You are on page 1of 8

Jurnal Penelitian Karet, 2015, 33 (2) : -

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2015, 33 (2) : -

PENINGKATAN TITIK LEMBEK ASPAL TERMODIFIKASI


MENGGUNAKAN BLOCK SKIM RUBBER (BSR) TERDEPOLIMERISASI
Melting Point Enhancement of Modified Asphalt Using
Depolymerized Block Skim Rubber

Arief RAMADHAN dan Norma Arisanti KINASIH

Pusat Penelitian Karet


Jalan Salak No. 1 Bogor 16151
Email: arif@puslitkaret.co.id; norma.kinasih88@gmail.com

Diterima : 25 Januari 2015 / Direvisi : 22 April 2015 / Disetujui : 2 Juli 2015

Abstract karakteristik aspal termodifikasi yang dihasilkan


dari penambahan karet alam jenis block skim
Asphalt pavement has lower melting point rubber (BSR) terdepolimerisasi, belerang, dan
than pavement surface temperature. A pavement resin terhadap titik lembek aspal termodifikasi.
being damaged on higher ambient temperature Bahan pemodifikasi aspal seperti BSR
particularry. Melting point enhancement of the terdepolimerisasi ditambahkan sebanyak 6%
asphalt can be done by an addition of natural (b/b), sedangkan belerang dan resin masing-
rubber in asphalt. The addition of sulfur and resin masing ditambahkan sebanyak 2, 4, dan 6%
need to be given on natural rubber–modified (b/b). Formulasi terbaik bahan pemodifikasi
asphalt for increasing the compatibility of natural dipilih berdasarkan titik lembek tertinggi yang
rubber-asphalt. The purpose of this research is to dihasilkan. Karakteristik aspal termodifikasi BSR
analysis the characteristic of modified asphalt, terdepolimerisasi dan belerang menghasilkan
which made from an addition of depolymerized titik lembek aspal yang lebih tinggi dan waktu
block skim rubber (BSR), sulfur and resin. Asphalt pencampuran yang lebih lambat dibandingkan
modifier such as depolymerized BSR was added dengan aspal termodifikasi BSR terdepolimerisasi
6% (w/w), whereas sulfur and resin were added 2, dan resin. Formulasi aspal termodifikasi terbaik
4, and 6% (w/w) per each. The best formulation of dihasilkan dari penambahan 6% (b/b) BSR
asphalt modifier was selected based on the highest terdepolimerisasi dan 6% (b/b) belerang, dengan
melting point of modified asphalt. The nilai titik lembek yang dicapai sebesar 750C. Nilai
characterization of modified asphalt, which made ini memenuhi standar minimum titik lembek
from depolymerized BSR and sulfur has higher aspal yang dipersyaratkan oleh standar aspal
melting point and slower mixing time than modified polimer (SNI 6749:2008) sebesar 560C.
asphalt, which made from depolymerized BSR and
resin. The best formulation was resulted from an Kata kunci: aspal, titik lembek, block skim rubber
addition of 6% (w/w) depolymerized BSR and 6% terdepolimerisasi, belerang, resin
(w/w) sulfur, which reach 750C melting point. This
value has meet a minimum value of melting point
polymer asphalt, which is 560C in asphalt polymer
PENDAHULUAN
standard (SNI 6749:2008).

Keywords: asphalt, melting point, depolymerized Kerusakan dini pada jalan beraspal di
block skim rubber, sulfur, resin Indonesia sering dijumpai akibat tingginya
beban lalu lintas kendaraan dan suhu di
permukaan jalan. Pada siang hari suhu di
Abstrak permukaan jalan dapat mencapai ± 500C,
suhu ini lebih tinggi daripada titik lembek
Titik lembek jalan beraspal cenderung aspal, yaitu sebesar ± 480C (Cifriadi et al.,
lebih rendah dibandingkan dengan suhu di
permukaan jalan. Terutama pada suhu
2012). Hal ini menyebabkan material aspal
lingkungan yang tinggi, jalan beraspal menjadi menjadi lunak, sehingga tampak retakan
rusak. Peningkatan titik lembek aspal dapat pada permukaan jalan beraspal.
dilakukan dengan penambahan karet alam pada
aspal. Penambahan belerang dan resin perlu Peningkatan titik lembek aspal dapat
diberikan pada aspal termodifikasi karet alam dilakukan dengan menambahkan polimer
untuk meningkatkan kompatibilitas aspal-karet sebagai bahan aditif aspal. Beberapa hasil
alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penelitian menunjukkan bahwa

91
Ramadhan dan Kinasih

penambahan polimer (baik karet alam yang dicapai serta kecepatan waktu
maupun sintesis) pada aspal dapat pencampuran bahan tersebut di aspal. Titik
meningkatkan titik lembek aspal lembek aspal termodifikasi terbaik
(Tuntiworawit et al., 2005; Nrachai et al., diharapkan memenuhi standar titik lembek
2005; Xiang et al., 2009; Kök dan Çolak, aspal polimer yang dipersyaratkan SNI
2011; Prastanto, 2014). Namun, 6749:2008.
pencampuran karet alam dengan aspal
membutuhkan waktu yang lama sehingga
menjadi kendala dalam pemrosesannya. BAHAN DAN METODE

Panjangnya rantai polimer di karet Penelitian dilaksanakan di


alam menyebabkan proses pencampuran laboratorium penelitian dan pabrik
dengan aspal memerlukan waktu yang lama. percobaan Pusat Penelitian Karet pada
Sehingga diperlukan proses pemendekkan Februari hingga Desember 2010. Bahan-
rantai polimer karet melalui depolimerisasi. bahan yang digunakan untuk pembuatan
Menurut Prastanto (2014), penambahan aspal modifikasi antara lain; BSR, aspal
karet alam (SIR 20) terdepolimerisasi pada minyak (penetrasi 60), belerang, dan resin
aspal dapat mempersingkat waktu jenis coumarone resin. Sedangkan bahan-
pencampuran dibandingkan dengan bahan yang dibutuhkan untuk analisa
penambahan SIR 20 tanpa perlakuan antara lain; kertas sigaret (TST), gliserin dan
depolimerisasi. air suling. Alat-alat yang dibutuhkan untuk
membuat aspal modifikasi; open mill,
Kompatibilitas karet dan aspal dapat pengaduk (rotor), pemanas, timbangan dan
ditingkatkan dengan penambahan bahan gelas piala. Sedangkan alat yang dibutuhkan
aditif seperti; senyawa berbasis fosfor untuk analisa antara lain; Mooney
(Giafirani et al., 1996; Zhang and Yu, 2009), viscometer, plastimeter wallace, ring holder
aditif berbasis belerang (Sun et al., 2006; dan ball centering guide. Penelitian ini
Chen dan Huang, 2007) dan maleat anhidrat meliputi dua kegiatan yaitu:
(Becker et al., 2003; Polacco et al., 2005).
Hasil penelitian Chen dan Huang (2007) Depolimerisasi BSR dan Analisa BSR
menunjukkan bahwa penambahan Terdepolimerisasi
persentase belerang pada aspal
termodifikasi polimer (SBS) dapat Proses depolimerisasi dilakukan
meningkatkan titik lembek aspal dan secara mekanik melalui pelunakan
menurunkan penetrasi aspal. (mastikasi) dingin (suhu<600C)
menggunakan open mill. Penggilingan
Selain itu, kompatibilitas aspal dan dilakukan secara bertahap, pada tahap awal
polimer dapat pula ditingkatkan dengan mastikasi dilakukan selama 5 menit,
penambahan resin. Becker et al. (2001) kemudian dilanjutkan selama 24 menit.
menerangkan bahwa pada aspal yang Analisa parameter mutu BSR
ditambahkan polimer dalam jumlah yang terdepolimerisasi dilakukan sebelum dan
kecil, peningkatan konsistensi dan sifat setelah proses depolimerisasi dilakukan.
elastisitas pengikat dilakukan dengan Parameter mutu yang diuji antara lain;
penambahan resin dan asphalten. Aspal plastisitas awal (Po), indeks ketahanan
berdasarkan sifat dispersinya disusun oleh plastisitas (PRI) dan viskositas Mooney.
asphalten dan malten. Secara umum malten
tersusun dari sistem koloid resin, lilin, Pembuatan dan Analisa Aspal Modifikasi
senyawa alifatik dan aromatik (Browarzik et
al., 1999; Murgich et al., 1996). Maka resin
Pembuatan aspal modifikasi
merupakan bagian dari aspal itu sendiri.
dilakukan dengan mencampurkan aspal
dengan BSR terdepolimerisasi, belerang dan
Pada penelitian ini akan dikaji
resin. Aspal yang digunakan sebanyak 300
pengaruh penambahan karet alam jenis BSR
g. Sedangkan bahan pemodifikasi seperti
terdepolimerisasi, belerang dan resin
BSR terdepolimerisasi ditambahkan
terhadap perbaikan sifat aspal. Komposisi
sebanyak 6% (b/b), sedangkan belerang dan
bahan aditif aspal terbaik dinilai
resin masing-masing ditambahkan
berdasarkan tingginya titik lembek aspal
sebanyak 2, 4, dan 6% (b/b) pada aspal.

92
Peningkatan Titik Lembek Aspal Termodifikasi Menggunakan Block Skim Rubber (BSR) Terdepolimerisasi

Untuk memudahkan pencampuran, BSR HASIL DAN PEMBAHASAN


terdepolimerisasi dipotong-potong tipis
terlebih dahulu. Karakteristik BSR Terdepolimerisasi

Mekanisme pencampuran aspal dan Viskositas yang tinggi dari karet alam
BSR terdepolimerisasi dengan belerang dan akan mempersulit pencampurannya dengan
resin dilakukan secara terpisah, namun aspal. Hal ini dikarenakan bobot molekul
mekanisme pencampuran keduanya yang tinggi dari karet menunjukkan ikatan
dilakukan secara sama. Tahapan rantai molekul yang panjang (derajat
pencampuran aspal dengan bahan polimerisasi tinggi) sehingga memerlukan
pemodifikasi diawali dengan mencairkan energi (panas) yang cukup besar dan waktu
aspal menggunakan kompor listrik pada yang lama untuk dapat memutus ikatan
suhu 1600C dan dihomogenkan antar rantai molekul karet dalam proses
menggunakan rotor (20 rpm). Waktu pencampurannya dengan aspal. Maka perlu
penghomogenan aspal tanpa bahan dilakukan proses depolimerisasi agar bobot
pemodifikasi kemudian dicatat sebagai molekul karet menurun, sehingga energi dan
acuan pembanding waktu penghomogenan waktu yang digunakan lebih efisien.
aspal termodifikasi.
Depolimerisasi adalah penguraian
Setelah aspal cair homogen, polimer menjadi monomer secara bertahap
ditambahkan 2, 4, dan 6% (b/b) belerang. (Cowd, 1991). Depolimerisasi BSR dilakukan
Setelah belerang tercampur homogen secara mekanik melalui pelunakan
(visual), 6% (b/b) BSR terdepolimerisasi (mastikasi) dingin. Adanya tenaga mekanis
ditambahkan. Waktu pencampuran aspal yang dihasilkan dari gaya geser antara
dengan bahan pemodifikasi dicatat sebagai permukaan gilingan dengan karet blok
waktu homogen aspal termodifikasi. mengakibatkan pemutusan rantai molekul
karet. Pemutusan rantai molekul akan
Proses pencampuran kemudian menghasilkan radikal-radikal bebas yang
dilakukan kembali untuk mencampurkan akan mengikat oksigen dari udara, sehingga
aspal dan BSR terdepolimerisasi dengan terbentuk molekul-molekul yang stabil.
resin. Aspal termodifikasi yang diperoleh Pada proses mastikasi karet alam akan
kemudian didinginkan dan diuji sifat titik terjadi penurunan berat molekul dari orde
lembek sesuai SNI 6749:2008. Komposisi 106 hingga menjadi sepuluh kali lebih
terbaik aspal termodifikasi dipilih rendah (Kartowardojo, 1980). Penurunan
berdasarkan tingginya titik lembek yang berat molekul karet tampak pada nilai
dihasilkan. viskositas Mooney BSR terdepolimerisasi
(Tabel 1) yang menurun hingga 14,4.
Analisa Statistik
Plastisitas awal (Po) adalah ukuran
Data percobaan kemudian diolah plastisitas karet yang secara tidak langsung
secara statistik menggunakan rancangan memperkirakan panjangnya rantai polimer
acak lengkap faktorial dengan dua kali molekul atau bobot molekul karet. Maka
ulangan menggunakan software SPSS nilai ini sebanding dengan nilai viskositas
(Statistical Package for the Social Sciences). Mooney nya. Secara visual BSR
Model matematik rancangan percobaan terdepolimerisasi memiliki bentuk yang
yang digunakan adalah sebagai berikut: lebih lunak dibandingkan BSR. Sedangkan
nilai PRI menunjukkan ketahanan karet
Yijk= μ +Ai + Bj + AB(ij) + ε(ijk) terhadap oksidasi panas. Nilai ini
berbanding terbalik dengan nilai viskositas
Keterangan: Mooney. Pengukuran viskositas Mooney
Yijk = Variabel respon yang diukur sama dengan pengukuran tenaga gesekan
μ = Nilai tengah populasi antara rotor dengan karet sebagai
Ai = Pengaruh faktor A pada taraf ke-i tahanannya (Refrizon, 2003). Maka semakin
Bj = Pengaruh faktor A pada taraf ke-j plastis karet, maka semakin cepat rotor
AB(ij) = Pengaruh interaksi dari faktor A taraf berputar, sehingga semakin kecil kecil
ke-i dengan faktor B taraf ke-j tenaga yang dibutuhkan untuk memutar
ε(ijk) = Pengaruh galat dari unit percobaan rotor. Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai PRI
ke-k dalam kombinasi perlakuan uji pada BSR dan BSR terdepolimerisasi

93
Ramadhan dan Kinasih

berbanding terbalik dengan nilai viskositas menunjukkan reaktifitas yang tinggi.


Mooneynya. Nilai PRI BSR lebih kecil Reaktifitas interaksi antar bahan
dibandingkan BSR terdepolimerisasi. diminimalisir dengan cara memasukkan
potongan BSR terdepolimerisasi secara
Karakteristik Aspal Termodifikasi BSR perlahan dan dilakukan pengadukan agar
Terdepolimerisasi dan Belerang reaksi tersebar merata dan gas yang
terbentuk (H2S, uap air dan senyawa-
Pencampuran antara aspal, BSR senyawa yang memiliki titik didih dibawah
terdepolimerisasi dan belerang secara visual 1600C) dapat dinetralkan atau terbuang.

Tabel 1. Karakteristik BSR terdepolimerisasi


Table 1. Characterization of depolymerized BSR
Parameter mutu BSR BSR terdepolimerisasi
Quality parameter BSR Depolymerized BSR
Viskositas Mooney (ML(1+4)1000C) 49,5 14,4
Mooney viscosity (ML(1+4)1000C)
Plastisitas awal (Po) 26 12,5
Wallace plasticity (Po)
Indeks ketahanan plastisitas (PRI) 4 64
Plasticity retention index (PRI)

Hasil pengujian (Gambar 1) Penambahan BSR terdepolimerisasi


menunjukkan bahwa penambahan bahan diharapkan dapat mempersingkat waktu
pemodifikasi memperlama waktu pencampuran aspal dan karet alam. Hasil
pencampuran dan meningkatkan titik penelitian Prastanto (2014) menunjukkan
lembek aspal termodifikasi. Waktu bahwa penambahan 3% (b/b) SIR 20 (tanpa
pencampuran aspal termodifikasi didepolimerisasi) memerlukan waktu
meningkat dua kali lipat dibanding aspal. pencampuran selama 660 menit, sedangkan
Peningkatan waktu pencampuran ini penambahan BSR terdepolimerisasi dan
disebabkan adanya bahan-bahan 2,4,6% (b/b) belerang pada aspal
pemodifikasi yang ditambahkan sehingga memerlukan waktu pencampuran selama
diperlukan waktu lebih untuk 397-551 menit. Hal ini menunjukkan bahwa
menghomogenkannya. penambahan BSR terdepolimerisasi

Gambar 1. Pengaruh kadar belerang terhadap titik lembek dan waktu pencampuran aspal
modifikasi
Figure 1. The influnce of sulfur content on mixture time and melting point of modified asphalt

94
Peningkatan Titik Lembek Aspal Termodifikasi Menggunakan Block Skim Rubber (BSR) Terdepolimerisasi

mempersingkat waktu pencampuran aspal belerang pada aspal polimer (Styrene-


dan karet alam. Butadiene dan Styrene-Butadiene-Styrene)
meningkatkan kompatibilitas polimer
Namun, waktu pencampuran ini dengan aspal melalui pembentukan rantai
masih lebih lama jika dibandingkan dengan ikatan silang, sehingga karakteristik
aspal termodifikasi 7% SIR 20 thermomechanical aspal meningkat. Titik
terdepolimerisasi (hasil mastikasi selama 24 lembek aspal polimer sesuai SNI 6749:2008
menit) yang memerlukan waktu harus memiliki nilai minimal 560C. Hal ini
pencampuran hanya selama 67 menit menunjukkan bahwa aspal termodifikasi
(Prastanto, 2014). Hasil ini menunjukkan BSR terdepolimerisasi dan belerang
bahwa penambahan belerang memenuhi persyaratan.
mempengaruhi waktu pencampuran aspal
termodifikasi yang dihasilkan. Selain itu, Hasil uji statistika dengan tingkat
reaktifitas yang tinggi selama proses kepercayaan 95% dan =0,05 menunjukkan
pencampuran menyebabkan waktu bahwa nilai siginifikan perlakuan
pencampuran aspal termodifikasi belerang penambahan kadar belerang yang berbeda
lebih tinggi dibandingkan resin. terhadap titik lunak aspal termodifikasi
lebih kecil dari . Maka perlakuan
Aspal termodifikasi memiliki titik penambahan kadar belerang yang berbeda
lembek lebih tinggi dibandingkan aspal. Titik berpengaruh secara signifikan pada nilai
lembek aspal termodifikasi meningkat titik lembek aspal. Selain itu, hasil uji lanjut
seiring dengan kadar belerang yang Turkey menunjukkan bahwa interaksi antar
ditambahkan pada aspal termodifikasi. kadar belerang berpengaruh signifikan
Hasil penelitian Chen dan Huang (2007) juga terhadap titik lembek aspal termodifikasi.
menunjukkan pola yang sama, bahwa
penambahan persentase belerang pada Karakeristik Aspal Termodifikasi BSR
aspal termodifikasi polimer (SBS) Terdepolimerisasi dan Resin
meningkatkan titik lembek aspal.
Campuran resin dan BSR
Titik lembek optimum dicapai dari terdepolimerisasi menunjukkan reaktifitas
pencampuran aspal dengan BSR yang lebih rendah dibandingkan aspal
terdepolimerisasi dan 6% (b/b) belerang termodifikasi menggunakan belerang.
sebesar 750C. Penambahan belerang Secara visual, penambahan bahan
menyebabkan meningkatnya ikatan silang modifikasi memiliki keadaan yang identik
antara aspal dengan bahan pemodifikasi, dengan pencampuran aspal tanpa bahan
sehingga menyebabkan titik lembek aspal modifikasi. Namun, waktu pencampuran
meningkat. Estrada et al. (2010) aspal termodifikasi memiliki rentang waktu
menyatakan bahwa penambahan sedikit yang lebih lama dibandingkan aspal.

Gambar 2. Pengaruh kadar resin terhadap titik lembek dan waktu pencampuran aspal
modifikasi
Figure 2. The influnce of resin content on mixture time and melting point of modified asphalt

95
Ramadhan dan Kinasih

Penambahan BSR terdepolimerisasi Titik lembek optimum dicapai dari


pada aspal dapat mempercepat waktu pencampuran aspal dengan BSR
pencampuran aspal dengan bahan terdepolimerisasi dan 6% resin sebesar
pemodifikasi jika dibandingkan dengan 56,5 0 C. Titik lembek optimum yang
aspal yang dicampur karet alam tanpa dihasilkan dari modifikasi aspal
depolimerisasi (Prastanto, 2014). menggunakan BSR terdepolimerisasi dan
Penambahan BSR terdepolimerisasi resin lebih kecil dibandingkan aspal
sebanyak 6% (b/b) hanya memerlukan termodifikasi belerang, namun nilai tersebut
waktu 407-485 menit, sedangkan masih memenuhi standar minimum yang
penambahan 3% (b/b) SIR 20 (tanpa dipersyaratkan SNI 6749:2008. Hal ini
depolimerisasi) memerlukan waktu menunjukkan bahwa resin juga dapat
pencampuran selama 660 menit. Hasil ini digunakan sebagai bahan peningkat
menunjukkan bahwa depolimerisasi pada kompatibilitas antara aspal dengan polimer
karet alam mampu mempercepat waktu (khususnya karet alam).
pencampuran aspal dan karet alam hingga
175 menit. Hasil uji statistika dengan tingkat
kepercayaan 95% dan =0,05 menunjukkan
Waktu homogenasi campuran aspal, bahwa nilai siginifikan perlakuan
BSR terdepolimerisasi, dan resin memiliki penambahan kadar resin yang berbeda
waktu yang lebih cepat jika dibandingkan terhadap titik lembek aspal termodifikasi
dengan aspal termodifikasi belerang. Aspal lebih kecil dari . Maka perlakuan
merupakan material heterogen yang terdiri penambahan kadar belerang yang berbeda,
dari asphalten (terdispersi) dan malten berpengaruh secara signifikan pada nilai
(pendispersi). Asphalten adalah hidrokarbon titik lembek aspal. Hasil uji lanjut Turkey
poliatom yang memiliki bobot molekul yang menunjukkan bahwa interaksi antar kadar
besar, sedangkan malten merupakan resin 2% dan 6% tidak berpengaruh
campuran koloid resin, lilin, kompon alifatik signifikan terhadap titik lembek aspal
dan aromatik (Browarzik et al., 1999 dan termodifikasi.
Murgitch et al., 1996). Berdasarkan materi
penyusun aspal tersebut, menunjukkan
bahwa resin merupakan bagian dari aspal. KESIMPULAN DAN SARAN (Mohon
Hal tersebut menyebabkan waktu ditambahkan Saran)
pencampuran aspal termodifikasi resin lebih
singkat dibandingkan dengan aspal Depolimerisasi BSR dapat
termodifikasi belerang. menurunkan viskositas BSR sehingga
mempersingkat proses pencampuran
Titik lembek aspal termodifikasi BSR dengan aspal. Peningkatan kompatibilitas
terdepolimerisasi dan belerang (Gambar 2) aspal dan karet alam menggunakan
meningkat seiring dengan penambahan belerang dan resin menunjukkan bahwa
kadar resin. Bahan modifikasi dapat peningkatan kadar belerang dan resin
meningkatkan titik lembek aspal hingga semakin meningkatkan pula kompatibilitas
56,500C. Hasil penelitian Constatinides et al. aspal dengan BSR terdepolimerisasi, yang
(1986) dalam Becker et al. (2001) ditunjukkan dengan meningkatnya titik
menerangkan bahwa parameter yang lembek aspal termodifikasi yang dihasilkan.
mungkin mempengaruhi kompatibilitas Hasil uji statistika menunjukkan bahwa
aspal-polimer adalah hubungan antara perlakuan penambahan kadar belerang
perbandingan asphalten/resin dan yang berbeda terhadap titik lembek aspal
perbandingan rantai jenuh/aromatik. berpengaruh signifikan, sedangkan
Ditambahkannya resin dalam aspal-polimer penambahan kadar resin yang berbeda
menyebabkan perbandingan terhadap titik lembek aspal tidak
asphalten/resin meningkat, sehingga beperngaruh signifikan. Karakteristik aspal
menyebabkan kompatibilitas aspal-polimer termodifikasi BSR terdepolimerisasi dan
meningkat dan meningkatkan titik lembek belerang memerlukan waktu pencampuran
aspal. Selain itu, berdasarkan yang lebih lama dan mampu meningkatkan
kepolarannya, resin (coumarone resin) dan titik lembek aspal yang lebih tinggi
aspal termasuk senyawa yang nonpolar dibandingkan aspal termodifikasi BSR
(Martin-Martinez, 2009; Cong et al., 2011), terdepolimerisasi dan resin. Komposisi aspal
sehingga kedua senyawa ini akan mudah termodifikasi terbaik dihasilkan dari
bercampur. penambahan 6% (b/b) BSR
96
Peningkatan Titik Lembek Aspal Termodifikasi Menggunakan Block Skim Rubber (BSR) Terdepolimerisasi

terdepolimerisasi dan 6% (b/b) belerang, Estrada, A.M., A.E. Cha´vez-Castellanos, M.


dengan nilai titik lembek yang dicapai Herrera-Alonso, and R. Herrera-
sebesar 75 0 C. Hasil penelitian ini Na´jera. 2010. Comparative Study of
diharapkan menjadi informasi yang berguna The Effect of Sulfur on The Morphology
untuk pembuatan aditif aspal dengan and Rheological Properties of SB- and
menggunakan bahan yang murah yaitu SBS-Modified Asphalt. Journal of
BSR. Applied Polymer Science. 115:
3409–3422

DAFTAR PUSTAKA Giavarini C., P. Defilippis, M. L. Santarelli,


and M. Scarsella. 1996. Production of
Becker, Y., Méndez, M. P., and Rodríguez, Y. Stable Polypropylene-Modified
2001. Polymer Modified Asphalt. Vision Bitumens. Fuel. 75(6): 681-
tecnologica. 9 (1). 39-50 686Kartowardojo, 1980

Becker, Y., A.J. Müller, and Y. Rodríguez. Kök, B.V. and H. Çolak. 2011. Laboratory
2003. Use of Rheological Compatibility Comparison of the Crumb-Rubber and
Criteria to Study SBS Modified SBS Modied Bitumen and Hot Mix
Asphalts. Journal of Applied Polymer Asphalt. Construction and Building
Science. 90: 1772-1782 Materials. 25: 3204–3212

Browarzik, D., H. Laux, and I. Rahimian. Murgich, J., J. Rodriguez, and M.Y. Aray.
1999. Asphaltene Flocculation in 1996. Molecular Recognition and
Crude Oil system. Fluid Phase Molecular Mechanics of Micheless of
Equilibria. 154(2): 285-300 Some Models Asphaltens and resin,
Energy & Fuels. 10(1): 68-76
Chen J.S. and C. C. Huang. 2007.
Fundamental Characterization of Martin-Martinez, J.M. 2009. Rubber-Based
SBS Modified Asphalt Mixed with Pressure-Sensitive Additive. In
sulfur. Journal of Applied Polymer Benedek and Fenstain (Ed.).
Technology of Pressure-Sensitive
Science.103(5): 2817-2825
Adhesives and Product.,CRC Press,
United states of America,: 2-20
Cifriadi, A., A. Ramadhan, dan H. Prastanto.
2012. Pencepat Waktu Pencampuran
Polacco, G., S. Berlincioni, D. Biondi, J.
Aspal dan Karet Menggunakan Lindi
Stastna and L. Zanzotto. 2005. Asphalt
Hitam untuk Pembuatan Aspal
Modification with Different
Modifikasi. Prosiding Konfrensi
Polyethylene-based Polymers.
Nasional Karet. Yogyakarta, 19-20
European Polymer Journal, 41: 2831-
September. Pusat Penelitian Karet:
2844
319-399.
Prastanto, H. 2014. Depolimerisasi Karet
Cong,P., C. Shanfa, Y. Jianying, and C.
Alam Secara Mekanis sebagai Bahan
Huaxin. 2011. Compatibility and
Aditif Aspal. Jurnal Penelitian Karet. 32
Mechanical Properties of Epoxy Resin
(1): 81-87
Modified Asphalt Binders.
International Journal of Pavement
Refrizon. 2003. Viskositas Mooney Karet
Research and Technology. 4 (2): 118-
Alam. Skripsi. Jurusan Fisika,
123
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Cowd, M.A. 1991. Terjemahan Kimia Polimer.
Sumatera Utara, Medan
John Murray Ltd, London

97
Ramadhan dan Kinasih

Sun, D., F. Ye, F.Z. Shi, and W. Lu. 2006. Zhang, F., J. Yu. 2009. The Resarch for
Storage Stability of SBS-Modified Road Asphalt Modified with Phosphorus
Asphalt: Preparation, Morphology and Trichloride/SBS. International Polymer
Rheological Properties, Petroleum Processing. 24(2): 148-156
Science and Technology. 24(9): 1067-
1077 Xiang, L. J. Cheng, G. Que. 2009.
Microstructure and Performance of
Tuntiworawit, N., Phromsorn,C., and Crumb Rubber Modified Asphalt.
Lavansiri, D. 2005. The Modification of Construction and Building Materials.
Asphalt with Natural Rubber Latex. 23:3586–3590
Proceedings of The Eastern Asia Society
for Transportation Studies. Bangkok,
21-24 September. Eastern Asia Society
for Transportation Studies: 679-694

98

You might also like