You are on page 1of 9

STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

DI KABUPATEN LUWU UTARA

Pertanian merupakan sokoguru pembangunan perekonomian Kabupaten


Luwu Utara pada masa kini dan akan tetap demikian hingga 25 tahun ke depan.
Hal ini tercermin dari komposisi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
tahun 2015, dimana sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar (51,83%)
terhadap perekonomian Kabupaten Luwu Utara. Konstribusi sektor lainnya
adalah sebagai berikut sektor Konstruksi (11,17%), Perdagangan (8,55%), Jasa
dan Pendidikan (5,69%), Administrasi Pemerintahan (5,02%), dan sisanya
adalah sektor-sektor lain. Dari segi lapangan kerja, sektor pertanian merupakan
penyerap tenaga kerja terbesar dengan tingkat (61,02%) dari total tenaga kerja
di Kabupaten Luwu Utara. Sektor lain yang cukup banyak menyerap tenaga
kerja adalah sektor Jasa Kemasyarakatan (14,88%) dan Perdagangan (12,13%)
sisanya sector yang lain.
Mengingatnya perannya yang sangat penting dalam pembangunan
Kabupaten Luwu Utara, maka pembangunan sektor pertanian ke depan perlu
diarahkan dan direncanakan dengan baik agar mampu berkontribusi signifikan
terhadap pencapaian visi dan misi Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2020
yakni: “Kabupaten LUWU UTARA YANG RELIGIUS DENGAN
PEMBANGUNAN BERKUALITAS DAN MERATA YANG BERLANDASKAN
KEARIFAN LOKAL”.”
Kondisi Eksisting
Sektor pertanian di Kabupaten Luwu Utara terbagi dalam 5 subsektor
berikut ini: (i) tanaman pangan, (ii) hortikultura, (iii) perkebunan, (iv)
peternakan, dan (v) perikanan. Berikut disajikan uraian singkat kondisi eksisting
(terkini) masing-masing subsektor.

a) Subsektor Tanaman Pangan


Padi dan jagung merupakan komoditi dominan pertanian tanaman pangan.
Produksi padi di Kabupaten Luwu Utara tahun 2015 sebesar 229.095,98 ton
Gabah Kering Giling (GKG) dari luas panen 40.255 Ha (Luas baku Sawah
27.709 Ha) Sementara itu produksi jagung 36.223,18 ton Jagung pipil dari
luas Panen 6.490 Ha.
Komoditi tanaman pangan di Kabupaten Luwu Utara terdiri dari padi dan
jagung. Penanaman komoditi ini tersebar hampir di setiap kecamatan.
b) Subsektor Tanaman Hortikultura
Jenis tanaman hortikultura terdiri dari tanaman sayur–sayuran dan buah–
buahan. Kabupaten Luwu Utara adalah merupakan salah satu sentra produksi
sayuran dataran rendah khusunya Kecamatan Sukamaju, dan tidak menutup
kemungkinan pengembangan sayuran dataran tinggi khususnya di wilayah
Kecamatan Rongkong.
c) Sub Sektor Tanaman Perkebunan
Tanaman Kakao dan Kelapa Sawit merupakan komoditi unggulan bidang
perkebunan di Kabupaten Luwu Utara. Komoditi kakao dengan luas lahan
32.212,67 Ha, dengan Provitas baru mencapai 700 kg/Ha/Tahun, semantara
Kelapa Sawit 16.534, 48 Ha, dengan rata-rata Provitas baru mencapai 15
Ton/Ha/Tahun, penanaman komoditi ini hamper menyeluruh di setiap
kecamatan.
Analisa SWOT
Berdasarkan analisa SWOT, tantangan utama yang dihadapi Kabupaten
Luwu Utara adalah kabupaten ini akan tetap menjadi tumpuan masyarakat
kabupaten Luwu Utara dalam penyediaan produk pertanian dalam arti luas, dan
khususnya pangan untuk memasok kebutuhan Kab. Luwu Uatra maupun daerah
lain. Sementara itu di sisi lain luas lahan untuk pertanian relatif menyempit
akibat pembangunan dan pertambahan penduduk.
Secara umum, kekuatan sektor pertanian Kabupaten Luwu Utara terletak
pada:
a. Sektor pertanian sebagai pilar pertumbuhan ekonomi
b. Penyumbang terbesar terhadap pendapatan per kapita masyarakat
c. Penyerap terbesar tenaga kerja
d. Kondisi sumberdaya alam dan lingkungan yang mendukung
e. Lokasi Kabupaten Luwu Utara yang strategis karena dilintasi oleh beberapa
sungai besar.
f. Ketersediaan dukungan sarana dan prasarana (transpotasi, jalan, irigasi, dan
lain-lain)
g.Dukungan budaya masyarakat (Kearif Lokal masyarakat)

Adapun kelemahan sektor pertanian yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:


a. Masih bertumpu pada sektor primer (berupa bahan baku)
b. Permodalan masih lemah
c. Kelembagaan pertanian masih perlu dikembangkan
d. Koneksitas dengan sektor usaha terkait masih lemah
e. Potensi pasar lokal, regional dan manca negara belum dimanfaatkan secara
optimal
f. Kapasitas sumberdaya manusia (Pelaku Utama dan Pelaku Usaha) masih
perlu dikembangkan
Terkait hal-hal di atas, berikut disampaikan beberapa catatan untuk masing-
masing subsektor.
Subsektor tanaman pangan, adalah sebagai berikut:
Untuk dapat terus menjaga kesinambungan produksi tanaman padi, maka
perlu adanya arahan keruangan untuk pengembangan pertanian tanaman
pangan sehingga tingkat luasan dan produktifitas tanaman padi tetap terjaga.
Kondisi ini terkait dengan adanya ancaman berkurangnya lahan produktif
(persawahan) hampir di setiap kecamatan sentra produksi tanaman padi,
dimana alih fungsi lahan sawah ke lahan pemukiman sebagai akibat
bertambahnya penduduk. Sebagai arahan ruang untuk pengembangan kegiatan
tanaman padi diutamakan pada perlindungan daerah-daerah yang saat ini
sudah menjadi sentra tanaman padi.
Sebagai Kabupaten Lumbung Pangan, maka dipandang perlu untuk
membuat klaster-klaster masing-masing komoditi, sehingga pembangunan
pertanian lebih terarah. Sebagai contoh; Kecamatan Sabbang, Baebunta
dijadikan sebagai Kawasan Agropilitan khususnya komiditi Perkebunan (Kakao
dan Kelapa Sawit), Kecamatan Malangke dan Malangke Barat sebagai Kawasan
Perikanan, Kecamatan Mappedeceng, Sukamaju Bone-Bone dan Tanalili sebagai
Kawasan Tanaman Pangan, Kecamatan Seko, Rampi dan Rongkong Kawasan
Sayuran Dataran Tinggi, Pengembangan Tebu Rakyat.
Subsektor tanaman hortikultura adalah sebagai berikut:
Kabupaten Luwu Utara adalah merupakan salah satu sentra produksi
sayuran dataran khusunya Kecamatan Sukamaju, dimana hasil produksinya
dipasarkan sampai ke luar kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. ini
merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah menyiapkan Sentra Agribisnis Sayuran dataran
rendah. Unit Penangan Panen dan Pasca Panen Sayuran sehingga diharapkan
mampu mensuplai Kebutuhan Restoran, Super Maket, dan Pasar Tradisional.
Strategi dan Kebijakan
Secara umum, strategi yang harus ditempuh untuk pengembangan sektor
pertanian dalam lima tahun yang akan datang adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan benih atau bibit unggul bersertifikat (Program 1 (Satu) desa
Satu Penangkar benih unggul)
2. Peningkatan dan perbaikan infrastruktur (Jalan Tani dan Irigasi)
3. Menumbuhkembangkan kelembagaan tani
4. Fasilitas pembiayaan sarana pertanian dengan penyediaan dana penguatan
modal usaha (BLM-PUAP).
5. Memfasilitasi kemitraan petani dan pelaku usaha
6. Menumbuhkan dan menggalakkan kegiatan pasa panen dan pengolahan
hasil-hasil pertanian.
7. Pengembangan Kawasan Agropolitan, Kampung Kakao (Cacao Village)
8. Industri Pengolahan Kelapa Sawit (dari CPO menjadi Minyak sawit) dan
diversifikasi hasil limbah sawit.

Kebijakan yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Utara


dalam pengembangan sektor pertanian adalah menciptakan kondisi berusaha
yang kondusif bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Disamping itu perlu
memperkuat kelembagaan dan kemitraan yang tangguh dan partisipasif.
Dari sisi produksi, semua subsektor masih mungkin ditingkatkan dengan
mengatur faktor produksi sehingga dapat menghasilkan produk yang
kompetetif, sekaligus dapat mensejahterakan petani sebagai pelakunya. Ke
depan, diharapkan petani Luwu Utara sudah mulai berbenah untuk tidak lagi
menjual produk primer, tetapi menjual komoditi pertanian yang sudah diolah
sehingga memiliki nilai tambah. Seperti diketahui bahwa nilai tambah produk
pertanian terletak pada sisi pengolahan. Dengan demikian masyarakat
Kabupaten Luwu Utara dapat menikmati keunggulan produk pertanian mereka.
Upaya di atas perlu dilengkapi dengan pengembangan teknik pasca panen
produk pertanian tersebut, sehingga faktor susut dan kehilangan dapat ditekan
serendah mungkin. Selain itu, para pelaku pertanian perlu diberi bimbingan dan
penyuluhan agar bertindak cerdas dalam menggunakan faktor produksi (pupuk,
pestisida, dan lain-lain), karena dari pengamatan lapangan penggunaan
pestisida saat ini telah berlebihan dan ini dapat membahayakan lingkungan.

Rekomendasi Pengembangan
Secara umum pengembangan sektor pertanian diarahkan pada hal-hal berikut
ini: (i) peningkatan produksi masing-masing subsektor, (ii) peningkatan
ketahanan pangan, (iii) peningkatan penerapan teknologi, (iv) peningkatan
industri pengolahan (agroindustri), (v) peningkatan kemampuan dan
pemberdayaan penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan (vi) peningkatan
kesejahteraan petani. Rekomendasi terinci masing-masing subsektor disajikan
pada bagian berikut ini.
Subsektor Tanaman Pangan – Pengembangan subsektor tanaman pangan
terutama terdiri dari komoditi padi, jagung, kedelai.
Rekomendasi Pengembangan Subsektor Tanaman Pangan
Komoditi Padi
Sentra padi di Kecamatan Sukamaju, Bone-Bone, Tanalili dipertahankan
sebagai penghasil beras Luwu Utara.
Perlunya dukungan kebijakan dan peraturan daerah agar sentra beras
ditetapkan sebagai lahan pertanian sawah abadi di Kabupaten Luwu
Utara agar tidak terjadi ahli fungsi lahan ke non pertanian.
Saluran irigasi dipelihara dan selalu terjaga, sehingga irigasi tidak
terganggu.
Meningkatkan indeks pemanenan.
Pemberdayaan Penggilingan Besar, sehingga petani tidak lagi menjual
gabahnya keluar daerah.
Mengembangkan percontohan persawahan organik yang diintegrasikan
dengan kegiatan peternakan.
Diupayakan untuk membuat produk beras kemasan organik dan
membuat produk olahan berbasis beras sehingga memberi nilai tambah
Komoditi Jagung
Meningkatkan produksi dan produktifitas jagung dengan menggunakan
benih jagung yang bersertifikat
Membuat percontohan pertanian jagung dengan peternakan secara
terpadu
Menyusun formula pakan ternak mandiri
Memperluas pasar di dalam dan luar Kab. Luwu Utara

Subsektor hortikultura – Komoditi subsektor ini meliputi komoditi sayuran


dan buah-buahan. Sayuran terdiri dari Jagung Manis, Sawi, Terong, kangkung,
Bayam; buah-buahan terdiri dari Durian, Rambutan, Langsat.
Rekomendasi Pengembangan
Sayuran
Menyediakan informasi pasar yang selalu up to date
Menyediakan sarana pasar hortikultura
Melakukan percontohan hortikultura organik dan diintegrasikan dengan
kegiatan peternakan sehingga terbentuk Bio Cyclo Farming (BCF)
Perlunya sosialisasi ke masyarakat tentang pengendalian penggunaan
pestisida agar tidak berlebih.
Buah-buahan
Mengembangkan kualitas buah-buahan yang sudah memiliki pasar
(seperti Durian, Rambutan, Langsat)
Melakukan diversifikasi hasil olahan buah dengan kemasan yang menarik
Perlunya membuat citra produk khas Luwu Utara sebagai identitas Luwu
Utara
Subsektor Perkebunan
Pengembangan Perkebunan diarahkan untuk Komoditi Kakao, Kelapa Sawit,
Lada dan Cengkeh.
Rekomendasi Pengembangan
Kakao
Mengembangan Kampung Kakao (Cacao Village) dengan
pengembangan sarana pendukung.
Meningkatkan Produktivtas dari 700 kg/Ha menjadi 2 Ton/Ha, melaui
pendampingan penyuluh, melalui penerapan teknologi budidaya, 1
(satu) penyuluh 25 Ha.
Peningkatan Pemakaian Pupuk berimbang sesuai rekomendasi dan
Pemeliharaan sesuai teknis dengan Bantuan Dana Bergulir.
Integrasi Tanaman kakao dengan Ternak Kambing (Target 1 Ha minimal
2 Ekor Kambing)
Peningkatan Kualitas biji kakao melalui fermentasi biji kakao.
Peremajaan kakao yang sudah tua dan produksi rendah.
Memaksimalkan pemanfaatan limbah kebun menjadi bahan pakan ternak
Meningkatkan SDM Pekebun melalui pelatihan dan penyuluhan secara
langsung di kelompoknya.
Menciptakan usaha-usaha pengolahan hasil dari produk ikutan biji kakao
(Diversifikasi produk hasil olahan biji kakao)
Kelapa Sawit
Meningkatkan Produktivtas dari 15 Ton/Ha/Tahun menjadi 20
Ton/Ha/Tahun, melaui penerapan budidaya sesuai standar tekhnis.
Integrasi Tanaman Kelapa Sawit dengan Ternak (Sapi)
Peningkatan Kualitas TBS melalui Panen tepat waktu
Peremajaan kelapa sawit yang sudah tua dan produksi rendah.
Memaksimalkan pemanfaatan limbah kebun menjadi bahan pakan ternak
Meningkatkan SDM Pekebun melalui pelatihan dan penyuluhan secara
langsung di kelompoknya.
Faktor penting dalam menjual produk hasil pertanian, maka diperlukan
sarana pasar yang memadai seperti untuk hortikultura disediakan di Cakaruddu
yang banyak dilewati pengunjung serta disiapkan sarana informasi pasar yang
dapat diakses oleh petani langsung. Pemasaran produk pertanian kedepan juga
diarahkan pada produk yang bersih dan produk olahan sehingga dapat memberi
nilai tambah.
Guna menunjang pengembangan sektor pertanian secara keseluruhan
maka diperlukan sarana produksi penunjang seperti penyediaan pupuk, benih
unggul, dan pemberantasan hama yang selalu tersedia. Pupuk merupakan
sarana produksi yang penting untuk meningkatkan produksi pertanian. Oleh
sebab itu kelancaran ketersediaan pupuk dalam jumlah dan waktu yang tepat
merupakan faktor pendukung yang harus dipenuhi.
Dalam kaitannya pembangunan pertanian ini, faktor lingkungan menjadi
isu penting agar keberlanjutan pembangunan pertanian dapat berjalan dengan
baik. Untuk itu perlunya sosialisasi kepada petani dalam penggunaan pupuk dan
pestisida yang berkelebihan dapat memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan (lahan dan air).
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat memberi masukan dan
referensi untuk pembangunan pertanian secara umum di Kabupaten Luwu
Utara.
PENYUSUN

IR. AGUSSALIM LAMBONG


NIP:

You might also like