You are on page 1of 8

1.

Pendidikan Jasmani dapat meningkatkan stabilitas sosial-psikologis dan memainkan


peran dalam menggairahkan hidup sehari-hari, demikian juga jika Pendidikan
Jasmani dilakukan secara aktif dapat mengatasi kecemasan dan keteganggan mental
dalam menjalani kehidupan ditengah masyarakat modern saat ini yang serba
kompetitif. Bagaimana implementasi yang harus diwujudkan oleh guru PJOK dalam
tantangan tersebut dalam tugasnya sehari-hari?
Kecemasan adalah kondisi yang umum dihadapi oleh siapa saja saat akan menghadapi sesuatu
yang penting, termasuk juga para atlet. Rasa cemas muncul karena ada bayangan-bayangan yang salah
berkaitan dengan pertandingan yang akan dihadapi. Gambaran tentang musuh yang lebih kuat, tentang
kondisi fisik yang tidak cukup bagus, even yang sangat besar atau semua orang menaruh harapan
yang berlebihan bisa mengakibatkan adanya kecemasan yang berlebihan.
Kecemasan tidak selalu merugikan, karena pada dasarnya rasa cemas berfungsi sebagai
mekanisme kontrol terhadap diri untuk tetap waspada terhadap apa yang akan terjadi. Namun, jika
level kecemasan sudah tidak terkontrol sehingga telah mengganggu aktivitas tubuh, maka hal itu jelas
akan sangat mengganggu.
Secara sederhana kecemasan atau dalam bahasa psikologi biasa disebut dengan anxiety
didefinisikan sebagai aktivasi dan peningkatan kondisi emosi (Bird, 1986). Peningkatan dan aktivasi
ini didahului oleh sebuah kekhawatiran dan kegelisahan atas apa yang akan terjadi. Dalam konteks
pertandingan, tentu saja berkaitan dengan lawan dan harapan-harapan baik yang berasal dari diri
sendiri maupun orang lain.
Secara umum, ada tiga istilah yang penggunaannya mirip satu sama lainnya, yakni Arousal,
Anxiety (kecemasan), dan Stress. Ketiga hal tersebut tidak jarang saling tumpang tindih. Sebelum
membahas tentang kecemasan lebih lanjut, terlebih dahulu kita bahas definisi dari ketiga istilah
tersebut.
Arousal adalah aktivasi fisiologi dan psikologi secara umum yang bervariasi dari tidur
nyenyak sampai kesenggangan yang sangat intens (Gould & Krane, 1992 dalam Jarvis, 1999). Pada
saat seseorang dalam kondisi tidur, atau melamun atau sedang bersantai, maka orang tersebut bisa
dikatakan sedang berada dalam kondisi arousal yang rendah, sedangkan ketika seseorang sedang
menonton film komedi yang sangat lucu, atau marah atau sedih, maka dia dikatakan sedang dalam
kondisi

Upaya Pengendalian dan Solusi Kecemasan Dalam Dunia Olahraga


Dalam upaya pengendalian kecemasan (anxiety) dan stress dalam olahraga penulis garis
bawahi diantaranya: 1. Strategi Relaksasi, 2. Strategi kognitif, 3.teknik-teknik peredaan ketegangan
dan mekanisme pertahanan diri.
1. Strategi Relaksasi
Keadaan relaks adalah keadaan saat seorang atlet berada dalam kondisi emosi yang tenang,
yaitu tidak bergelora atau tegang. Keadaan tidak bergelora tidak berarti merendahnya gairah untuk
ben-nain, melainkan dapat diatur atau dikendalikan pada titik atau daerah Z sesuai dengan hipotesis
U-terbalik.
Untuk mencapai keadaan tersebut, diperlukan teknik-teknik tertentu melalui berbagai prosedur, baik
aktif maupun pasif. prosedur aktif artinya kegiatan dilakukan sendiri secara aktif. Sementara itu,
prosedur pasif berarti seseorang dapat mengendalikan munculnya emosi yang bergelora, atau dikenal
sebagai latihan autogenik.
Dalam perkembangannya, teknik-teknik yang digunakan, baik oleh Jacobsen maupun Wolpe,
dianggap kurang efisien. Oleh karena itu, kemudian bermunculan model-model relaksasi barn
sebagaimana yang dikemukakan oleh Bernstein & Borkovec (1973) dan Bernstein & Geffen (1984).
Dalam perkembangan selanjutnya, latihan relaksasi progresif digunakan sebagai teknik tersendiri,
tidak lagi sebagai bagian dari pendekatan behavioristik. Awalnya, latihan relaksasi progresif ini
digunakan oleh pasien penderita kecemasan atau ketegangan yang bersumber pada gejolak
emosinya.Latihan relaksasi progresif juga dapat dilakukan melalui suatu alat yang dikenal dengan
sebutan biofeedback atau EMG (elektromyografi). EMG memiliki fungsi mencatat atau merekam
intensitas ketegangan otot¬otot seseorang, untuk kemudian ditampilkan dalam bentuk ukuran angka-
angka, misalnya +3 atau +10. Dengan menggunakan alat tersebut, seseorang dapat memantau
tingkatan ketegangan sebelum maupun sesudah dilakukan latihan. Dengan adanya kemampuan untuk
memantau perubahan tingkatan ketegangan pada diri sendiri, maka ketegangan otot-otot dapat diatur
sampai pada keadaan relaks yang dikehendaki. Arti praktisnya adalah, seseorang dapat mengatur
ketegangan-ketegangan ototnya menjadi lebih relaks, sehingga gejolak emosinya pun menjadi lebih
tenang. Apabila penggunaan biofeedback telah dilakukan berkali-kali, maka relaksasi dapat dilakukan
kapan pun dan di mana pun, tanpa membutuhkan alat biofeed¬back lagi. Oleh karma itu, para ahli
kemudian berupaya keras untuk mencari modifikasi agar latihan relaksasi progresif dapat dilakukan
dalam format yang lebih pendek dan praktis. Apabila seseorang telah beberapa kali berhasil dalam
keadaan relaks, maka pengelompokan otot dapat diperbesar menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Lengan dan tangan bersama-sama.
2. Semua otot muka.
3. Dada, pundak, punggung bagian atas, perut.
4. Pinggul dan pangkal paha.
5. Kaki dan tapak kaki.
Contoh lain dari modifikasi tersebut adalah teknik pernapasan atau breathing technique.
Teknik ini banyak dilakukan oleh para atlet karma dapat dilakukan di sembarang tempat, misalnya di
pinggir arena pertandingan, saat menunggu waktu untuk bermain, demikian pula pada saat gejolak
emosi sedang memuncak, misalnya pada malam sebelum pertandingan, atau beberapa jam sebelum
pertandingan.
2. Olahraga yang terkelola secara baik atau paripurna mampu berperan bukan hanya sebagai
bagian dari budaya tetapi juga sebagai media pengembangan budaya luhur masyarakat,
meningkatkan kepercayaan diri, mengembangkan etika, menepis diskriminasi gender, serta
menekan kecemasan dan membangkitkan motivasi diri. Berikan argumentasi secara singkat,
jelas dan lugas kenapa hal tersebut dapat terjadi dan bagaimana cara melakukannya?

Cara Olahraga Tingkatkan Kepercayaan Diri


Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya
sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari
melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Dalam kehidupan modern ini,
kepercayaan diri dapat dating dari banyak hal, tapi yang utama cenderungnya adalah penampilan
fisik.

Merasa percaya diri dengan perasaan yang rasional dan realistis di mana kita merasa aman terhadap
masalah fisik, mental, dan emosional.

Untuk itu, olahraga adalah sarana penting yang membantu kita mendapatkan penampilan fisik yang
oke sehingga mencapai kepercayaan diri. Oleh karena itu, mari kita lihat manfaat penting dari
olahraga terkait dengan pembentukan kepercayaan diri melalui penampilan fisik.

a. Merasa berprestasi: Setiap kali berolahraga akan meningkatkan pribadi Anda karena memberikan
perasaan bahwa Anda telah melakukan sesuatu daripada pasif hanya duduk dan merenungkan
masalah.

b. Merasa bahagia: Ketika berolahraga, tubuh melepaskan zat kimia yang dikenal sebagai endorfin
yang mengurangi stres dan membuat Anda merasa baik secara psikologis. Hal ini meningkatkan
kepercayaan diri Anda.

c. Menyehatkan fisik: Olahraga teratur membuat sistem kekebalan tubuh lebih kuat sehingga baik
untuk melawan berbagai penyakit dan infeksi. Anda pun terbebas dari penyakit.

d. memeprbaiki penampilan: Olahraga memberi Anda penampilan yang baik, citra tubuh Anda pun
membaik. Anda akan merasa tampil lebih menarik dan ini akan memicu kepercayaan diri.

e. Mengubah pola pikir: Saat berpikir negatif dan cemas, berolahraga dapat mengalihkan pola pikir ini
dan membuat Anda merasa percaya diri dan positif.
ASPEK ETIKA DAN ISU DISKRIMINASI GENDER

Etika berasal dari kata latin “ethike” artinya ilmu tentang moral atau watak (character).
Moral berasal dari kata latin “mos” yaitu adat istiadat atau tatakrama.

Perbuatan bernilai moral yang bersifat universal yaitu :


(1) Keadilan,
(2) Kejujuran,
(3) Tanggung Jawab,
(4) Kedamaian.

Keadilan dibagi ke dalam empat bentuk:


Distributive.
Procedural.
Retributif.
Kompensatori.

Guru atau pelatih olahraga hendaknya menyadari bahwa metode paling efektif dalam mengajarkan
nilai-nilai moral adalah dengan keteladanan (percontohan).

Pelajaran buruk dari sudut pandang etika terhadap praktek olahraga sebenarnya banyak terjadi,
beberapa diantaranya adalah :
Memperlakukan atlet tidak manusiawi demi pencapaian prestise atau sebagai ajang bisnis
Dampak buruk dari pemberian penghargaan yang berlebihan
Sportivitas yang buruk
Kurangnya kegembiraan dalam olahraga
Pengaruh uang

ETIKA
pemikiran sistematis tentang moralitas
Etika kekuatannya tidak sama dengan hukum
Pelanggaran etika hukumannya bersifat sosial
etika terkait dengan moral dan tingkah laku, menjelaskan aturan yang tepat tentang sikap
Situasional dalam kegiatan aktivitas olahraga banyak memberi pelajaran berarti terhadap sistem etika
dan moral
MORAL
Moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia
Nilai moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek,
keramahan, integritas, keadilan, kooperasi, tugas dll
Moralitas langsung mengatakan pada kita “inilah cara Anda melakukan sesuatu…”.
Moral berpengaruh langsung terhadap motivasi danperilaku namun memiliki hubungan yang tak
begitu kuat

Lima aspek penting yang memunculkan nilai etika dan moral dalam kegiatan olahraga:
Justice and aquality (keadilan dan persamaan)
Self -respect (penghormatan pada diri sendiri)
Respect for others (penghormatan pada orang lain)
Respect for rulesand authority (penghormatan pada peraturan dan atasan)
a sense of perspective or relative values (kesadaran akan sudut pandang nilai atau nilai
terkait) (Freeman, 1982).

Isu diskriminasi gender dalam olahraga hakekatnya berakar dari sistempatriarchat. Mitos-mitos
fisiologi diatas sebenarnya tidak beralasan bagi wanita untuk tidak berpartisipasi dalam aktivitas
olahraga. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sekarang ini
memungkinkan seluruh bentuk aktivitas olahraga yang selama ini dimainkan oleh kaum laki-laki juga
dapat dimainkan oleh wanita.

Tiga Pengaruh Penting pada Perilaku Moral


Modeling
Internalisasi
Konsep diri

Motivasi, Gugahan, Stres, dan Kecemasan Dalam Olahraga

Motivasi
Seorang guru yang mengajar pendidikan jasmani seyogianya memahami caranya bersikap selama
mengajar. Pemberian motivasi merupakan salah satu faktor yang perlu dipersiapkan sebelum proses
pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan.
Studi ilmiah dan pengalaman menunjukkan bahwa motivasi merupakan energi psikologis yang sangat
penting dalam kegiatan olahraga. Motivasi dalam olahraga adalah aspek psikologis yang telah banyak
menarik perhatian banyak ahli. Motivasi adalah dasar untuk menggerakkan dan mengarahkan
perbuatan dan perilaku seseorang dalam olahraga.
a). Pengertian
Motivasi berasal dari kata bahasa Latin “movere” yang artinya bergerak. Aspek motivasi merupakan
aspek yang paling banyak disoroti dalam program pembinaan olahraga (Weiberg & Gould dalam
Satiadarma, 2000). Motivasi dapat diartikan sebagai suatu kekuatan atau tenaga pendorong untuk
melakukan sesuatu hal atau menampilkan sesuatu perilaku tertentu (Gunarsa, 2004). Motivasi adalah
energi psikologis yang bersifat abstrak. Wujudnya hanya dapat diamati dalam bentuk manifestasi
tingkah laku yang ditampilkannya (Husdarta, 2010). Alderman (1974) mendefenisikan motivasi
sebagai suatu kecenderungan untuk berperilaku secara selektif ke suatu arah tertentu yang
dikendalikan oleh adanya konsekuensi tertentu, dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran
perilaku dapat dicapai. Sifat selektif dari perilaku berarti individu yang berperilaku membuat suatu
keputusan untuk memilih tindakannya.
b). Sumber motivasi
Sejumlah pakar (Anshel, 1997; Duda, 1993; Weinberg & Gould, 1995) mengemukakan adanya
beberapa sumber motivasi, yaitu:
1. Orientasi Pelaku (Trait Centered/ Participant Centered Orientation).

Orientasi ini mengemukakan bahwa sumber motivasi terletak pada diri siswa atau individu yang
bersangkutan. Jadi, motivasi merupakan bentuk kecenderungan pribadi atau “trait”seseorang. Aliran
ini percaya bahwa seorang juara pada dasarnya memang telah memiliki mental juara, sehingga
motivasinya untuk menjadi juara memang menunjang perilakunya, betapapun ia harus menghadapi
berbagai situasi yang sulit.
c). Teori motif dan motivasi
Tingkah laku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan.
Seseorang melakukan perbuatan atau tindakan, selalu didasarkan dan ditentukan oleh faktor-faktor
yang datang dari dalam dan dipengaruhi oleh apa yang dipikirkannya.
d). Klasifikasi motivasi
Klasifikasi yang paling populer membagi motivasi menjadi dua bentuk yaitu motivasi intrinsik
(motivasi yang berasal dari dalam diri) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang berasal dari luar).
e). Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Perbedaan motivasi antara individu-individu disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi setiap
individu. David Krech dan E.L. Ballachey (1962) menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh:
pengalaman akan pemenuhan kebutuhan, perasaan dan pikiran dalam diri individu dan
lingkungannya. Perasaan dan pikiran individu dapat melibatkan persepsi individu tentang dirinya.
f). Teknik-teknik meningkatkan motivasi
Teknik untuk meningkatkan motivasi beberapa dikenal sebagai, (1) teknik verbal, (2) tingkah laku, (3)
insentif, (4) supertisi, (5) citra mental.
1) Teknik verbal dapat dilakukan dengan cara:
 pembicaraan pembangkit semangat,
 pendekatan individu,
 diskusi.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik verbal adalah:

a) Berikan pujian terhadap apa yang telah dilakukan oleh siswa

b) Berikan koreksi dan sugesti. Koreksi hendaknya tidak mengecewakan siswa

c) Berikan semacam petunjuk yang dapat meyakinkan siswa bahwa dengan latihan yang baik ia dapat
mengatasi semua kelemahan

Gugahan, Stress, dan Kecemasan


Giriwijoyo, Komariah, & Kartinah (dalam Giriwijoyo & Sidik, 2012) mengemukakan pertumbuhan
dan perkembangan jasmani anak beriringan dengan perubahan hormonal yang disertai dengan proses
pematangan seksual, pembelajaran dan pemantapan penguasaan kemampuan gerak dasar, pemantapan
pola perilaku dan internalisasi nilai-nilai sosial dan norma-norma kultural. Kecepatan pematangan
siswa dalam dalam aspek psikologis, anatomis, fisiologis, maupun sosiologis berbeda-beda sehingga
terdapat variasi yang luas dalam kelompok umur kronologik yang sama.

a) Gugahan (arousal)
Gugahan (arousal) seringkali disetarakan dengan dorongan, aktivasi, kesiapan, atau eksitasi. Gugahan
mutlak dibutuhkan oleh seorang siswa atau atlet dalam menampilkan kinerja geraknya. Karena,
reaksi, pengambilan keputusan dan gerakan-gerakan dalam olahraga hanya terlaksana jika siswa atau
atlet telah memiliki derajat kesiapan tertentu secara fisik maupun mental.

b) Stress
Stress atau situasi yang dianggap menekan, merupakan kondisi umum yang dihadapi seseorang
termasuk di dalamnya siswa, dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Siswa pada umumnya
mengalami stress sampai pada taraf tertentu. Tuntutan dan tekanan untuk mengikuti proses dan tugas-
tugas pembelajaran dapat menimbulkan stress yang berdampak tertentu pada siswa. Terbatasnya
peluang untuk berekreasi dapat menimbulkan stress.
c) Kecemasan
Kecemasan adalah reaksi emosi terhadap suatu kondisi yang dipersepsi mengancam. Kecemasan
merupakan keadaan emosi negatif yang ditandai oleh adanya perasaan khawatir, was-was, dan disertai
dengan peningkatan gugahan sistem ketubuhan (Satiadarma, 2000). Kecemasan menggambarkan
perasaan siswa bahwa sesuatu yang tidak dikehendaki akan terjadi. Hal yang tidak dikehendaki
misalnya siswa tidak dapat menampilkan tugas geraknya dengan baik, guru dipandang demikian
superior sehingga ia akan dihukum dengan kegagalannya, kegagalan akan menyebabkan dirinya
dicemooh oleh teman-teman dan seterusnya membentuk kecemasan berantai.

d) Pengukuran tingkat kecemasan siswa atau atlet dalam aktivitas berolahraga


Pengukuran tingkat kecemasan siswa dalam olahraga secara umum terdiri atas 3 (tiga) bentuk yaitu
pengukuran fisik (psysiological techique), pengukuran perilaku (behavioral techique) dan pengukuran
psikologis (psychological techique). Namun, berbagai teknik pengukuran ini masih jauh dari
sempurna karena adanya pertimbangan sejumlah faktor, dan pengukuran-pengukuran ini masih
mengandung banyak kelemahan,. Sehingga upaya untuk menemukan teknik yang tepat masih harus
terus dilakukan

e) Sumber Kecemasan
Sumber kecemasan dapat dibedakan atas dua macam yaitu: (1) Sumber kecemasan dari dalam diri, (2)
sumber kecemasan dari luar diri.
Sumber kecemasan dari dalam diri, ragam penyebabnya yaitu, 1) siswa menghadapi kesulitan
mengikuti tugas-tugas gerak yang diberikan guru

f) Gejala-gejala kecemasan
Sumber-sumber pencetus kecemasan siswa harus diketahui oleh pihak yang berkompeten sedini
mungkin agar kecemasan yang dirasakan dapat diminimalkan. Siswa yang merasakan kecemasan
yang berlebihan akan menunjukkan prestasibelajar yang tidak akan maksimal. Gejala-gejala
kecemasan perlu dikenali, gejala-gejala tersebut dibedakan atas dua macam (1) gejala fisik; (2) gejala
psikis.

You might also like