley & Soloman, 1993)
Area radiolusen yang kecil, yang disebut nidus, dapat ditunjukkan pada
radiograf. CT Scan yang tipis dapat menunjukkan nidus secara lebih
jelas,yang memperkuat diagnosis dan memudahkan penentuan lokasi
tumor pada tulang secara akurat. Scan radioisotop tulang akan
menunjukkan area yang banyak mengabsorbsi radioisotop.
Osteoid osteoma pada akhirnya akan pulih tanpa intervensi, tetapi
derajay nyeri yang dialami membuat metode penatalaksanaan ini tidak
dianjurkan.Penanganan standar adalah seleksi eksisi bedah nidus, yang
harus dilakukan dengan sempurna untuk mencegah kekambuhan.
Namun,walaupun lesi mungkin kecil, pembedahan luas mungkin
diperlukan untuk membuangnya.Lesi ini cenderung terjadi pada tulang
yang menopang berat sehingga kadang memerlukan tandur tulang serta
fiksasi internal untuk mencegahrisiko fraktur, khususnya sejumlah
besar korteks tulang dieksisi. ( Rosenthal et al,1998)

8
Pada tahun terakhir iini, telah dikembangkan pendekatan konservatif
untuk penanganan tumor dan berhasil digunakan pada kasus
tertentu.Pendekatan tersebut meliputi teknik perkutan dengan panduan
CT, dilakukan dengan anastesi umum,untuk menghancurkan atau
membuang nidus. Prosedur ini bersifat invasif mionimal meliputi
reseksi perkutan atau destruksi termal pada nidus yang menggunakan
fotokoagulasi laser atau ablasi radiofrekuensi.keuntungan prosedur ini
bagi pasien adalah reduksi tumor yang cepat dalam 48 jam,hanya
semalam dirawat dirumah sakit dan kembali ke aktivitas semula
dengan segera. ( Linder et al,2001)
b) Osteoblastoma
Tumor ini sama dengan osteoid osteoma,tetapi lebih besar.
Penatalaksaan bedah tumor ini berbeda karena lesi gharus dieksisi
secara kesuluruhan, jika tidak dapat terjadi kekambuhan. (O’Sullivan
& Saxton, 1997).
Tumor tersebut dapat agresif, tetapi tidak bermetasasis. Sekitar 50 %
terjadi pada spina, menimbulkan resiko komplikasi yang lebih besar
dari medulla spinalis yang terkena perubahan motorik atau
sensorik,yang kemungkinan mengarah pada akibat yang fatal.
(Gray,1994)
c) Osteokondroma
Tumor ini merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi,terkadang
disebut eksostosis,yang bioasanya mulai tumbuh pada usia remaja.
Tumor ini terjadi dari pertumbuhan kartilago normal yang
berlebihan,yang dekat dengan kartilago epifisialis,dan terosifikasi.
(O’Sullivan & Saxton,1997)
Pertumbuhan tumor berlanjut pada batang sampai maturitas tulang
sehingga memberi tampilan seperti bunga kol. Pembesaran tumor
setelah periode pertumbuhan berakhir mengindikasikan transformasi
keganasan menjadi kondrosarkoma. Dapat terjadi tumor tunggal atau
multipel, yang biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang. Lesi
multipel terbentuk sebagai bagian dari gangguan herediter yang

9
dikenal sebagai aklasis diafiseal,mengakibatkan deformitas tulang.
(Apley & Soloman, 1993)
Penanganan bedah ini dilakukan jika tumor mengganggu fungsi
otot,tendon,saraf dan sendi disekitarnya. Eksisi yang luas akan
diperlukan karena terdapat angka kekambuhan yang tinggi pada reseksi
tumor yang tidak adekuat. (Williams & Cole,1991)
d) Kondroma
Kondroma merupakan tumor jinak yang muncul dari elemen tulang
kartilago yang sedang tumbuh. Jika kondroma muncul sebagai lesi
tunggal pada tulang kecil tangan dan kaki dinamakan kondroma
kistik,kondroma yang muncul ditempat lain dikenal sebagai
endokondroma. Endokondroma multipel, yang biasanya dikenal
sebagai penyakit Ollier, mempengaruhi metafisis tulang panjang.
Enkondromata multipel muncul pada sel kartilagoyang tersisa dari
osifikasi yang tidak sempurna. ( Duthie & Bentley,1983 )
Penanganan bedah diindikasikan jika tumor tersebut tumbuh secara
cepat sehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman atau kehilangan
fungsi. Eksisi bedah atau kuretase dengan tandur tulang biasanya
efektif. Kondroma dapat kambuh jika pengangkatan tumor tidak
sempurna,resiko ini lebih tinggi jika tumor ini terjadi pada tulang
panjang pasien yang berusia lebih dari 35 tahun. ( Duthie &
Bentley,1983)
e) Tumor Sel Raksasa ( Osteoklastoma)
Tumor jinak ini sering terjadi pada laki-laki muda setelah fusi epifisis,
asalnya tidak diketahui. Tempat khususnya adalah ujung distal femur
dan proksimal tibia, dengan tumor dimulai dari metafisis dan meluas
ke epifisis yang mempertahankan bagian luar selubung tipis
korteks.Tumor sel raksasa terdiri atas sejumlah besar sel raksasa, yang
memberikan tampilan seperti “busa sabun” pada radiograf. Tumor ini
lembut,mudah hancur,muncul sebagai nyeri dekat sendi,disertai
pembengkakan atau fraktur patologis. (Duckworth,1995).

10
Penanganan bedah dilakukan dengan eksisi beberapa tulang , seperti
fibula dan klavikula. Pada kasus lain, kuretase dan tanndur yang
adekuat, tetapi untuk lesi yang agresif atau kambuh, penggantian
endoprostetik diperlukan untuk menjamin eksisi yang sempurna.
f) Kista Tulang Aneurisma
Tumor ini sering diialami oleh remaja dan jarang terjadi pada pasien
yang berusia lebih dari 30 tahun, 50 % terjadi pada metafisis tulang
panjang dan 30 % pada spina . ( O’Sullivan & Saxton, 1997 )
Kosta yang terbentu berisi rongga yang berisi darah, yang biladilihat
dengan sinar x dapat menyerupai tumor sel raksasa. Namun,tidak ada
lesi jinak yang menyebar ke tulang sekitarnya dengan cara yang sama.
Walaupun jinak, lesi ini bervariasi antara aktif dan sangat agresif
sehingga memerlukan pengkajian penuh untuk mengetahui tingkat
perkembangannya. (Gray,1994)
Pasien mengalami nyeri dan pembengkakan dengan derajat yang
bervariasi. Penanganan tumor ini dengan kuretase, kadang dengan
tandur tulang. Terdapat resiko kekambuhan setelah pembedahan jika
eksisi luas diperlukan. Jika tumor tumbuh pada spina, yang sulit
dilakukan reseksi, radioterapi dapat efektif.
2. Tumor Tulang Ganas (maligna)
Yang termasuk dalam tumor tulang ganas adalahy sebagai berikut
a) Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan kanker tulang primer yang paling sering
terjadi pada individumuda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih
sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dan wanita
dengan rasio 1 : 5 : 1. (Souhami & Tobias,1986)
Insisden puncak terjadi sekitar usia 14 tahun dan cenderung terjadi
pada individu muda yang memiliki tinggi badan diatas rata-rata
individu seusia mereka. Tumor ini juga terjadi pada individu dewasa
yang mengalami penyakit paget, yang mengindikasikan adanya kaitan
dengan peningkatan aktivitas tulang. (Schwartz et al,1993)

11
Ada 5 jenis osteosarkoma yang utama yaitu osteoblastik ,
kondroblastik , fibroblastik, campuran dan telangiektatik. Tumor
terjadi pada metefisis tulang, tempat pertumbuhan lebih aktif.
Mayoritas terlihat pada ekstremitas bawah,khususnya pada femur distal
dan tibia proksimal, dengan tempat lainnya yang sering adalah
humerus proksimal, femur proksimal dan pelvis. (O’Sullivan &
Saxton,1997)
b) Sarkoma Ewing
Sarkoma ewing merupakan tumor tulang ganas tersering keempat dan
tersering kedua pada individu muda, 75 % terjadi pada pasien dibawah
usia 20 tahun,dengan rasio laki-laki terhadap perempuan 3 : 2.
Mayoritas pasien berkulit putih,dengan insiden terendah pada populasi
kulit jitam Afro-Karibia. ( O’ Sullivan & Saxton,1997)
Walauupun dapat terjadi pada semua tulang, tumor ini lebih sering
terjadi pada femur,tibia,fibulla,humerus dan pelvis. Biasanya tumor
tersebut menyebar lebih cepat kejaringan lunak dan lebih ekstensif
daripada osteosarkoma. ( Pringle,1987)
Pasien yang mengalamui sarkoma ewing dapat mengalami
pireksia,sering terjadi dimalam hari disertai keringat. Peningkatan LED
dan sel darah putih kemungkinan karena sifat nekrosis tumor,gambaran
klinis sarkoma ewing dapat menyerupai osteomielitis.
(Ducworth,1995)
c) Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas primer tersering kedua.
Tumor ini terjadi pada tulang matur, dengan insiden pucak pada pasien
yang berusia 40-60 tahun . Tumor tersebut berasal dari sel kartilago ,
dengan sebagian besar area kartilago mengalami osifikasi
.(Piasecki,1987)
Ada dua bentuk kondrosarkoma (O’Sullivan & Saxton,1997)
1. Bentuk sentral yang muncul dalam tulang dari enkondroma
2. Bentuk primer yang muncul pada permukaan tulang dari
osteokondroma

12
Kondroma lebih seing terjadi pada pelvis dan ujung proksimal tulang
panjang. Tumor ini tumbuh lebih lambat daripada tumor ganas lain,
kemudian bermetastasis, dan secara bertahap ukurannya meningkat
karena pembengkakan, gambaran nyeri menetap. Tumor tersebut
tampak tumbuh lebih cepat pada dewasa muda. (Duckworth,1995)

Pemeriksaan sinar x menunjukkan lesi tulang destruktif yang berisi


bintik kalsifikasi, yang kemungkinan menginvasi jaringan lunak.
(Duthie & Bentley,1983)

F. Penatalaksanaan Tumor Tulang


Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor.
Ini dapat dilakukan dengan eksisi bedah ( berkisar dari eksisi lokal sampai
amputasi dan disartikulasi ), radiasi bila tumor bersifat radiosensitif dan
kemoterapi ( preoperatif,pascaoperati dan ajufan untuk mencegah
mikrometastasis ). Sasaran utama dapat dilkukan dengan eksisi luas
dengan teknikgrafting restoratif. Ketahanan dan kualitas hidup merupakan
pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan
mempertahankan ekstremitas yang sakit.
Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi
ekstremitas yang sakit, dengan tinggi amputasi diatas tumor agar dapat
mengontrol lokal lesi primer.
Prosedur memperhankan ekstremitas hanya mengangkat tumor dan
jaringan sekitarnya. Bagian yang direseksi diganti dengan prostesa yang
telah diukur,artroplasti,sendi total atau jaringan tulang dari pasien sendiri
(autograft) atau dari donor kadaver (alograft). Jaringan lunak dan
pembuluh darah mungkin memerlukan grafting akibat luasnya eksisi.
Komplikasi yang mungkin timbul termasuk infeksi, pelonggaran atau
dislokasi prostesis, non-union alograft,fraktur,devitalisasi kulit dan
jaringan lunak,fibrosis sendi, dan kambuhan tumor. Fungsi dan rehabilitasi
setelah pertahanan ekstremitas bergantung kemampuan memperkecil
komplikasi dan dorongan positif.

13
Karena adanya bahaya metastasis pada tumor tulang maligna, maka
kombinasi kemoterapi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah
pembedahan sebagai usaha mengeradikasi lesi mikrometastasis.
Harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang lebih
tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan
kemungkinan resistensi terhadap obat.
Sarkoma jaringan lunak diatasi dengan radiasi,eksisi dengan
mempertahankan ekstremitas, dan kemoterapi ajuvan.
Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran
terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan pasien
sebanyak mungkin.terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang
digunakan untuk menangani kanker asal. Fiksasi interna fraktur patologik
dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul. Bila perlu,tulang besar
dengan lesi metastasis dapat diperkuat dengan fiksasi interna profilaksis.
Pembedahan dapat diindikasikan pada frakur tulang panjang.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan salin normal intravena,diuretika,mobilisasi dan obat-
obatan seperti fosfat,mitramisin,kalsitonin dan kortikosteroid.

G. Asuhan Keperawatan Pada Tumor Tulang


1. Pengkajian
pasien didorong untuk mendiskusikan awitan dan perjalanan gejala,
selama wawancara, perawat mencatat pemahaman pasien mengenai
proses penyakit,bagaimana pasien dan keluarganya mengatasi masalah,
dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dirasakannya. Pada
pemeriksaan fisik, massa dipalpasi dengan lembut,ukuran dan
pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkannya dan nyeri tekan
dicatat. Pengkajian status neurovaskuler dan rentng ekstremitas
merupakan data dasar sebagai pembanding kelak. Mobilitas dan
kemampuan pasien melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
dievaluasi (Brunner and Suddart,2001)

14
2. Analisa Data

No Data Patofisiologi Masalah


1. DS: Zat karsinogen Nyeri akut
 Klien mengatakan
Pertumbuhan Sel kanker
nyeri pada bagian
yang sakit
Bermetastase melalui PD
 Klien mengatakan
kesulitan untuk Sumsum tulang belakang
beraktifitas karena
Aktivitas hematopatik
nyeri
DO: Plasma tidak matang
 teraba massa tulang
 adanya nyeri tekan Pembelahan sel yang
abnormal
 Adanya peleberan
vena.
Jumlah sel meningkat
 Keletihan
 Klien tampak Menekan saraf nyeri
meringis
 skala nyeri = 8 Nyeri akut

2. DS : Metastase sel kanker Nutrisi Kurang dari


 klien mengatakan melalui Pembuluh Darah Kebutuhan Tubuh
tidak nafsu makan
Sumsum tulang
mengalami kerusakan yang
DO :
luas
 keletihan
 berkeringat pada
Pembentukan substrat ↓
malam hari
 anorexia
 klien sama sekali

15
tidak menyentuh Anemia
makanan yang
disediakan Oksigenasi sel ↓
 mual dan muntah
 frekuensi muntah 5 Gangguan metabolik

kali dalam sehari


Transport nutrisi ke sel
tubuh ↓

Gangguan nutrisi

3. DS: Metastase sel kannker Ketidakefektifan koping


 pasien mengatakan melalui PD
sangat takut jika
penyakitnya Sumsum tulang
berpengaruh
terhadap masa Perkembangan sel kanker di
depannya tulang

Proses penyakit
DO:
 lemah
Kurang pengetahuan
 kehilangan alat
gerak Persepsi tentang penyakit
 mobilisasi terbatas

Ansietas

Koping tidak efektif

16
4. DS : Metastase sel kannker Harga Diri Rendah
 klien mengatakan melalui PD
merasa tidak
sempurna karena Sumsum tulang
kehilangan anggota Mengalami kerusakan
yang luas
tubuh

DO : Perkembangan sel kanker di


tulang
 lemah
 kehilangan alat
Gangguan ortopedik
gerak
 moblisasi terbatas
 klien lebih pendiam Tindakan operasi
dan kurang
bersosialisasi Hilangnya anggota tubuh

Gangguan harga diri

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan data diatas adalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
c. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan rasa takut tentang
ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem
pendukung tidak adekuat
d. Harga diri rendah berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
atau perubahan kinerja peran (Brunner and Suddart,2001)

17
4. Nursing Care Plan
NO DIAGNOSA NOC NIC AKTIFITAS
1. Nyeri akut Setelah  Vital sign Vital sign
berhubungan dilakukan monitoring monitoring
dengan agen tindakan  Pain 1. Monitor
cedera biologis asuhan management tekanan
keperawatan  Analgesik darah,nadi
selama 1 x 24 administration ,suhu dan
jam pada pernafasan
pasien dengan 2. Catat
gangguan adanya
nyeri akut fluktasi
dapat teratasi tekanan
darah
Kriteria Hasil : 3. Monitor
1. Mampu adanya
mengontro tanda-
l nyeri tanda
2. Melaporka hipotermi/
n bahwa hipertermi
nyeri 4. Monitor
berkurang kualitas
dengan nadi
mengguna 5. Monitor
kan kuat/lema
manajeme hnya
n nyeri tekanan
3. Mampu nadi
mengenali 6. Monitor
skala nyeri irama dan
4. Menyataka frekuensi
n rasa jantung

18
nyama 7. Monitor
setelah bunyi
nyeri jantung
berkurang 8. Monitor
frekuensi
dan irama
nafas
9. Monitor
suara pari-
paru
10. monitor
adanya
abnormalit
as pola
nafas
11. monitor
suhu,warn
a dan
kelembaba
n kulit
12. Identifikas
i faktor
penyebab
perubahan
tanda-
tanda vital

Pain Management
1. Lakukan
pengkajia
n nyeri
secara

19
komprehe
nsif
termasuk
lokasi,
karakterist
ik, durasi,
frekuensi,
kualitas
dan faktor
presipitasi
2. Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidakny
amanan
3. Gunakan
teknik
komunika
si
terapeutik
untuk
mengetah
ui
pengalama
n nyeri
pasien
4. Kaji kultur
yang
mempeng
aruhi
respon

20
nyeri
5. Kontrol
lingkunga
n yang
dapat
mempeng
aruhi nyeri
seperti
suhu
ruangan,
pencahaya
an dan
kebisingan
6. Pilih dan
lakukan
penangana
n nyeri
(farmakol
ogi, non
farmakolo
gi dan
inter
personal)
7. Ajarkan
tentang
teknik non
farmakolo
gi
8. Tingkatka
n istirahat
9. Kolaboras
i dengan

21
dokter
untuk
pemberian
analgesik

Analgesic
administration
1. Cek
instruksi
dokter
tentang
jenis obat ,
dosis dan
frekuensi
2. Cek riwayat
alergi
3. Pilih
analgesik
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari
analgesik
ketika
pe,berian
lebih dari
satu
4. Tegantung
analgesik
tergantung
tipe dan

22
beratnya
nyeri
5. Tentukan
analgesik
pilihan ,rute
pemberian
dan dosis
optimal
6. Pilih rute
pemberian
secara
IV,IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
7. Berikan
analgesik
tepat waktu
terutama
saat nyeri
hebat
8. Evaluasi
efektifitas
analgesik,
tanda dan
gejala
2. Nutrisi kurang Setelah  nausea Nausea
dari kebutuhan dilakukan management management
tubuh tindakan  nutrition 1. tanyakan pada
berhubungan keperawatan management pasien
dengan status selama 1 x 24 penyebab

23
hipermetabolik jam mual
berkenaan diharapkan 2. observasi
dengan kanker. nafsu makan asupan
klien makanan dan
meningkat dan cairan
mual 3. anjurkan
muntahnya pasien untuk
berkurang maka makanan
bahkan hilang yang kering
dan lunak
Kriteria hasil 4. anjurkan
1. Adanya pasien
peningkat memakan
an berat makanan yang
badan tidak menusuk
2. Berat hidung atau
badan berbau tidak
ideal sedap
sesuai 5. berikan obat
tinggi anti mual
badan sesuai yang
3. Mampu diresepkan
mengident 6. ajarkan teknik
ifikasi relaksasi dan
kebutuhan bantu pasien
nutrisi untuk
4. Tidak ada menggunakan
tanda- teknik tersebut
tanda selama waktu
malnutrisi makan
5. Tidak 7. anjurkan
terjadi pasien untuk

24
penurunan menggunakan
berat teknik tersebut
badan selama waktu
yang makan
berarti 8. pada saat mual
mereda
anjurkan untuk
makan
makanan yang
berlebih

Nutrition
management
1. kaji adanya
alergi
makanan
2. kolaborasi
dengan ahli
giziuntuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien
3. yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi

25
4. berikan
makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasika
n dengan ahli
gizi)
5. monitor
jumlah nutrisi
dan
kandungan
kalori
6. berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
3. Koping tidak Setelah  peningkatan Peningkatan
efektif dilakukan koping koping
berhubungan tindakan  konseling 1. kenali
dengan rasa keperawatan penyesuaian
takut tentang selama 1 x 24 pasien
ketidak tahuan, jam terhadap
persepsi diharapkan perubahan
tentang proses klien citra
penyakit, dan menunjukkan tubuh,sesuai
sistem koping yang indikasi
pendukung efektif. 2. kenali dampak
tidak adekuat situasi
Kriteria hasil kehidupan
1. menerima pasien
status terhadap peran
kesehatan dan hubungan

26
2. mampu 3. evaluasi
beradaptasi kemampuan
dengan pasien dalam
kekurangan mengambil
fisik keputusan
3. mampu 4. gali bersama
membuat pasien metode
keputusan yang
untuk digunakan
kelangsung pada masa
an hidup sebelum
menghadapi
masalah hidup
5. tentukan
kemungkinan
resiko
menyakiti diri

Konseling
1. Menggunakan
proses bantuan
interaktif yang
berfokus pada
kebutuhan,mas
alah atau
perasaaan
pasien dan
orang terdekat
untuk
meningkatkan
atau
mendukung

27
koping,penyel
esaian
masalahdan
hubungan
interpersonal
4. Harga diri setelah  self esteem Self esteem
rendah dilakukan enhancement enhancement
berhubungan perawatan 1. tunjukkan rasa
dengan selama percaya diri
hilangnya 1 x 24 jam terhadap
bagian tubuh diharapkan kemampuan
atau perubahan pasien mampu pasien untuk
kinerja peran menerima mengatasi
keadaan situasi
dirinya dan 2. dorong pasien
mampu mengidentifika
beriteraksi si kekuatan
dengan orang dirinya
sekitarnya 3. ajarkan
sama seperti keterampilan
semula tanpa perilaku yang
ada rasa malu positif melalui
dan tidak bermain
berguna pada peran,model
dirinya peran dan
diskusi
Kriteria hasil 4. dukung
1. Adaptasi peningkatan
terhadap tanggung
respon jawab jika
ketunadaya diperlukan
an fisik 5. buat ststement

28
2. Resolusi positif
berduka ; terhadap
penyesuaia pasien
n dengan 6. monitor
kehilangan frekuensi
aktual atau komunikasi
kehingan verbal pasien
yang akan yang negative
terjadi 7. dukung pasien
3. Penyesuaia menerima
n tantangan baru
psikososial 8. kaji alasan-
4. Menunjukk alasan untuk
an penilaian mengkritik
pribadi atau
tentang menyalahkan
harga diri diri-sendiri
5. Komunikasi
terbuka
6. Mengataka
n opti
misme akan
masa depan
7. Menggunak
an strategi
koping
yang efektif

H. Jenis- Jenis Alat Bantu Jalan Pasien


Masing-masing alat bantu jalan memiliki indikasi penggunaan dan cara
penggunaan yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk
menentukan pola berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan, antara lain

29
kemampuan pasien untuk melangkah dengaan satu atau kedua tungkai,
kemampuan weight bearing (tumpuan berat) dan keseimbangan pasien dengan
satu kaki atau kedua tungkai, dan kemampuan kedua AGA (Anggota Gerak
Atas) untuk mempertahankan weight bearing dan AMP (Austin Moore
Prosthesis), keseimbangan, serta kemampuan mempertahankan tubuh dalam
posisi berdiri.
Macam-macamalat bantu jalan, antaralain :

1. Walker
Walker adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah di pindahkan, setinggi
pinggang, terbuat dari pipa logam.Walker mempunyai empat penyangga dan kaki
yang kokoh. Klien memegang pemegang tangan pada bagian atas, melangkah,
memindahkan walker lebih lanjut, dan melangkah lagi. Walker memperbaiki
keseimbangan dengan meningkatkan area dasar penunjang berat badan dan
meningkatkan keseimbangan lateral. Walker mempunyai beberapa kelemahan
yaitu sulit digunakan bila melewati pintu dan tempat yang sempit, mengurangi
ayunan lengan dan terjadi abnormal fleksi punggung ketika berjalan. Secara
umum, walker tidak dapat digunakan di tangga.

Macam-macam Walker, yaitu :

Standard walker
Memiliki empat kaki dengan sumbat karet di setiap kakinya. Tingginya
dapat disesuaikan dan digunakan untuk orang dewasa dalam kisaran berat badan
normal. Standard walker adalah alat bantu jalan paling aman.

30
1. Standard Walker 2. Front Wheeled Walker 3.
WheelWalker

Cara Penggunaan (Cara Kerja)


1. Atur tinggi keempat kaki walker agar nyaman dipakai oleh klien.
2. Pegang walker pada bagian atas yang ada bantalan karetnya.
3. Mulailah berjalan menggunakan walker dengan cara mengangkat dan
memindahkan walker ke depan sedikit demi sedikit.
4. Usahakan tubuh klien tidak keluar dari batas kotak walker. Agar
keselamatan klien terjaga.

2. Tongkat atau cane atau stick


Tongkat atau cane adalahalat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi
pinggang, terbuat dari kayu atau logam. Tinggi tongkat ini bisa diatur sesuai
kebutuhan. Tongkat ini harus dipakai di sisi tubuh yang terkuat. Cane memperluas
area untuk menunjang berat badan sehingga dapat meningkatkan keseimbangan
tubuh. Cane tradisional yang hanya digunakan untuk keseimbangan tidak dapat
menunjang berat badan. Cane sekarang dapat digunakan untuk menunjang berat
badan dan biasanya digunakan bila memerlukan salah satu ekstremitas atas untuk
mencapai keseimbangan dan menunjang berat badan.
Tongkat berkaki panjang lurus (stick atau single straight-legged) lebih umum
digunakan untuk sokongan dan keseimbangan klien yang kekuatan kakinya
menurun. Di kakinya terdapat sumbat untuk mengurangi resiko terpeleset pada
klien.

31
a. Multiple legged Cane b. Offset Cane c. Standard Alumunium Cane

d. Standard Wooden Canes e. Walk Canes

Cara Penggunaan (Cara Kerja)


1. Aturlah tinggi tongkat sesuai dengan kebutuhan klien.
2. Klien mulai berjalan menggunakan tongkat sebagai pembantu menyokong
tubuh.
3. Tongkat ini harus dipakai di sisi tubuh yang terkuat. Cane memperluas
area untuk menunjang berat badan sehingga dapat meningkatkan
keseimbangan tubuh.

32
3. Crutch ataukruk
Kruk sering digunakan untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya
dapat temporer, seperti pada setelah kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat
digunakan permanen (mis. Klien paralisis ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari
kayu atau logam.
Ada dua tipe kruk, yaitu :
a. Kruk Lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan
Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut
logam yang pas mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya, yaitu pembalut logam
dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan tinggi klien. Jenis kruk ini dapat
mentransfer 40-50% berat badan.
Gambar Lofstrand

b. Kruk aksila
Mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas,
dimana berada tepat di bawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang
dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Panjang pendeknya
kruk bisa disesuaikan dengan aksila pasien. Kruk harus diukur panjang yang
sesuai dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman, untuk
mencapai kestabilan gaya berjalan, naik dan turun tangga serta bangkit dari
duduk. Kruk memperluas area dasar, dengan demikian juga meningkatkan
keseimbangan. Berbeda dengan cane, crutch dapat menunjang seluruh berat
badan. Jenis kruk ini dapat mentransfer sampai 80% berat badan.

33
Gambar Kruk Aksila
Cara Penggunaan (Cara Kerja)
1. Melakukan pengukuran kruk yang meliputi
area tinggi klien, jarak antarabantalan kruk
dengan aksila, dan sudut fleksi siku.
Pengukuran dilakukandengan satu dari dua
metode berikut, dengan klien berada pada
posisi supine atau berdiri. Pada posisi
telentang-ujung kruk berada 15cm di
samping tumit klien.
2. Tempatkan ujung pita pungukur dengan lebar tiga sampai empat
jari(4-5cm) dari aksila dan ukur sampai tumit klien.
3. Pada posisi berdiri-posisi kruk dan ujung kruk berada 14-15 cm di
samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan motede lain,
siku harusdirefleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku harus
diperiksa dengangoniometer. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar
jari di bawah aksila. Tempat berjalan, seperti lorong rumah sakit
atau taman yang dilengkapi dengan tempat latihan untuk berjalan.

4. Kursi Roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami
kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik di karenakan oleh penyakit, cedera,
maupun cacat. Alat ini bias digerakkan dengan di dorong oleh pihak lain,
digerakkan dengan menggunakan tangan, atau digerakkan dengan menggunakan
mesin otomatis. Diperkirakan konsep pertama dari sebuah kursi roda telah di
ciptakan lebih dari 6.000 tahun yang lalu.
Kursi roda manual adalah kursi roda digerakkan dengan tangan si
penderita cacat, merupakan kursi roda yang biasa digunakan untuk semua
kegiatan. Kursi roda manual dapat dioperasikan dengan bantuan orang lain
maupun oleh penggunanya sendiri. Kursi roda seperti ini tidak dapat dioperasikan
oleh penderita cacat yang mempunyai kecacatan ditangan.

34
Cara Penggunaan (Cara Kerja)
1. Klien didudukkan di kursi roda.
2. Buka tempat penopang kaki kemudian letakkan kaki klien di penopang
sehingga nyaman.
3. Untuk menggerakkannya klien perlu memegang tempat khusus pegangan
tangan untuk berjalan dan kemudian menjalankan kursi roda. Atau bisa
juga dengan cara didorong oleh orang lain.
GambarKursiRoda

35
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru yang abnormal(neoplasma),
progresif dimana sel-sel nya tidak pernah menjadi dewasa. Neoplasma
merupakan masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan
tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta
berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan
tersebut.
 Saran
Demikian makalah yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah

yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan

pembaca sekalian.

36
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8.


EGC. Jakarta
Duckworth.T.( 1995 ). Neoplastic Conditions – Primary Neoplasms. In
: Lecture notes on orthopaedics and fractures, 3rd edn. Blackwell
Science, Oxford.
Julia Kneale.,Peter Davis (2001). Keperawatan Ortopedik & Trauma.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Robin (1999), Basic of Pathology Disease. Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta
Schwartz,C., Constine, L.,Putman, T . et al. (1993). Paediatric Solid
Tumours. In : Rubin, P.(ed). Clinical oncology : a multidiciplinary
approach for physician and students, 7th edn. WB Saunders,
Philadelphia.

37
38

You might also like