Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Imu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap)
dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang
khas. (Wolff.2006 : h 62)
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90
mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit
kardiovaskular. (Anderson : 2006. h 582)
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan
keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan
memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama)
penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis. (weblog, wikipedia indonesia)
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang
memompa darah dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung
Vena membawa dara ke jantung
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan.
Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali
ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi
bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri
temporalis diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda,
dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti
siklus jantung 70 kali per menit.
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri,
arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas
pompa jantug berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi
darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini
menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung
menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.
Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan
berkurang dan sangat lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran
darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya
diafragma yang bekerja sebagai pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari vena dan
tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya
pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali,
sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah
sama, aliran bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala
jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian
pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)
2.1.3 Etiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus
banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan
Ca intra selular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit
ginjal. Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001 : h 518)
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin
(adrenalim) atau noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam
makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress cenderung menyebabkan kenaikan
tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog, Wikipedia indonesia)
2.1.4 Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri.
Pada stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner
menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung
dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan
tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung.
Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah
koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air
mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada
stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari
gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri
iktusikordis bergerak kiri bawah, pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan tanda-
tanda rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai
hipertomia pada stadium, selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun
fungsi distolik masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak
datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi
mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)
2.1.6 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan
sampai kebutahan, gagal jantung, pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas
dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan
neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator.
(Arif Manjoer, 2001)
2.1.8 Pencegahan
2.1.9 Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
Mengkurangi konsumsi garam
Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa
Menghentikan kebiasaan merokok
Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain
atau mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,
kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan
ekokardiografi.
(Mansjoer Arif,2000 : 49)
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu
pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.
(Iyert el, al, 1996)
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat
pasien guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
(Aziz Alimul. 2009 : h 85)
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel,
hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya
sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik
definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat
diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu
suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari
ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk
mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan
masalah, meminta informasi.
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau
mengurangi masalah pasien.
(Aziz Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al (2000) adalah :
Diagnosa keperawatan I
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat
diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
Pantau TD
Catat keberadaan
Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasionalisasi
Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah kaskuler
Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)
Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan
kekomposisi/penurunan curah jantung
Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit hipertensi
Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga tak menurunkan TD
Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.
Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium
suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan.
Intervensi :
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi
Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :
Diagnosa IV
Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari
ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan peningkatan masa tubuh
Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan
komlikasinya
Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil
Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian / penyuluhan
Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari
Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan
Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
Diagnosa V
Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk
mengatasi atau meminta bantuan.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam
kehidupan sehari-hari
Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.
Diagnosa keperawatan IV
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah,
menerima informasi
Intervensi :
Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut
Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring
Rasionalisasi :
Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak
merasa sehat
Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular
Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi
jaringan dan meningkatkan beban kerja miokardium.
(Doengoes et al, 2001 : 41-49)
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah
direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h 11)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan
pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.
Diagnosa keperawatan I :
Memantau TD
Mencatat keberadaan
Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan lingkungan
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Diagnosa keperawatan II :
Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi
Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet
Diagnosa keperawatan IV
Diagnosa keperawatan V
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak.
(Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)
Diagnosa I
Diagnosa II
Diagnosa IV
Diagnosa V
Diagnosa VI
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
No.Register : 06-46-47
Golongan Darah : O
Tanggal Operasi : -
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan
tengkuk terasa tegang, pasien mengatakan sulit beraktivitas.
Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses
penyembuhan
Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien
menderita hipertensi ibu pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita / pasien
Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang tua laki-laki pasien meninggal karena terserang
penyakit kanker hati, sedangkan ibu pasien meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah
saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua
perempuan, kedua anak perempuan tersebut meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki adalah pasien
yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki
dan meninggal karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-laki, anak kesembilan laki-laki dan
anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini meninggal karena menderita penyakit stroke.
Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga
perempuan, mereka tinggal dalam satu rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri pasien, kedua
orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri
pasien ada delapan, belum ada yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 350c
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan
f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan kesukaan yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang
banyak mengandung minyak dan lemak.
2. Eliminasi
BAB : Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK : Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari
3. Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang
nyaman, sehingga klien tampak kusam dan pucat.
4. Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar
adanya hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
5. Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6. Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Furosemide : 1 amp/12 jam
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp :3x1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1
Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
DS:
2 Pasien mengatakan tidak selera Perubahan jenis Gangguan pola nutrisi
makan diet
DO: pasien tampak lemah, Makanan yang
di sajikan habis 1/3 porsi
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
tidur malam + 2 jam pasien susah
tidur siang
Ds
4 : pasien mengatakan kedua kakinya kelemahan fisik Gangguan pola
susah digerakkan aktivitas
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam, pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
3 DS: Pasien Gangguan istirahat Istirahat Beri pasien Dengan memberikan Memberikan S: Pasien mengataka
mengatakan susah tidur b/d efek tidur ruangan yang pasien ruangan yang pasien ruangan bisa tidur siang
tidur hospitalisasi d/d pasien nyaman nyaman diharapkan yang nyaman O: Pasien tampak
pasien tampak terpenuhi Batasi jam pasien merasa nyaman Membatasi lemas
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, berkunjung pasien Dengan membatasi jamberkunjung A: Masalah sebagian
pucat, mata cekung, tidur malam + 2 ; pagi jam 10-12 jam berkunjung Batasi jumlah teratasi
tidur malam + 2 jam susah tidur Sore 16-17 diharapkan pasien pengunjung P: R/T dilanjutkan
jam pasien susah siang Malam 19-21 dapat beristirahat Menghindari
tidur siang Batasi jumlah Dengan keributan
pengunjung membatasi jumlah Merapikan tempat
Hindari keributan pengunjung agar tidur pasien setiap
Rapikan tempat pasien merasa tenang hari
tidur pasien Dengan menghindari
keributan diharapkan
pasien dapat
beristirahat dengan
nyaman
Dengan merapikan
tempat tidur pasien
setiap hari diharapkan
dapat meningkatkan
kenyamanan pasien
setiap hari
Ds
4 : pasien mengatakan Gangguan pola aktivitas Bantu aktivitas- Dengan membantu S : Pasien
kedua kakinya susah aktivitas b/d pasien pasien membantu pasien aktivitas pasien mengatakan kedua
digerakkan kelemahan fisik d/d terpenuhi Beri posisi yang untuk berativitas - kakinya sudah bias
Do : aktivitas paiens di nyaman semi Agar kedua kaki - Memberi posisi
pasien tampak
bantu oleh keluarga fowler pasien tidak terasa yang nyaman semi di gerakan
susah melakukan O : Pasien susah
dan perawat Dekatkan barang- kaku fowler
aktivitas, semua barang dibutuhkan - Dengan memberikan - Mendekatkan untuk beraktivitas
aktivitas dibantu pasien posisi semifowler di barang-barang A : Masalah
oleh keluarga dan harapkan dapat yang dibutuhkan sebagian teratasi
perawat mengurangi rasa nyeri pasien P : R/T dilanjutkan
pada pasien
Pasien dapat
menjangkau barang-
barang yang diperlukan
pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan dalam praktek tentang kasus implementasi antara
tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus di Rumah Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan
mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh pengumpulan data yuang meliputi aspek bio, psiko, spiritual.
Pada tahap ini tidak ditemukan kesulitan, karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data dapat diperoleh dengan mudah.
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 3 diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan
pada tinjauan teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood vasoontriksi, iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat
diterapkan adanya tanda dan gejala yang menetapkan diagnosa
2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi
pada saat bangun tidur dan tulangn secara spontan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan kelemahan
4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal
untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi
atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemas.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang tidak terdapat pada tinjauan kasus
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa kontriksi, iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px tidak ada penurunan resiko tinggi terhadap
curah jantung
2. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi atau meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus
karena px mempunyai mekanisme koping yang baik
3. Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak baik dijumpai pada tinjauan karena px memahami prosedur
pengobatan yang diberikan oleh tim medis.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada tinjauan teoritis
1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 4 jam susah tidur siang
4.3 Perencanaan
Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi permasalahan yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan
tindakan keperawatan agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilakasanakan lebih rasional dan benar-benar berkualitas sehingga
kebutuhan px dapat terpenuhi dengan optimal.
4.4 Pelaksanaan
Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan yang disusun sebelumnya dimana semua rencana
tindakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya
kerja sama yang baik antara penulis dengan px, keluarga px dan tim medis juga tersedianya fasilitas yang memadai.
4.5 Evaluasi
Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga px, dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang
ditetapkan dapat diamati dengan jelas, disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh
perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien hipertensi yang dirawat di Rumah Sakit Umum DR.RM. Djoelham
Kota Binjai. Selanjutnya penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran untuk menguraikan mutu asuahan keperawatan pada klien dengan
hiperetensi.
Kesimpulan
- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan distolik > 90 mmHg
- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang yang lanjut usia
- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada tinjauan kasus
- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan keperawatan dalam proses penyembuhan.
5.2 Saran
- Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien
agar pasien merasa diperhatikan
- Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat, berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan
menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti
- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan tindakan tersebut
- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien, tim medis dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Congestive heart failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk memompa
keseluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung
yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh menjadi bengkak
(congestive).
2. Etiologi
Gagal jantung merupakan hasil dari suatu kondisi yang menyebabkan overload volume, tekanan dan disfungsi miokard, gangguan pengisian atau
peningkatan kebutuhan metabolik.
a. Kelainan otot jantung, gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau
inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Tiga mekanisme kompensasi berusaha untuk mempertahankan fungsi pompa jantung normal yaitu peningkatan respon sistem saraf simpatis, respon frank
starling, hipertrofi jantung.
a. Stimulasi simpatis
Pada CHF, stimulasi sistem simpatis adalah paling berperan mekanisme kompensasi segera. Stimulasi dari reseptor adrenergik menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan vasokonstriksi pada vena dan arteri sebbagai akibat konstriksi vena, maka akan meningkatkan aliran balik vena ke jantung sehingga
akan meningkatkan preload aliran darah balik dari jaringan perifer ke organ-organ besar dan afterload menunjukan peningkatan vasokonstriksi arteriole.
Keadaan vasokonstriksi pada arteri renal akan membuat aliran darah di ginjal berkurang dan ginjal memberi reaksi berupa retensi garam dan air.
Meningkatkan preload, dimana membantu mempertahankan curah jantung.Pada reaksi ini, serabut-serabut otot jantung berkontraksi secra lebih kuat dan
lebih banyak diregang sebelum berkontraksi. Dengan terjadi peningkatan aliran balik vena kejantung, maka serabut-serabut otot di regang sehingga
memberikan kontraksi yang lebih kuat kemudian akan meningkatkan volume sekuncup, yang berakibat paningkatan curah jantung.
c. Hipertrofi miokard
Hipertrofi miokard dengan atau tanpa dilatasi ruang, tampak sebagai suatu penebalan dari dinding jantung menambah massa otot, mengakibatkan
kontraktilitas lebih efektif dan lebih lanjut meningkatkan curah jantung.
3. Patofisiologis
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sikrom, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
b. Gagal jantung kiri
1) Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat
(takikardia) dengan bunyi jantung S3, kecemasan dan kegelisahan.
2) Dispnu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnu bahkan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan
oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi Ortopnu, kesulitan bernafas saat berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di
tempat tidur atau duduk di kursi, bahkan saat tidur. Beberapa pasien hanya mengalami ortopnu pada malam hari, suatu kondisi yang dinamakan paroxismal
nokturnal dispnea (PND). Hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan dibawah, pergi berbaring ketempat tidur.
Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun di ekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu,
tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya, tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke
alveoli.
3) Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk yang
menghasilkan sputum yang berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai bercak darah.
4) Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadia akibat distres pernafasan dan batuk.
5) Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan, terjadi juga dispnu, yang pada gilirannya mempeberat kecemasan, menciptakan lingkaran setan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan
volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang
tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali
(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga peritoneum), anoreksi dan mual, nokturia dan lemah. Edema dimulai
pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian
bawah. Edema sakral sering jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Pitting edema, adalah
edema yang akan tetapi cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan paling tidak sebanyak
4,5 kg (10 lb). Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang maka
tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan
dalam rongga abdomen di dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distres pernafasan. Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen. Nokturia, atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi renal didukung oleh
posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung akan membaik dengan istirahat. Lemah yang
menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang
tidak adekuat dari jaringan.
Kegagalan ventrikel kiri adalah merupakan frekuensi tersering dari dua contoh kegagalan jantung di mana hanya satu sisi jantung yang dipengaruhi. Secara
tipikal disebabkan oleh penyakit hipertensi, coronary artery disease (CAD), dan penyakit katup jantung sisi kiri (mitral dan aorta). Kongesti pulmoner dan
edema paru biasanya merupakan gejala segera (onset) dari gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan sering disebabkan oleh gagal jantung kiri, gangguan
katup trikuspidalis, atau pulmonal. Hipertensi pulmoner juga mendukung berkembangnya gagal jantung kanan, peningkatan kongesti atau bendungan vena
sistemik, dan edema perifer (Sumber: Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,1999).
(Sumber: Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,1999).
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi : dispnea, ortopnea, batuk, mudah lelah,
takikardia, insomnia.
1) Dispnea dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau
dicetuskan oleh gerakan minimal atau sedang.
2) Ortopnea kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami ortopnea pada malam hari, hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya
duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun diekstremitas yang
sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat.
Akibatnya tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke alveoli.
3) Batuk yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan
sputum berbusa dalam jumlah yang banyak, yang kadang disertai bercak darah.
4) Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas.
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan
volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis
yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia.
1) Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai, paha dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
2) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka
tekanan dalam pembuluh darah portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites. Pengumpulan
cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
3) Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
4) Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena
curah jantung membaik saat istirahat.
5) Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk
sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan (Smeltzer, 2002 : hal 805).
5. Komplikasi
a) Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
b) Syok Kardiogenik, merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi bila vetrikel kiri mengalami kerusakan yang
sangat luas. Tanda syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan
agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
6. Pemeriksaan Diaknostik
a) EKG
Hiportrofi atrial Ventrikular, Penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola mungkin terlihat
b) Katerisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau insufiensi
juga mengkaji potensi arteri koroner.
c) Scan Jantung
d) Rontgen dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayang mencerminkan dibatasi atau hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan
peningkatan tekanan pulmonal
e) Enzim Hepar
1. Pengkajian
Gejala : Keletihan atau kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengarahan tanaga
Tanda : Gelisah, perunahan status mental, misalnya tanda vital berubah pada saat aktivitas
b) Integritas Ego
Gejala : Ansietas, khawatir, takut, stres yang berhubungan dengan penyakit atau keprihatinan financial (pekerjaan, biaya perawatmedis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya ansiietas, ketakutan dan mudah tersingung
c) Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare atau konstipasi
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, penambahan berat badan signifikan, pembengkakakn pada ekstremitas bawah, pakaian atau sepatu
terasa sesak, diet tinggi garam atau makanan yang telah dip roses, lemak, gula, dan kafein, penggunaan diuretic.
e) Hygine
2. Diagnosa Keperawatan
a) Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, kongesti vena sukender terhadap kegagalan kompensasi jantung.
Data penunjang :
1) Subjektif : mengeluh pusing, sesak nafas, mual, berkeringat dingin, nyeri dada.
2) Objektif : hipotensi, MAP, abnormal, takikardi, disritmia, diaforesis, pulsus alternans, kulit dingin dan pucat, dispnea/orthopnea/PND, ronkhi,
BUN/kreatin meningkat, oliguri, pulsasi vena jugularis/JVP > 3 cmH2O, disritmia, BJ3 gallop’s BJ1/BJ2 melemah atau split, terdengar murmur/bising
Tujuan : Perfusi jaringan, curah jantung adekuat, dan tanda-tanda dekompensasi kordis tidak berkembang.
Kriteria hasil :
2) Objektif : tekanan darah normal, MAP normal, denyut nadi kuat dan frekuensi normal. Kadar BUN/kreatinin normal, JVP < 3 cmH2O, kulit hangat,
keringat normal, irama jantung sinus, pola nafas efektif, bunyi nafas normal, BJ tunggal, intensitas kuat, dan irama teratur.
Intervensi Rasional
1. Atur posisi tidur yang nyaman (fowler/high fowler) 1. Posisi tersebut memfasilitasi ekspansi paru
2. Bed rest total mengurangi aktivitas yang merangsang 2. Pembatasan aktivitas dan istirahat mengurangi konsumsi
timbulnya respon valsava/vagal manufer. Catat reaksi klien oksigen miokard dan beban kerja jantung
terhadap aktivitas yang dilakukan
3-7. tanda dan gejala tersebut membantu diagnosis gagal jantung kiri.
Disritmia menurunkan curah jantung. BJ3 dan BJ4 gallop’s akibat dari
penurunan pengembangan ventrikel kiri dampak dari kerusakan katup
jantung. Peninngkatan kadar BUN dan kreatinin mengindikasikan
penurunan suplai darah renal. Penurunan sensori terjadi akibat
penurunan perfusi otak. Kecemasan meningkatkan konsumsi oksigen
miokard. Istirahat dan pembatasan aktivitas mengurangi konsumsi
oksigen miokard
4. Monitor dan catat tanda-tanda disritmia, auskultasi
perubahan bunyi jantung
11. Kolaborasi tim medis untuk terapi dan tindakan. 11. a. Meningkatkan kontraktilitas miokard
i. Pasang facemaker (bila ada disritmia maligna atau AV 12-13. toksisitas digitalis menimbulkan rigiditas miokard, menurunkan
block total) curah jantung dan menurunkan perfusi organ
12. Monitor serum digitalis secara periodik, dan efek samping
obat-obatan serta tanda-tanda peningkatan ketegangan
jantung.
Data penunjang :
2) Objektif: agitasi atau bingung, sianosis, wheezing, rales/ronkhi di basal paru, retraksi intercosta/suprasternal, pernafasan cuping hidung, nilai ABG
abnormal, PND/takipnea/orthopnea, dan kulit kuning pucat.
Tujuan : Mempertahankan pertukaran gas dalam paru secara adekuat untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
Kriteria hasil :
2) Objektif: tanda sianosis hilang, bunyi nafas normal, tanda-tanda kesulitan bernafas hilang, nilai ABG dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Posisi tidur semi fowler dan batasi jumlah pengunjung 1-2. memfasilitasi ekspansi paru dan mengurangi konsumsi oksigen
miokard.
2. Bed rest total dan batasi aktivitas selama periode sesak
nafas, bantu mengubah posisi
c. Bronkodilator
d. Sodium nitropruside
c. Risiko terhadap defisit volume cairan berhubungan dengan efek terapi diuretik yang berlebihan.
Data penunjang :
1) Subjektif: sering buang air keci (bila tidak menggunakan kateter urine)
2) Objektif: produksi urine perjam atau per 24 jam, tanda-tanda vital, asupan cairan/ 24 jam, kadar elektrolit darah, berat badan, jenis dan dosis diuretik
yang diberikan serta waktu pemberian.
Kriteria hasil :
1) Objektif: tanda-tanda vital, berat badan, produksi urine per jam atau per 24 jam dan kadar elektrolit dalam batas normal, asupan cairan adekuat, dosis
diuretik terkontrol
Intervensi Rasioanl
1. Monitor efek pemberian diuretik 1-7. hipovolemia dan defisit elektrolit dapat
dengan saksama terjadi pada pemberian diuretik jangka
panjang. Hipokalemia memicu iritabilitas
2. Oservasi tanda-tanda vital dan
miokard (disritmia)
kenali tanda-tanda dehidrasi
3. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan
dengan kondisi klien. Pelaksanaan pada klien dengan CHF antara lain meningkatkan cardiac output, memandirikan klien untuk melakukan aktifitas,
mengotrol keseimbangan cairan, mencegah terjadinya gangguan pertukaran gas, mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit, memberikan informasi
tentang kondisi dan program pengobatan.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses membandingkan efek atau hasil suatu tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah dibuat
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan evaluasi terdiri dari:
a) Evaluasi Formatif: Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b) Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.
CHF yaitu :
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal 03 Desember 2015 pukul 09:00 WIB diruang 804 Lantai 8 Penyakit Dalam, melalui IGD dengan diagnosa “Gagal Jantung Kongestif (CHF)”
1. Identitas Klien
Nama klien Tn.A masuk pada tanggal 03 Desember 2015 jenis kelamin laki-laki berusia 59 tahun, status sudah menikah agama islam suku bangsa jawa dan
bahasa yang digunakan bahasa Indonesia pekerjaan klien nelayan , pendidikan terakhir SLTA, alamat klien Rusun Marunda no.39 RT016 RW 07, kelurahan
Celincing. Sumber biaya BPJS, sumber informasi di dapat dari klien dan keluarga.
2. Resume
Tn. A berusia 48 tahun datang ke RSUD KOJA pada tanggal 03 Desember 2015 pukul 12:12 WIB melalui IGD, klien diantar oleh istrinya dengan keluhan
utama sesak. Klien mengatakan nafasnya sesak, klien mengatakan pusing, klien mengatakan lemas, klien mengatakan sakit dibagian perut kanan bawah.
Klien terlihat lemas, klien terlihat kesulitan bernafas, klien terlihat memegangi perut sebelah kanan bawahnya, skala nyeri klien 7, pada saat di IGD klien
mendapat terapi Oksigen nasal kanul 7 liter/menit, lasix 1x15 mg, RL 500c/12 jam, klien masuk keruangan penyakit dalam pada pukul 02:15 WIB 06
Desember 2015, dari hasil pengkajian di temukan masalah keperawatan, yaitu :
Mandiri :
2) Nadi : 82x/menit
3) Suhu : 37˚c
4) Pernafasan : 27x/menit
Kolaborasi :
Evaluasi :
1. Diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (tujuan tercapai masalah pola nafas tidak efektif teratasi)
2. Diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan oliguria edema (tujuan belum tercapai masalah kelebihan volume cairan belum teratsi)
3. Diagnosa gangguan rasa nyeri berhubungan dengan stress dan ketegangan (tujuan tercapai masalah gangguan rasa nyeri teratasi)
3. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama sesak nafas, pusing, 4 hari belom BAB, factor pencetus kelelahan, timbulnya keluhan mendadak, lamanya 2 hari, upaya mengatasi berobat
Klien tidak mempunyai alergi dan tidak pernah mengalami kecelakaan dan klien tidak pernah dirawat di Rumah sakit sebelumnya. Didalam keluarga tidak
ada penyakit keturunan dank lien tidak pernah memakai obat-obatan.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis hubungan
Tn.A
: Meninggal
: Klien
Tidak ada penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga klien sebelumnya
Istri dan anak adalah orang terdekat klien, interaksi dalam keluarga klien dengan pola komunikasi yang baik, dalam pemutusan masalah klien
bermusyawarah dengan keluarga dan keputsan diambil oleh kepala keluarga yaitu klien sendiri, klien tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah dimana keluarga menjadi sedih dan prihatin. Masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah penyakit
klien. Mekanisme koping terhadap stress pada klien biasanya klien tidur dan menonton televisi. Persepsi klien terhadap penyakitnya yaitu hal yang sangat
dipikirkan saat ini adalah ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga kembali, harapan setelah menjalani perawatan yaitu ingin cepat sembuh dan
segera pulang, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit yaitu lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa. Sistem nilai dan kepercayaan, tidak
adanya nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehtan, dan aktivitas agama atau kepercayaan yang dilakukan yaitu berdoa dan shalat. Kondisi lingkungan
rumah bersih. Pola nutrisi sehari-hari sebelum sakit dan pola makan sehari-hari dirumah sakit. Frekuensi makan 3x1 hari, nafsu makan baik, pola nutrisi
yang dihabiskan 1 porsi makanan,klien tidak menyukai telur dan ikan, tidak ada yang membuat alergi pantangan dan diet, klien tidak mengkonsumsi obat-
obatan sebelum makan maupun menggunakan alat bantu (NGT,dll). Pola nutrisi di rumah sakit pola nutrisi dengan frekuensi makan 3x/ hari, nafsu makan
baik, porsi makan yang dihabiskan yaitu 1 porsi, adanya makanan yang tidak disukai yaitu ayam dan telor, tidak ada yang membuat alergi dan pantangan,
klien tidak menggunakan alat bantu makan seperti (NGT, dll ). Pola eliminasi BAK klien 5x/ hari, warna urine kuning cerah, tidak adanya keluhan maupun
penggunaan alat bantu BAK (misalnya : karteter, dll). Klien BAB 1x/hari, pada pagi hari, warna coklat, dengan konsistensi padat setengah cair, tidak ada
keluhan saat BAB, maupun penggunaan laxative (obat pengencer perut). Pola eliminasi selam di rumah sakit yaitu dari BAK 3x/hari dengan frekuensi 800
ml, warna kuning pekat, dan tidak memiliki keluhan saat BAK. Klien BAB sebanyak 1x/hari pada pagi hari, memiliki warna coklat, kosistensi tidak ada, klien
tidak menggunakan alat bantu BAB. Pola personal hygine (kebersihan), klien mandi 2x/hari, pada waktu pagi dan sore, dalam menjaga kebersihan gigi klien
menggunakan oral hygine sebanyak 2x/hari pada waktu pagi dan setelah makan malam. Klien mencuci rambut sebanyak 2x/hari. Pola kebersihan diri yaitu
mandi dengan frekunsi 1x/hari, pada waktu pagi, kebersihan mulut yaitu 1x/hari, pada saat tidur malam selama 8 jam/hari. Pola aktivitas tidak adanya
kebisaan sebelum tidur, klien sekarang tidak bekerja dan tidak melakukan olah raga. Pola istirahat dan tiduran siang selama 3 jam/hari, dan tidur pada
malam hari 6 jam/hari, tidak adanya kebiasaan sebelum tidur. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan saat ini yaitu klien sebagai perokok aktif selama
56 tahun, jumlah yang dikonsumsi sebnyak 1 bungkus/hari, klien tidak mengkonsumsi minuman keras (beralkohol). Pola aktivitas dan latihan yaitu klien
sekarang tidak bekerja, olahraga, klien mudah lelah dan sesak setelah aktivitas. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan saat di Rumah Sakit yaitu
klien tidak merokok .
4. Pengkajian Fisik
Klien memiliki berat badan sebelum sakit yaitu 45kg dan berat badan setelah sakit 40kg, tinggi badan 160cm, keadaan umum sekarang sedang, tidak adanya
pembesaran kelenjar getah bening.
b. Sistem penglihatan
Klien memiliki posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva anemis , kornea normal, sclera ikterik (kekuningan),
pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan dan fungsi penglihatan baik. Tidak ada tanda-tanda radang, klien tidak menggunakan, reaksi terhadap
cahaya kurang baik (silau).
c. Sistem pendengaran
Sistem pendengaran dengan daun telinga normal, karakteristik seruman (warna kuning, konkonsistensi lembek, dan memiliki bau yang khas).
Kondisi daun telinga normal, tidak ada cairan telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada sinus, fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan
kesimbangan, dan tidak menggunakan alat bantu dan sistem wicara normal.
e. Sistem pernapasan
Sistem pernapasan dengan jalan napas bersih, memiliki sesak saat beraktivitas, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, frekuensi 27x/menit, irama
tidak teratur, jenis pernapasan spontan, kedalaman pernapasan dangkal, batuk tidak produktif, tidak terdapat sputum, tidak ada darah, palpasi dada
normal, suara napas ronkhi, nyeri saat bernafas, menggunakan alat bantu pernafasan oksigen nasal kanul 5 liter/menit
f. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler dengan sirkulasi peripher nadi 82x/menit,. irama teratur, denyut kuat, tekanan darah 110/80 mmHg, ada distensi vena jugularis
kanan, temperature kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler 3 detik, tidak ada edema. Sirkulasi jantung dengan kecepatan denyut apical 82x/menit
irama teratur, bunyi jantung murmur, adanya sakit dada saat tanpa beraktivitas, karakteristik seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri klien 7 (nyeri berat tetapi
dapat terkontrol). Hematologi klien pucat, tidak ada perdarahan.
g. Sistem saraf
Sistem saraf pusat dengan keluhan ada sakit kepala, tingkat kesadaran compos metis, nilai Glosgow coma scale (GCS) E=4 M=6 V=5, tidak ada tanda
peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem persyarafan. Pemeriksaan reflek fisiologis normal dan tidak ada gangguan reflek patologis.
h. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan tidak ada gangguan mulut seperti tidak ada caries, tidak ada penggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah kotor, salifa normal, tidak
ada muntah, adanya nyeri daerah perut pada bagian kiri bawah, skala nyeri klien 7, lokasi dan karakter nyeri melilit-lilit, bising usus 10x/menit, tidak diare,
tidak konstipasi, hepar teraba, abdomen lembek.
i. Sistem endokrin
Sistem endokrin tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak bau keton, tidak ada luka ganggren, sistem urogenital dengan balance cairan
intake 110ml (infuse 500ml dan minum 600ml) output (BAK 300 ml dan BAB 200ml), tidak ada perubahan pola berkemih dan warna BAK kuning pekat,
adanya distensi kandung kemih dan keluhan sakit pinggang skla nyeri 7.
j. Sistem integument
Sistem integument dengan tugor kulit tidak elastic, temperature kulit dingin, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan pada kulit, kondisi
kulit daerah pemasangan infuse baik atau tidak terjadi bengkak, kondisi rambut tekstur baik, keadaan bersih,.
k. Sistem Muskuloskeletal
Sistem musculoskeletal tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi, dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk
sendi, tonus otot baik, dan kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
Data tambahan
l. Data penunjang
Ruangan : PD Lt.8/084
Oral :
1) Spironolacton 1x1 mg
2) Analsix 2x1 mg
Parenteral :
1) Lasix 1x10 mg
Inhalasi :
5. Data Fokus
Data subjektif :
Klien mengatakan nafasnya sesak, klien mengatakan pusing, klien mengatakan lemas, klien mengatakan sakit bagian perut kanan bawah, klien mengatakan
sebelumnya pernah dirawat dengan penyakit yang sama, klien mengatakan nafasnya sesak jika banyak bergerak, klien mengatakan dadanya terasa sesak
saat menarik nafas, klien mengatakan kepalanya terasa melilit, klien mengatakan perut sebelah kanan bawahnya sakit saat di tekan, klien mengatakan tidak
tau tentang gejala dan pengobatannya, klien mengatakan jarang kekamar mandi, klien mengatakan serasa penuh cairan dibagian perutnya, klien
mengatakan sedikit buang air kecil.
Data objektif :
Klien terlihat lemas, klien terlihat kesulitan bernafas, pernafsana klien terlihat tidak teratur, bunyi nafas klien ronkhi, nafas klien cepat dan dangkal,
pernafasan klien tidak teratur, klien terlihat bernafas menggunkana oto bantu pernapasan, klien terlihat gelisah, klien terlihat memegangi kepalanya, skala
nyeri klien 7, klien terlihat berbaring ditempat tidurnya, klien terlihat pucat,adanya riwayat penykit yang sama, urine klien terlihat kuning pekat, terjadi
penumpukan cairan didalam rongga perut klien, dibagian perut klien terlihat edema atau bengkak, klien terpasang 02 5 liter/ menit, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 82x/menit, suhu 37˚c, pernapasan 27x/menit, ph : 7447, pco : 2 43,3, po2 : 165,0, Hco3 : 30,2, base excess : 5,9.
6. Analisa Data
2. Klien mengatakan
dadanya sesak sakit saat
menarik nafas
3. Klien mengatakan
nafasnya sesak jika banyak
bergerak
Data Objektif :
Menit
2. Klien mengatakan
serasa penuh cairan
dibagian perutnya
3. Klien mengatakan
sedikit kencing
Data Objektif :
1. Urine klien terlihat
kuning pekat
2. Terjadinya
penumpukan cairan
didalam rongga perut klien
2. Klien mengatakan
lemas
3. Klien mengatakan
sakit bagian perut kanan
bawah
4. Klien mengatakan
kepalanya terasa melilit-lilit
5. Klien mengatakan
perut sebelah kanan
bawahnya sakit saat
ditekan
Data Objektif :
1. Klien terlihat lemas
3. Klien terlihat
memegangi kepalanya
4. Klien terlihat
berbaring di temapat tidur
B. Diagnosa Keperawatan
Darta subjektif :
Klien mengatakan nafasnya sesak, klien mengatakan dadanya sesak saat menarik nafas, klien mengatakan nafasnya sesak jika banyak bergerak
Data objektif :
Klien terlihat kesulitan bernafas, pernafsan klien tidak teratur, bunyi nafas klien ronkhi, nafas klien cepat dan dangkal, klien terlihat bernafas dengan otot
bantu pernafasan, klien terlihat terpasang oksigen 5 liter/ menit, pernafasan klien 27x/menit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. A selama 3X24 jam diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil : kien tidak sesak lagi,
pernafasan klien teratur, suara nafas klien vesikuler, klien tidak bernafas dengan menggunakan otot bantu pernapasan, klien tidak terpasang oksigen,
pernapasan klien normal 20x/menit.
a. Mandiri :
Rasionel : perubahan tanda-tanda vital terutama pernapasan (frekuensi RR ) dapat menentukan distress pernapasan
5) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas ronhki, wheezing
Rasional : ronhki dan wheezing menyerttai obstruksi jalan nafas atau kegagalan bernafas
b. Kolaborasi :
Pelaksanaan :
Pukul 09:00 WIB : Mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon : tanda-tanda vital klien : tekanan darah : 130/80 mmHg, nadi : 80x/menit, pernapasan :
27x/menit, suhu : 37˚C, mengkaji kedalaman pernapasan klien, respon : pernapasan klien cepat dan dangkal, tidak teratur, memberikan oksigen nasal kanul
5 liter/menit, respon : oksigen nasal kanul 5 liter/menit telah dipasang.
Pukul 14:00 WIB : Mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon : tanda-tanda vital klien :tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 77x/menit, suhu : 37˚C,
pernapasan : 24x/menit, mengkaji kedalamn pernapasan klien , reposn : pernapasan klien masih cepat dan tidak teratur, memberikan oksigen nasal kanul 5
liter/menit, respon : oksigen nasal kanul 5 liter/ menit telah dipasang.
Evaluasi :
Subjek : Klien mengatakan nafsanya sesak, klien mengatakan sesak jika banyak bergerak
Objektif : Pernafasan klien tidak teratur, pernafasan klien cepat dan dangkal, pernapasan klien 27x/menit
Analisa : Tujuan belum tercapai masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
belum teratasi
Data subjektif :
Klien mengatakan jarang kekamar mandi, kleina mengatakan kencingnya sedikit, klien mengatakan seras penuh cairan dibagian perutnya
Data objektif :
Urine klien kuning pekat, terjadi penumpukan cairan didalam rongga perut klien, dibagian perut klien terlihat edema atau bengkak
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 3x24 jam kepada Tn.A diharapkan kelebihan volume caiaran dapat teratasi dengan kriteria hasil : pola
BAK klien normal, urine klien kuning jernih, tidak terjadi penumpukan cairan di rongga perut klien, balance cairan klien seimbang, balance cairan output dan
input. input : infusan 500ml, makanan 300ml, minuman 500ml total 1300 ml, output : BAB 200ml, BAK 300ml, IWL : 15ccxb:24 jam=28.125, hasil 528125ml.
input-ouput= 1300-528.125 = 771.875ml
a. Mandiri :
1) Pantau keluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana dieresis terjadi
Rasional : Keluaran urine mungkin sedikit pekat karena penurunan perfusi ginjal
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilanagan cairan tiba-tiba atau berlebihan (hipovelemia) meskipun edema atau asites masih ada
Rasional : Posisi telentang meningktkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi AHD sehingga meningkatkan dieresis
b. Kolaborasi
Rasinal : obat diuretic, contoh furosernid (lasix), bumetadine (bumex) : dapat meningkatkan laju cairan urine dan dapat menghambat reabsobsi natrium
atau klorid pada tubulus ginjal.
Pelaksanaan :
Pukul 10:15 : Memantau intake dan output cairan klien, respon : input klien : 1300ml (infusan 500ml, minuman 500ml, makanan 300ml) output klien
528.125 (bab 200ml, bak 300ml, iwl 28.125ml= 528.125), total input dan output klien 771.125ml
Tanggal 08 desember 2015
Pukul 15:25 : memantau intake dan output cairan klien. Respon : input klien : 130ml (infuse 500ml, makanan 300ml, minuman 500ml) output 678.125ml
(bab 300ml, bak 350ml, iwl 28.125ml= 678.125) total input dan output klien 621.875ml
Pukul : 10:00 WIB : Memantau intake dan output klien. Respon : input klien : 110ml (infusan 400ml, makanan 300ml, minuman 400ml) output (bab 300ml,
bak 450ml, iwl 28.125ml= 778.125) total input dan output klien 321.875
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan jarang ke kamar mandi, klien mengatakan sedikit kencing
Analisa : Tujuan belum tercapai masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
Subjektif : Klien mengatakan jarang kek kamar mandi, klien mengatakan kencingnya masih sedikit
Analisa : Tujuan belum tercapai masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
Analisa : Tujuan belum tercapai masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
Data subjektif :
Klien menagatakan pusing, klien mengatakan lemas, klien mengatakan sakit bagian perut kanan bawah, klien menagatakan kepalanya seperti meliit, klien
mengatakan perut sebelah kanannya skit saat ditekan
Data objektif :
Klien terlihat lemas, klien terlihat gelisah, klien terlihat memegangi kepalanya, klien terlihat berbaring di tempat tidur, klien terlihat pucat, skala nyeri klien 7
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn.A selama 3x24 jam diharapkan gangguan rasa nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil : skala nyeri
klien minal 0-3, nyeri klien dapat terkontrol, tidak nyeri lagi diperut kanan bawah klien
a. Mandiri :
2) Kaji atau hubungkan faktor fisik atau emosi dari keadaan klien
Rasional : Mengetahui factor yang mempengaruhi terhadap keberadaan atau perspsi nyero tersebut
3) Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya (skor 0-10), karakteristik, lokasi dan lamanya nyeri
Rasional : Untuk mengidentifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan dengan nyeri
4) Instruksikan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul
Rasional : Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan
Rasional : Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi sakit kepala
Pelaksanaan :
Pukul 10:45 WIB : pemeberian obat sesuai indikasi (furosemide 10mg) melalui IV, respon : klien telah diberikan obat, obat masuk dengan lancar, mengjkaji
skala nyeri, respon : sakal nyeri klien 7, menganjurkan klien untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang, respon: klien telihat gelisah dan tidak bisa
beristirahat, memberikan obat oral analsix 2x1mg, respon : obat telah diminum oleh klien setelah makan siang, menjelaskan tentang obatsesuai demgan
indikasi, respon : klien belum mengerti mengenai obat yang telah diberikan kepadanya, memberikan informasi khusus dan instruksi pada pasien mengenai
pengobatannya, respon : klien telah diberikan informasi menegnai pengobatan penyakitnya, pasien kooperatif tetapi masih belum terlalu paham.
Pukul 15:45 WIB : Mengkaji skala nyeri klien, respon : sakala nyeri klien 6, Menganjurkan klien untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang, respon : klien
masih terlihat gelisah dan tidak tenang, mengkaji keluhan nyeri klien (lokasinya), respon : klien mengatakna nyeri yang di alaminya dibagian perut kanan
bawah dan sakit kepala , menjelaskan tentang obat sesuai dengan indikasi, respon : klien sudah menegrti tentang penyakitnya, memberikan informasi dan
instruksi khusus pada pasien menegenai pengobatannya, respon : klien telah diberikan informasi menegenai penyakitnya, pasien kooperatif
Pukul 10:20 WIB : Mengkaji skala nyeri klien, respon : sakal nyeri klien 4, menganjurkan klien untuk beristirahat di ruanagan yang tenang, respon : klien
terliahat tenang dan tidak lagi gelisah, memberikan obat oral analsix 2x1mg, respon : obat telaah diminum oleh klien setelah makan siang
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan sakit bagian perut kanan bawah, klien menagatakan kepalanya sakit terasa melilit
Analisa : Tujuan belum tercapai maslah gangguan rasa nyeri belum teratasi
Subjektif : Klien mengatakan masih sakit dibagian perut kanan bawah, klien menagatakan kepalanya sakit
Analisa : Tujuan belum tercapai masalah gangguan rasa nyeri belum teratasi
Objektif : Klien terlihat tenag dan tidak lagi gelisah, klien diberikan obat analsix 2x1mg, skala nyeri klien 4
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal (Mansjoer, 2001 : hal 434).
menurut data WHO pada tahun 2007 dilaporkan bahwa gagal jantung mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan meningkat seiring pertambahan
usia dan mengenai pasien dengan usia lebih dari 65 tahun, dan sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO
memprediksi peningkatan penderita gagal jantung mencapai 23 juta jiwa didunia. Menurut Kompas (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia mengalami
gagal jantung, dan 500.000 kasus baru gagal jantung telah di diagnosis tiap tahunnya. Sedangkan menurut profil kesehatan Indonesia padatahun 2005 gagal
jantung merupakan urutan ke 5 penyebab kematian terbanyak dirumah sakit seluruh Indonesia.
1. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, kongesti vena sukender terhadap kegagalan kompensasi jantung.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan dalam alveoli paru sekunder terhadap status hemodinamik tidak stabil Potensial
komplikasi:hipoksia berat.
3. Risiko terhadap defisit volume cairan berhubungan dengan efek terapi diuretik yang berlebihan.
1. Diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
B. Saran
1. Pada perawat
Diharapkan dapat meningkatkan penetahuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif sehingga asuhan
keperwatan yang diberikan dapat lebih baik.
2. Pada mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan tehnik komunikasi terapeutik agar kualitas pengumpulan data dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan asuhan
keperawatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I & II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
09
Sep. ’12
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ATEROSKLEROSIS DAN ARTERIOSKLEROSIS
1. DEFINISI / PENGERTIAN
Arteriosklerosi atau pengerasan arteri adalah suatu proses dimana serabut otot dan lapisan endotel arteri kecil dan arteriola penebalan.
Arterosklerosis merupakan proses yang berbeda yang menyerang tunika intima arteri besar dan medium. proses tersebut meliputi penimbunan lemak,
kalsium, komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada tunika intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai “ ateroma “ atau “plak”.
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi : usia diatas 40 tahun dan jenis kelamin laki-laki.
1) Diet tinggi lemak : lemak, yang tak larut dalam air, terikat dengan lipoprotein yang larut dalma air, yang memungkinkan dapat diangkut dalam system
peredaran darah. Tiga elemen metabolisme lemak antara lain : kolesterol total, LDL, HDL. LDL menyebabkan efek berbahaya pada dinding arteri dan
mempercepat proses aterosklerosis.
2) Hipertensi dapat mempercepat pembentukan lesi aterosklerotik pada pembuluh darah bertekanan tinggi, dapat menyebabkan stroke.
3) Diabetes Melitus juga mempercepat proses aterosklerotik dengan menebalkan membran basal pembuluh darah besar maupun kecil.
4) Merokok adalah salah satu faktor risiko yang paling kuat. Nikotin akan menurunkan aliran darah ke ekstremitas dan meningkatkan frekuensi jantung
dan tekanan darah dengan ke menstimulasi system saraf simpatis. Selain itu nikotin juga meningkatkan kemungkinan pembentukan bekuan darah dengan
cara meningkatkan agregasi trombosit. Karena karbon monoksida mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan oksigen maka hal tersebut dapat
menurunkan jumlah oksigen jaringan. Jumlah rokok yang dihisap berbanding langsung dengan parahnya penyakit. Menghentikan rokok dapat menurunkan
risiko.
5) Faktor lain seperti obesitas, stres, dan kurang gerak diidentifikasi ikut berperan dalam proses penyakit ini. Semakin banyak faktor risiko yang dimilki,
semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya penyakit ini.
3. PATOFISIOLOGI
Akibat langsung aterosklerosisi pada arteri meliputi penyempitan (stenosis) lumen, obstruksi oleh trombosisi, aneurisma (dilatasi abnormal pembuluh
darah), ulkus dan ruptur. Akibat tidak langsungnya adalah malnutrisi dan fibrosis organ yang disuplai oleh arteri yang sklerotik tersebut. Semua sel yang
berfungsi aktif memerlukan suplai darah yang kaya akan nutrisi dan oksigen dan peka terhadap setiap penurunan suplai nutrisi tersebut. Bila penurunan
tersebut berat dan permanen, sel-sel tersebut akan mengalami nekrosis (kematian sela akibat kekurangan aliran darah) dan diganti oleh jaringan fibrosa
yang tidak memerlukan banyak nutrisi.
Aterosklerosis terutama mengenai arteri utama sepanjang percabangan arteri biasanya berbentuk bercak-bercak. Cabang arteri yang terkena biasanya pada
bagian bifurkasio. Banyak teori berusaha menjelaskan mengapa dan bagaimana ateroma terbentuk. Lesi utama yaitu ateroma merupakan plak lemak
dengan penutup jajringan fibrosa perlahan-lahan menutuo lumen pembuluh darah. Tidka satupun teori yang secara lengkap menjelaskan patogenesisnya,
namun beberapa bagian dari berbagai teori tersebut dapat dikombinasikan menjadi teori “Reaksi terhadap cedera.”
Menurut teori ini cedera sel endotelial pembuluh darah diakibatkan oleh gaya hemodinamika berkepanjangan seperti gaya-gaya robekan dan aliran
turbulensi, radiasi, bahan kimia, atau hipelipidemia kronis pada system arteri. cedera pada endotelium meningkatkan agregasi trombosit dan monosit pada
tempat cedera. Sel otot polos akan bermigrasi dan berploriferasi sehingga terbentuklah matriks kolagen dan serabut elastis. Mungkin tidak ada penyebab
atau mekanisme tunggal dalam pembentukan aterosklerosis melainkan melibatkan berbagai proses.
Secara morfologis lesi aterosklerosis terdiri atas dua jenis : bercak lemak dan plak fibrosa. bercak lemak berwarna kuning dan halus, sedikit menonjol
kedalam lumen arteri dan tersusun atas lemak berwarna kuning dan halus, sedikit menonjol kedalam lumen arteri dan tersusun atas lemak dan sel-sel otot
polos yang memanjang. Lesi seperti ini dapat dijumpai pada semua kelompok umur termasuk anak-anak. Belum jelas apakah bercak lemak tersebut
merupakan predisposisi pembentukan plak fibrosa atau dapat menghilang lagi. Biasanya tidak menimbulkan gejala klinis.
Plak fibrosa merupakan ciri khas atreosklerosis, tersusun oleh sel otot polos, serabut kolagen, komponen plasama dan lemak. Berwarna putih sampai
kuning keputihan dan menonjol dalam berbagai derajat ke lumen, sampai suatu saat tonjolan tersebut menyumbat. Plak ini terutama ditemukan di aorta
abdominal, arteri koroner, poplitea dan karotis interna. Plak ini dianggap tidak reversible.
Penyempitan bertahap lumen arteri saat proses penyakit berkembang, menstimulasi perkembangan sirkulasi kolateral. “jalan pintas” pembuluh darah
tersebut memungkinkan perfusi berlanjut ke jaringan di bagian atas sumbatan arteri, tetapi biasanya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolismenya dan terjadilah iskemia. Pembuluh kolateral bisa memenuhi kebutuhan jaringan atau bisa juga tidak.
Skema patofisiologi penyakit diakitkan dengan munculnya masalah keperawatan dapat dilihat pada lampiran.
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinis akibat aterosklerosis tergantung pada organ atau jaringan yang terkena. Bila mengenai otak dapat menyebabkan penyakit
serebrovaskuler iskemia serebral transien atau TIA dan stroke. Pada aorta dan lesi aterosklerotik pada ekstremitas juga dapat terjadi.
Bila terjadi oklusi atau sumbatan pada arteri perifer maka akan timbul gejala seperti nyeri saat aktifitas dan hilang saat istirahat (klaudisio intermiten)),
nyeri yang terus menerus (saat istirahat) dapat terjadi jika oklusi semakin berat dan terjadi iskemia kronis . Perubahan warna kulit seperti menjadi pucat
atau sianosis dan pada palpasi terasa dingin.
Akibat suplai nutrisi yang kurang akan terjadi tanda-tanda hilangnya rambut, kuku rapuh, kulit kering dan bersisik, atropi dan ulserasi. Bisa juga terjadi
edema bilateral atau unilateral akibat posisi ekstremitas yang terllau lama menggantung.
5 PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan aterosklerosis secara tradisional tergantung pada modifikasi faktor risiko, obat-obatan dan prosedur bedah tandur (penggabungan dua
pembuluh darah yang masih memiliki aliran bagus). Pemberian obat-obatan untuk menurunkan atau arteri peroneal. Tandur memerlukan vena asli agar
tetap paten. vena asli adalah vena autolog, biasanya vena safena magna atau parva atau kombinasi keduanya untuk memperoleh panjang yang diperlukan.
kapatenan tandur ditentukan oleh berbagai hal mencakup ukuran tandur, loaksi tandur dan terjadinya hiperplasi lapisan intima pada tempat anastomosis.
Berbagai teknik sinar X terbukti sebagai terapi yang dianjurkan pada prosedur pembedahan. Angioplasti laser adalah teknik gelombang cahaya yang kuat
disalurkan melalui kateter serat optic. Gelombang laser akan memanaskan ujung kateter perkutan dan mengaupakan plak aterosklerosis. Alat artektomi
rotasional dapat mengangkat lesi dengan mengabrasi plak yang telah menyumbat arteri secara total. Kelebihan laser, angioplasty dan artektomi adalah
waktu untuk dirawat di rumah sakti menjadi singkat.
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
data yang harus dikaji pada pasien yang mengalami aterosklerosis atau arteriosklerosis sangat tergantung pada lokasi yang terkena. Bila pembuluh darah
koroner yang terkena maka tanda dan gejala klinisnya sesuai dengan tanda da gejala klinis angina pectoris atau infark miokard akut. Bila otak yang terkena
maka tanda dan gejala klinis yang dikaji sesuai dengan kasus stroke. Penyakit angina pectroris, infark miokard dan stroke akan dibahas tersendiri.
Pengkajian keperawatan yang akan kami fokuskan disini adalah gangguang perfusi perifer selain yang mengenai organ tersebut di atas.
Data subyektif yang mungkin didapat : nyeri mendnadak atau dirasakan pilu, kram, kelelahan atau kelemahan. Nyeri istirahat bersifat menetap, ngilu, dan
tidak nyaman dan biasanya terjadi di bagian distal ekstremitas. perasaan dingin atau baal pada ekstremitas terjadi akibat penburunan aliran arteri. Kaji pula
tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan penyakitnya.
Data obyektif yang mungkin di dapat : ekstremitas yang terkena akan tampak pucat saat ditingggikan dan sianosis saat tergantung. Perubahan warna dan
suhu ekstremitas. Perubahan kulit dan kuku, ulkus, ganggren dan atropi otot bisa tampak jelas. Kuku mungkin menebal dan keruh, kulit mengkilap, atropi
dan kering disertai pertumbuhan rambut yang jarang. Denyut nadi perifer dapat melemah atau hilang sama sekali.
Ø Pra bedah
4) Ansitetas b,d rencana pembedahan yang kompleks
Ø Post bedah
2) Mengatasi nyeri
Ø Dorong pemakaian sepatu dan bantalan pelindung pada daerah yang tertekan.
Ø Dorong pasien agar menjaga hygene dengan ketata, mandi dengan sabun netral, mengoleskan pelembab, memotong kuku dengan hati-hati.
Ø Jelaskan dan anjurkan tentang asupan nutrisi yang baik, suplemen vitamin B dan C yang adekuat dan protein, serta mengontrol obesitas.
Para Bedah :
4) Menurunkan ansietas
Post Bedah :
5) Risiko infeksi :
Ø Kaji dan pantau tanda-tanda infeksi
Ø Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih
4. EVALUASI KEPERAWATAN
1) Gangguan perfusi jaringan : suplai darah arteri ke akstremitas meningkat (teraba hangat, warna kemerahan/tidak pucat).
2) Nyeri : pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan analgetik dengan baik.
3) Kerusakan integritas kulit : integritas kulit terjaga, tidak terjadi trauma dan iritasi kulit.
Pra bedah :
Pasca bedah :
7) Risiko kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik, integritas kulit terjaga.
8) Kurang pengetahuan : pemahaman pasien meningkat, pasien menunjukkan mengikuti anjuran modifikasi gaya hidup dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
– Brunner & Suddarth, (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
– Doengoes, M.E., (1998), Dokumentasi & Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
– Price, S.A. & Wilson, L.M., (1995), Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta.
– Rilantono, R.I., dkk., (1996), Buku Ajar Kardiologi, Balai Penerbit, Jakarta.
– Suyono, S., (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit, Jakarta.
33.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh, semua data atau informasi klien yang dibutuhkan dikumpulkan
untuk menentukan masalah keperawatan pengkajian pada klien aterosklerosis.
Kelemahan, kelelahan,ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tacycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2) Sirkulasi
· Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
· Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnnya capilary refill time, distritmia.
· Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
· Heaet rate munkin meningkat atau mengalami penurunan (tachy bradi cardia ).
· Edama:Jugular vena distension,odema anasarka,crackles mungkin juga timbul dengaan gagal jantung.
3) Eliminasi.
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4) Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan barat badan.
5) Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar padasaat melakukan aktivitas.
6) Neoru sensori
7) Kenyamanan
· Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan dengan nitrogliserin.
· Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
· Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang pernah dialami.Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai,
perubahan postur tubuh, menangis, penurunan kontak mata ,perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat
kesadaran.
8) Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis.Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan
peningkatan respirasi, pucat atau cyanisis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesukuler.Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
9) Interaksi sosial
10) Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai sumber- sumber informasi
Tujuan : fungsi jantung/cardiak out-put meningkat adekuat setelah tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Intervensi :
Mandiri :
R: adanya hipotensi menunjukan adanya disfngsi ventrikel dan semua TTV menunjukan adanya fenomena ketidakseimbangan baik tekanan darah maupun
kontraksi otot jantung.
2. Catat adanya disritmia, kualitas denyut nadi dan observasi respon pasien.
R: disritmia menunjukan kelainan kontraktilitas jantung, diasamping juga adanya penurunan kualitas denyut nadi, semua menunjukan kualitas aliran darah
secara sistemik, bila ada kelainan-kelainan tersebut dapat dipantau secara berlanjut.
R: adanya perubahan mental dan tingkat kesadaran dapat terjadi bila oksigenasi ke otak menurun, hal ini dapat terjadi karena kondisi sirkulasi yang tidak
adekuat.
R: Nadi perifer memberikan indikasi adanya sirkulasi sistemik, bila nadi perifer tidak teraba menunjukan aliran darah ke perifer tidak adekuat, demikian juga
kenaikan/penurunan suhu kulit sebagai indikasi sirkulasi perifer adekuat/tidak.
R: C Out-put merupakan volume darah hasil dari pompa ventrikel, dengan penurunan CO dapat diindikasikan adanya kekurang cairan,maka penting untuk
tetap menghitung balance cairan.
6. Bantu aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan pasien.
R: Mengurangi dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan oksigen dan suplai oksigen.
R: Ecg berseri dapat melihat perkembangan dan kelainan kerja jantung secara bertahap.
R: adanya hipotensi menunjukan ketidakseimbangan cairan, dan ini menyebakan oksigenasi ke sistemik tidak adekuat, perlu dicatat dan dilaporkan untuk
mendapat terapi lebih lanjut.
Kolaborasi:
R: Memberikan support tambahan kebutuhan oksigen secara manual sesuai kebutuhan. R/ Oksigen jaringan dan agar kerja jantung dapat mengimbangi
suplai dan kebutuhan O2 secara adekuat.
R: Pemberian IV line disamping menjaga keseimbangan cairan dan mencegah terjadinya kekurangan cairan karena fungsi sistemik cairan yang tidak
adekuat, fungsi lai untuk memudahkan memberikan injeksi obat secara cepat dan efisien.
4. Pantau CVP17
Tujuan:
Intervensi :
1. Rendahkan ekstremitas
3. Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif selama tirah baring.
4. Pantau penggunaan alat yang panas atau dingin, seperti bantalan pansa, botol berisi air panas, dan kantung es.
Tujuan:
Intervensi :
R: membantu dalam membangun harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan saat ini
2. Sarankan pasien menurunkan atau membatasi stimulasi lingkungan terutama selama kegiatan berfikir
3. Identifikasi faktor-faktor resiko secara individual ( seperti hipertensi, kegemukan, merokok, aterosklerosis, menggunakan kontrasepsi oral)
Implementasi Keperawatan:
1. Mencatat/memantau TTV, HR,TD,RR, terutama adanya hipotensi, waspadai penurunan sistole/diastole.
2. Mencatat adanya disritmia, kualitas denyut nadi dan observasi respon pasien
Implementasi :
1. Merendahkan ekstremitas
3. Menganjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif selama tirah baring
4. Memantau penggunaan alat yang panas atau dingin, seperti bantalan pansa, botol berisi air panas, dan kantung es.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai sumber- sumber informasi
Implementasi :
2. Menyarankan pasien menurunkan atau membatasi stimulasi lingkungan terutama selama kegiatan berfikir
3. Mengidentifikasi faktor-faktor resiko secara individual ( seperti hipertensi, kegemukan, merokok, aterosklerosis, menggunakan kontrasepsi oral)
33.5 Evaluasi
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan: suplai darah arteri ke ekstremitas meningkat (teraba hangat, warna kemerahan atau tidak pucat).
3) Kurang pengetahuan : pemahaman pasien meningkat, pasien menunjukkan mengikuti anjuran modifikasi gaya hidup dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
44.1 Kesimpulan
Aterosklerosis adalah penyakit yang disebabkan oleh sempitnya pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat di dinding pembuluh darah
sehingga aliran darah menjadi tersumbat. Timbunan tersebut bukan hanya lemak tetapi ada juga substansi lain berupa trombosit, makrofag, leukosit,
produk sampah seluler, kalsium dan lain-lain.
Awalnya seluruh endapan lemak terbentuk di dalam lapisan arteri.di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Pertumbuhan ini
disebut dengan plak.
Ada beberapa faktor resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis, yaitu: tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, perokok, diabetes (kencing manis),
kegemukan (obesitas), malas berolah raga, dan usia lanjut.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan terhadap klien untuk mengetahui ada tidaknya aterosklerosis yaitu dengan cara: ABI (ankle-brachial index), dilakukan
pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan, pemeriksaan doppler di daerah yang terkena, skening ultrasonik duplex, CT scan di daerah yang
terkena, arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena, IVUS (intravascular ultrasound).
44.2 Saran
Begitu kompleks pembahasan mengenai aterosklerosi, sehingga sudah seharusnya sebagai masyarakat dan perawat khususnya dapat memahami konsep
aterosklerosis guna meningkatkan kualitas hidup sehat dan bagi perawat dapat meningkatkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Anemia (dalam bahasa Yunani: tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru – paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah yang diperlukan tubuh (kamus bahasaIndonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999).
Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer,
kapita selekta, jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999). Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah.
B. Etiologi
Penyebab anemia yang sering diderita adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit yaitu besi, vitamin B12 dan asam folat. Anemia
juga dapat diakibatkan dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Pembesaran limpa
Kekurangan G6PD
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum – sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum – sum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan.
Masalah dapat diakibatkan oleh efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel
darah merah. Lisis sel darah merah terjadi dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Proses bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg / dl atau kurang,kadar
1,5 mg / dl mengakibatkan ikterik pada sklera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah
merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang, akibatnya dapat
menghambat kerja organ – organ penting, salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap, jika sudah rusaktidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
E. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik)
F. Data Fokus
Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau keluarga
pasien (apa yang dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan.
Data Subjektif :
G. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Biasanya keluhan yang paling utama pada penderita anemia adalah lemah atau pusing.
Apakah anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes militus, penyakit jantung, struk ?
H. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea, vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.
Kulit
Kulit kering, kuku rapuh.
Mata
Telinga
Vertigo, tinitus.
Mulut
Paru – paru
Dispneu.
Kardiovaskuler
Gastrointestinal
Anoreksia.
Muskuloskletal
System persyarafan
I. Diagnosa Keperawatan
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit
(respon inflamasi tertekan).
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi
nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /nutrisi ke sel.
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan
granulosit (respon inflamasi tertekan).
a. Tujuan
b. Kriteria Hasil
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi dan meningkatkan penyembuhan luka.
c. Intervensi
d. Rasional
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /nutrisi ke sel.
a. Tujuan
b. Kriteria Hasil
c. Intervensi
1) Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit /membran mukosa, dasar kuku.
d. Rasional
1) Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi
nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
a. Tujuan
b. Kriteria Hasil
3) Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Intervensi
4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering atau makan diantara waktu makan.
d. Rasional
1) Mengidentifikasi defisiensi, mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2) Memudahkan intervensi.
K. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (Lynda Juall Capenito, 1999:28).
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
No. Registrasi : 0182
Diagnosa medis : Anemia
Tanggal masuk Rumah Sakit: 12 Februari 2014, Rabu
Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2014, Kamis
Alamat : Kp. Cipanengah RT 01 / RW 06, Kecamatan Gunung Tandala Kawalu
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Kp. Cipanengah RT 01 / RW 06, Kecamatan Gunung Tandala Kawalu.
2. Keluhan Utama
Pada tanggal 13 Februari 2014, Kamis, pukul 08.30 WIB, pasien mengeluh mual, muntah – muntah, lemah, lemas, pusing pada pagi hari Pusing dirasakan
setelah beraktivitas mencangkul padi, pusing yang dirasakan pada bagian depan atas. Skala nyeri: 3 (nyeri sedang).
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit yang dialami sekarang sebelum masuk ke Rumah Sakit.
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti diabetes militus, penyakit jantung, struk, hipertensi.
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Tingkat Kesadaran
Apatis
3. Tanda–tanda Vital
Berat badan dan tinggi badan telah dikaji namun keluarga pasien tidak tahu dan pasien tidak bersedia untuk dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi
badan.
a. Kepala/rambut
Simetris, warna rambut hitam dan beruban, terlihat rapi, penyebaran rambut merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, rambut tampak bersih.
b. Mata
Simetris, penglihatan tidak tajam, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tampak bersih.
c. Telinga
Simetris, tampak bersih, pendengaran kurang tajam, tidak ada perdarahan, tidak ada serumen.
d. Hidung
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal, tidak ada sekret, tidak ada kotoran, tidak ada luka, ada bulu hidung, tidak ada perdarahan.
e. Mulut
Simetris, gigi tidak lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, warna bibir sedikit merah.
f. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tampak bersih, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi.
h. Ketiak
Simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kemerahan, tidak ada pigmentasi.
i. Perut
Simetris, tidak ada busung, tidak obesitas, bentuk perut datar, tidak ada penumpukan cairan.
j. Genetalia
Tidak ada keluhan maupun kelainan.
l. Ekstermitas atas
Simetris, ada nyeri tekan pada tangan kiri karena terpasang infus, tidak ada kelainan, agak lemah.
Kekuatan otot : 4 3
m. Ekstermitas bawah
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih.
Kekuatan otot : 4 4
C. Aktiftas Sehari-hari
1. Nutrisi
a. Makan
1) Jenis Nasi
2) Frekuensi 2x / 3x sehari
b. Minum
2) Frekuensi 4x / hari
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 4x / hari
b. BAB
1) Frekuensi 1x / hari
3) Konsistensi Lembek
3. Personal higiene
a. Mandi 2x / hari
c. Keramas 3x / minggu
a. Malam
1) Frekuensi 8 jam
b. Siang
1) Frekuensi 2 jam
2) Keluhan Tidak ada
D. Data penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Terapi
Infus D5
Obat injeksi :
– Levofioksan 1×1
– Pantoprazol 1×1
– Kalneks 3×1
E. Analisa Data
No. Data Etiologi
Mual
3. Do : pasien tidak bisa beraktivitas dengan leluasa karena badanya lemah, Tangan kiri tidak dapat bergerak bebas dengan leluasa
tangan kiri tidak bisa digerakan dengan bebas karena terpasang infus. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas
Gangguan aktivitas
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan berkurangnya pengangkutan sel darah merah ke seluruh tubuh.
Intervensi
– Menga
menarik
memotiv
kembali.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan diagnosamedis anemia di ruang perawatan umum Rumah Sakit Islam Hj. Siti Muniroh
Tasikmalaya, pada tanggal 13 Februari 2014 melalui pendekatan kesengajaan secara teori dan kenyataan di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah
–langkah keperawatan sebagai berikut:
A. Pengkajian
Penulis dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis anemia yang dapat meliputi identitas pasien,identitas penanggung jawab.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut tinjauan analisa data pada diagnosa keperawatan terdapat beberapa masalah di antaranya:
Gangguan aktivitas
Intervensi
Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi didukung oleh sikap
keluarga dan pasien yang kooperator. Perencanaan berdasarkan teori yang diperoleh dari beberapa literatur yang mendukung.
C. Intervensi
Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi didukung oleh sikap
keluarga dan pasien yang kooperator. Perencanaan berdasarkan teori yang diperoleh dari beberapa literatur yang mendukung.
E. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung
terlaksananya implementasi keperawatan diantaranya peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat – alatserta adanya bimbingan dari perawat
ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter yang menentukan diagnosa medis.
F. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan dan melibatkan kerjasama pasien, keluarga dan tim kesehatan yang lain
dengan menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh institusi pendidikan SMK Bhakti Kencana Ciawi dan Rumah Sakit Islam Hj. Siti Muniroh
Tasikmalaya.
E. Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif,
berdasarkan apa yang dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal (Smeltzer, 2002 :
935). Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per
100 ml darah (Price, 2006 : 256).
B. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Cara
mengatasi anemia yaitu dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan
pencegahan terhadap penyakit anemia dari pada kita sudah terkena dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E, dkk, 2000, rencana asuhan keperawatan, edisi 3, EGC. Jakarta.
2. Wikjnjo Sastro Hanifa, 2002, ilmu kebidanan, yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.
3. Mansjoer, dkk, 2001, kapita selekta kedokteran jilid I, media aesculapius fakultas universitas indonesia, Jakarta.
4. Tucker susan martin, dkk, 1999, standar perawatan pasien, proses keperawatan, diagnosis dan evaluasi, edisi V, Vol IV, EGC Jakarta.