Professional Documents
Culture Documents
DI RUANGAN PAMENANG B
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
Disusun Oleh :
NINDIA AYU PERMADANI
10216024
PRODI S1-KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN 2019
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Asma adalah kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat menimbulkan gejala
mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat terutama pada malam dan atau dini hari
yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. (Depkes RI, 2009)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smeltzer, Suzanne, 2002)
1.2 Klasifikasi
Dalam GINA 2006 asma diklasifikasikan berdasarkan etiologi, derajat penyakit asma,
serta pola obstruksi aliran udara di saluran napas. Walaupun berbagai usaha telah
dilakukan, klasifikasi berdasarkan etiologi sulit digunakan karena terdapat kesulitan
dalam penentuan etiologi spesifik dari sekitar pasien.
Derajat penyakit asama ditentukan berdasarkan gabungan penilaian gambaran
klinis, jumlah penggunaan agonis β2 untuk mengatasi gejala, dan pemeriksaan fungsi paru
pada evaluasi awal pasien .
Pembagian derajat penyakit asma menurut GINA adalah sebagai berikut :
1. Intermitten
Gejala kurang dari 1 kali/minggu ,Serangan singkat,Gejala nokturnal tidak lebih
dari 2 kali/bulan (≤ 2 kali)
2. Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari,Serangan dapat
mengganggu aktivitas dan tidur,Geajala nokturnal >2 kali/bulan.
3. Persisten sedanga
Gejala terjadi setiap hari,Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur,Gejala
nokturnal > 1 kali dalam seminggu
4. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari ,Serangan sering terjadi,Gejala asma nokturnal sering
terjadi.
1.3 Etiologi
Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka,
secara umum pemicu asma adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita denganpenyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa
diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan
dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan
(seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan,
logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan
alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini
menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus
alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti
histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.
2. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera
setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksioleh adanya kegiatan fisik atau latihan
yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa
saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan
dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing.
Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
3. Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada
asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan
mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif
pada sistem bronkial.
4. Stress
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
5. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau.
1.4 Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea dan mengi.
Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai diantaranya sebagai berikut
(Mubarak 2016:198):
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot
polos edama dan inflamasi memakan jalan nafas dan eksudasi muncul intra minimal, sel-sel
radang dan deris selular. Obstruksi, menyebabkanpertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan perbedaan suatu
bagian dngan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi
dan menyebabkan kelainan gas-gas terutama penurunan CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi degrenakulasi
sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin dilepaskan. Histomin menyebabkan
konstruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin juga merangsang pembentukan
mulkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan
pembanguan ruang intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang sensitif berlebihan
terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah mengalami degravitasi
dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut. Hasil akhirnya adalah
bronkapasme, pembentukan mukus edema dan obstruksi aliran udara (Amin 2013:47)
1.6 Komplikasi
c. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif
c. Gangguan pola tidur
d. Intoleransi aktivitas
e. Deficit pengetahuan.
d. Intervensi keperawatan
N Diangnosa Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC )
o. keperawatan
1. Ketidakefektifan 1. Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk
pola nafas b.d Ventilation memaksimalkan ventilasi.
sesak nafas 2. Respiratory status : Airway 2. Pasang mayo bila perlu.
patency 3. Lakukan fisioterapi dada
3. Vital sign Status jika perlu.
Setelah dilakukan tindakan 4. Keluarkan sekret dengan
keperawatan selama 1 x 24 jam batuk atau suction.
pasien menunjukkan keefektifan 5. Auskultasi suara nafas,
pola nafas, dibuktikan dengan. catat adanya suara
tambahan
Kriteria hasil:
6. Berikan bronkodilator.
1. Mendemonstrasikan batuk 7. Berikan pelembab
efektif dan suara nafas yang udara Kassa basah
bersih, tidak ada sianosis dan NaCl Lembab.
dyspneu (mampu 8. Atur intake untuk
mengeluarkan sputum, cairan mengoptimalkan
mampu bernafas dg mudah, keseimbangan.
tidakada pursed lips) 9. Monitor respirasi dan
2. Menunjukkan jalan nafas status O2.
yang paten (klien tidak 10. Bersihkan mulut,
merasa tercekik, irama nafas, hidung dan secret
frekuensi pernafasan dalam trakea.
rentang normal, tidak ada 11. Pertahankan jalan
suara nafas abnormal) nafas yang paten.
3. Tanda Tanda vital dalam 12. Observasi adanya
rentang normal (tekanan tanda tanda
darah, nadi, pernafasan) hipoventilasi.
13. Monitor vital sign.
14. Monitor pola nafas
A. Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak
sel dan Elemenya.Inflamasi kronik menyebabkan peningatan hiperesponsif jalan nafas
yang menimbulkan gejala epidosik berulang berupa sesak nafas,dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.Epidosik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas yang luas,bervariasi dan seringk Tiga gejala umum asma adalah
batuk, dispnea dan mengi. Pada beberapa keadaan, batuk merupakan satu – satunya
gejala. Serangan asma sering kali terjadi pada malam hari
Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam
dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi, laborius. Ekspirasi selalu lebih susah
dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien selalu lebih susah dan panjang
dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap
otot – otot aksesories pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea.
Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang
terdiri atas sedikit mukus mengandungmasa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan
dengan susah payah. Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia
hebat dan gejala – gejala retensi karbondioksida termasuk berkeringat, takikardia dan
tekanan nadi.
.
B. Saran
Dari penulis mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik dan saran
untuk kesempurnaan makalah asma. Kami juga menyarankan kepada para pembaca
hendaknya tidak hanya mengambil satu referensi dari makalah ini saja dikarenakan kami
dari penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini hanya mengambil reperensi dari
beberapa sumber saja.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.
Barness, Lewis A. John S. Curran. 2000. Nutrisi, Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Ed. 15.
Vol.I. Jakarta: EGC pp. 178- 232.
Global Initiative for Asthma (GINA)., 2006. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention.
Mubarak, I. W., & Chayati, N. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika