Professional Documents
Culture Documents
PENGEMBANGAN
KURIKULUM PADA
MATAPELAJARAN YANG
DIAMPU
Modul Pedagogok
Edisi 1
2016
DISUSUN OLEH
HAKIKI YUWANDARI
2016
KATA PENGANTAR
Pendidikan dan pelatihan (diklat) yang menekankan pada sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara utuh dirancang untuk memperkuat kompetensi Guru. Keutuhan tersebut
menjadi dasar Guru dalam mendemonstrasikan atau menampilkan kemampuannya pada
kegiatan pembelajaran.
Dalam menjalankan peran dan tugasnya Guru sudah tentu memiliki banyak pengalaman.
Pengalaman yang digabungkan dengan teori-teori yang relevan dan metoda yang tepat dapat
dijadikan sebagai kekayaan ilmu yang dimiliki Guru. Atas dasar itu, pembelajaran pada diklat
ini akan mengangkat dan memanfaatkan pengalaman Guru untuk memperkuat materi yang
telah dirancang dan disiapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka di dalam diklat ini akan
menerapkan pendendekatan pembelajaran pembelajaran Andragogi yang dikombinasikan
dengan pendekatan saintifik.
Modul ini menjabarkan upaya melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui kegiatan
Pengembangan kurikulum pada matapelajaran yang diampu. Ada empat kegiatan
pembelajaran (KB) yang disajikan dalam modul ini, yaitu KB 1. Menentukan tujuan
pembelajaran yang diampu, KB 2. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diampu , KB 3. Memilih materi pembelajaran yang
diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran, KB 4. Menata
materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik
peserta didik, dan KB 5. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. Peserta wajib
menguasai kelima kegiatan pembelajaran tersebut.
Selamat berlatih dan berikan masukan untuk perbaikan modul ini. Terima kasih diucapkan
kepada penulis dan semua pihak yang telah membantu mewujudkan modul ini.
1 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan industrial Training, keberhasilanya di
tandai dengan sejauh mana output (tamatan, dan produk barang / jasa ) nya
mempunyai relevansi dan keunggulan kompetitif, baik ditingkat nasional, regional,
maupun internasional.
Untuk mencapai tujuan ini, program sekolah berorentasi pada kebutuhan pasar
(deman driven), yang dikemas dalam competencies based training (CBT), dan strategi
pembelajarannya dilaksanakan melalui kegiatan produksi/production Based Training
(PBT). Pendekatan pembelajaran menekankan pada bagaimana pesertadidik belajar
/membelajarkan pesertadidik (student centered learning), belajar tuntas (Mastery
Learning), dan Behavior Outcome Aproach , agar pesertadidik mempunyai
pengalaman belajar (Learning eksperience). Pendekatan ini sebagai upaya untuk
menghasilkan tamatan yang profesional, produktif, dan dilandasi dengan
ketrampilan berfikir secara kritis, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi berbagai
kondisi dilingkungan kerjanya. Penilaian hasil belajar untuk memberikan pengakuan
terhadap keberhasilan pemenuhan kompetensi, dilaksanakan dengan pendekatan
penilaian acuan patokan (PAP)/criterient reference assessment dan eksternal
evaluation oleh lembaga profresional yang relevan dan independen. Sesuai dengan
prinsip-prinsip tersebut diatas, maka Hasil/produk belajar dikemas menjadi portfolio
hasil belajar pesertadidik sebagai bukti belajar yang mampu menggambarkan
kompetensi pesertadidik (Learning of Evidence Indicator) , mudah di telusuri
(treserable), dan dapat dijadikan bahan verifikasi dalam uji kompetensi.
2 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Pada ahirnya pencapaian tujuan pendidikan sangat ditentukan bagaimana isi
pembelajaran, strategi pembelajaran dan indikator keberhasilan itu dirumuskan dan
dilaksanakan secara sistimatis dan terprogram dengan benar. Untuk mewujudkan
keterlaksanaan pembelajaran sebagaimana diharapkan, materi pengembangan
kurikulum pada matapelajaran memegang peranan yang sangat strategis.
B. Tujuan
Secara umum tujuan pembelajaran ini memberikan panduan operasional bagi Guru
dalam mengembangkan/merancang pembelajaran agar mampu membangun
profesionalisme pada peserta didik
Secar kusus tujuan pembelajaran ini adalah memberikan acuan:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
3. Merumuskan materi pembelajaran
4. Menata materi pembelajaran
5. Menetapkan pengalaman belajar
3 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
C. Peta Kompetensi
4 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
D. Ruang Lingkup
Modul ini memuat kompetensi pendidik pada:
1. Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu
2. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diampu
3. Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman
belajar dan tujuan pembelajaran
4. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih
dan karakteristik peserta didik
5. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian
5 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 : Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu
A. Tujuan
Pesertadiklat mampu merumuskan tujuan pembelajaran bela disediakan kompetensi
guru dengan tingkat kebenaran 100%
C. Uraian Materi
Bandingkan kata kerja tadi dengan kata kerja berikut ini : memahami, mengetahui,
atau mengerti. Kata-kata kerja ini tidak spesifik dan sulit diukur apakah seorang
pesertadidik telah menguasainya atau tidak.
6 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
1. Terminal behaviour . Tujuan pembelajaran harus menyatakan secara eksplisit
perilaku (behaviour) atau performans yang akan dikuasai oleh pesertadidik ex
(mampu melakukan pemupukan tanaman)
“Seberapa akurat ?”
“Seberapa lama ?”
7 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Contoh yang baik : menghitung kebutuhan pupuk
Contoh yang jelek : memahami kebutuhan pupuk
Tentukan kondisi yang memungkinkan bagi pengguna untuk mendapatkan
perilaku yang telah ditetapkan melalui kata kerja tadi.
Kondisi yang memungkinkan dapat berupa alat yang digunakan, informasi yang
disediakan, hambatan dan sebagainya.
Contoh yang baik : dengan data kesuburan tanah dan biomasa tanaman,
menghitung kebutuhan pupuk
Contoh yang jelek : dengan peralatan yang tersedia, menghitung kebutuhan
pupuk
4. Tentukan suatu kriteria untuk mengidentifikasi level yang dikehendaki misal
kecepatan dalam melakukan aksi, akurasi, kualitas, kuantitas, dan sebagainya
Contoh yang baik: dengan data kesuburan tanah dan biomasa tanaman, dapat
menghitung kebutuhan pupuk dengan tingkat akurasi 100%.
Audience (A) berarti siapakah yang harus mencapai tujuan pembelajaran itu
misal, unsur A ini adalah siswa/peserta didik (kelas III).
Behavior (B) menunjukkan perilaku yang diharapkan (dapat pada ranah
kognitif, afektif, atau psikomotorik).
Contoh behavior yaitu: Mampu menghitung kebutuhan pupuk/ mampu
melaksanakan pemupukan tanaman
Condition (C) menunjukkan pada kondisi bagaimana perilaku tersebut
ditampilkan. Sebagai contoh: perilaku melakukan pemupukan tanaman atas
dasar kesuburan tanah dan biomasa tanaman yang dikehendaki..
Degree (D) menunjukkan derajat pencapaian sebagai kriteria untuk
menentukan seseorang telah mencapai tujuan. Sebagai contoh: tingkat akurasi
100%, paling sedikit 4 macam, dan lain-lain. Menurut Hamzah B. Uno (2008:
91)
8 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Berikut ini adalah beberapa contoh tujuan pembelajaran pada RPP di Sekolah Dasar,
terutama pada mata pelajaran IPA:
yaitu:Afektif, Kognitif dan psikomotor. Bagaimanapun juga hal itu akan memudahkan
guru dalam melakukan evaluasi. Secara bahasa, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2001: 1216) kata tujuan berasal dari kata tuju, dengan menambah akhiran
–an dengan arti arah; haluan (jurusan); yang dituju; maksud. Istilah tujuan dalam
Bahasa Inggris (John M. Echols & Hassan Shadily, 1988) disebut dengan goal, aim
dan objective.
9 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Apabila kata tujuan digabungkan dengan instruksional, maka artinya adalah tujuan
atau sasaran yang ingin dicapai setelah mengajarkan pokok atau subpokok bahasan
(KD) yang sudah direncanakan. Kata tujuan apabila digabungkan dengan kurikuler,
maka artinya adalah tujuan atau kualifikasi yang diharapkan dimiliki pesertadidik
setelah dia menyelesaikan program mata pelajaran tertentu. (KBBI, 2001: 1216)
1. Roestiyah (dalam Pupuh & M. Sobry, 2007: 14) mengungkapkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) anak
didik yang diharapkan setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu.
3. Dick & Carey (1978: 14) The instructional goal is a statement that describes what it
is that student will be able to do after they have completed instruction. (Tujuan
pembelajaran merupakan pernyataan yang menggambarkan tentang apa yang
dapat dilakukan peserta didik setelah mereka menyelesaikan pembelajaran).
Anderson dan Krathwohl (2001: 16) menguraikan tujuan pembelajaran dengan istilah
instructional objectives dengan uraian sebagai berikut: ...educational trends created a
need for even more specific objectives. The purpose of these instructional objectives
was to focus teaching and testing on narrow, day-to-day slices of learning in fairly
specific content areas. ... trend pendidikan menciptakan kebutuhan untuk tujuan
bahkan lebih spesifik. Maksud dari tujuan pembelajaran ini adalah untuk fokus
mengajar dan menguji pada waktu itu, hari ke hari tentang pembelajaran yang terjadi
pada materi yang spesifik. Dalam uraian tentang tujuan pembelajaran ini, Anderson
10 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
dan Krathwohl memperinci dengan istilah “instructional objectives have substantially
greater specificity than educational objectives.” (Tujuan pembelajaran memiliki
kekhususan yang khas dibandingkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri).
Salah satu kriteria pendidik yang profesional adalah dapat merumuskan tujuan
pembelajaran yang tepat dan berhasil guna terhadap peserta didik dalam bentuk
perilaku yang terukur setelah mengikuti pembelajaran. Perilaku peserta didik yang
dapat diukur tersebut diarahkan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Ranah kognitif menitikberatkan pada aspek proses pengetahuan atau berfikir. Menurut
Anderson dan Krathwohl (2001: 31) ranah kognitif ini terdiri dari:
1. mengingat (remember),
2. memahami (understand),
3. menerapkan (apply),
4. menganalisis (analyze),
5. mengevaluasi (evaluate),
6. menciptakan (create).
11 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Kategori utama perilaku yang dinampakan oleh peserta didik adalah:
1. menerima (receiving),
2. merespon (responding),
3. menghargai (valuing),
4. mengorganisasikan (organization),
Ranah psikomotor merupakan perilaku peserta didik yang dilakukan melalui gerakan
pisik (tubuh). Pada ranah psikomotor ini, perilaku yang dapat dilihat menurut Dave
(dalam http://www.nwlink.com/~donclark/ hrd/bloom.html diakses tanggal 20 Oktober
2010 jam 08.11 wib)) adalah:
1. Meniru (imitation),
2. memanipulasi (manipulation),
12 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Tabel 1 Matrik Jenis Materi dan Level Performansi
Dari matrik diatas bahwa tujuan pembelajaran dapat dirumuskan dari setiap hubungan
antara jenis materi dan level performansinya. Sebagai contoh dalam program keahlian
agribisnis tanaman KD 3.9 dari KI 3 tentang melakukan pemupukan tanaman, dapat
dirumuskan jenis-jenis tujuan pada level mengingat sebagai berikut;
Pesertadidik mampu menyebutkan jenis jenispupuk bila disediakan data bentuk dan
warna pupuk dengan tingkat kebenaran 100%
Pesertadidik mampu menyebutkan definisi pupuk bila disediakan data bentuk dan
warna pupuk dan kunci diskriptor dengan tingkat kebenaran 100%
Pesertadidik mampu menyebutkan prosedur pemupukan bila disediakan data
teknik pemupukan dengan tingkat kebenaran 100%
Pesertadidik mampu menyebutkan prinsip pemupukan bila disediakan konsep
kesuburan tanah dan biomasa tanaman dengan tingkat kebenaran 100%
Sedangkan rumusan jenis-jenis tujuan pada level menggunakan sebagai berikut;
Pesertadidik mampu membedakan jenis-jenis pupuk bila disediakan contoh-contoh
pupuk pupuk dengan tingkat kebenaran 100%
Pesertadidik mampu menggunakan prosedur perhitungan kebutuhan pupuk bila
disediakan data kesuburan tanah dan biomasa tanaman yang diinginkan dengan
tingkat kebenaran 100%
Pesertadidik mampu menghitung kebutuhan pupuk bila disediakan konsep
kesuburan tanah dan biomasa tanaman yang diinginkan dengan tingkat kebenaran
100%
13 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Baca dan fahami tujuan pembelajaran, terutama behavior, degree dan conditionsnya.
2. Baca dan fahami indikator pencapaian kompetensinya
3. Bacalah lembarinformasi dengan menggunakan model SQ3R
Catatan;
Untuk kegiatan memahami isi materi pembelajaran
dengan SQ3R ini Pesertadiklat dapat
menggunakan Software Mind Manager.
Review : Untuk mendapatkan tanggapan dari teman yang
lainnya, kegiatan review ini dapat dilakukan
dengan model twostay two stray
Gambar proses review;
14 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
1 2
4 3
15 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
1. Lama waktu berbelanja pada setiap kelompok
diatur oleh Widyaiswara.
2. Hasil masukan dari kelompok lain diputuskan
oleh kelompok yang bersangkutan.
E. Latihan
Saudara, kita telah selesai mempelajari perumusan tujuan pembelajaran sebagai arah
proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar
F. Kunci Jawaban
1. Tujuan pembelajaran (learning objectives atau performance objectives) menurut
Gagne(1988) adalah suatu panduan untuk pembuatan suatu desain instruksional dan
pembuatan latihan/tes untuk mengukur kemampuan pesertadidik dalam menyerap
materi pembelajaran
2. Arti dari musan ABCD dalam penyusunan tujuan pembelajaran
Audience (A) berarti siapakah yang harus mencapai tujuan pembelajaran itu misal,
unsur A ini adalah siswa/peserta didik (kelas III).
Behavior (B) menunjukkan perilaku yang diharapkan (dapat pada ranah kognitif, afektif,
atau psikomotorik).
Contoh behavior yaitu: Mampu menghitung kebutuhan pupuk/ mampu melaksanakan
pemupukan tanaman
Condition (C) menunjukkan pada kondisi bagaimana perilaku tersebut ditampilkan.
Sebagai contoh: perilaku melakukan pemupukan tanaman atas dasar kesuburan tanah
dan biomasa tanaman yang dikehendaki..
16 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
G. Rangkuman
1. Tujuan pembelajaran (learning objectives atau performance objectives) menurut
Gagne(1988) adalah suatu panduan untuk pembuatan suatu desain instruksional dan
pembuatan latihan/tes untuk mengukur kemampuan pesertadidik dalam menyerap
materi pembelajaran
H. Umpan Balik
Apabila masih ada pertanyaan yang belum terjawab dengan benar maka seyogyanya Anda
mempelajari lagi dengan seksama atau berdiskusi dengan teman Anda yang sudah
mampu menjawab dengan benar. Selanjutnya mencoba lagi menjawab-pertanyaan latihan
sampai benar.
17 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
BAB III KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
A. Tujuan
Pesertadiklat mampu merumuskan indikator pencapaian Kompetensi bela disediakan
daftar KD dan SKL dengan tingkat kebenaran 100%
C. Uraian Materi
1. Pengertian Indikator. Indikator adalah: Perilaku yang dapat diukur dan atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran. Indikator juga disebut sebagai penanda pencapaian
KD yang ditandai oleh perubahan perilakuyang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikatordikembangkan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,potensi daerah dan dirumuskan
dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Dalam
mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
(1) tuntutan kompetensiyang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam
KD;
(2) indicator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang
di kenal sebagaiindikator soal.
18 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Ciri-Ciri Indikator
a. Tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi, unsur-
unsur secara lengkap dikenal dengan ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan
Degree)
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu
tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
b. Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakandalam
KD; dengan mempertimbangkan
Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu:
19 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
c. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat
kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
Berikut disajikan kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk indikator
kompetensi, baik yang menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotorik
1) Kognitif Meliputi:
2) Afektif Meliputi:
20 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
e) Characterization (karakterisasi) yaitu menggunakan nilai – nilai sebagai
pandangan hidup, mempertahankan nilai – nilai yang sudah diyakini.
d. Fungsi Indikator
Adapun fungsi indikator adalah:
21 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
4) Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar Indikator
menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta meng evaluasi hasil
belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan
jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian.
1) Membantu guru, sebab dengan adanya tujuan ini akan dapat mengatur kegiatan
pembelajarannya, metodenya, strateginya untuk mencapai tujuan tersebut
2) Membantu Evaluator, sebab dengan adanya tujuan ini evaluator dapat
menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai siswa. Indikator
merupakan kerangka dari pembelajaran yang guru laksanakan. Indikator
merupakan penanda tingkah laku yang harus diperlihatkan siswa seusai
kegiatan pembelajaran
f. Komponen Indikator
Indikator harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada
penyusun tes agar ia dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat
mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya.
22 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
(3). Dengan diberikan kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia/Inggris/Arab. (4).
Diberikan kesempatan 3 kali percobaan. Komponen C ini dalam setiap tujuan
(indikator) merupakan unsur penting dalam menyusun tes.
4) Degree yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku. Ditunjukkan
dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap diterima.
Contoh:
23 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
itu, UKRK dapat dijadikan kiteria dalam memilih dan memilah ketepatan indicator
yang akan dijadikan indicator penting atau indicator penunjang.
Tingkat urgensi dimaknai bahwa indicator tersebut penting dikuasai oleh peserta
didik. Kontinuitas adalah berkelanjutan, yang juga bermakna bahwa indicator
tersebut akan menjadi dasar bagi indicator selanjutnya atau akan mempunyai
hubungan dengan indicator pada tingkat lanjut. Relevansi bermakna bahwa
indicator tersebut mempunyai hubungan dengan mata pelajaran lain. Keterpakaian
berimplikasi bahwa indicator tersebut memiliki nilai yang aplikatif dalam kehidupan
social dan bermasyarakat peserta didik.
Merujuk pada pendapat Safari, Wardhani (2008: 11-17) mengklasifikasikan
indicator ke dalam tiga tingkatan, yaitu indicator kunci, indicator pendukung, dan
indicator pengayaan. Berikut ini dipaparkan ketiga indicator tersebut.
Pertama, indikator kunci merupakan indicator yang sangat memenuhi criteria
UKRK. Kompetensi yang dituntut pada indicator kunci adalah kompetensi
minimal yang terdapat pada KD. Hal ini bermakna bahwa indicator kunci memiliki
sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari KD. Oleh karena itu,
indicator kunci harus dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan
harus teraktualisasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga
kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa tercapai berdasarkan tuntutan
KD mata pelajaran.
Kedua, Indikator pendukung merupakan indicator yang membantu peserta didik
memahami indicator kunci. Indikator pendukung ini dinamakan indicator
prasyarat (Wardhani, 2008: 13) yang berarti kompetensi yang sebelumnya telah
dipelajarai siswa, berkaitan dengan indicator kunci yang dipelajari.
Ketiga, Indikator pengayaan sesuai dengan makna pengayaan, indicator
pengayaan merupakan indicator yang mempunyai tuntutan kompetensi yang
melebihi dari tuntutan kompetensi dari standar minimal KD. Pembuatan indicator
pengayaan tidak selalu harus ada dalam setiap pengembangan indicator.
Indikator pengayaan akan dirumuskan oleh pendidik apabila potensi peserta
didik memiliki kompetensi yang lebih tinggi dari dan perlu peningkatan yang baik
dari standar minimal KD.
Yang harus diingat oleh pendidik dalam melakukan penilaian adalah indicator yang
harus diujikan kepada siswa adalah indicator kunci. Indikator kunci tidak boleh
terabaikan oleh pendidikan dalam pelaksanaan penilaian, karena ndikator inilah
yang menjadi tolah ukur dalam mengukur ketercapaian kompetensi minimal siswa
berdasarkan KD. Di samping itu, pencapaian komptensi minimal ini merupakan
pencapaian yang berstandar nasional. Akan halnya dengan indicator pendukung
24 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
dan indicator pengayaan di dalam melakukan penilaian disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan pemahaman peserta didik terhadap indicator kunci yang telah diberikan.
Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar. Langkah pertama pengembangan indikator adalah
Kelompok Mata Pelajaran Mata pelajaran Aspek yang Dinilai Agama dan Akhlak
Mulia Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif Kewarganegaraan dan Kepribadian
Pendidikan Kewarganegaraan
Afektif dan Kognitif Jasmani Olahraga dan Kesehatan Penjas Orkes Orkes
Psikomotorik, Afektif, danKognitif Estetika Seni Budaya
Afektif dan Psikomotorik Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Matematika, IPA, IPS
Bahasa, dan TIK Afektif, Kognitif, dan/atau Psikomotorik sesuai karakter mata
pelajaran
25 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran
sebagai acuan mengembangkan indikator.
26 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan
peserta didik.
(3) Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
(4) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu
tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
(5) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran
sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
(6) Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
b) Mengembangkan Indikator Penilaian, Indikator penilaian merupakan
pengembangan lebih lanjut dari indikator (indikator pencapaian kompetensi).
Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan pedoman penilaian bagi
guru, peserta didik maupun evaluator di sekolah.
27 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Bohr Siswa dapat menghitung energi dan momentum sudut electron
berdasarkan teori atom Bohr · Siswa dapat menghitung besar momentum
sudut berdasarkan teori atom mekanika kuantum · Siswa dapat menghitung
panjang gelombang atau frekuensi terbesar dari deret Lyman, Balmer, atau
Paschen · Siswa dapat menerapkan konsep energi ionisasi, energi foton, dan/
atau energi foton berdasarkan data dan deskripsi elektron dalam atom. ·
Penilaian hasil karya/produk · Tes tertulis · Tes tertulis · Tes tertulis · Tes
tertulis Tes tertulis · Tes tertulis
1.1.1. Menguraikan
1.1.2. Menunjukkan
1.1.3. Menjelaskan
1.2.1. Mengurutkan
1.2.2. Menggambarkan
1.2.4. Menafsirkan
28 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
2.1.1. Menjeleskan
2.1.2. Mengkritisi
2.2.1 Menjalaskan
2.2.2 Membedakan
2.2.3 Mempengaruhi
2.3.1 Mengidentifikasi
2.3.2 Mengurutkan
2.3.3 Mengamati
3.1.1 Menjelaskan
3.1.2 Mendefinisikan
3.1.3 Menunjukkan
3.1.4 Maramalkan
3.2.1 Membandingkan
3.2.2 Mengidentifikasi
3.2.3 Menerapkan
29 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
3.2.4 Manafsirkan Untuk memilih kata – kata operasional dalam
indicator, bisa melihat data – data operasional
sebagaimana dikemukakan diatas, dan guru bisa
menambahkan kata – kata operasional untuk mengisi
indicator yang sesuai dengan karakteristik peserta didik,
kebutuhan daerah dan satuan pendidikan masing –
masing. Setelah indicator kompetensi dari kompetensi
dasar yang telah diajarkan telah diidentifikasi selanjutnya
dikembangkan dalam kalimat indicator yang merupakan
karakteristik kompetensi dasar.
30 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Manfaat penggunaan indikator yaitu membantu guru menentukan
keberhasilannya dalam melaksanakan kegiatan. Di samping itu, dengan
memperhatikan indikator pencapaian guru dapat menentukan teknik
dan instrumen evaluasi dan menentukan metode. Indikator bermanfaat
pula untuk siswa yaitu membantu mereka memusatkan perhatian pada
tujuan yang perlu mereka wujudkan. Indikator membantu siswa
menentukan strategi belajar, memilih sumber belajar menggunakan waktu,
serta memperhitungkan daya yang mereka alokasikan.
Indikator hasil belajar harus memenuhi tiga kriteria utama yaitu dirumuskan
dalam kalimat yang jelas, mengandung kepastian makna, dan dapat
diukur. Kejelasan pernyataan mengandung konsekuensi bahwa guru dan
siswa memaknai kalimat dengan makna yang sama. Kepastian
mengandung pengertian tidak menimbulkan makna ganda. Dan, dapat
diukur jika pencapaian perilaku dapat diamati atau diukur
dengan menggunakan instrumen.
1) faktual,
2) konseptual,
3) prosedural, dan
4) prinsip
31 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Berikut contoh indikator yang mencirikan pada tiap level penguasaan.
Pada bagian akhir tulisan singkat ini, saya ingin menyinggung pentingnya
guru untuk memperhatikan level berpikir dalam indikator yang ditetapkan.
Penerapan kurikulum 2013 dilatari dengan fakta bahwa siswa Indonesia
ketinggalan oleh siswa bangsa lain dalam menguasai kecapaian berpikir
tinggi atau sering diistilahkan HOTS (High Order Thinking Skill) yang
meliputi analisis, evaluasi, dan kreasi pada Taksonomi Bloom.
32 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Mengorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah,
Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan,
Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih,
Mentransfer, Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan,
Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang,
Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan,
Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte,
Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan,
Menggeneralisasi, Menggabungkan.
33 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
tersebut. Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang
digunakan dalam KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian,
yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja
pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun
penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi
yang diinginkan. Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan
penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta
keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi
sesuai tendensi yang digunakan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol,
maka indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan
yang diinginkan misal KD dari KI 4.
c.Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai
tujuan, ruang lingkup dan KD masing-masing mata pelajaran. Pengembangan
indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan
beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar.
Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman
tersebut. Pesertadidik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-
34 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga
kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional. Karakteristik sekolah dan
daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena target
pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi
standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk
sekolah bertara finternasional dapat mengembangkan indikator dari KD dengan
mengkaji tuntutankompetensi sesuai rujukan standar internasional yang
digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan
dalam mengembangkan indikator.
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta
didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan
belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya. Indikator juga harus
dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah dimasa yang akan
datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang
berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator.
35 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Memberikan arah bagi pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan
yang diharapkan
Memandu pendidik untuk merencanakan pembelajaran,
menyelenggarakan dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar
Memandu peserta didik untuk belajar dan membantu menentukan prioritas-
prioritas,
Memungkinkan pendidik untuk menganalisa tingkat efektifitas pembelajaran
yang diselenggarakan,
Menunjukkan kepada peserta didik tentang sistem nilai yang dilakukan,
Memandu peserta didik untuk melakukan penilaian mandiri,
Membuat pembelajaran lebih fokus dan terorganisir,
Sebagai basis menganalisis tingkat berfikir kognitif yang diharapkan dari
peserta didik, dan
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Baca dan fahami tujuan pembelajaran, terutama behavior, degree dan conditionsnya.
2. Baca dan fahami indikator pencapaian kompetensinya
3. Bacalah lembarinformasi dengan menggunakan model SQ3R
Survey : Mengidentifikasi topik dan sub topik pada
lembar informasi
Question : Menanyakan Apa isi dari setiap topik dan sub.
topik
Read : Membaca isi dari topik dan sub. Topik untuk
mampu menjawab pertanyaan tentang apa isi
dari setiap topik dan sub. topik
Recite/Rewrite : Menuliskan isi materi setiap topik dan sub.topik
berdasarkan pengartian anda sendiri setelah
membaca isi msteri tipok dan sub. Topik
Catatan;
Untuk kegiatan memahami isi materi
pembelajaran dengan SQ3R ini Pesertadiklat
dapat menggunakan Software Mind Manager.
36 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Review : Untuk mendapatkan tanggapan dari teman yang
lainnya, kegiatan review ini dapat dilakukan
dengan model twostay two stray
Gambar proses review;
1 2
4 3
Keterangan:
Perwakilan kelompok yang belanja
ke kelompok yang lain
37 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Untuk keteraturan gerakan yang belanja
mengikuti arah anak panah sampai kembali
kekelompok
2. Lama waktu berbelanja pada setiaop
kelompok diatur oleh Widyaiswara.
3. Hasil masukan dari kelompok lain diputuskan
oleh kelompok yang bersangkutan
E. Latihan/Kasus/Tugas
Saudara, kita telah selesai mempelajari pengembangan indikator pencapaian kompetensi,
selanjutnya untuk memantapkan pemahaman saudara, kerjakanlah latihan berikut ini.
F. Kunci Jawaban
1. Pengertian Indikator. Indikator adalah: Perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator juga disebut sebagai penanda pencapaian KD yang
ditandai oleh perubahan perilakuyang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
a. Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakandalam KD;
dengan mempertimbangkan:
38 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu:
39 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
G. Rangkuman
1. Pengertian Indikator. Indikator adalah: Perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator juga disebut sebagai penanda pencapaian KD yang
ditandai oleh perubahan perilakuyang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Dalam
mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
a. tuntutan kompetensiyang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD;
b. karakteristik matapelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan
c. potensi dan kebutuhan peserta didik,masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
2. Prinsip Perumusan Indikator.
Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal, yaitu;
a. Tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi, unsur-
unsur secara lengkap dikenal dengan ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan
Degree)
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu
tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
b. Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakandalam
KD; dengan mempertimbangkan
Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu:
40 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; dan
indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal
yang di kenal sebagai indikator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional.
41 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
BAB IV Kegiatan Pembelajaran 3 Memilih Materi Pembelajaran yang Diampu yang
terkait dengan Pengalaman Belajar dan Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan
Pesertadiklat mampu merumuskan materi pembelajaran bila disediakan KD dan tujuan
pembelajaran serta rumusan Indikator pencapaian kompetensi dengan tingkat kebenaran
90%
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menguraikan pemilihan materi pembelajaran yang diampu berdasarkan tujuan
pembelajaran (fakta, konsep, prinsip, prosedur, metakognitif) dengan pengalaman
belajar yang sesuai untuk mencapai aspek kemampuan (pengetahuan, ketrampilan
dan sikap).
2. Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan tujuan pembelajaran
(fakta, konsep, prinsip, prosedur, metakognitif) dengan pengalaman belajar yang
sesuai untuk mencapai aspek kemampuan (pengetahuan, ketrampilan dan sikap).
C. Uraian Materi
Pengetahuan (knowledge)
42 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Keterampilan (skill)
Menunjuk pada tindakan tindakan- tindakan (fisik dan non fisik) yang dilakukan
seseorang dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu.
Sikap (attitude)
Sikap menunjuk pada kecerdasan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan
norma yang diyakini keberadaannya oleh siswa.
Membedakan isi materi pelajaran menjadi 4 macam yaitu fakta, konsep, prosedur dan
prinsip.
a. Fakta
Fakta adalah sifat dari segala suatu gejala, peristiwa benda, yang wujudnya dapat
ditangkap oleh panca indra.
Fakta merupakan materi pelajaran yang paling sederhana, karena materi ini
sifatnya hanya mengikat hal-hal yang spesifik.
b. Konsep
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari kelompok benda atau
sifat. Suatu konsep memiliki hubungan yang disebut atribut. Atribut adalah sesuatu
yang dimiliki suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut menjadi suatu pembeda
antara satu konsep dengan konsep yang lain.
43 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Dengan demikian pemahaman tentang konsep harus didahului dengan
pemahaman tentang data dan fakta, sebab atribut itu sendiri pada dasarnya adalah
sejumlah fakta yang terkandung dalam objek.
c. Prosedur
d. Prinsip
hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris yang
dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik kedalam prinsip.
Contohnya :
· dll. “
Disamping jenis materi diatas, ada juga jenis materi pelajaran yang disebut dengan
keterampilan. Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang
memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi. Keterampilan dapat dibedakan
dalam dua bentuk yaitu:
Keterampilan Intelektual
keterampilan intelektual adalah keterampilan berfikir melalui usaha menggali,
menyusun dan menggunakan berbagai informasi, baik berupa data, fakta, konsep,
ataupun prinsip dan prosedur.
Contohnya:
44 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Keterampilan mengevaluasi suatu program atau mengevaluasi
suatu objek.
Keterampilan menyusun program kegiatan.
Keterampilan membuat perencanaan.
Keterampilan fisik
Keterampilan motorik seperti keterampilan mengoprasikan komputer, keterampilan
mengoperasikan traktor, keterampilan memperbaiki suatu alat, dan lain
sebagainya.
1. Fakta khusus
2. Ide-ide pokok
Ide-ide pokok bisa berupa prinsip atau generalisasi. Memahami ide pokok mungkin
kita bisa menjelaskan sejumlah gejala spesifik atau sejumlah materi pelajaran.
3. Konsep
4. Sistem berfikir
45 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Tujuan Pembelajaran, Tujuan merupakan satu diantara hal pokok yang harus
diketahui dan disadari oleh seorang guru sebelum mulai mengajar. Guru harus dapat
memberikan penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang akan
dicapainya secara kongkrit.
Untuk Taman Kanak-Kanak,tujuan pembelajaran khusus ini disebutnya
kemampuan.Karena kemampuan atau tujuan khusus ini dirumuskan oleh guru,maka
kita harus memahami bagaimana cara merumuskan kemampuan atau tujuan
pembelajaran khusus.Rumusan khusus harus menggunakan kata kerja yang
operasional,dapat diukur dan harus dapat
diamati.Contoh,menyebutkan,menunjukkan,meronce,menghitung,dsb.
Pengertian dan pengelolaan Tujuan Pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan titik awal yang sangat penting dalam proses
perencanaan pembelajaran,sehingga baik arti maupun jenis-jenisnya perlu dipahami
betul oleh setiap guru.Sehubungan dengan itu perlu pembahasan lebih lanjut maksud
dari tujuan pembelajaran dan penggolongan tujuan-tujun tersebut.
1. Jenjang tujuan
Tujuan institusional adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga atau jenis
sekolah. Tujuan umum kulikuler adalah tujuan-tujuan yang pencapaiannya
dibebankan pada masing-masing mata pelajaran.
2. Lingkup Tujuan
Dilihat dari kawasan (domain) atau bidang yang lebih banyak berkenaan dengan
perilaku dalam aspek berfikir/intelektual. Contoh anak dapat mengelompokkan
benda sesuai dengan bentuk, warna ,jenisnya.
Menurut Benyamin S.Bloom,ada 6 tingkatan dalam domain kognitif secara hierarkis
berurutan dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang tinggi (evaluasi).
Uraianya sebagai berikut:
Tingkatan Pengatahuan (Knowledge), pengetahuan diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali
pengetahuan yang telah diterimanya.
Tingkat Pemahaman (Comprehension),pemahaman disini diartikan kemampuan
seseorang dalam mengartikan ,menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Tingkatan Penerapan (Application), penerapan disini diartikan kemampuan
seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai
46 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari
Tingkatan Analisis (Analysis), aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau
menguraikan sesuatu kedalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang
lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan antara bagian yang satu dengan
lainya, sehingga struktur atau aturanya dapat lebih dipahami
Tujuan ini mencakup hal-hal yang berkenaan dengan aspek keterampialn motorik
atau gerak yang bersifat manual dari peserta didik. Urutan dari yang paling
sederhana samapi ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah :
Menjelaskan bahwa Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok
yaitu:
a. Mengamati
b. Bertanya
c. Mengumpulkan informasi
d. Mengasosiasi
e. Mengkomunikasikan
47 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
D. Aktivitas Pembelajaran
Baca dan fahami tujuan pembelajaran, terutama behavior, degree dan conditionsnya.
Baca dan fahami indikator pencapaian kompetensinya
Bacalah lembarinformasi dengan menggunakan model SQ3R
Survey : Mengidentifikasi topik dan sub topik pada
lembar informasi
Question : Menanyakan Apa isi dari setiap topik dan sub.
topik
Read : Membaca isi dari topik dan sub. Topik untuk
mampu menjawab pertanyaan tentang apa isi
dari setiap topik dan sub. topik
Recite/Rewrite : Menuliskan isi materi setiap topik dan sub.topik
berdasarkan pengartian anda sendiri setelah
membaca isi msteri tipok dan sub. Topik
Catatan;
Untuk kegiatan memahami isi materi
pembelajaran dengan SQ3R ini Pesertadiklat
dapat menggunakan Software Mind Manager.
Review : Untuk mendapatkan tanggapan dari teman yang
lainnya, kegiatan review ini dapat dilakukan
dengan model twostay two stray
48 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Gambar proses review;
1 2
4 3
Keterangan:
Perwakilan kelompok yang belanja
ke kelompok yang lain
49 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Lama waktu berbelanja pada setiaop
kelompok diatur oleh Widyaiswara.
Hasil masukan dari kelompok lain diputuskan
oleh kelompok yang bersangkutan
E. Latihan/Kasus/Tugas
Saudara, kita telah selesai mempelajari pengembangan potensi perkembangan moral dan
emosi, selanjutnya untuk memantapkan pemahaman saudara, kerjakanlah latihan berikut
ini.
F. Kunci Jawaban
50 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
4. Dalam pengembangan potensi emosi maka kecerdasan emosi merupakan tujuan yang
perlu dijadikan pertimbangan utama. Sebab kecerdasan emosi merupakan penentu
keberhasilan hidup peserta didik baik dalam akademik maupun non akademik.
G. Umpan Balik
Kalau Jawaban Anda masih ada yang belum tepat, maka dianjurkan Anda belajar lagi,
diskusi dengan teman Anda yang sudah berkompeten, mengerjakan latihan lagi sampai
Anda mastery.
H. Rangkuman
Dalam mengembangkan potensi moral pada pesertadidik sebaiknya orang tua
memberikan pembelajaran tentang moral sejak masih kecil agar pesertadidik tersebut
tumbuh dengan moral yang baik. Prinsip dalam pengembangan moral adalah
menumbuhkan kesadaran dan penalaran moral peserta didik. Sebab betapapun
bermanfaatnya suatu perilaku moral terhadap nilai kemanusiaan, namun jika perilaku
tersebut tidak disertai dan didasarkan pada penalaran moral, maka perilaku tersebut belum
dapat dikatakan sebagai perilaku moral yang mengandung nilai moral. Dengan demikian,
suatu perilaku moral dianggap memiliki nilai moral jika perilaku tersebut dilakukan secara
sadar atas kemauan sendiri dan bersumber dari pemikiran atau penalaran moral yang
bersifat otonom (Kohlberg, 1971). Penumbuhan kesadaran ini dapat dilaksanakan
pesertadidik melalui pendidikan moral dan agama dan dilakukan sejak kecil di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat secara terpadu.
Konsep secara umum untuk memanfaatkan potensi emosional agar berdampak positif
terhadap lingkungan melalui dua dimensi yaitu mengendalikan emosi dan disiplin.
Mengendalikan emosi berarti seseorang mampu mengenali/memahami serta mengelola
emosinya, sedangkan kedisiplinan adalah melakukan hal-hal yang harus dilakukan secara
ajeg dan teratur dalam upaya mencapai tujuan atau sasaran kita. Lingkungan memiliki
peran yang penting bagi pengembangan emosi pesertadidik. Lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat memberikan kontribusi pada penyediaan pengalaman langsung
untuk pengembangan emosi peserta didik. Dengan demikian terdapat kepentingan untuk
mendesain lingkungan agar memberikan pengalaman yang baik dalam pengembangan
emosi peserta didik.
51 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
BAB V Kegiatan Pembelajaran 4 Memilih Materi Pembelajaran yang Diampu yang
Terkait dengan Pengalaman Belajar dan Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan
Pesertadiklat mampu menjelaskan pemilihan materi pembelajaran yang diampu yang
terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran bila disediakan tujuan
pembelajaran dan pengalaman belajar
C. Uraian Materi
52 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi
yang benar-benar menunjang tercapainya kompetensi dan kompetensi dasar, serta
tercapainya indikator
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam menetapkan materi pelajaran
diantaranya;
Kalau kita mempelajari lebih dalam mengetahui materi pelajaran ,maka kita akan
dapat melihat adanya berbagai aspek yang antara lain : konsep fakta, proses , nilai
keterampilan , bahkan juga terdapat sejumlah masalah-masalah yang ada kaitannya
dengan kehidupan masyarakat
a. Konsep adalah suatu idea tau gagasan atau suatu pengertian yang umum,
misalnya meliputi definisi burung pada garis besarnya ialah “unggas yang bisa
terbang”.
b. Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau
merupakan suatu petunjuk untuk berbuat / melaksanakan sesuatu , meliputi dalil,
rumus, postulat, teorema Contoh Prinsip ketersediaan unsur hara dalam tanak
c. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah
dikerjakan/dialami.Mungkin berupa hal , objek atau keadaan.Jadi bukan sesuatu
yang diinginkan atau pendapat atau teori
d. Proses adalah serangkaian perubahan , gerakan – gerakan perkembangan .
Suatu proses dapat terjadi secara sadar tidak disadari. Dapat juga merupakan
cara melaksanakan kegiatan operasional (misalnya di pabrik) atau proses
53 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Pembuatan tempe, proses perubahan warna pada daun yang kena hama wereng
dan sebagainya
e. Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model . Umumnya
nilai bertalian dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang
baik atau buruk
f. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat
berarti secara jasmaniah ( menulis, berbicara dan sebagainya) Biasanya kedua
aspek tersebut tidak terlepas satu sama lain
Aspek – aspek tersebut , perlu menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan
bahan pelajaran dan rinciannya. Sesuatu satuan bahasan yang telah ditentukan
perlu dianalisis lebih lanjut tentang konsep- konsep apa yang terkandung dalam topic
tersebut, prinsip – prinsip apa yang perlu disampaikan dan seterusnya
54 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Gambar 2. Kebutuhan materi pada KD 3.9 KI 3 Melakukan Pemupukan Tanaman
55 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Adapun dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu
mengidentifikasi Materi Pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di bawah
ini
56 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Karena setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha
untuk mengembangkan pribadi pesertadidik secara bulat dan utuh. Beberapa aspek
di antaranya adalah pengetahuan ,sikap, nilai dan keterampilan
9. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang
lingkupnya dan terpusat pada satu topic masalah tertentu. Materi disusun secara
berurutan dengan mempertimbangkan factor perkembangan psikologis pesertadidik .
Dengan cara ini diharapkan isi materi tersebut akan lebih mudah diserap oleh si
pesertadidik dan dapat segera dilihat keberhasilannya
Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan
masyarakat. Ketiga facktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran .
Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan
disusun berdasarkan GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap
sebagaimana yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama
memang adalah guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal yang dianggapnya
perlu utuk disajikan kepada para pesertadidik berdasarkan ukuran pribadianya.
Masyarakat juga merupakan sumber yang luas,bahkan dapat dikatakan sebagai
materi belajar yang paling besar
57 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
10. Langkah-Langkah Penentuan Materi Pembelajaran
a. Identifikasi kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi
aspek- aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta
didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap kompetensi dan kompetensi
dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Harus ditentukan apakah kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif
58 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
materi pada KD 3.9 maka sumber belajar dapat dianalisis seperti pada tabel 2.
Sebagai berikut
59 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
a. Penentuan Cakupan Bahan Ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus
memperhatikan beberapa aspek berikut
1) Aspek kognitif (dimensi proses kognitif mencakup
mengingat,memahami,menerapkan ,menganalisis,mengevaluasi dan
menciptakan, dan dimensi pengetahuan mencakup fakta, konsep, prinsip,
prosedur,), aspek afektif, ataukah aspek psikomotor, karena ketika sudah
diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian
materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang
berbeda-beda.
Selain memperhatikanjenis materi juga harus memperhatikan prinsip-
prinsip
yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran
yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya
2) Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak
materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran.
Kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di
dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta didik
3) Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu
diperhatikan. Memadainya cakupan aspek materi dari suatu materi
pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan
kompetensi dasar yang telah ditentukan.Cakupan atau ruang lingkup
materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan
diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah
memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang
ingin dicapai.
60 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
12. Cara pemilihan materi
Dengan mengacu pada syarat dari materi pelajaran, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih atau menetapkan materi pelajaran;
a. Tujuan pengajaran
Materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mengacu pada tujuan – tujuan
instruksional yang ingin dicapai
b. Pentingnya bahan
Materi yang diberikan hendaknya merupakan bahan yang betul – betul penting ,
baik dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari
bahan berikutnya
c. Nilai praktis
Materi yang dipilih hendaknya bermakna bagi para pesertadidik , dalam arti
mengandung bilai praktis atau bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari
d. Tingkat perkembangan peserta didik
Kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan
tingkat perkembangan berpikir pesertadidik yang bersangkutan, dalam hal ini
biasanya telah dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan
e. Tata urutan
Materi yang diberikan hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan
dipelajarinya keseluruhan materi oleh peserta didik atau pesertadidik
D. Aktivitas Pembelajaran
Baca dan fahami tujuan pembelajaran, terutama behavior, degree dan conditionsnya.
Baca dan fahami indikator pencapaian kompetensinya
Bacalah lembarinformasi dengan menggunakan model SQ3R
Survey : Mengidentifikasi topik dan sub topik pada
lembar informasi
Question : Menanyakan Apa isi dari setiap topik dan sub.
topik
Read : Membaca isi dari topik dan sub. Topik untuk
mampu menjawab pertanyaan tentang apa isi
dari setiap topik dan sub. topik
Recite/Rewrite : Menuliskan isi materi setiap topik dan sub.topik
berdasarkan pengartian anda sendiri setelah
membaca isi msteri tipok dan sub. Topik
61 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Catatan;
Untuk kegiatan memahami isi materi
pembelajaran dengan SQ3R ini Pesertadiklat
dapat menggunakan Software Mind Manager.
Review : Untuk mendapatkan tanggapan dari teman yang
lainnya, kegiatan review ini dapat dilakukan
dengan model twostay two stray
Gambar proses review;
1 2
4 3
Keterangan:
Perwakilan kelompok yang belanja
ke kelompok yang lain
62 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
menambahkan ide yang dirasa belum
termuat .
Untuk keteraturan gerakan yang belanja
mengikuti arah anak panah sampai kembali
kekelompok
Lama waktu berbelanja pada setiaop
kelompok diatur oleh Widyaiswara.
Hasil masukan dari kelompok lain diputuskan
oleh kelompok yang bersangkutan
E.Latihan/Kasus/Tugas
Saudara, kita telah selesai mempelajari Memilih materi pembelajaran yang diampu yang
terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran
F. Kunci Jawaban
1. Bahan atau materi pembelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang
menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar
dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan
pendidikan tertentu. Materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses
pembelajaran, bahkan dalam pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran
(subject-centered teaching), mater pelajaran merupakan inti dari kegiatan
pembelajaran.
63 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
unsur hara, definisi dosis dan konsentrasi pemupukan, Prosedur teknik pemupukan
tanaman, prinsip faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan, prinsip perhitungan
kebutuhan pupuk, menggunakan prinsip-prinsip untuk mengontrol, mengalikan,
mengevaluasi pemberian pupuk.
Maka materi yang diajarkan juga harus sama dengan hasil rumusan materi.
d. Adequacy artinya kecukupan
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
64 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
G. Rangkuman
a. Pengetian Pemilihan materi pembelajaran
Bahan atau materi pembelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang
menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar
dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan
pendidikan tertentu. Materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses
pembelajaran, bahkan dalam pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran
(subject-centered teaching), mater pelajaran merupakan inti dari kegiatan
pembelajaran.
65 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Identifikasi Jenis-Jenis Materi Pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran dengan
tingkatan aktivitas/ranah pembelajarannya.
Materi yang akan dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar pencapaian
kompetensinya dapat diukur.
Memilih jenis materi yang sesuai dengan kompetensi dan kompetensi
dasar
Kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa kemampuan untuk
menyatakan suatu definisi ,menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau
mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi.
Memilih Sumber Bahan Ajar
Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber
bahan ajar.
H. Umpan Balik
Setelah mengerjakan latihan, bandingkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang
terdapat pada akhir unit ini. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi Anda.
Apabila ada soal yang belum terjawab dengan benar, maka sodara pelajari lagi agar anda
tuntas menguasai semua kompetensi.
66 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
BAB V Kegiatan Pembelajaran 4 Menata Materi Pembelajaran Secara Benar Sesuai
Dengan Pendekatan Yang Dipilih Dan Karakteristik Peserta Didik
A. Tujuan Pembelajaran
Pesertadiklat mampu menata materi pembelajaran berdasarkan squen, kelompok
atau prosedur, bila disediakan data materi membelajaran dengan tingkat kebenaran
100%
C Uraian Materi
Secara umum Filbeck (1974) dalam tulisannya “System in teaching and learning”
menyatakan ada 12 prinsip pembelajaran yaitu yang pertama prinsip respon. Respon-
respon baru akan diulangi kalau respon tersebut berakibat menyenangkan, misalnya
setelah belajar menggunakan komputer dia lebih merasa nyaman dalam bekerja, maka
dia akan berusaha mempelajari lebih jauh mengenai komputer. Kedua adalah prinsip
kondisi. Manusia akan belajar dari kondisi. Misalnya kalau kondisi suatu lingkungan
dibuat agar orang tidak nyaman merokok, misalnya tidak ada asbak, sulit mencari rokok,
maka orang akan belajar untuk tidak merokok. Ketiga adalah prinsip retensi. Kemampuan
baru dapat berkurang atau hilang kalau tidak disegarkan. Keempat adalah prinsip
transfer. Hasil belajar akan dengan mudah ditransfer apabila kepada kondisi
pembelajaran yang sama, karena itu pembelajaran pada situasi yang nyata lebih mudah
untuk diterapkan kepada kehidupan pebelajar. Kelima adalah prinsip generalisasi dan
membedakan. Prinsip ini dapat memberikan dasar untuk dapat memahami sesuatu yang
komplek seperti pemecahan masalah. Implikasinya adalah pemberian contoh harus
lengkap, ada contoh positif adapula contoh negatif. Keenam adalah prinsip mental.
Kondisi mental peserta didik harus disiapkan agar siap belajar. Ketujuh adalah prinsip
pentahapan. Kegiatan belajar perlu dibagi menjadi kegiatan kegiatan kecil sehingga lebih
mudah dipahami. Kedelapan adalah prinsip model. Penyederhanaan materi belajar yang
67 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
komplek menjadi yang lebih sederhana dapat dilakukan dengan pemodelan. Kesembilan
adalah prinsip konruktivisme, yaitu kemampuan yang komplek dibangun oleh banyak
kemampuan-kemampuan yang sederhana. Kesepuluh adalah prinsip umpan balik.
Pembelajar akan belajar lebih cepat, efisien dan menyenangkan kalau kalau ia diberi
informasi bahwa ia menjadi lebih mampu setelah belajar. Kesebelas adalah prinsip
kecepatan belajar individual. Setiap individu mempunyai kecepatan yang berbeda dalam
materi tertentu dibandingkan dengan pebelajar yang lain. Kedua belas adalah prinsip
belajar mandiri. Pebelajar dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan
kegiatan belajarnya sendiri
Hubungan antar kompetensi dalam mata pelajaran, dikaji Merril (1983) dalam tulisannya
mengenai teori displai komponen (“Component Display Theory. In C. M. Reigeluth Ed
1983. Instructional-design theories and models: An overview of their current status,
pp.279-333. Hillsdael, NJ: Lawrence Erlbaum Associates”) menyatakan bahwa ada
hubungan antar displai dalam materi ajar. Dalam perancangan pembelajaran, hubungan
antar displai tersebut perlu dianalisis untuk keperluan pengurutan pembelajaran, agar
lebih mudah dipelajari oleh peserta didik. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan
yang divergen, sequensial, maupun random.
Ada tiga hubungan antar kompetensi dalam mata pelajaran yaitu hubungan yang bersifat
hirarkhis, hubungan prosedural, dan hubungan komponen kelompok, di samping
hubungan keempat yang yang merupakan gabungan antara dua atau tiga yang pertama.
Untuk mencapai tujuan kurikuler sekolah, peta pencapaian kompetensi per mata
pelajaran perlu disusun. Pencapaian kompetensi antar mata pelajaran perlu juga
dipetakan agar secara kurikuler urutan pembelajaran peserta didik sudah
terorganisasi. Langkah pertama untuk pemetaan pencapaian kompetensi kurikuler
adalah dengan menyusun peta pencapaian kompetensi per mata pelajaran.
Selanjutnya peta pencapaian kompetensi antar mata pelajaran di petakan untuk
menyusun rancangan pembelajaran sekolah.
Terdapat empat macam susunan hubungan antar kompetensi dalam mata pelajaran,
yaitu hungan hirarkis, prosedural, pengelompokan, dan kombinasi. Masing-masing
susunan hubungan tersebut diuaraikan sebagai berikut.
68 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
a. Hubungan Hirarkis
Hubungan kemampuan yang hirarkis adalah kedudukan dua atau lebih kemampuan
yang menunjukkan bahwa salah satu kemampuan hanya dapat diperagakan bila
kemampuan lain sudah dikuasai lebih dahulu (sebagai kemampuan prasyarat).
Sebagai contoh hubungan antar kemampuan yang bersifat hirarkhis adalah antara
kemampuan mengemudikan traktor dengan kemampuan mengidentifikasi
komponen kemudi traktor. Untuk mampu mengemudikan traktor, maka peserta
didik harus mampu mengidentifikasi kompenen pengemudian traktor.
Kemampuan C
Kemampuan B
Kemampuan
A
b. Hubungan Prosedural
Hubungan kemampuan prosedural adalah kedudukan dua atau lebih kemampuan
yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang
menjadi perilaku prasyarat untuk yang lainnya. Contoh sederhana ialah bila kita
hendak mengajarkan pesertadidik menelepon. Beberapa hal dapat dicatat dari
contoh tersebut: (a) Pesertadidik harus melaksanakan kegiatan secara berurutan,
(b) Masing-masing kegiatan bisa diajarkan secara terpisah (independent), dan (c)
69 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Output (hasil) dari setiap langkah merupakan input untuk langkah
berikutnyaWalaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk
dapat melakukan suatu perilaku umum, namun setiap perilaku itu dapat dipelajari
secara terpisah. Perilaku-perilaku yang tersusun secara prosedural dilukiskan
dalam kotak-kotak yang berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis
horisontal, seperti pada bagan berikut:
c. Struktur Pengelompokan
Terdapat bentuk kemampuan-kemampuan khusus yang saling berhubungan,
namun tidak mempunyai mempunyai ketergantungan satu sama lain. Dalam
keadaan seperti ini, garis penghubung antar kemampuan khusus tidak diperlukan.
Namun demikian, saling hubungan antar kemampuan dapat digambarkan dalam
bentuk pengelompokan kotak-kotak yang tidak dihubungkan, seperti pada Gambar
3 berikut:
d. Struktur Kombinasi
Bila perilaku diuraikan menjadi perilaku-perilaku khusus, sebagian tersebar dalam
bentuk struktur kombinasi antara hirarkikal, prosedural, dan pengelompokan.
Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat dalam ruang lingkup perilaku umum
itu mempersyaratkan perilaku khusus lain, sebagian lainnya merupakan urutan
penampilan perilaku umum dankhusus. Skema hubungan antar perilaku dalam
struktur kombinasi dapat digambarkan seperti pada bagan berikut
70 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Tujuan Mata
Pelajaran
Kemampuan
I
Kemampuan Kemampuan
G H
Kemampuan
F
Kemampuan
B
Kemampuan
A
Dalam merencanakan pembelajaran, ada tiga tahap dalam proses analisis tugas
yang perlu dilakukan, yaitu:
71 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Mengidenifikasi keterampilan prasyarat (prerequisite skills) Apa yang seharus
pesertadidik sudah ketahui sebelum guru mengajarkan suatu materi
tertentu.Sebagai contoh, untuk pelajaran mengenai penyusunan kalimat
sederhana, pesertadidik harus lebih dahulu menguasai kata serta konsep subjek
dan predikat.
Mengidentifikasi keterampilan komponen (component skills). Dalam
mengajarkan pelajaran tertentu, subketerampilan apa yang harus diajarkan
kepada pesertadidik sebelum mereka dapat belajar untuk mencapai tujuan yang
lebih umum?
Merencanakan bagaimana keterampilan komponen akan diatur dan diurut
menuju keterampilan akhir.
Tahap akhir dalam analisis tugas adalah menata kembali sub-sub keterampilan
menjadi keterampilan utuh yang akan diajarkan. Misalnya, pesertadidik mungkin
mempunyai kosa kata yang memadai, menguasai tanda baca, tapi ini tidak selalu
berarti mereka dapat menyusun kalimat yang baku. Sub-sub keterampilan harus
diintegrasikan ke dalam proses yang utuh agar pesertadidik dapat mengerti dan
mempraktikkannya.
72 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Gambar 7 . Peta materi berdasarkan Advance Organizer
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Baca dan fahami tujuan pembelajaran, terutama behavior, degree dan conditionsnya.
2. Baca dan fahami indikator pencapaian kompetensinya
3. Bacalah lembarinformasi dengan menggunakan model SQ3R
Survey : Mengidentifikasi topik dan sub topik pada lembar
informasi
Question : Menanyakan Apa isi dari setiap topik dan sub.
topik
Read : Membaca isi dari topik dan sub. Topik untuk
mampu menjawab pertanyaan tentang apa isi
dari setiap topik dan sub. topik
Recite/Rewrite : Menuliskan isi materi setiap topik dan sub.topik
berdasarkan pengartian anda sendiri setelah
membaca isi msteri tipok dan sub. Topik
Catatan;
Untuk kegiatan memahami isi materi
pembelajaran dengan SQ3R ini Pesertadiklat
dapat menggunakan Software Mind Manager.
73 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Review : Untuk mendapatkan tanggapan dari teman yang
lainnya, kegiatan review ini dapat dilakukan
dengan model twostay two stray
Gambar proses review;
1 2
4 3
Keterangan:
Perwakilan kelompok yang belanja
ke kelompok yang lain
74 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
4. Lama waktu berbelanja pada setiaop
kelompok diatur oleh Widyaiswara.
5. Hasil masukan dari kelompok lain diputuskan
oleh kelompok yang bersangkutan
E. Latihan/Kasus/Tugas
Saudara, kita telah selesai mempelajari Menata materi pembelajaran secara benar
sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik
1. Bagaimana menurut Anda konsep Menata materi pembelajaran secara benar sesuai
dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik
2. Sebutkan dan jelaskan bentuk hubungan antar materi pembelajaran?
Ada tiga hubungan antar kompetensi dalam mata pelajaran yaitu hubungan yang
bersifat hirarkhis, hubungan prosedural, dan hubungan komponen kelompok, di
samping hubungan keempat yang yang merupakan gabungan antara dua atau tiga
yang pertama.
a. Hubungan Hirarkis
Hubungan kemampuan yang hirarkis adalah kedudukan dua atau lebih
kemampuan yang menunjukkan bahwa salah satu kemampuan hanya dapat
diperagakan bila kemampuan lain sudah dikuasai lebih dahulu (sebagai
kemampuan prasyarat).
75 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
b. Hubungan Prosedural
Hubungan kemampuan prosedural adalah kedudukan dua atau lebih kemampuan
yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang
menjadi perilaku prasyarat untuk yang lainnya.
c. Struktur Pengelompokan
Terdapat bentuk kemampuan-kemampuan khusus yang saling berhubungan,
namun tidak mempunyai mempunyai ketergantungan satu sama lain.
d. Struktur Kombinasi
Bila perilaku diuraikan menjadi perilaku-perilaku khusus, sebagian tersebar dalam
bentuk struktur kombinasi antara hirarkikal, prosedural, dan pengelompokan.
G. Rangkuman
Ada tiga hubungan antar kompetensi dalam mata pelajaran yaitu hubungan yang
bersifat hirarkhis, hubungan prosedural, dan hubungan komponen kelompok, di
samping hubungan keempat yang yang merupakan gabungan antara dua atau tiga
yang pertama.
Hubungan Hirarkis
Hubungan kemampuan yang hirarkis adalah kedudukan dua atau lebih kemampuan
yang menunjukkan bahwa salah satu kemampuan hanya dapat diperagakan bila
kemampuan lain sudah dikuasai lebih dahulu (sebagai kemampuan prasyarat).
Hubungan Prosedural
Hubungan kemampuan prosedural adalah kedudukan dua atau lebih kemampuan
yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi
perilaku prasyarat untuk yang lainnya.
Struktur Pengelompokan
Terdapat bentuk kemampuan-kemampuan khusus yang saling berhubungan, namun
tidak mempunyai mempunyai ketergantungan satu sama lain.
76 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Struktur Kombinasi
Bila perilaku diuraikan menjadi perilaku-perilaku khusus, sebagian tersebar dalam
bentuk struktur kombinasi antara hirarkikal, prosedural, dan pengelompokan.
H. Umpan Balik
Apabila anda sudah bisa menjawab semua pertanyaan maka anda dinyatakan berhasil,
tapi bila masih ada soal yang belum terjawab dengan benar maka Anda harus
mempelajarinya dan mencoba menjawab soal latihan lagi sampai benar. Ini penting karena
kemampuan penataan materi ini sangat mempengarui keberhasilan belajar pesertadidik
77 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
BAB VI Kegiatan Pembelajaran 4 Menentukan Pengalaman Belajar Yang Sesuai
Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran Yang Diampu
A. Tujuan Pembelajaran
Pesertadiklat mampu menentukan pengalaman belajar , bila disediakan data KD dan
kondisi pesertadidik dengan tingkat kebenaran 100%
C. Uraian Materi
1. Pengertian Pengalaman Belajar.
Pengertian pengalaman belajar menurut Tyler (1973:63) adalah sebagai
berikut.Learning experience is not the same as the content with which a course deals
nor the activities performed by the teacher. The term learning experience refers to the
interaction between the learner and the external conditions in the environment to which
he can react. Learning takes place through the active behaviour of the student; it is
what he does that he learns, not what teacher does.(Pengalaman belajar tidak sama
dengan konten materi pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Istilah
pengalaman belajar mengacu kepada interaksi antara pebelajar dengan kondisi
eksternal di lingkungan yang ia reaksi. Belajar melalui perilaku aktif pesertadidik; yaitu
apa yang ia lakukan saat ia belajar, bukan apa yang dilakukan oleh guru).
78 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
pesertadidik setelah dia mengikuti kegiatan belajar-mengajar tertentu, 4) pengalaman
belajar itu merupakan hasil yang diperoleh pesertadidik, 5) adanya berbagai upaya
yang dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk membimbing pesertadidik agar
memiliki pengalaman belajar tertentu.
Dalam kaitan ini tentu guru pun ingin mengetahui seberapa jauh pesertadidik telah
menguasai pengalaman belajar yang ditentukan dan seberapa besar efektivitas
bimbingan yang telah diberikan kepada pesertadidik. Dalam konteks inilah evaluasi
pengalaman belajar menjadi sangat penting karena evaluasi pengalaman belajar
merupakan proses pengumpulan dan penginterpretasian informasi atau data yang
dilakukan secara kontinyu dan sistematis untuk menentukan tingkat pencapaian hasil
belajar pesertadidik
79 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Beberapa teknis yang disajikan cenderung untuk memberikan beberapa gagasan
atau ide mengenai bagaimana pengajar dapat melibatkan peserta didik secara
emosional
Terdapat banyak sekali pengaruh-pengaruh yang dapat dipelajari sebaik mungkin
dengan melalui beberapa model yaitu pengajar atau guru yang dalam berbagai hal
menyatukan pengaruh, sedangkan para peserta didik berusaha mencoba
menurunnya
80 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
a. Multimetode
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang biasa digunakan
demi mengimpelementasiakan startegi pemebelajaran sehingga terbentuk
pengalaman belajar bagi pesertadidik, yaitu:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang biasa digunakan oleh setiap guru. Hal
ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu juga adanya faktor
kebiasaa baik dari guru ataupun pesertadidik. Dalam metode ini guru biasanya
merasa belum puas manakala dalam proses pengelolaan pemebelajaran tidak
melalukan ceramah. Demikian juga dengan pesertadidik, mereka akan belajar
manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah,
sehinnga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada
guru berarti tidak ada proses belajar.
2) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukan kepada pesertadidik tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
Sebagai metode penyajian demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara
lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstarsi peran pesertadidik hanya
sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan
pelajaran lebih konkret.
3) Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang menghadapkan
pesertadidik pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan pesertadidik, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen, 1998). Oleh sebab itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama.
81 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
bisa mendengarkan materi yang telah disampaikan oleh seorang guru. Materi
yang dapat dikuasai pesertadidik sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada
apa yang dikuasai guru. Metode pembelajaran yang kedua akan lebih menarik
sebab pesertadidik tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang
terjadi. Dalam hal ini dengan cara mengamati secara langsung pesertadidik kan
memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dengan kenyataan.
Sedangkan metode yang ketiga sifatnya melatih pesertadidik untuk
memecahkan masalah yang telah diberikan. Dalam metode ini pesertadidik
dirangsang untuk lebih kreatif dalam memberikan gagasan, bertukar pikiran
dalam mengatasi setiap permasalahan. Namun disisi lain dalam metode ini
hanya akan dikuasai oleh 2 atau 3 orang pesertadidik yang memiliki
keterampialan berbicara.
b. Multimedia
Media pembelajara merupakan seluruh alat dan bahan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan seperti media elektronik, media cetak, buku atau
LCD dan lain sebagainya.
1) Tutorial
Dalam hal ini program menuntut komputer untuk berbuat sebagai seorang
tutor yang memimpin pesertadidik melalui urutan materi yang mereka
harapkan menjadi pokok pengertian. Komputer dapat menemukan lingkup
kesulitan tiap pesertadidik, kemudian menjelaskan pendapat-pendapat yang
ditemukan pesertadidik, menggunakan contoh dan latihan yang tepat dan
mentes pesertadidik pada tiap langkah untuk mencek bagaimana
pesertadidik telah mengerti dengan baik.
82 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
2) Simulasi
Bentuk kedua pengajaran dengan komputer ialah untuk simulasi pada suatu
keadaan khusus, atau sistem di mana pesertadidik dapat berinteraksi.
Pesertadidik dapat menyebut informasi, sehingga dapat sampai pada
jawabannya, karena mereka berpikir sehat, mencobakan interpretasinya dari
prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Komputer akan menceritakan pada
pesertadidik apakah dampak dari keputusannya, terutama tentang reaksi dari
kritikan atau pendapatnya.
3) Pengolahan Data
Rowntree (Roestiyah, 2001) menuliskan bahwa dalam hal ini komputer
digunakan sebagai suatu penelitian sejumlah data yang luas atau
memanipulasi data dengan kecepatan yang tinggi. Pesertadidik dapat
meminta kepada komputer untuk meneliti figur-figur tertentu atau
menghasilkan grafik dan gambar yang sulit/kompleks. Menurut Hamalik
(2003), ada tiga bentuk penggunaan komputer dalam kelas, yaitu untuk:
83 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
yang paling tepat dengan mengobservasi dan menganalisis bukti-bukti kandungan
unsur hara, eksperimen.
b. Kesiapan Pesertadidik
Faktor kedua yang harus diperhatikan dalam memilih pengalaman belajar adalah
kesiapan pesertadidik. Guru hendaknya mempertimbangankan kesiapan
pesertadidik. Untuk itu guru hendaknya juga memperhatikan tingkat
perkembangan, terutama perkembangan kognitif. Menurut Jean Piaget anak yang
berumur ≥ 12 tahun tingkat berfikir pesertadidik sudah mampu berfikir abstrak,
tanpa terbatas kepada hal-hal yang kongkrit. (M.I. Soelaeman, 1985:328) tentunya
konsep sudah bisa dipahami pesertadidik apabila. Pesertadidik yang demikian
tentunya pengalaman belajarnya adalah pengalaman belajar langsung maupun
tidak langsung sudah bisa dilakukan.
84 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
penjelasannya.Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak
tahan duduk manis berlama-lama mendengarkan penyampaian pelajaran.
Tak heran kalau individu yang memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar
lebih baik kalau prosesnya disertai kegiatan fisik.Kelebihannya, mereka
memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping
kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability). Pengalaman
belajar yang sesuai untuk pesertadidik tipe ini adalah dengan melakukan
prakti motorik langsung.
(b) Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus
menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita
sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa
area penting di otak kita menjadi aktif.
Pakaian warna pastel lembut mungkin cantik, namun mungkin tidak mudah
dikenang atau diingat. Sekuntum bunga merah tua pada pakaian warna
hitam mungkin lebih mudah diingat. Seperti halnya citra visual, demikian
pula suara. Maka jika suatu pesan kritis atau sulit, coba baca pesan keras-
keras dengan dramatis.
85 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan
sekitarnya, seperti hadirnya pesertadidik baru, adanya papan
pengumuman di pojok kelas dan sebagainya.
Pengalaman belajar yang sesuai pada pesertadidik yang
mempunyai gaya belajar ini adalah ekspository dan diskusi.
(c) Gaya belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat
kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat
lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua
indra yang lain. Adapun teknik yang dikembangkan dalam melaksanakan
strategi visual adalah peta konsep. Peta konsep atau peta pembelajaran
adalah cara dinamik utuk menangkap butir-butir pokok informasi yang
signifikan. Mereka menggunakan format global atau umum, yang
memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita
berfungsi dalam pelbagai arah secara serempak.
Penelitian yang dilakuakan oleh Robert Ornstein dan lain-lain telah
menunjukkan bahwa proses berfikir adalah kombinasi kompleks kata,
gambar, skenario, warna dan bahkan suara dan musik. Degan demikian,
proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta konsep
mendekati operasi alamiah dalam berfikir.
Bagaimana anda dapat menambahkan citra mental setelah anda
mempelajari sesuatu?
Gambar Saja Sering sekali strategi visual yang paling sederhana adalah
menggambarkan seubah sketsa atau merancang sebuah karta, grafik atau
diagram.
Pengalaman belajar yang sesuai untuk pesertadidik dengan tipe Visual ini
adalah menggunakan petakonsep.
(d) Gaya belajar Intelektual: Belajar dengan memecahkan masalah dan
merenung.
Yang dimaksud dengan intelektual menurut Dave Meier adalah bukanlah
pendekatan belajar yang tanpa emosi, tidak berhubungan, rasionalistis,
akademis, dan terkotak-kotak. Kata intelektual menunjukkan apa yang
dilakukan pembelajar dalam fikiran mereka secara internal ketika mereka
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan
menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman
tersebut.
86 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan
masalah dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam
fikiran; sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan
pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Ia
menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh
untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Ketika sebuah
pembelajaran tidak dapat menantang sisi intelektual pembelajar,
pembelajaran tersebut akan kelihatan dangkal dan kekanak-kanakan. Inilah
yang terjadi dengan beberapa teknik “kreatif” yang mengajak orang untuk
bergerak secara fisik (S), mempunyai auditori (A) dan masukan visual (V),
namun tidak memiliki kedalaman intelektual (I), akhirnya anda akan
menjalankan “SAVI”-sangat menjanjikan diawal-awal pembelajaran, namun
kemudian musnah begitu hujan realitas turun.
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa
pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan
presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka
dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S),
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara
menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka
(I). Atau mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan
masalah (I) jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk
menghasilkan piktogram atau panjang tiga dimensi (V) sambil
membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (A).
(a) Concrete Experience (CE). Siswa belajar melalui perasaan (feeling), dengan
menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi
dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Siswa
melibatkan diri sepenuhnya melalui pengalaman baru, siswa cenderung
lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang
dihadapinya.
(b) Abstract Conceptualization (AC). Siswa belajar melalui pemikiran (thinking)
dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis,
87 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Siswa
menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi
teori yang sehat, dengan mengandalkan pada perencanaan yang
sistematis.
(c) Reflective Observation (RO). Siswa belajar melalui pengamatan (watching),
penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari
berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati.
Siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk
opini/pendapat, siswa mengobservasi dan merefleksi pengalamannya dari
berbagai segi.
(d) Active Experimentation (AE). Siswa belajar melalui tindakan (doing),
cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani
mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya.
Siswa akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan,
pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori
untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan .
88 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Gambar 9 Tipe belajar anak menurut David Decolb
1) Tipe 1. Diverger.
Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Reflective
Observation (RO), atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling)
dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Diverger memiliki
keunggulan dalam kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari
banyak sudut pandang yang berbeda, kemudian menghubungkannya
menjadi sesuatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi
adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”. Siswa seperti ini menyukai tugas
belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide dan gemar
mengumpulkan berbagai informasi. Mereka biasanya lebih banyak bertanya
“Why?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini
adalah sebagai Motivator.
2) Tipe 2. Assimilator.
Tipe kedua ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan
Reflective Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari pemikiran
(thinking) dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Assimilator
memiliki keunggulan dalam memahami dan merespons berbagai sajian
informasi serta mengorganisasikan merangkumkannya dalam suatu format
yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya siswa tipe ini cenderung lebih teoritis,
lebih menyukai bekerja dengan ide serta konsep yang abstrak, daripada
89 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
bekerja dengan orang. Mata pelajaran yang diminatinya adalah bidang sains
dan matematika. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What?”. Peran dan
fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai
seorang Expert.
3) Tipe 3. Converger.
Tipe ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Concrete
Experience (CE). atau dengan kata lain kombinasi dari berfikir (thinking) dan
berbuat (doing). Siswa mampu merespons terhadap berbagai peluang dan
mampu bekerja secara aktif dalam setiap tugas yang terdefinisikan secara
baik. Siswa gemar belajar bila menghadapi soal dengan jawaban yang pasti,
dan segera berusaha mencari jawaban yang tepat. Dia mau belajar secara
trial and error hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari
kegagalan.
Siswa dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari
berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung
lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif). Dia cenderung tidak emosional
dan lebih menyukai bekerja yang berhubungan dengan benda dari pada
manusia, masalah sosial atau hubungan antar pribadi.
Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang IPA dan teknik. Mereka
biasanya lebih banyak bertanya “How?”. Peran dan fungsi guru yang cocok
untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang Coach, yang dapat
menyediakan praktik terbimbing dan dapat memberikan umpan balik yang
tepat.
4) Tipe 4. Accomodator
Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Active
Experimentation (AE) atau dengan kata lain kombinasi antara merasakan
(feeling) dengan berbuat (doing). Siswa tipe ini senang mengaplikasikan
materi pelajaran dalam berbagai situasi baru untuk memecahkan berbagai
masalah nyata yang dihadapinya. Kelebihan siswa tipe ini memiliki
kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang
dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya
dalam berbagai pengalaman baru yang menantang. Dalam usaha
90 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia
(untuk mendapatkan masukan/informasi) dibanding analisa teknis. Mereka
cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada
berdasarkan analisa logis, sering menggunakan trial and error dalam
memecahkan masalah, kurang sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada
teori yang tidak sesuai dengan fakta cenderung untuk mengabaikannya. Mata
pelajaran yang disukainya yaitu berkaitan dengan lapangan usaha (bisnis)
dan teknik.
Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What if?”. Peran dan fungsi guru
dalam berhadapan dengan siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan
siswa pada “open-ended questions”, memaksimalkan kesempatan siswa
untuk mempelajari dan menggali sesuatu sesuai pilihannya. Penggunaan
Metode Problem-Based Learning tampaknya sangat cocok untuk siswa tipe
yang keempat ini.
a. Mengamati
b. Menanya;
c. Mengumpulkan informasi;
d. Mengasosiasi; dan
e. Mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan
belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Pembelajaran
91 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Pembelajaran
92 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Pembelajaran
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Baca dan fahami tujuan pembelajaran, terutama behavior, degree dan conditionsnya.
2. Baca dan fahami indikator pencapaian kompetensinya
3. Bacalah lembarinformasi dengan menggunakan model SQ3R
Survey : Mengidentifikasi topik dan sub topik pada lembar
informasi
Question : Menanyakan Apa isi dari setiap topik dan sub.
topik
Read : Membaca isi dari topik dan sub. Topik untuk
mampu menjawab pertanyaan tentang apa isi
dari setiap topik dan sub. topik
Recite/Rewrite : Menuliskan isi materi setiap topik dan sub.topik
berdasarkan pengartian anda sendiri setelah
membaca isi msteri tipok dan sub. Topik
93 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Catatan;
Untuk kegiatan memahami isi materi
pembelajaran dengan SQ3R ini Pesertadiklat
dapat menggunakan Software Mind Manager.
Review : Untuk mendapatkan tanggapan dari teman yang
lainnya, kegiatan review ini dapat dilakukan
dengan model twostay two stray
Gambar proses review;
1 2
4 3
Keterangan:
Perwakilan kelompok yang belanja
ke kelompok yang lain
94 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
menambahkan ide yang dirasa belum
termuat .
Untuk keteraturan gerakan yang belanja
mengikuti arah anak panah sampai kembali
kekelompok
(e) Lama waktu berbelanja pada setiaop
kelompok diatur oleh Widyaiswara.
(f) Hasil masukan dari kelompok lain diputuskan
oleh kelompok yang bersangkutan
E.Latihan/Kasus/Tugas
Saudara, kita telah selesai mempelajari menentukan pengalaman belajar. Selanjutnya
untuk memantapkan pemahaman saudara, kerjakanlah latihan berikut ini.
Karakteristik konsep yang dimaksud adalah tuntutan dan tuntunan yang sudah
melekat untuk tiap konsep. Sebagai contoh, konsep pupuk yang berarti
mengamati benda berdasarkan atribut-atribitnya.
95 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
b. Kesiapan Pesertadidik
G. Rangkuman
96 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
Suasana yang bebas dan penuh kepercayaan akan menunjang kehendak peserta
didik untuk mau melakukan tugas sekalipun mengundang risiko
Pengaruh strategi yang mendalam dapat dipergunakan namun sangat tergantung
pada beberapa aspek, misalnya usia, kematangan, kepercayaan, dan penghargaan
terhadap orang lain. Dan kebahagiaan guru juga tergantung pada latihan-latihan
yang diberikan untuk megendalikan atau menguasai aspek tersebut
Beberapa teknis yang disajikan cenderung untuk memberikan beberapa gagasan
atau ide mengenai bagaimana pengajar dapat melibatkan peserta didik secara
emosional
Terdapat banyak sekali pengaruh-pengaruh yang dapat dipelajari sebaik mungkin
dengan melalui beberapa model yaitu pengajar atau guru yang dalam berbagai hal
menyatukan pengaruh, sedangkan para peserta didik berusaha mencoba
menurunnya
b. Kesiapan Pesertadidik
Faktor kedua yang harus diperhatikan dalam memilih pengalaman belajar adalah
kesiapan pesertadidik. Guru hendaknya mempertimbangankan kesiapan
pesertadidik. Untuk itu guru hendaknya juga memperhatikan tingkat
perkembangan, terutama perkembangan kognitif. Fasilitas yang tersedia
c. Faktor ketiga yang juga penting dipertimbangkan guru adalah ketersediaan alat.
Guru tentunya tidak bisa merancang suatu kegiatan yang akan menggunakan alat
atau bahan yang tidak dapat disediakan sekolah.
d. Gaya Belajar Pesertadidik
97 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m
H. Umpan Balik
Apabila anda sudah bisa menjawab semua pertanyaan maka anda dinyatakan berhasil,
tapi bila masih ada soal yang belum terjawab dengan benar maka Anda harus
mempelajarinya dan mencoba menjawab soal latihan lagi sampai benar. Ini penting karena
kemampuan penataan materi ini sangat mempengarui keberhasilan belajar pesertadidik
98 |A l i h F u n g s i – P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m