You are on page 1of 33

WHITE PAPER CLINICAL PRIVILEGES

DOKTER SPESIALIS ANAK


RS..

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu dan teknologi mengakibatkan pola penanggulangan dan penanganan penyakit atau
masalah kesehatan akan mengalami kemajuan sehingga menjadi lebih efektif, lebih beragam dan lebih
canggih namun menjadi lebih mahal. Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk menyaring dan
menapis penerapannya sesuai dengan budaya bangsa dan tahapan pembangunan. Untuk memenuhi
tuntutan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas, diperlukan
tenaga kesehatan yang sesuai dan berkualitas yaitu tenaga kesehatan profesional yang didukung oleh
penguasaan ilmu dan teknologi yang kuat dan rasional.

Selain itu dokter spesialis anak tidak hanya berfungsi sebagai tenaga profesional dalam pelayanan
kesehatan anak melainkan juga diharapkan mempunyai kemampuan akademik sebagai tenaga peneliti
dan tenaga pendidik. Untuk menjaga dan menjamin kompetensi yang ditetapkan tersebut dapat tercapai
maka diperlukan Standar pendidikan dokter spesialis anak yang bersifat nasional.

Kompetensi dibidang profesi kedokteran harus dibangun secara komprehensif, terpadu, terstruktur dan
bersifat akademik dan 1professional. Tuntutan seperti ini dapat terpenuhi dengan mengacu kepada
Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang pada penerapannya memerlukan konsistensi, kedisplinan dan
komitmen yang tinggi.

Berdasarkan SK Mendiknas No 45/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab yang dimilki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang perkejaan tertentu.

Di bidang kedokteran, kompetensi dokter adalah penerapan pengetahuan melalui ketrampilan, kecakapan
serta kemampuan professional dalam hal menjalin hubungan antar manusia, pengambilan keputusan,
kemampuan psikomotor, serta moral dan etika dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
paripurna bagi masyarakat.

1.2. Dokter Spesialis Anak

Dokter Spesialis Anak adalah seorang dokter yang telah mencapai kompetensi tertentu secara profesional
mengkhususkan diri melayani anak sehat dan anak sakit dalam keluarga maupun dalam masyarakat sejak
konsepsi sampai akhir usia remaja serta mempunyai kemampuan untuk menyerap, mengembangkan dan
menyebarluaskan Ilmu Kesehatan Anak.
1
Dokter Spesialis Anak adalah dokter yang memiliki kualifikasi sebagai berikut :

1. Lulus pendidikan dokter yang diakui Pemerintah Indonesia


2. Lulus pendidikan Spesialisasi Anak dari pusat Pendidikan Spesialis Anak yang telah diakui di
Indonesia

Dokter Spesialis Anak harus mempunyai kompetensi sbb :

1. Kompetensi akademik peringkat magister yang mampu menyerap, meneliti, mengembangkan dan
menyebarkan ilmu kesehatan anak sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Kompetensi profesional peringkat dokter spesialis yang mampu memberikan pelayanan kesehatan
anak secara paripurna dalam tingkat spesialistik bertaraf internasional sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan masyarakat.

Dokter Spesialis Paru & Pernafasan harus mempunyai pengetahuan teori pemahaman tentang teori, keterampilan
dan profesional :

1. Mampu menerapkan prinsip- prinsip dan metode berpikir ilmiah dalam memecahkan masalah
kesehatan anak.
2. Mmpu mengenal, merumuskan pendekatan penyelesaian dan menyusun prioritas masalah kesehatan
anak dengan cara penalaran ilmiah, melalui perencanaan, implementasi dan evaluasi terhadap upaya
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Menguasai pengetahuan serta mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dalam memberikan
pelayanan kesehatan anak.
4. Mempunyai keterampilan dan sikap yang baik sehingga sanggup memahami dan memecahkan
masalah kesehatan anak secara ilmiah dan dapat mengamalkannya kepada masyarakat secara
optimal.
5. Mampu menangani setiap kasus pediatric spesialistik dengan kemampuan profesionalisme yang tinggi
melalui pendekatan kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine).
6. Mampu melakukan pelayanan kesehatan anak melalui komunikasi interpersonal, sehingga anank
dapat tumbuh dan berkembang optimal secara fisik, mental dan sosial dengan upaya pencegahan,
pengobatan, peningkatan kesehatan dan rehabilitasi.
7. Mampu meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan bidang Ilmu
Kesehatan Anak.
8. Mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian dasar, klinis dan lapangan serta mempunyai
motivasi mengembangkan pengalaman belajarnya sehingga dapat mencapai tingkat akademik yang
lebih tinggi.
9. Mampu mengorganisasi pelayanan kesehatan anak sehingga menjadi pemuka dalam pengembangan
pelayanan kesehatan anak dengan profesionalisma tinggi.
10. Mampu berpartisipasi dalam kependidikan kesehatan umumnya, ilmu kesehatan anak khususnya.
11. Bersifat terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu dan teknologi, ataupun masalah
yang dihadapi masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan anak.
12. Mempunyai rasa tanggung jawab dalam melakukan profesi kedokteran dalam suatu sistem pelayanan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional dan berpegang teguh pada Etik Kedokteran Indonesia.

2
1.3. Perhimpunan & Pendidikan/Akademik :

1. Ikatan Dokter Spesialis Anak Indonesia (IDAI) merupakan wadah profesi spesialisasi Anak.
2. Kolegium Ilmu Kesehetan Anak (IKA) Indonesia

3
BAB II
STANDAR PELAYANAN

2.1. Standar Kompetensi

1. Alergi Imunologi

a. Anafilaksis
b. Urtikaria
c. Edema angioneurotik
d. Dermatitis
e. Rinitis alergika
f. Sinusitis paranasalis
g. Asma bronkial dan batuk kronik
h. Konjungtivitis vernalis
i. Alergi obat
j. Alergi makanan
k. Sindrom Steven-Johnson
l. Nekrolisis epidermal toksik
m. Penyakit defisiensi imun
n. Penyakit auto imun
o. Artritis rheumatoid juvenilis
p. Lupus eritematosis sistemik
q. Purpura Henoch- Schonlein
r. Acquired Immune Deficiency Syndrome
s. Sengatan serangga

2. Aspek Pediatri dalam Ilmu Bedah

a. Bedah efektif pada bayi dan anak dengan kelainan bawaa yang dapat
diperbaiki
b. Bedah akut pada bayi dan anak dengan trauma, aspirasi benda asing, tertelan
benda asing, akut abdomen, atau infeksi akut
c. Penyakit menahun yang perlu pembedahan

3. Dermatologi

a. Kelainan congenital dan perkembangan


b. Kelainan kulit dengan manifestasi klinik
c. Infeksi kulit
d. Dermatitis

4
4. Endokrinologi

a. Pertumbuhan dan gangguan pertumbuhan


- Perawakan pendek
- Perawakan tinggi
b. Obesitas
- Obesitas hormonal
- Perbedaan obesitas hormonal dan obesitas nutrisional
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Diabetes insipidus
- SIADH
d. Gangguan kelenjar tiroid
- Hipotiroid
- Hipertiroid
- Struma
- Tumor
e. Diabetes mellitus
- Diabetes mellitus tipe 1
- Diabetes mellitus tipe 2
- Diabetik ketoasidosis
- Bayi dari ibu DM
- Neonatal diabetes
f. Hipoglikemia
- Hipoglikemia pada bayi
- Hipoglikemia pada anak
g. Hyperplasia adrenal congenital
h. Sindroma Cushing dan Penyakit Cushing
i. Testis dan gangguannya
j. Ambigus genitalia
- Disgenesis gonad
- Mikropenis
- Pseudohermaprodit
k. Kelenjar paratiroid dan gangguannya
- Hipoparatiroid

5. Gastro Hepatologi

Gastroenterologi :
a. Disfagia
b. Anoreksia
c. Muntah
- Refluks gastroesofagus
- Muntah menetap
- Muntah bedah
d. Diare
5
- Diare akut
- Sindrom diare kronik
- Malabsorbsi dan intoleransi kronik
- Terapi nutrisi enteral
- Alergi makanan
- Perawatan pasca bedah intestinal
e. Perdarahan saluran cerna
- Perdarahan saluran cerna sederhana
- Perdarahan saluran cerna yang sulit
f. Kembung
- Kembung non-bedah
- Kembung bedah
- Enterokolitis nekrotikans
g. Konstipasi
- Konstipasi akibat pengaruh makanan
- Konstipasi akibat kelainan bawaan
- Konstipasi akibat infeksi
- Konstipasi akibat obat
h. Sakit perut
- Sakit perut akut
- Sakit perut berulang
- Sakit perut bedah
i. Gangguan tumbuh kembang akibat penyakit saluran cerna
- Masukan kalori yang tidak adekuat
- Malabsorbsi dan kehilangan kalori terlalu banyak
- Diare kronik
- Gangguan fugsi limfatiksaluran cerna
j. Keracunan makanan oleh :
- Bahan kimia
- Bakteri beracun dalam bahan makanan
- Bahan makan yang tercemar jamur beracun
- Bahan makanan yang beracun
- Bahan makanan yang mengandung atau tercemar logam berat
Hepatologi :
a. Kolestasis
- Kolestasis intrahepatik pada bayi dan anak
- Infeksi
- Sepsis
- Virus hepatotropik A-C
- Virus non-hepatotropik : TORCH
- Metabolik
- Sindrom Alagille
- Defisiensi alfa 1 antitripsin
- Galaktosemia
- Tirosinemia
6
- Kolestasis ekstrahepatik pada bayi dan anak
- Atresia bilier
- “Inspissated bile syndrome”
- Kista duktus koledokus
- Kolelitiasis
- Kolesistitis
b. Hepatitis akut
- Hepatitis virus hepatotropik A-C
- Hepatitis virus non A-C
- Hepatitis non virus ( karena obat, bakteri, parasit)
c. Hepatitis kronik
- Hepatitis virus hepatotropik (B-C)
- Hepatitis karena kelainan metabolic
- “Glycogen storage disease”
- Sindrom Alagille
- Defisiensi alfa 1 – antitripsin
- Galaktosemia
- Penyakit Wilson
- Hepatitis autoimun
d. Tumor hati
- Hepatoblastoma
- Karsinoma hepatoseluler
e. Kelainan hati akibt obat
- Parasetamol
- Sitostatika
- Tuberkulostatik
- Antikonvulsan
f. Penyakit hati metabolic
- Gangguan metabolisma karbohidrat
- Gangguan metabolisme protein
- Gangguan metabolisme lemak
- Gangguan metabolik lain
- Defisiensi alfa 1 antitripsin
- Penyakit Wilson
g. Sirosis hepatis dan hipertensi porta
- Sirosis ahti
- Hipertensi porta karena sirosis
- Hipertensi porta karena kelainan ekstrahepatik
- Asites refrakter karena sirosis hati
h. Gagal hati fulminant
i. Penyakit sistemik yang berpengaruh pada hati
- Gagal jantung kanan
- Septikemia
- Leukemia
- Tumor yang bermetastasis ke hati
7
- Tuberkulosis milier
- Malnutrisi berat
j. Transplantasi hati

6. Gigi dan mulut

a. Odontologi
- Pertumbuhan gigi normal
- Kelainan gigi karena gangguan pertumbuhan gigi
- Kelainan gigi pada penyakit sistemik
- Karies dentis
- Penyakit periodontal
b. Stomatologi
- Penyakit jaringan lunak mulut yang sering ditemukan
- Penyakit kelenjar saliva
- Penyakit pada rahang
- Kelainan pertumbuhan rahang
- Trauma mulut

7. Gizi dan metabolik

a. Latar belakang teori gizi klinik


b. Penilaian status gizi
c. Air susu ibu
d. Pengganti air susu ibu
e. Pensapihan
f. Kesulitan makan pada anak
g. Gizi salah
h. Dukungan gizi
i. Gizi komunitas

8. Hematologi

a. Anemia
- Anemia defisiensi besi
- Anemia defisiensi asam folat dan vitamin B12
- Anemia hemolitik autoimun
- Anemia pasca perdarahan
- Anemia aplastic
b. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
c. Defisiensi G6PD
d. Thalassemia
e. Hemoglobinopati lain
f. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
g. Amegakaryocytic Thrombocytopenic Purpura
8
h. Trombopatia
i. Hemofilia
j. Penyakit Von Willebrand
k. Defisiensi Vitamin K
l. Kelainan pembuluh darah
m. Leukemia
n. Tumor ganas padat

9. Kardiologi

a. Penyakit jantung bawaan :


- Defek septum atrium
- Defek septum ventrikel
- Duktus arteriosus persisten
- Stenosis pulmonal
- Hipoplasia jantung kiri
- Stenosis aorta
- Koarktasio aorta
- Tetralogi Fallot
- Atresia tricuspid
- Transposisi arteria besar
- Anomali drenase vena pulmonalis
- Double outlet right ventricle
- Dekstrokardia
b. Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik
c. Penyakit jantung didapat non-reumatik
- Infeksi :
- Endokarditis
- Miokarditis
- Perikarditis dan efusi perikardium
- Penyakit Kawasaki
- Penyakit Takayasu
- Non- infeksi :
Kelainan kardiovaskuler pada :
- Glomerulonefritis
- Hipertensi
- Gangguan elektrolit dan asam basa
- Kelainan hematologik
- Penyakit metabolik dan endokrin
- Kelainan gizi
- Penyakit paru
d. Masalah khusus
- Gagal jantung
- Disritmia
- Tromboemboli
9
- Hipertensi pulmonal
- Kardiomiopati
- Henti jantung

10. Nefrologi

a. Kelainan kongenital ginjal dan saluran kemih


- Nefropati congenital
- Agenesis ginjal
- Ginjal polikistik
- Ginjal multikistik
- Hipoplasia ginjal
- Uropati congenital
- Obstruksi hubungan uroteropelvik
- Obstruksi hubungan ureterovesiko
- Duplikasi ureter
- Refluks vesikoureter
- Katup uretra posterior
- Ureterocele
- Sindrom prune belly
b. Glomerulopati
- Sindrom nefrotik
- Sindrom nefrotik congenital
- Sindrom nefrotik responsive steroid
- Sindrom nefrotik non responsif steroid
- Glomerulonefritis
- Glomerulonefritis akut
- Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNA PS)
- Glomerulonefritis akut lain ( GNA non PS )
- Glomerulonefritis kronik
- Glomerulonefritis progresif cepat
- Kelainan ginjal pada penyakit sistemik
- Nefritis lupus
- Sindrom hemolitik uremik
- Henoch Schonlein purpura
- Nefropati diabetikum
- Nefropati IgA
- Sindrom Alport
c. Tubulopati
- Asidosis tubular renal
- Sindrom Fanconi
- Rikets hiopofosfatemia ( Vitamin D resistant rickets )
d. Hipertensi
- Hipertensi primer
- Hipertensi sekunder
10
- Hipertensi renoparenkim
- Hipertensi renovaskular
- Hipertensi non-renal
- Hipertensi krisis
- Hipertensi non-krisis
e. Infeksi saluran kemih
- Bakteriuria asimtomatik
- Infeksi saluran kemih simpleks
- Infeksi saluran kemih kompleks
- Pielonefritis akut Refluks vesikoureter dan nefropati refluks
- Uropati obstruktif
f. Batu saluran kemih
- Batu vesika
- Batu ginjal
g. Intoksikasi jengkol
h. Nefritis interstisialis
- Nefritis interstisialis akut
- Nefritis interstisialis kronik
i. Gagal ginjal
- Gagal ginjal akut
- Gagal ginjal kronik
j. Tumor ginjal
- Tumor Wilms
k. Gangguan pola berkemih
- Enuresis
- Inkontinensia urin
- Kandung kemih neurogenic

11. Neurologi

a. Peninggian tekanan intracranial


b. Gangguan perkembangan umum
c. Kelemahan
d. Kejang
e. Malformasi congenital
f. Infeksi prenatal
g. Penyakit metabolic dan degenerative
h. Penyakit neurokutan
i. Penyakit neuromuskuler
j. Tumor susunan saraf
k. Trauma lahir pada neonates
l. Infeksi susunan saraf dan komplikasinya
m. Trauma kepala tulang belakang
n. Penyakit cerebrovaskuler
o. Ensefalopati
11
p. Gangguan perkembangan Khusus
q. Attention Deficit Disorder dan gangguan otonom

12. Oftalmologi

a. Infeksi mata (konjungtivitis)


b. Pengenalan dini kelainan mata
- Strabismus
- Ambliopia (aka Lazy eyes)
- Blocked tear ducts
- Ptosis
- Retinopathy of prematurity
- Visual inattention
- Pediatric cataracts
- Pediatric glaucoma
- Abnormal vision development
- Eye problem due to genetic disorders
- Congenital malformation of vision or tear drainage duct system
- Orbital tumor
- Refractive errors (myopia)
- Accomodative insufficiency
- Convergenceinsufficiency and asthenopia
- Evaluation of visual issues in education

13. Pediatri Gawat Darurat

a. Pertolongan pertama pada kecelakaan


b. Resusitasi dasar dan lanjutan
c. Pengangkutan penderita gawat
d. Kedaruratan anak
e. Ilmu kesehatan anak intensif
f. Rujukan, sistem komunikasi dan organisasi

14. Radiologi dan pencitraan

a. Radiologi dan pencitraan neonates


- Rontgen toraks
- Penyakit hyaline membran
- Sindrom aspirasi mekonium
- Pneumothoraks
- Pnumomediastinum
- Hernia diafragmatika
- Hipoplasia/agenesis paru
- Emfisema lobaris congenital
- Displasia bronkopulmoner
12
- USG toraks
- Paralisis diafragma
- Rontgen abdomen
- Enterokolitis nekrotikans
- Morbus hirschsprung
- Atresia Esophagus
- Atresia Ani
- Atresia duodeni
- Atresia jejunum
- Atresia ileum
- Peritonitis mekonium
- Stenosis pylorus hipertrofi
- USG dan CT scan abdomen
- Ginjal dan saluran kemih
- Hati dan sistem bilier
- Massa intraabdomen
- Stenosis pilorik hipertrofi
- Rontgen Kepala
- Kraniostenosis
- Displasia
- Tumor
- Infeksi
- USG dan CT scan kepala
- Kelainan congenital
- Hidrosefalus
- Mikrosefali
- Perdarahan otak
- Rontgen tulang
- Displasia
- Fraktur
- Kelainan congenital: CTEV, dan lain-lain
- Babygram ( foto seluruh tubuh dalam 1 film )
-
b. Radiologi dan pencitraan bayi dan anak
- Rontgen toraks
- Tuberkulosis paru
- Kelainan congenital
- Edema paru
- Efusi pleura
- Asma bronchial
- Pneumotoraks
- Pneumomediastinum
- Hernia diafragmatika
- Paralisis diafragma
- Aspirasi pneumonia

13
- Pneumatokel
- Bulla
- Bronkopneumonia
- Bronkiolotis
- Bronkiektasis
- USG dan CT Scan Thoraks
- Pleural efusi
- Empiema
- Paralisis diafragma
- Tumor
- Rontgen abdomen
- Morbus hirschsprung
- Ileus
- Peritonitis
- Perforasi
- Appendisitis kronik
- Intususepsi
- Pilorik hypertrophy stenosis
- Batu ginjal-ureter
- Massa tumor intra/retroperitoneal
 Hati dan sistem bilier
 Cairan bebas intraperitoneal
- USG dan CT scan abdomen
- Pilorus stenosis hypertrophy (hanya USG)
- Massa tumor retro/intraperitoneal
- Intususepsi
- Appendisitis kronik
- Batu ginjal-saluran kemih; empedu
- Kelainan congenital
- Genitalia interna
- Testis-kriptokismus
- Rontgen kepala
- TORCH
- Trauma kapitis
- Tumor
- Displasia
- Kelainan congenital
- Infeksi
- USG dan CT Scan Kepala
- Hidrocephalus
- Mikrocephalus
- Tumor
- Fraktur
- Rontgen Tulang
- Displasia

14
- Fraktur
- Tumor/keganasan
- Bone survey (pada penyakit tertentu)
- Bone age (umur tulang)
- Metabolisme:
 Osteoporosis
 Osteopenia
 Rickets, dan lain-lain
- Thalasemia
- Kelainan congenital

15. Penyakit infeksi tropis

a. Infeksi parasit
- Helminthiasis
- Ankilostomiasis
- Askariasis
- Oksiuriasis
- Trikuriasis
- Taeniasis solium
- Taeniasis saginata
- Malaria
- Amubiasis
- Giardiasis
- Toksoplasmosis
b. Infeksi Jamur
- Candidiasis
- Histoplasmosis
c. Infeksi bakteri
- Difteri
- Disentri basil
- Pertusis
- Tetanus
- Demam tifoid
- Salmonelosis
- Infeksi Streptokokkus grup A
- Infeksi Stafilokokkus
- Sepsis
- Leptospirosis
d. Infeksi virus
- Campak
- Dengue
- Poliomielitis
- Rubella
- Mumps
15
- Varicella-zooster
- Epstein Barr virus
- Rabies
- Chikungunya
- Influenza
- HIV
- Japanese B ensefalitis
- Sitomegalovirus
e. Lain-lain
- Infeksi nosokomial
- Sengatan/gigitan ular
- Sengatan/gigitan serangga

16. Penyakit telinga hidung dan tenggorokan

a. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak


b. Otitis media
c. Mastoiditis
d. Rhinitis
e. Sinusitis
f. Epistaksis
g. Corpus alienum
h. Tonsilofaringitis
i. Laringitis
j. Gangguan pernafasan jalan nafas bagian atas
k. Trakeostomi dan intubasi pada anak

17. Perinatologi

a. Pertumbuhan dan perkembangan janin


b. Pengawasan antenatal dan perinatal
c. Morbiditas dan mortalitas perinatal
d. Pemeriksan fisik dan neurologik neonates
e. Fisiologi neonates
f. Penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada neonates
- Asfiksia neonatorum
- Infeksi pada neonatus
- Trauma lahir
- Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan kekurangan gizi
g. Gejala dan keadaan yang penting pada neonatus
- Sindrom gagal nafas
- Ikterus neonatorum
- Anemia dan perdarahan
- Kejang pada neonatus
- Muntah, diare, hipotermia, letargi, tidak mau mengisap, berat badan tidak
16
mau naik
h. Perawatan neonates

18. Psikologi-psikiatri anak

a. Depression
b. Anxiety and affective disorders
c. ADHD
d. Antisocial conduct
e. Substance abuse and severe trauma
f. Tourette’s disorders

19. Respirologi

a. Kelainan pulmonologi pada usia muda


- Kelainan paru dan saluran nafas yang sering ditemukan di usia muda
- Atresia koana
- Paresis pita suara
- Trakeomalasia
- Emfisema lobaris congenital
- Tumor paru
- Kista paru dan bleb paru
- Fistel trakeoesofagus
- Fistel arteriovenosa pada paru
- Limfangiektasis pada paru
- Sekuestrasi paru
- Sindrom Wilson mikity
- Displasia bronkopulmoner
- Tumor mediastinum
- Hyperplasia kelenjar timus
- Teratoma mediastinum
- Higroma kistik
- Kelainan diafragma dan dinding dada
- Hernia diafragmatika
- Paralysis diafragma
- Eventrasio diafragma
- Asphyxiating Thorasic Distrophy
- Osteogenesis imperfecta
- Penyakit membrane hialin
- Sindroma aspirasi
- Pneumomediastinum dan pneumotoraks
- Perdarahan paru
- Edema paru
b. Asma
- Serangan asma
17
- Early asthmatic response
- Late asthmatic response
- Dual asthmatic response
- Non specific bronchial responsiveness
- Exercise induced asthma
- Status asmatikus
- Asma episodic jarang
- Asma episodic sering
- Asma kronik dan persisten
c. Batuk Kronik dan Berulang (BKB)
- BKB e.c bronchial hypereactivity
- BKB e.c bukan bronchial hyperactivity
- Fibrosis kistik
- Bronkiektasis
- Abses paru
- Refluks gastro esophagus
- Benda asing di saluran nafas
d. Infeksi saluran nafas
- Infeksi saluran nafas akut
- Infeksi saluran nafas akut bagian atas
- Rhinitis
- Rinofaringitis
- Tonsillitis
- Tonsilofaringitis
- Rinotonsilofaringitis
- Sinusitis
- Otitits media akuta
- Epiglotitis
- Sindrom croup (laryngitis, trakeitis, laringotracheobronkhitis)
- Infeksi saluran nafas kronik
- Bronkiektasis
- Pneumonia kronik
e. Tuberkulosis
- Tuberkulosis paru
- Tuberkulosis ekstra paru
f. Kelainan/penyakit lain
- Aspirasi hidrokarbon
- Asbestosis, bibinosis, pneumoconiosis
- Akibat keganasan pada saluran nafas
- Akibat kelainan/penyakit organ lain pada saluran nafas
g. Near drowning

20. Tumbuh kembang-pediatri sosial

a. Konsep umum pertumbuhan dan perkembangan


18
b. Demografi dan statistic kesehatan
c. Epidemiologi klinik
d. Keluarga berencana
e. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan normal
f. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan :
- Memantau pertumbuhan anak dengan growth chart
- Memanatau perkembangan anak dengan Denver II
- Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
- Stimulasi
g. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
h. Upaya peningkatan kualitas anak
i. Behavioural dan psychological disorders
j. Masalah- masalah social :
- Adopsi
- Foster care
- Child care
- Separation & death
- Impact of violence

2.2. Standar Mempertahankan & Meningkatkan Kompetensi

Program Pendidikan Berkelanjutan; Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) yang
disusun oleh IDAI :

1. Mengikuti acara ilmiah dan CPD yang diselenggarakan oleh IDAI atau Perhimpunan Profesi lain
2. Mampu menganalisis makalah ilmiah
3. Mampu melakukan penelitian ilmiah
4. Mampu membuat tulisan ilmiah

2.3. Standar Etik Medikolegal

1. Memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan hukum secara umum dalam kegiatan
sehari–hari.
2. Memahami kaitan Sumpah Dokter, Kode Etik Kedokteran Indonesia, UU Kesehatan, UU Praktik
Kedokteran dan Peraturan Kementerian Kesehatan, KUHP, Informed Consent, dll
3. Beretika saat melakukan kegiatan anamnesis, kerjasama interpersonal, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan dengan alat bantu diagnostik, konseling, terapi, memelihara rahasia jabatan, catatan
medik dan memelihara kesehatan sendiri.
4. Mampu melakukan kemitraan kolaborasi dengan pasien atau keluarganya, disiplin lain dan
sesama spesialis Anak.

19
BAB III
KEWENANGAN KLINIS

Kategori Kewenangan Klinis :

DIMINTAKAN DISETUJUI DAFTAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS ANAK


1. Tatalaksana spesialistik pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan anak
a. konsep dasar tumbuh kembang anak
b. pemantauan tumbuh kembang anak
c. deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak
d. gangguan tumbuh kembang anak
e. masalah tumbuh kembang pada remaja (a.l. NAPZA,
kehamilan remaja, dst)
2. Tatalaksana spesialistik pemantauan peningkatan kualitas
hidup anak
a. Gangguan belajar pada anak
b. Anak dengan kebutuhan khusus (al. CP, MR, ADHD,
autism, sindrom down)
3. Tatalaksana spesialistik pemantauan dan penerapan pediatri
sosial
a. Konvensi hak anak
b. Kekerasan pada anak
c. Adopsi
4. Tatalaksana spesialistik pemantauan nutrisi klinis pediatric
a. Metabolisme nutrient (macro dan micro nutrient) serta
perannya dalam proses tumbuh kembang
b. Kebutuhan nutrisi / nutrient pada neonatus, bayi, anak
dan remaja
c. Interksi nutrient- nutrient dan nutrient- obat
d. Food additives dan food safety
e. Nutritional genomics
f. Preventive nutrition
g. Nutrisi komunitas
5. Tatalaksana spesialistik asuhan keterampilan makan bayi (
infant feeding practice)
a. Perkembangan fungsi saluran cerna
b. Penentuan status nutrisi pada bayi
c. Perkembangan ketrampilan makan bayi
d. Breastfeeding
e. Susu formula dan Codex Alimentarius
f. Makanan pendamping ASI
g. Pengaturan makan pada bayi

20
h. Mssalah makan pada neonatus dan bayi
6. Tatalaksana spesialistik asuhan nutrisi pada anak dan remaja
a. Penilaian status nutrisi
b. Penentuan kebutuhan nutrisi
c. Penentuan cara pemberian nutrisi
d. Dukungan nutrisi enteral dan atau parenteral
e. Dukungan nutrisi perioperatif
f. Dukungan nutrisi pada penyakit kritis
g. Penentuan jenis nutrisi yang diberikan
h. Pengenalan masalah makan pada anak dan remaja
i. Pemantauan pelaksanaan asuhan nutrisi
7. Asuhan tindakan imunisasi
a. Konsep dasar imunisasi
b. Pelayanan imunisasi
c. Jadwal imunisasi
d. Manajemen penyimpanan dan transport vaksin
e. Teknik imunisasi
f. Safety injection
g. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)
8. Asuhan diet pada berbagai penyakit
a. Pada kelainan neurologis
b. Pada kelainan sistem pernafasan
c. Pada kelainan gastrointestinal
d. Pada kelainan hati
e. Pada kelainan ginjal
f. Pada kelainan jantung dan pembuluh darah
g. Pada kelainan imunologis
h. Pada diabetes mellitus
i. Pada keganasan
j. Food adverse reactions
9. Asuhan medis genetika klinis
a. Anamnesis (pedigree)
b. Pemeriksaan fisis (dysmorphology)
c. Pemeriksaan penunjang : cytogenetic, molecular
genetic, biochemical genetic
d. Genetic diagnosis
e. Genetic treatment
f. Genetic counseling
10. Asuhan medis anak sakit gawat
a. Resusitasi dan transportasi anak sakit gawat
b. Dukungan nutrisi anak sakit gawat
11. Penerapan farmakologi klinis di bidang pediatric
a. Farmakokinetik
b. faktor yang mengubah respon
21
c. efek samping dan interaksi obat
d. analisis manfaat, risiko dan ekonomi dalam
penggunaan
12. Penerapan radiologi dan pencitraan di bidang pediatri
a. Radiology : kepala, abdomen, ekstremitas, jaringan
lunak
b. Radiology toraks
c. Ultrasonografi : kepala, toraks, abdomen
d. Ekokardiografi
e. CT-scan : kepala, toraks, abdomen, ekstremitas,
jaringan lunak
f. MRI : kepala, toraks, abdomen, ekstremitas, jaringan
lunak
13. Tatalaksana spesialistik gawat darurat susunan saraf pusat
(SSP)
a. Kejang
b. penurunan kesdaran
c. paresis/ paralisis
d. peningkatan tekanan intracranial/ edema serebri
e. trauma kepala dan medulla spinalis
f. perdarahan intracranial
g. hipoksik iskemik ensefalopati
14. Tatalaksana spesialistik gawat darurat respirasi
a. Sesak napas
b. Status asmatikus
c. Gagal napas
d. Sumbatan ( obstruksi ) jalan napas
- laringitis akut
- epiglotitis
- trakeitis bakterialis
- abses retrofaringeal
- abses parafaringeal
- benda asing
e. pneumotoraks
f. pneumomediastinum
g. edema paru
h. haemoptisis
15. Tatalaksana spesialistik gawat darurat kardiovaskuler
a. Syok
b. cyanotic spell
c. SVT/ aritmia
d. Gagall jantung
e. Krisis tamponade
f. Efusi pericardium
22
16. Tatalaksana spesialistik gawat darurat metabolik-gastro-renal-
endokrin-alergi
a. Gangguan cairan – elektrolit, asam- basa
b. Inborn error of metabolism
c. Diabetik ketoa sidosis
d. Renal tubular acidosis
e. Hipoglikemia dan hiperglikemia
f. Gagal ginjal
g. Sindrom uremik-hemolitik
h. Sindrom lisis tumor
i. Perdarahan saluran cerna
j. Pancreatitis
k. gagal hati fulminan
l. short gut syndrome
m. syok anafilaksis
17. Tatalaksana spesialistik gawat darurat infeksi-hematologi
a. SIRS, sepsis & MOF
b. Koagulasi intravaskuler diseminata
18. Tatalaksana spesialistik gawat darurat keracunan (poisoning)
19. Tatalaksana spesialistik gawat darurat hampir tenggelam
20. Tatalaksana spesialistik gawat darurat trauma non SSP
21. Tatalaksana spesialistik gawat darurat luka bakar
22. Tatalaksana spesialistik gawat darurat hipotermi dan
hipertermi
23. Tatalaksana spesialistik asfiksia neonatorum
24. Tatalaksana spesialistik hiperbilirubinemia pada neonatus
a. G6PD
b. Inkompatibilitas ABO/ rhesus
c. Kern ikterus
25. Tatalaksana spesialistik prematuritas dan Intra Uterine Growth
Retardation
a. Retinopathy of prematurity
b. Apnu prematuritas
c. Penyakit membran hialin
d. PVL
e. IVH/ PVH
f. Perawatan metode kangguru (Kanggaro Mother Care)
26. Tatalaksana spesialistik trauma lahir
a. Trauma jaringan lunak
b. Trauma susunan saraf ekstra/ intracranial
c. Trauma jaringan tulang
d. Trauma organ intra abdomen
27. Tatalaksana spesialistik kelainan gastrointestinal neonatus
a. Necrotizing enterocolitis
23
b. Meconium plugs
28. Tatalaksana spesialistik perdarahan pada neonatus (+ vitamin
K deficiency bleeding)
29. Tatalaksana spesialistik kejang dan jittery pada neonatus
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Hipokalsemia
c. Hipomagnesemia
d. Hiperamonemia
e. other metabolic disorders
30. Tatalaksana spesialistik syok pada neonatus
31. Tatalaksana spesialistik sepsis neonatorum
32. Tatalaksana spesialistik anemia pada neonatus
33. Tatalaksana spesialistik kelainan respirasi pada neonatus
a. Meconium aspiration syndrome
b. Pneumotorak/ pneumomediastinum
c. PPHN
d. TRDN
e. Pneumonia
34. Tatalaksana spesialistik termoregulasi pada neonatus
35. Tatalaksana spesialistik infeksi TORCH pada neonatus
36. Tatalaksana spesialistik cacat lahir
a. Agenesis paru, aplasia paru, hipoplasia paru
b. Kista paru
c. Emfisema kongenital lobaris
d. Eventrasio diafragmatika
e. Hernia diafragmatika
f. Displasia bronkopulmonal
g. Laringotrakeomalasia
h. undescended testes (kriptorkismus)
i. uropati congenital
j. malformasi kongenital SSP
k. hiperplasia timus
l. cleft lip, cleft palate
m. atresia esofagus, fistel trakeoesofagus
n. hypertrophic pyloric stenosis
o. duodenal atrasia
p. Hirschsprung’s disease
q. Atresia ani
r. Hidrokel
s. Omfalokel
t. Gastroskisis
u. hernia ( inguinalis, skrotalis, labialis, umbilikalis)
v. pektus eksavatus
w. hemangioma
24
x. CTEV
y. Spina bifida
z. Hidrosefalus
aa. Phocomelia
bb. kembar siam
cc. kelainan jantung bawaan
37. Tatalaksana spesialistik ensefalitis
a. Japanese ensefalitis
b. Herpes simpleks ensefalitis
38. tatalaksana spesialistik meningitis
a. meningitis bakterialis neonatus, bayi & anak
b. meningitis virus
c. meningitis oleh mikroorganisme lain
39. Tatalaksana spesialistik abses otak
40. Tata laksana spesialistik ventrikulitis
41. Tata laksana spesialistik empiema subdural
42. Tata laksana spesialistik tetanus
a. Tetanus neonatorum
b. Tetanus anak
43. Tata laksana spesialistik poliomyelitis
44. Tata laksana spesialistik rabies
45. Tata laksana spesialistik infeksi respiratorik akut
a. Selesma (common cold)
b. Rinotonsilofaringitis
c. otitis media akut
46. Tata laksana spesialistik difteri
47. Tata laksana spesialistik bronchitis kronis
48. Tata laksana spesialistik rinosinobronkitis
49. Tata laksana spesialistik bronkiolitis
50. Tata laksana spesialistik pneumonia
51. Tata laksana spesialistik pneumonia atipik
52. Tata laksana spesialistik efusi pleura
53. Tata laksana spesialistik empiema
54. Tata laksana spesialistik influenza
55. Tata laksana spesialistik avian influenza
56. Tata laksana spesialistik parotitis epidemika
57. Tata laksana spesialistik pertusis
58. Tata laksana spesialistik infeksi respiratorik kronik non TB
a. Bronkiektasis
b. abses paru
59. Tata laksana spesialistik tuberkulosis paru
a. Miliary spread
b. Bronchogenic spread
c. Endobronchitis TB
25
d. Atelektasis
e. Cavities
f. others primary TB
60. Tata laksana spesialistik tuberculosis ekstra paru
a. Limfadenitis TB superfisialis
b. TB pleura
c. TB pericardium
d. Skrofuloderma
e. TB tulang : spondilitis, koksitis, gonitis, daktilitis
f. TB abdomen : peritonitis, usus, hepar, limpa, Tata
laksana spesialistik ginjal
g. TB SSP : meningitis, tuberkuloma otak
61. Tata laksana spesialistik tuberkulosis diseminata
62. Tata laksana spesialistik tuberkulosis perinatal
63. Tata laksana spesialistik tuberkuloma
64. Tata laksana spesialistik mikobakteriosis atipik
65. Tata laksana spesialistik pneumotoraks
66. Tata laksana spesialistik pneumomediastinum
67. Tata laksana spesialistik endokarditid infektif
68. Tata laksana spesialistik miokarditis
69. Tata laksana spesialistik penyakit Kawasaki
70. Tata laksana spesialistik kandidiasis
71. Tata laksana spesialistikleptospirosis
72. Tata laksana spesialistik soil helmintiasis
73. Tata laksana spesialistik hepatitis
a. Hepatitis akut
b. Hepatitis A
c. Hepatitis B
d. Hepatitis C
74. Tata laksana spesialistik amubiasis hati
75. Tata laksana spesialistik kolesistitis akut
76. Tata laksana spesialistikpankreatitis akut
77. Tata laksana spesialistik infeksi saluran kemih
78. Tata laksana spesialistik penyakit menular seksual
79. Tata laksana spesialistik fever of unknown sources
80. Tata laksana spesialistik sepsis
81. Tata laksana spesialistik demam neutropenia
82. Tata laksana spesialistik demam tifoid
83. Tata laksana spesialistik infeksi arboviruses
a. Virus dengue
b. Virus chikungunya
84. Tata laksana spesialistik infeksi virus HIV
a. Transmisi HIV perinatal
b. Infeksi opurtunistik respiratori pada HIV
26
c. TB-HIV
d. Pneumocystis jeroveci (carinii)
e. Lymphoid interstitial pneumonia (LIP)
f. Fungal infection
85. Tata laksana spesialistik eksantema akut/ demam dengan
ruam
a. Morbili
b. Rubella
c. Varicella
d. HFMD
86. Tata laksana spesialistik malaria
87. Tata laksana spesialistikanthrax
88. Tata laksana spesialistik lepra
89. Tata laksana spesialistik filariasis
90. Tata laksana spesialistik artritis septik
91. Tata laksana spesialistik osteomielitis
92. Tata laksana spesialistik infeksi kulit
a. Impetigo& pioderma
b. Selulitis
93. Tata laksana spesialistik infected bite/ sting (serangga, ular,
hewan lain)
94. Tata laksana spesialistik infeksi konjungtiva akut
a. Konjungtivitis akut GO
b. Konjungtivitis akut non GO
95. Tata laksana spesialistik infeksi nosokomial
96. Tata laksana spesialistik urtikaria
a. Urtikaria akut
b. Urtikaria kronik
c. Angioedema
97. Tata laksana spesialistik dermatitis atopik
98. Tata laksana spesialistik rinitis alergika
99. Tata laksana spesialistik konjungtivitis vernalis
100. Tata laksana spesialistik alergi
a. Alergi obat
b. Alergi makanan
101. Tata laksana spesialistik penyakit defisiensi imun
102. Tata laksana spesialistik artritis reumatoid juvenilis.
103. Tata laksana spesialistik lupus eritematosus sistemik
104. Tata laksana spesialistik purpura Henoch-Schonlein
105. Tata laksana spesialistik sindrom Steven Johnson
106. Tata laksana spesialistik nekrolisis epidermal toksik
107. Tata laksana spesialistik asma
a. Tatalaksana jangka panjang asma dan BKB
b. Serangan asma
27
108. Tata laksana spesialistik gigitan/ sengatan (serangga,
ular, hewan lain)
109. Tata laksana spesialistik demam reumatik
110. Tata laksana spesialistik penyakit jantung rematik
111. Tata laksana spesialistik gangguan tiroid
112. Tata laksana spesialistik hipotiroid kongenital
113. Tata laksana spesialistikhiperplasia adrenal kongenital
114. Tata laksana spesialistik diabetes melitus
115. Tata laksana spesialistik disorders of sexual development
116. Tata laksana spesialistik diare
a. Diare akut
b. Diare kronik
c. Diare persisten
117. Tata laksana spesialistik gangguan motilitas saluran cerna
a. Muntah
b. refluks gastroesofagus
c. konstipasi
d. nyeri parut
e. kembung
118. Tata laksana spesialistik kelainan hepatobilier
a. Hepatitis akut
b. Hepatitis kronis
c. Kolestasis
d. sirosis hepatis
119. Tata laksana spesialistik anemia
a. Anemia nutrisi
b. Hemoglobin abnormal (thalassemia)
c. Anemia hemolitik autoimun
d. Anemia pada infeksi kronik
e. Anemia aplastik
120. Tata laksana spesialistik kelainan trombosit
a. Idiopathyc thrombocytopenic purpura
b. Trombositosis
c. Trombopati
121. Tata laksana spesialistik gangguan pembekuan
a. Herediter (hemofilia)
b. Acquired (didapat)
122. Tata laksana spesialistik leukemia
a. Leukemia limfoblastik akut
b. Leukemia mielositik akut
123. Tata laksana spesialistik tumor padat
a. Neuroblastoma
b. Wilm’s tumor
c. Rabdomyosarcoma
28
d. limfoma malignum (Hodgkin disease)
e. tumor hati
f. teratoma
g. osteosarcoma
h. limfangioma
i. orbital tumor (retinoblastoma)
j. tumor susunan saraf
124. Tata laksana spesialistik penyakit jantung bawaan
a. Sianotik
b. non sianotik
125. Tata laksana spesialistik hematuria
126. Tata laksana spesialistik proteinuria
127. Tata laksana spesialistik enuresis
128. Tata laksana spesialistikinkontinensia urin
129. Tata laksana spesialistik glomerulonefritis
a. Glomerulonefritis akut
b. Glomerulonefritis kronik
130. Tata laksana spesialistik kelainan ginjal akibat penyakit
sistemik
131. Tata laksana spesialistik sindrom nefrotik
132. Tata laksana spesialistik hipertensi
133. Tata laksana spesialistik uropati obstruktif
a. Uropati kongenital
b. Batu saluran kemih
c. Intoksikasi jengkol
134. Tata laksana spesialistik tubulopati
135. Tata laksana spesialistik nefritis intersisialis
136. Tata laksana spesialistik floppy infant
137. Tata laksana spesialistik gangguan gerak di luar kemauan
138. Tata laksana spesialistik epilepsi pada neonatus, bayi,
dan anak
139. Tata laksana spesialistik kejang demam
140. Tata laksana spesialistik keadaan yang menyerupai
epilepsi
141. Tata laksana spesialistik penyakit metabolik dan
degeneratif
142. Tata laksana spesialistik penyakit neurokutan
143. Tata laksana spesialistik penyakit neuromuskular
144. Tata laksana spesialistik nyeri kepala
145. Tata laksana spesialistik ensefalopati
146. Tata laksana spesialistik trauma kepala
147. Tata laksana spesialistik penyakit serebrovaskuler
148. Tata laksana spesialistikgangguan perkembangan khusus
149. Tata laksana spesialistik gangguan otonom
29
150. Tata laksana spesialistik malnutrisi energi protein
151. Tata laksana spesialistik failure tothrive
152. Tata laksana spesialistik obesitas pada anak dan remaja
153. Tata laksana spesialistik Obstructive S Tata laksana
spesialistikleep Apnea Syndrome (OSAS)
154. Tata laksana spesialistik kelainan metabolisme bawaan
155. Tata laksana spesialistik kelainan kulit pada anak
156. Tata laksana spesialistik kelainan mata pada anak
157. Tata laksana spesialistik kelainan/ gangguan psikologis-
psikiatris

DIMINTAKAN DISETUJUI KETERAMPILAN KLINIK PROSEDUR PEDIATRIK


1. Melakukan tindakan mempertahankan jalan napas
(endotracheal tube)
2. Melakukan tindakan bag-mask ventilation
3. Melakukan tindakan intubasi/ ekstubasi
4. Melakukan tindakan trakeostomi **)
5. Melakukan tindakan pungsi krikotiroid
6. Melakukan tindakan perikardiosentesis **)
7. Melakukan tindakan terapi oksigen
8. Melakukan tindakan ventilator mekanik *)
9. Melakukan tindakan pemasangan CPAP
10. Melakukan tindakan pemantauan tanda vital dengan monitor
11. Melakukan tindakan defibrilasi *)
12. Melakukan tindakan pemasangan alat pacu jantung eksternal
**)
13. Melakukan tindakan sedasi dan analgesi
14. Melakukan tindakan terapi inhalasi
15. Melakukan tindakan bronkoskopi **)
16. Melakukan tindakan bronkografi **)
17. Melakukan tindakan endoskopi **)
18. Melakukan tindakan kateterisasi jantung **)
19. Melakukan tindakan torakosintesis jarum (Insertion of chest
tube)
20. Melakukan tindakan pemasangan WSD (+ countinuous
suction) *)
21. Melakukan tindakan akses vaskuler sentral *)
22. Melakukan tindakan akses vaskuler perifer
23. Melakukan tindakan akses intraarterial (+ femoral central
lines?)*)
24. Melakukan tindakan intraosseous lines *)
25. Melakukan tindakan transfusi
26. Melakukan tindakan transfusi tukar **)
30
27. Melakukan tindakan pengambilan darah vena dan arteri
28. Melakukan tindakan pemasangan kateter umbilikal ( umbilical
venous catheterization)
29. Melakukan tindakan jugular artery cannulation **)
30. Melakukan tindakan pemasangan kateter saluran kemih
31. Melakukan tindakan pemasangan pipa lambung (+ bilasan
lambung)
32. Melakukan tindakan dialisis peritoneal *)
33. Melakukan tindakan hemodialisis **)
34. Melakukan tindakan pungsi lumbal
35. Melakukan tindakan pungsi asites*)
36. Melakukan tindakan pungsi pleura *)
37. Melakukan tindakan pungsi aspirasi suprapubik
38. Melakukan tindakan pungsi aspirasi sumsum tulang
39. Melakukan tindakan pungsi aspirasi paru
40. Melakukan tindakan pungsi aspirasi kelenjar dengan jarum
halus
41. Melakukan tindakan tap sub dural *)
42. Melakukan tindakan bronchial lavage **)
43. Melakukan tindakan pemasangan EEG *)
44. Melakukan tindakan pemasangan BERA
45. Melakukan tindakan pemasangan EMG *)
46. Melakukan tindakan pemasangan EKG
47. Melakukan tindakan ekokardiografi *)
48. Melakukan tindakan polisomnografi *)
49. Melakukan tindakan parasentesis
50. Melakukan tindakan biopsi kulit *)
51. Melakukan tindakan biopsi otot *)
52. Melakukan tindakan biopsi hati *)
53. Melakukan tindakan biopsi ginjal *)
54. Melakukan tindakan biopsi pleura *)
55. Melakukan tindakan uji kulit terhadap alergen
56. Melakukan tindakan uji provokasi makanan
57. Melakukan tindakan uji tuberculin
58. Melakukan tindakan uji fungsi paru (+ provokasi bronkus)
59. Melakukan tindakan uji kulit tipe lambat
60. Melakukan tindakan uji aspirasi duodenum
61. Melakukan tindakan uji aktivitas tripsin
62. Melakukan tindakan uji hidrogen napas
63. Melakukan tindakan uji PABA
64. Melakukan tindakan uji pemantauan refluks gastro esofagus
65. Melakukan tindakan uji xilosa
66. Melakukan tindakan uji fungsi lambung
67. Melakukan tindakan uji enteropati hilang protein
31
68. Melakukan tindakan uji motilitas saluran cerna
69. Melakukan tindakan uji keringat
70. Melakukan tindakan NRP certified *)
71. Melakukan tindakan PALS certified *)

Catatan :
- Memerlukan tanda bukti sertifikat untuk yang ditandai *)
- Memerlukan pendidikan sub-spesialisasi **)

Nama & Jabatan Tanggal Tanda-tangan


Dibuat oleh

Ketua KSM Anak


Disetujui oleh

Ketua Komite Medis

32
33

You might also like