You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Kamus Dorland, hipertensi adalah tekanan darah arterial yang tetap
tinggi, dapat tidak memiliki sebab yang diketahui atau berkaitan dengan penyakit lain. 1
Menurut European Society of Hypertension (ESH), hipertensi didefinisikan sebagai nilai
tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg.2
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang paling sering ditemui di pelayanan primer.
Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya infark miokard, strok, gagal jantung dan kematian
jika tidak dideteksi awal dan diobati secara tepat. 3 Penyakit ini mendapat perhatian dari
semua kalangan masyarakat mengingat dampak yang timbul baik jangka pendek maupun
jangka panjang.4 Secara umum prevalensi hipertensi sekitar 30-45 % di seluruh dunia. 5
Prevalensi tertinggi hipertensi di dunia adalah Benua Afrika (46 %) dan terendah Benua
Amerika sekitar 35%. Prevalensi hipertensi tertinggi di kawasan Asia adalah Myanmar
(42%) dan terendah adalah Korea Selatan (19 %). 6 Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara
sekitar 36 %. Sekitar 6.6 juta penduduk Amerika menderita peningkatan tekanan darah, 63%
sadar akan penyakitnya, namun hanya 45% yang mendapat pengobatan dan 34% terkontrol
dengan batas 140/90 mmHg. Prevalensi hipertensi meningkat sesuai dengan umur dan lebih
sering terjadi pada kulit hitam daripada kulit putih.7 Diperkirakan pada tahun 2030,
prevalensi hipertensi akan meningkat 7.2% dari tahun 2013.8
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 didapatkan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 26.5%. Prevalensi hipertensi di Kalimantan Barat adalah
28.3%.9 Data Ditjen Yanmed KemKes RI, 2010 dilaporkan bahwa hipertensi merupakan
kasus ketujuh terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2009.10
Data World Health Organization (WHO) tahun 2010 menyebutkan dari setengah
penderita hipertensi yang diketahui hanya seperempatnya yang mendapat pengobatan.
Sementara hipertensi yang diobati dengan baik hanya 12,5%. Padahal hipertensi dapat
menyebabkan rusaknya organ-organ tubuh seperti ginjal, jantung, hati, mata hingga
kelumpuhan organ-organ gerak. Pada individu berusia 40-70 tahun, setiap peningkatan
sistolik 20 mmHg atau diastolik 10 mmHg memiliki risiko dua kali menderita penyakit
kardiovaskular pada tekanan darah antara 115/75-185/115 mmHg.11

1
2

Orang yang mempunyai riwayat hipertensi yang diturunkan oleh orang tua maka akan
lebih berisiko hipertensi daripada yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Selain itu, pria
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg
untuk peningkatan darah sistolik.12
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun. Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Meningkatnya berat
badan normal relatif sebesar 10 % mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg.12
Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan
olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga
bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi.13
Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan
meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah
berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah
juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada
pada level tinggi sepanjang hari.12
Garam meyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan di luar sel
agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia
yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah ratarata rendah,
sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.12
Sudah lama diketahui bahwa stres kejiwaan dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jelantah dapat menyebabkan risiko hipertensi
sebesar 5 kali dibanding yang tidak mengkonsumsi jelantah. Penggunaan minyak goreng
sebagai media penggorengan bisa menjadi rusak karena tidak tahan terhadap panas.14
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran faktor resiko pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas Rawat
Jalan Segedong pada periode Juli 2015?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui gambaran faktor resiko pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas Rawat
Jalan Segedong pada periode Juli 2015.
3

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Menetukan pola diet yang benar bagi pasien hipertensi sehingga berguna untuk
menunjang terapi nonfarmakologis.
1.4.2 Meningkatkan upaya promotif dan preventif sehingga angka kejadian hipertensi dapat
dikurangi dan komplikasi lanjut tidak terjadi.
1.4.3 Dapat digunakan sebagai data sekunder untuk penelitian lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.

You might also like