You are on page 1of 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gempa Bumi


Gempa bumi merupakan gejala alamiah yang berupa gerakan goncangan
atau getaran tanah yang ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran
tanah akibat terjadinya patahan atau sesar akibat aktivitas tektonik, letusan
gunungapi akibat aktivitas vulkanik, hantaman benda langit (misalnya meteor
dan asteroid), dan/atau ledakan bom akibat ulah manusia.
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi
di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan
pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi
dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan
dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempa bumi sehingga efeknya
dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi (BMKG).
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan
gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak
Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan
ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu.

B. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi


Gempa bumi banyak disebabkan oleh gerakan-gerakan lempeng bumi.
Bumi kita ini memiliki lempeng-lempeng yang suatu saat akan bergerak ka-
rena adanya tekanan atau energi dari dalam bumi. Lempeng-lempeng tersebut
bisa bergerak menjauh (divergen), mendekat (konvergen) atau melewati
(transform). Gerakan lempeng-lempeng tersebut bisa dalam waktu yang
lambat maupun dalam waktu yang cepat. Energi yang tersimpan dan sulit
keluar menyebabkan energi tersebut tersimpan sampai akhirnya energi itu
tidak dapat tertahan lagi dan terlepas yang menyebabkan pergerakan lem-
peng secara cepat dalam waktu yang singkat yang menyebabkan terjadinya
getaran pada kulit bumi.

4
Gempa bumi bukan hanya disebabkan oleh pergerakan lempeng tetapi
juga disebabkan oleh cairan magma yang ada pada lapisan bawah kulit bumi.
Magma dalam bumi juga melakukan pergerakan. Pergerakan tersebut yang
menimbulkan penumpukan massa cairan. Cairan tersebut akan terus bergerak
hingga akhirnya menimbulkan energi yang kuat yang memaksa cairan ter-
sebut untuk keluar dari dalam kulit bumi. Energi tersebut menimbulkan kulit
bumi mengalami pergerakan divergen sebagai saluran untuk cairan tersebut
keluar. Pergerakan tersebut yang mengakibatkan terjadinya gempa bumi.
Gempa bumi juga dapat disebabkan oleh manusia sendiri. Seperti yang
disebabkan oleh peledakan bahan peledak yang dibuat oleh manusia. Selain
itu juga pembangkit listrik tenaga nuklir atau senjata nuklir yang dibuat oleh
manusia juga dapat menimbulkan guncangan pada permukaan bumi sehingga
terjadi gempa.

C. Klasifikasi Gempa Bumi


1. Berdasarkan Penyebabnya
a) Gempa Tektonik
Gempa yang terjadi karena perubahan kedudukan lapisan batuan
yang mengakibatkan adanya pergerakan lempeng-lempeng pada
lapisan kulit bumi.
Gempa bumi tektonik di sebabkan oleh gerak lempeng tektonik
dan merupakan akibat dari gerak orogenetik. Daerah yang sering kali
mengalami gempa ini adalah daerah pegunungan lipatan muda, yaitu
daerah rangkaian mediterania dan rangkaian sirkum pasifik. Bahaya
gempa ini besar sekali sebab lapisan bumi dapat mengalami lipatan
patahan, retakan atau bergeser. Karena gempa ini selalu
mengakibatkan pergeseran muka bumi, maka gempa ini di sebut juga
gempa dislokasi. Dislokasi berasal dari kata dis artinya terpisah,
iocare artinya tempat. Jadi, timbulnya getaran itu karena retakan
kulit bumi atau terpisahnya kulit bumi dari kedudukan semula..
b) Gempa Vulkanik
Gempa yang terjadi karena adanya aktivitas magma dalam
lapisan bawah permukaan bumi. Gempa vulkanisme terjadi karena
meletusnya gunung berapi. Kalau gunung api akan meletus timbullah

5
tekanan gas dari dalam sumbat kawah. Tekanan itu menyebabkan
terjadinya getaran yang disebut gempa bumi. Gempa bumi ini hanya
terdapat di daerah sekitar gunung api yang meletus. Gempa bumi ini
lebih bahaya dari gempa bumi runtuhan.
Gunung api yang akan meletus selalu diiringi dengan gempa
yang menggetarkan permukaan bumi disekitarnya, hal ini
disebabkan oleh pergerakan magma yang akan keluar dari perut
bumi ketika gunung akan meletus. Ketika magma bergerak
kepermukaan gunung api, ia akan bergerak dan memecahkan
bebatuan gunung api. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya getaran
yang cukup kuat dan berkepanjangan sehingga menimbulkan gempa
bumi. Pada umumya getaran yang kuat hanya ada disekitar gunung
api itu saja. Gempa vulkanik terjadi sebelum dan selama letusan
gunung api terjadi.
2. Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum
a) Gempa dangkal: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposen-
trumnya rendah. Titik hiposentrum ini dihitung dari permukaan laut
sampai pada titik pusat gempa berada. Kedalaman hiposentrumnya
kurang dari 60 Km.
b) Gempa menengah: gempa yang memiliki kedalaman titik hipo-
sentrumnya tidak terlalu dalam dan jauh dari permukaan bumi.
Berada sekitar 100-300 km di bawah permukaan laut.
c) Gempa Dalam: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposen-
trumnya sangat jauh dari permukaan laut. Titik hiposentrum > 300
km di bawah permukaan air lut.
3. Berdasarkan Jarak Episentrum
a) Gempa setempat: gempa yang guncangannya dirasakan pada per-
mukaan bumi namun hanya pada daerah tempat titik pusat gempa
berada. Biasanya gempa semacam ini memiliki kekuatan yang sangat
rendah sehingga hanya dirasakan oleh wilayah setempat saja.
b) Gempa jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada permuka-an
bumi dan getarannya dirasakan hingga daerah yang jauh dari titik
pusat gempa berada. Gempa ini dapat terjadi apabila memiliki

6
kekuatan yang cukup besar sehingga mengakibatkan guncangan
yang kuat.
c) Gempa sangat jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada
permukaan bumi dan getarannya dapat dirasakan hingga daerah yang
sangat jauh dari daerah asal gempa terjadi. Gempa ini memiliki
kekuatan yang sangat besar sehingga menimbulkan guncangan yang
dahsyat dan mencakup wilayah yang sangat luas.
4. Berdasarkan Bentuk Episentrum
a) Gempa sentral: gempa yang episentrumnya berupa suatu titik.
Gempa yang dirasakan pada daerah setempat.
b) Gempa linier: gempa yang episentrumnya berupa suatu garis. Gempa
ini dirasakan oleh daerah-daerah yang berada disebelah daerah pusat
gempa dan terus merambat hingga daerah berikutnya sehingga
membentuk suatu garis.
5. Berdasarkan Letak Episentrum
a) Gempa laut: gempa yang episentrumnya berada di bawah dasar laut.
Gempa ini terjadi karena hiposentrumnnya berada di bawah dasar
laut sehingga guncangan dan getarannya berada di dasar laut.
Biasanya gempa ini dapat mengakibatkan tsunami apa bila
kekuatannya sangat besar.
b) Gempa darat: gempa yang episentrumnya berada di permukaan bumi
atau daratan. Gempa ini terjadi apabila hiposentrumnya bera-da di
bawah permukaan bumi dan berada pada lempeng benua.
D. Faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Gempa Bumi
Gempa bumi yang terjadi pada suatu daerah bisa merupakan gempa yang
berskala besar maupun gempa yang berskala kecil. Besar kecilnya gempa itu
dikarenakan beberapa faktor yaitu :
1. Skala atau magnitude gempa
Yaitu kekuatan gempa yang terjadi yang bukan berdasarkan lokasi
observasi pada suatu daerah . Magnitude gempa biasa dihitung tiap
gempa terjadi dan dicatat oleh seismograf yang dinyatakan dalam satuan
Skala Ricther.
2. Durasi dan kekuatan gempa

7
Yaitu lamanya guncangan gempa yang terjadi pada suatau daerah
dan kekuatan gempa yang terjadi dengan melihat kerusakan pada daerah
tempat terjadinya gempa bumi.
3. Jarak sumber gempa terhadap perkotaan
Jarak sumber gempa yang jauh dari perkotaan akan memungkinkan
intensitas gempa semakin rendah.
4. Kedalaman sumber gempa
Yaitu kedalaman pusat terjadinya gempa diukur dari permukaan
bumi. Semakin dalam pusat gempa maka semakin rendah kekuatan
gempa yang terjadi.
5. Kualitas tanah dan bangunan.
Kualitas tanah yang buruk akibat bangunan dapat mengakibatkan
serangan gempa bumi yang kuat.
6. Lokasi perbukitan dan pantai
Pantai atau daerah perbukitan meru-pakan daerah rawan gempa
karena perbukitan dan pantai merupa-kan daerah pertemuan lempeng.
Sehingga dapat mempengaruhi besar kecil kekuatan gempa berdasarkan
hiposentrumnya.

E. Aktivitas Gempa Bumi Di Indonesia


Bumi kita memiliki dua jalur pegunungan muda yaitu sirkum pasifik dan
sirkum mediterania. Jalur pegunungan tersebut merupakan salah satu dari
proses pembentukan batuan dan dampak dari gempa yang sering terjadi
sehingga mengakibatkan tumbukan antar lempeng terus terjadi dan mem-
bentuk suatu pegunungan yang panjang. Sirkum pasifik dan sikum medite-
rania ini bertemu di wilayah Asia dan Indonesia merupakan salah satu negara
yang berada diantara jalur tersebut. Di dunia ada 7 lempeng yang besar yaitu
Pasifik, Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, Antartika, dan Eurasia,
tempat Indonesia berada. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng
yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
Lempeng Eurasia merupakan lempeng yang keadaannya stabil,
sedangkan lempeng Indo-Autralia adalah lempeng yang cenderung bergerak
ke utara dan lempeng Pasifik yang cenderung bergerak ke barat. Itulah yang
membuat Indonesia berada pada daerah rawan bencana gempa bumi.

8
Wilayah-wilayah di Indonesia yang merupakan daerah rawan yaitu Sumatra
terutama bagian pesisir barat, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua.
1. Macam-macam aktivitas gempa bumi
Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktivitas gempa bumi
di Indonesia dibagi menjadi 6 daerah aktivitas:
a. Daerah sangat aktif
Magnitude lebih dari 8 SR mungkin terjadi di daerah ini. Yaitu
di Halmahera, pantai utara Irian.
b. Daerah aktif
Magnitude 8 SR mungkin terjadi dan magnitude 7 SR sering
terjadi. Yaitu di lepas pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa,
Nusa Tenggara, Banda.
c. Daerah lipatan dan retakan
Magnitude kurang dari 7 SR mungkin terjadi. Yaitu di pantai
barat Sumatra, kepulauan Suna, Sulawesi tengah.

d. Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan


Magnitude kurang dari 7 SR bisa terjadi. Yaitu di Sumatra, Jawa
bagian utara, Kalimatan bagian timur.
e. Daerah gempa kecil
Magnitude kurang dari 5 SR jarang terjadi. Yaitu di daerah
pantai timur Sumatra, Kalimantan tengah.
f. Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa
Yaitu daerah pantai selatan Irian, Kalimantan bagian barat.

2. Skala Gempa Bumi


Dalam penentuan besarnya kekuatan gempa bumi, ada 2 skala yang
digunakan :
a. Skala Mercall
Skala Mercalli diambil dari nama seorang pakar sains gunung
berapi berbangsa Itali bernama Giuseppe Mercalli, untuk mengu-kur
kekuatan gempa bumi, pada tahun 1902. Skala Mercalli terbagi
dalam 12 skala dengan mengidentifikasi mereka yang selamat dan
juga dengan melihat dan membandingkan tahap kerusakan yang
ditimbulkan gempa bumi tersebut.
Oleh itu skala Mercalli dianggap sangat subjektif dan kurang
tepat dibandingkan dengan skala Richter. Oleh karena itu, pada masa

9
sekarang skala Richter lebih meluas digunakan untuk untuk
mengukur kekuatan gempa bumi. Tetapi skala Mercalli yang sudah
disesuaikan, masih boleh digunakan jika tidak terdapat peralatan
mesin seismograf untuk mengukur kekuatan gempa bumi di tempat
kejadian.
Skala Intensitas Mercalli mengukur kekuatan gempa bumi
melalui tahap kerusakan yang terjadi yang disebabkan oleh gempa
bumi itu. Skala Intensitas Mercalli adalah seperti di bawah :
1) Tidak terasa
2) Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi
3) Getaran dirasakan seperti ada kereta api yang melintas.
4) Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak
dinding rumah, benda yang tergantung bergoyang.
5) Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda
kecil di atas rak dapat jatuh.
6) Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak.
7) Dinding pagar jatuh/rusak, orang tidak dapat berjalan/ berdiri.
8) Bangunan mengalami kerosakan ringan.
9) Bangunan mengalami kerosakan berat.
10) Jembatan, dan sarana umum lainnya rusak, terjadi tanah runtuh.
11) Rel kereta api hancur.
12) Seluruh bangunan hancur/luluh lantak.
b. Skala Richter
Skala Richter diambil dari nama Charles F. Richter. Charles F.
Richter merupakan seorang pakar seismologi yang terkenal. Charles
F. Richter dilahirkan di Ohio, Amerika Serikat pada 26 April 1900.
Charles F. Richter mempelajari bidang seismologi di "University
of Southern California" dan Universitas Stanford. Pada tahun 1927,
Charles F. Richter mulai bekerja di laboratorium seismologi di
Pasadena California dan setahun kemudian Charles F. Richter telah

10
berhasil mendapat ijazah doktor dalam bidang theori fisika di
Universitas CalTech pada tahun 1928.
Pada tahun 1935, Charles F. Richter telah mengembang-kan satu
sistem untuk mengukur kekuatan gempa bumi yang dike-nali sebagai
skala Richter dan pada mulanya hanyalah digunakan di California.
Skala Richter yang dikembangkannya merupakan turunan
matematika untuk membesarkan suatu kekuatan gempa bumi dan
diterima pakai secara meluas setelah disesuaikan. Kekuatan gempa
bumi ditetapkan dengan penggunaan logaritma turunan (amplitude)
gelombang yang direkam oleh mesin seismograf.
Tahap angka skala Richter meliputi variasi jarak antara
seismograf yang berbagai dengan pusat gempa (episentrum).
Menurut skala Richter, kekuatan gempa bumi digambarkan dengan
angka desimal. Sebagai contoh, gempa dengan kekuatan 2.0 atau
lebih kecil dianggap gempa mikro, biasanya tidak dapat dirasakan
oleh manusia dan hanya direkam di mesin seismograf setempat.
Gempa bumi dengan kekuatan 4.5 mampu direkam di mesin seismo-
graf di seluruh dunia. Kekuatan 5.3 digolongkan sebagai gempa
bumi menengah dan kekuatan 6.3 digolongkan sebagai gempa bumi
yang besar. Oleh karena skala Richter menggunakan turunan
logaritma, setiap angka mewakili kekuatan yang 10 kali lebih kuat
berbanding angka sebelumnya.
Gempa bumi besar seperti yang terjadi di Alaska tahun 1964,
memiliki magnitude 8,0 atau lebih. Rata-rata satu gempa bumi yang
berukuran seperti itu terjadi setiap tahun.
Ukuran skala gempa (magnitudo) berdasarkan yang dibuat richter
dapat kita lihat pada tabel berikut.
Skala Richter
No Magnitudo Ciri-Ciri/ Alibat
1 2,0 – 3,4 Tidak dapat dirasakan oleh manusia, tetapi dapat direkam
oleh seismograf
2 3,5 – 4,2 Hanya dapat dirasakan oleh sebagian kecil orang

11
3 4,3 – 4,8 Getaran dapat dirasakan oleh banyak orang
4 4,9 – 5,4 Dapat dirasakan oleh semua orang
5 5,5 – 6,1 Terdapat sejumlah kecil bangunan yang rusak
6 6,2 – 6,9 Bangunan banyak yang rusak
7 7,0 – 7,9 Kerusakan bangunan lebih besar, bangunan runtuh, rel KA
bengkok
8 7,4 – 7,9 Terjadi kerusakan yang hebat
9 > 8,0 Terjadi kerusakan total, semua bangunan runtuh,
peristiwanya tergolong bencana besar
F. Dampak terjadinya Gempa Bumi
1. Fisik
Gempa bumi memiliki dampak negatif bagi manusia diantaranya
kerusakan berat pada tempat tinggal warga yang bertempat tinggal
ditempat kejadian. Terutama apabila gempa yang terjadi memiliki
kekuatan yang besar. Banyak dari korban bencana kehilangan tempat
tinggal dan tempat berlindung. Selain itu gempa yang menyebabkan
banyaknya bangunan yang runtuh akan mengakibatkan banyak korban
jiwa berjatuhan akibat tertindih bangunan. Dalam kasus bencana gempa
masalah kesehatan yang sering ditemukan yaitu trauma yang bervariasi
baik itu ringan hingga berat misalnya trauma multiple (terutama trauma
tumpul, fraktur kosta, perdarahan dan shock), luka bakar, respiratory
distress dan poisoning.
2. Non-Fisik
Selain kerusakan fisik, gempa juga memiliki dampak negative bagi
psikologis korban yang mengalami bencana. Beberapa dari korban juga
akan mengalami trauma atas kejadian yang dialaminya. Ini juga dapat
berdampak bagi perekonomian negara karena secara tidak langsung
negara perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mengatasi korban-korban
bencana alam baik dari pangan maupun sandang. Tenaga medis dan
fasilitasnyapun sangat diperlukan untuk mengatasi dampak dari bencana
tersebut.
3. Masalah kesehatan mental akibat gempa.

12
Penyakit psikologis / trauma berkepanjangan akibat reaksi stres akut
saat bencana bisa menetap menjadi kecemasan yang berlebihan. Akibat
kehilangan rumah, kehilangan anggota keluarga atau bisa juga trauma
karena ketakutan yang mendalam.
Kerusakan-kerusakan yang umumnya terjadi sebagai gempa bumi antara
lain :
1. Kerusakan jalan karena terjadi keretakan, patah, terpotong, mengalami
keamblasan, longsor dipinggir jalan, aspal terkelupas dan sebagainya.
2. Kerusakan jembatan akibat terpotongnya konstruksi jembatan dengan
jalan. Jalan yang menghubungkan jembatan mengalami ambles,
konstruksi jembaran rusak (patah, bengkok, miring, putus), pondasi
jembatan ambles kedalam tanah, dll.
3. Kerusakan bangunan dipusat perekonomian dan pemerintahan seperti
perkotaan, pusat perdagangan dan perkantoran. Bangunan-bangunan
hancur berantakan akibat guncangan gempa.
4. Turun atau amblesnya permukaan tanah hingga mengakibatkan
permukaan tanah tersebut lebih rendah dari permukaan air laut dan
menjadi tergenang oleh air laut.
Selain kerusakan fisik dan banyaknya korban jiwa, pengaruh khusus
lainnya yang merugikan sebagai akibat dari gempa bumi, antara lain :
1. Menimbulkan dampak terhadap kesehatan umum : luka karena retak
tulang merupakan masalah yang menyebar secara luas. Rusaknya
kondisi-kondisi sanitas yang mengakibatkan terjadinya wabah penyakit.
2. Tidak tersedianya cadangan air : kemungkinan terjadinya masalah serius
yang disebabkan karena rusaknya sistem-sistem air, pencemaran air
sumber mata air yang terbuka, dan perubahan skema air.

G. Disaster Management Gempa Bumi


1. Mitigasi
Mitigasi yaitu mengurangi kerugian yang akan ditimbulkan oleh
bencana. Usaha mitigasi adalah meningkatkan ketahanan dan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam sehingga
risiko bencana alam dapat dikurangi.

13
Mitigasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : sebelum terjadi,
ketika berlangsung dan setelah terjadi gempa bumi.
a. Sebelum terjadi gempa
Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar selalu siaga adalah
1) Dirikanlah bangunan (kantor, rumah dsb) sesuai dengan kaidah-
kaidah yang baku. Diskusikan lah dengan para ahli agar
bangunan anda tahan gempa. Jangan membangun dengan asal-
asalan apalagi tanpa perhitungan
2) Kenalilah lokasi bangunan tempat anda tinggal atau bekerja,
apakah tidak berada pada patahan gempa atau tempat lain seperti
rawan longsor dan sebagainya.
3) Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan
dsb. Sediakan juga Radio, karena pada saat gempa alat
komunikasi dan informasi lain seperti Telpon, HP, Televisi,
Internet akan terganggu.
4) Selalu periksa penggunaaan Listrik dan gas, matikan jika tidak
digunakan.
5) Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran,
Rumah sakit dll.
6) Kenalilah jalur evakuasi.
7) Ikutilah Kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa bumi,
sehingga mereka tidak canggung lagi ketika terjadi bencana.
b. Ketika berlangsung gempa
1) Yang pertama sekali adalah DON’T BE PANIC, kuasai diri anda
bahwa anda dapat lepas dari bencana tersebut.
2) Menghindar dari bangunan, pohon, tiang listrik dsb yang
berkemungkinan roboh menimpa kita. Jika anda berada dalam
gedung, berusahalah untuk lari keluar. Jika tidak memungkinkan
berlindunglah di bawah meja yang kuat, tempat tidur. Atau
berlindunglah di pojok bangunan, karena lebih kuat tertopang.
3) Perhatikan tempat anda berdiri, karena gempa yang besar akan
memungkinkan terjadinya rengkahan tanah.
4) Jika anda sedang berkendara, matikan kendaraan anda dan
turunlah. Jika anda sedang berada di pantai, maka berlarilah
menjauhi pantai tersebut. jika anda sedang berada di daerah

14
pegunungan, maka perhatikan disekitar anda apakah ada
kemungkinan longsor.
5) Bila Anda berada dalam bangunan, cari tempat perlindungan.
Hindari jendela dan bagian rumah yang terbuat dari kaca.
Gunakan bangku, meja atau perlengkapan rumah tangga yang
kuat sebagai perlindungan.
6) Jika Anda berada di tengah keramaian, cari perlindungan. Tetap
tenang dan mintalah yang lain untuk tenang juga. Jika sudah
aman, berpindahlah ke tempat yang terbuka, jauh dari
pepohonan besar atau bangunan.
7) Jika Anda di luar, cari tempat terbuka, jauh dari bangunan,
pohon tinggi dan jaringan listrik. Hindari rekahan akibat gempa
yang bisa sangat berbahaya.
8) Jika Anda mengemudi, berhentilah jika aman, tapi tetap dalam
mobil. Menjauhlah dari jembatan, jembatan layang atau
terowongan. Pindahkan mobil jauh dari lalu lintas. Jangan
berhenti dekat pohon tinggi, lampu lalu lintas atau tiang listrik.
9) Jika Anda di pegunungan, dekat dengan lereng atau jurang yang
rapuh waspadalah dengan batu atau tanah longsor yang runtuh
akibat gempa.
10) Jika Anda di pantai, segeralah berpindah ke daerah yang tinggi
atau berjarak beberapa ratus meter dari pantai. Gempa bumi
dapat menyebabkan tsunami selang beberapa menit atau jam
setelah gempa dan menyebabkan kerusakan yang hebat
c. Setelah terjadi gempa
1) Jika anda masih berada dalam gedung, maka keluarlah dengan
tertib, jangan gunakan Lift, gunakanlah tangga.
2) Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik
padam, kebocoran gas, dinding retak dsbnya.
3) Periksalah aliran/pipa gas yang ada apakah terjadi kebocoran.
Jika tercium bau gas usahakan segera menutup sumbernya dan
jangan sekali-kali menyalakan api dan merokok.
4) Periksalah kerusakan yang mungkin terjadi pada bangunan
kamu.

15
5) Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau
berpotensi untuk roboh.
6) Tetap menggunakan alas kaki untuk menghindari pecahan-
pecahan kaca atau bahan-bahan yang merusak kaki.
7) Dengarkan informasi melalui televisi, radio, telepon yang
biasanya disiarkan oleh pemerintah, bila hal ini memungkinkan
8) Bersiaplah menghadapi kemungkinan terjadinya gempa-gempa
susulan.

2. Preparedness (Kesiapsiagaan)
Preparedness (Kesiapsiagaan) adalah upaya yang dilakukan
pemerintah, masyarakat dan individu agar pada keadaan bencana respon
dapat terjadi secara cepat, tepat, dan efektif.
Kesiapsiagaan sebagai upaya yang dilakukan pada masa pra bencana
yang memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat maupun
individu untuk dapat menghadapi bencana yang mungkin akan terjadi
dengan cara cepat dan tepat.
Preparedness program dibuat mulai dari tahapan perencanaan
sebelum terjadinya bencana dan upaya yang dilakukan saat terjadi.
Upaya utama yang perlu diutamakan adalah pembentukan tim.
Pembentukan tim dalam membuat, menjalankan dan mengevaluasi
program bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam tenatng perencanaan
untuk pencegahan sebelum gempa bumi terjadi.
a. Parameter Kesiapsiagaan Bencana
1) Pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana
Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci
untuk kesiapsiagaan. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat akan menentukan dalam membentuk
sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga terhadap
bencana. Telah terciptanya pengetahuan mengenai kebencanaan
pada seseorang yang telah memiliki kesiapsiagaan diindikasikan
dengan adanya pemahaman mengenai kondisi di lingkungan
dimana seseorang tersebut tinggal. Kondisi lingkungan yang
dimaksudkan meliputi pengetahuan tentang kejadian bencana
dan bencana yang mungkin terjadi diwilayahnya, dampak yang

16
ditimbulkan serta kerentanan fisik sekolah. Penting pula bagi
siswa untuk mengetahui tindakan yang perlu dilakukan pada
saat bencana dan cara penanggulangan bencana. Pengetahuan ini
sangat diperlukan agar siswa dapat merespon bencana dengan
cepat dan cepat.
Deni Hidayati (2006: 28) menjelaskan bahwa bentuk
operasional dalam parameter sikap lebih ditekankan pada sikap
dalam menghadapi risiko bencana. Seseorang perlu memiliki
motivasi untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam. Perlu
bagi seseorang untuk saling membangun motivasi antar individu
dalam satu komunitas atau kelompok agar motivasi tersebut
selalu terjaga.
2) Sistem peringatan dini
Sistem peringatan dini meliputi tanda peringatan dan
distribusi informasi akan terjadinya bencana. Dengan
peringatan bencana ini, masyarakat dapat melakukan
tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta
benda dan kerusakan lingkungan. Sistem peringatan dini
dapat berupa peringatan-peringatann yang memanfaatkan
kearifan lokal, misalnya: kentongan atau lonceng. Point
penting dalam sistem peringatan dini adalah adanya suatu
penanda bahaya yang diketahui dan dapat diterima oleh
setiap komponen sekolah serta adanya latihan atau drill
yang rutin serta melibatkan seluruh komponen sekolah.

3) Rencana untuk keadaan darurat bencana


Pada saat terjadi bencana bantuan dari dermawan,
LSM, pemerintah maupun organisasi lain belum bisa datang
pada saat itu juga. Oleh karenanya setiap komunitas perlu
membuat perencanaan yang berkaitan dengan tindakan-
tindakan yang akan dilakukan apabila terjadi bencana.
Evakuasi, pertolongan dan penyelamatan merupakan

17
tindakan-tindakan yang bersifat krusial agar korban bencana
dapat diminimalisir.
Setiap komponen dalam komunitas sekolah dasar perlu
untuk saling berpartisipasi dalam penyusunan rencana
tanggap darurat dan setiap komponen harus memiliki peran
dan tanggungjawab yang tegas. Anak-anak sebagai salah
satu stakeholders perlu dilibatkan dalam perencanaan.
Upaya membentuk sekolah aman dan siap adalam
menghadapi bencana perlu dilakukan secara partisipatif
termasuk di dalamnya anak. BNPB (2012: 18) menyatakan
bahwa, anak-anak diharapkan mampu menjadi mitra dalam
penerapan sekolah/ madrasah aman dari bencana. Dalam
kondisi tersebut, hal yang perlu tetap dipertahankan adalah
bagaimana anak-anak dapat menjadi bagian yang
diperhatikan keberadaan dan peran mereka.
4) Kemampuan untuk memobilisasi sumber daya
Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia
(SDM), maupun pendanaan, sarana dan prasarana penting
untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat
mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam
kesiapsiagaan bencana alam. Karena itu, mobilisasi sumber
daya menjadi faktor yang krusial. Dalam masa pra bencana
perlu adanya peningkatan sumber daya manusia, termasuk
di dalamnya peningkatan sumber daya siswa.
b. Kesiapsiagaan bencana gempa bumi
1) Pra Gempa
a) Edukasi mengenai alam di sekitar kita, baik dari sisi
keunggulannya maupun tantangannya.
b) Membangun rumah dan infrastruktur lainnya yang sesuai
dengan potensi ancaman.
c) Edukasi tentang potensi ancaman, serta persiapan dan
latihan menyelamatkan diri (survival) dalam keadaan
darurat.

18
2) Saat Gempa (Langkah Penyelamatan Diri)
a) Di Dalam Rumah atau Gedung
(1) Lindungi kepala dan segera cari tempat berlindung.
Bila Anda berlindung di pojok ruangan (dekat pondasi),
cari benda untuk dipergunakan sebagai tameng untuk
melindungi kepala Anda.
(2) Anda dapat lari keluar bila sudah merencanakan bahwa
hal tersebut paling aman. Namun, bila tidak cukup
waktu, tetap di dalam ruangan dan cari tempat
berlindung.
(3) Jika dalam posisi tidur, segera lindungi kepala dengan
bantal dan kemudian masuklah ke kolong tempat tidur.
(4) Bila memungkinkan, matikan listrik atau kompor yang
menyala, tapi bagaimanapun langkah menyelamatkan
diri harus diutamakan Anda dapat melakukannya
setelah gempa reda atau sebelum keluar ruangan.
(5) Bila Anda berada di gedung bertingkat, tetaplah di
ruangan dan cari tempat berlindung yang aman. Jauhi
dinding luar, tangga dan lift. Setelah gempa berhenti,
sebaiknya Anda turun menggunakan tangga darurat
(hindari lift dan eskalator).

b) Di Luar Ruangan
(1) Jika Anda berada diluar, carilah tanah yang lapang,
yang jauh dari gedung-gedung, pohon yang tinggi, dan
kabel listrik, terowongan dan jembatan.
(2) Jauhi retakan tanah akibat gempa, karena dapat
membahayakan.
(3) Jauhi tempat-tempat yang mungkin longsor atau
terkena longsoran, seperti tebing yang curam.
c) Di Perjalanan (Mengendarai Kendaraan)

19
(1) Jika Anda sedang mengemudikan mobil atau motor,
segeralah mencari tempat aman untuk berhenti.
(2) Jauhi gedung-gedung, pohon tinggi, jembatan,
jembatan layang, terowongan, kabel listrik, papan
reklame, tiang-tiang listrik atau yang lainnya. Tetaplah
di dalam mobil.
(3) Jika Anda terperangkap dalam mobil karena terkena
reruntuhan atau sebab lain, jangan menyalakan mesin
dan juga api. Upayakan untuk segera keluar, atau Anda
dapat menyalakan klakson untuk meminta bantuan.
3) Pasca Gempa (Pemulihan dan Waspada)
Pasca gempa, segera periksa kondisi kesehatan Anda,
keluarga dan orang-orang di sekitar Anda. Bila kondisi Anda
selamat, beri bantuan kepada korban, serta waspada terhadap
ancaman lain, seperti kebakaran, sengatan listrik dan juga
adanya gempa susulan. Berikut panduannya:
a) Periksa keadaan Anda dan keluarga. Bila Anda terluka,
pastikan mendapatkan pertolongan P3K.
b) Bila kondisi bangunan mengkhawatirkan, segera keluarlah
dari ruangan dan carilah tempat aman. Bawa serta tas siaga
yang sudah Anda siapkan. Bila memungkinkan, matikan
listrik atau kompor yang menyala sebelum Anda pergi ke
tempat aman.
c) Perhatikan keamanan di sekitar Anda. Waspada ter-hadap
hal-hal berikut: kebakaran atau kondisi yang rentan
mengalami kebakaran, gas bocor, kerusakan pada sirkuit
listrik, dan lain-lain.
d) Lindungi diri sendiri Anda dari bahaya-bahaya tidak langsung di
atas. Dan tinggalkan area bila anda mencium bau gas atau bau
zat kimia lain.

20
e) Upayakan agar jalan umum lancar, sehingga memudahkan
kendaraan darurat dan regu penolong.
f) Pantau berita melalui radio yang dioperasikan dengan baterai
untuk mengetahui keadaan darurat terakhir. Dan gunakan
handphone untuk emergency call saja.
g) Jangan kembali ke dalam rumah sebelum dinyatakan aman oleh
petugas. Dan saat kembali ke rumah, berhati-hatilah saat
membuka laci, dan juga awasi kepala jangan sampai dijatuhi
barang dari rak

3. Response
Response adalah upaya atau kegiatan berupa intervensi ketika
bencan terjadi. Penanganan intervention/ response mengahadapi gempa
bumi :
a. Pemberitahuan dan pemberian informasi prakiraan terjadinya gempa
bumi susulan.
b. Reaksi cepat dan bantuan penangan darurat gempa bumi
c. Perlawanan terhadap gempa bumi
d. Jika anda masih berada dalam gedung, maka keluar dengan tertib,
jangan gunakan Lift, gunakanlah tangga.
e. Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik
padam, kebocoran gas, dinding retak dsbnya. Periksa juga apakah
ada yang terluka. Jika ya, lakukanlah pertolongan pertama.
f. Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi
untuk roboh.
g. Carilah informasi tentang gempa tersebut, gunakanlah radio tadi.

4. Recovery
Recovery adalah proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena
bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada
keadaan semula.

21
Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan
dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll)
Tahap recovery sendiri merupakan kelanjutan yang dilakukan
pemerintah dari kegiatan tanggap bencana. Akibat dari adanya gempa
bumi itu sendiri telah menimbulkan berbagai dampak dari semua sektor
yang dialami oleh masyarakat dan pemerintah, untuk itu diperlukan
adanya tahap pemulihan kembali yang harus dilakukan oleh pemerintah
dengan dibantu oleh NGO, LSM, maupun lembaga-lembaga donor
lainnya pasca bencana tersebut. Tahap pemulihan inilah yang disebut
dengan tahap recovery pasca terjadinya bencana.
Recovery sendiri meliputi dua hal, yakni tahap rehabilitasi dan
rekonstruksi didalamnya.
a. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
b. Rekonstruksi sendiri memiliki pengertian pembangunan kembali
semua prasarana dan saeana, kelembagaan pada wilayah pasca
bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, serta bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat
pada wilayah pasca bencana.
Di dalam melakukan tahap recovery ini, pendataan juga merupakan
salah satu factor penting dari keberhasilan tindakan tersebut. Dapat
diketahui pendataan mengenai data-data kerugian maupun kerusakan
bangunan pemerintah maupun masyarakat yang diakibatkan oleh gempa
telah didapat oleh pemerintah. Akan tetapi data-data keadaan sebelum
terjadinya bencana juga perlu harus diketahui, agar tidak terjadi
kevalidan data nantinya. Data-data mengenai jumlah bangunan sebelum
terjadinya bencana kemudian akan dibandingkan dengan data kerusakan

22
yang telah diakibatkan setelah bencana. Kemudian setelah data
terkumpul barulah kemudian data-data tersebut dicari kebenarannya,
dengan menerjunkan tim survey dilapangan dengan metode pendataan
yang sistematis. Dari data yang diperoleh kerusakan sarana dan prasarana
publik serta rumah warga memang begitu besar.
Tidak hanya disektor pemukiman warga saja, di sektor sarana dan
prasarana publik atau infrastruktur (data transportasi, sektor energi,
telekomunikasi, dan sektor air dan snitasi ), lintas sekor, sektor ekonomi,
serta sektor sosial pun sama saja.

H. Peran Perawat dalam Tanggap Bencana


Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap
individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi
individu. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap kedudukannya dalam sistem ( Zaidin Ali , 2002,). Menurut
Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh
perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki.
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan
tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan
dasar praktek keperawatan saja. Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana
juga sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi
bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi
bencana. Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam
situasi tanggap bencana:
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan
korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka,
kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan menyebabkan
isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang

23
paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari
tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi ini, baik
berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan
profesional, ataupun juga melakukan pengobatan bersama perawat
lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat bencana.
Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan
fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan profesi keperawatan.
2. Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk,
seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya.
Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh perawat secara
langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain
itu, hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini adalah pemerataan
bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang di butuhkan oleh para
korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang tidak
mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk
ataupun tidak tepat sasaran.
3. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma
psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa
berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak
sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang
dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan
maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para
korban bencana. Hal yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini
adalah pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh perawat.
Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan
mendengarkan segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya
diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit.
Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan
mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat

24
lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain. Perawat dapat
mendirikan sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan
mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga
kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca
bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat
memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda
yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah
dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong
membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan
masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat
menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan
pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan
instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu.

25

You might also like