You are on page 1of 21

THAHARAH

Tugas terstruktur ini guna memenuhi tugas mata kuliah


Praktek Agama
Dosen Pengampu : Djoko Priyatno ,SP, M.Sc

Oleh :

Alfianti Rahma Ningtyas (P1337434115025)


Amelia Vallentina R.S (P1337434115030)
Dewi Awalul R. (P1337434115036)
Diana Rahma R. (P1337434115029)
M. Bangkit Wibowo (P1337434115016)
Yusuf Yogi A. ((P1337434115032)

JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna yang diciptakan dengan
diberi akal dan pikiran sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Untuk mendekatkan diri kepada Allah, manusia haruslah melaksanakan
ibadah.Ibadah merupakan hal yang sangat penting, sebab ibadah merupakan suatu
interaksi manusia dengan Allah SWT. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah. Salah satu syarat sah dari
beribadah adalah Thaharah atau bersuci. Sebelum kita melakukan ibadah, hal yang
pertama kali dilakukan adalah bersuci. Dalam hal bersuci perlu diperhatikan, mulai
dari cara berthaharah serta segala sesuatu hal yang dapat membatalkan thaharah.
Thaharah dilakukan agar setiap manusia bersih dari hadast baik hadast kecil
maupun hadast besar. Karena itulah makalah ini dibuat, guna mengenalkan tentang
thaharah. Makalah ini kami dedikasikan sebagai tugas agama islam.
A. ISI
1. Pengertian Thaharah
Ath-Thaharah, menurut bahasa, artinya kebersihan atau bersih dari berbagai
kotoran, baik yang bersifat hissiyah (nyata), seperti najis berupa air seni dan
yang selainnya, maupun yang bersifat maknawiyah, seperti aib dan perbuatan
maksiat. At-Tathir bermakna tanzhif (membersihkan), yaitu pembersihan pada
tempat yang terkotori.
Menurut syari’at (terminologi), thaharah berarti tindakan menghilangkan
hadats dengan air atau debu yang bisa menyucikan. Juga berarti upaya
meglenyapkan najis dan kotoran. Berarti, thaharah menghilangkan sesuatu
yang ada di tubuh yang menjadi penghalang bagi pelaksanaan shalat dan
ibadah semisalnya. Thaharah hukumnya wajib berdasarkan Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW. di antara firman Allah SWT dan sabda
Rasulullah SAW tentang Thaharah adalah sebagai berikut :
‫يل‬ َ ‫َارى َحتَّى ت َ ْعلَ ُموا َما تَقُولُونَ َوال ُجنُبًا إِال َعابِ ِري‬
ٍ ِ‫سب‬ َ ‫سك‬ ُ ‫صالة َ َوأ َ ْنت ُ ْم‬
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ال ت َ ْق َربُوا ال‬
َ ِ‫سفَ ٍر أ َ ْو َجا َء أ َ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط أَ ْو ال َم ْست ُ ُم الن‬
‫سا َء فَلَ ْم ت َِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا‬ َ ‫ضى أ َ ْو َعلَى‬ َ ‫َحتَّى ت َ ْغت َ ِسلُوا َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم َم ْر‬
ً ُ‫َّللا َكانَ َعفُ ًّوا َغف‬
‫ورا‬ َ َّ ‫س ُحوا بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِي ُك ْم إِ َّن‬ َ ‫ص ِعيدًا‬
َ ‫طيِبًا فَا ْم‬ َ

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit403 atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh404 perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan ni'mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS Al-
Maidah [5]: 6)
Sesungguhnya Allah telah memuji jamaah Masjid Quba dengan firman-Nya:
َّ ‫ْال ُم‬
{ َ‫ط ِه ِرين‬ ُّ‫ي ُِحب‬ ُ‫َّللا‬
َّ ‫َو‬ َ َ ‫َيت‬
‫ط َّه ُروا‬ ‫أ َ ْن‬ َ‫ي ُِحبُّون‬ ‫ِر َجا ٌل‬ ‫} ِفي ِه‬
artinya:
"Di sana ada orang-orang yang suka berthaharah (bersuci). Dan Allah
menyukai orang-orang senantiasa yang bersuci." (QS. At-Taubah: 108)
Thaharah berkaitan dengan sah atau tidaknya pelaksanaan ibadah yang wajib
seperti shalat atau ibadah lainnya. hal itu menunjukkan betapa islam sangat
mementingkan kebersihan pribadi umatnya.

2. Syarat Wajib Thaharah


Setiapmukminmempunyaisyaratwajibuntukmelakukanthaharah.Ada hal-hal
sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah Allah SWT.
Syarat wajib yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

3. Macam air yang digunakan untuk bersuci secara sah dan benar
Air yang dapat digunakan untuk bersuci secara sah atau benar
dikategorikan ke dalam 7 macam, antara lain:
 Air hujan
 Air laut atau air asin
 Air sungai
 Air sumur
 Air sumber
 Air es atau salju
 Air embun
Ketujuh air tersebut terbagi menjadi dua golongan, yaitu air yang turun
dari langit dan air sumber yang keluar dari bumi. Air dapat dibagi menjadi
empat macam, yakni
a. Air mutlak
Air Mutlak adalah air yang keberadaannya suci dan dapat dipakai
untuk bersuci, serta dapat menyucikan benda lain. Atau dengan
kata lain air mutlak adalah air yang menyucikan dan tidak makruh
untuk bersuci. Air mutlak ini bisa untuk menghilangkan hadas dan
najis. Contoh air mutlak adalah air hujan, air salju dan air es, air
laut, dan air zamzam.
b. Air suci yang menyucikan,
Air suci yang menyucikan. Jika digunakan untuk menyucikan badan
hukumnya bisa berubah menjadi makruh. Namun jika digunakan
untuk menyucikan pakaian, hukumnya tidak makruh. Air ini adalah
air musyammas, yaitu air yang panas akibat terkena sinar matahari.
Hukum makruh ini menggunakan dasar bahwa air ini berbahaya
untuk kesehatan manusia. Namun, menurut Imam Nawawi
menjelaskan bahwa air panas yang akibat terkena sinar matahari,
hukumnya mutlak dan tidak makruh, kecuali air itu dalam keadaan
terlalu panas atau terlalu dingin.
c. Air suci yang tidak bisa digunakan untuk bersuci
Air suci yang tidak bisa digunakan untuk bersuci disebut air
musta’mal. Air musta’mal adalah air sisa yang mengenai badan
manusia karena telah digunakan untuk wudlu dan mandi. Apabila
air itu tidak bertambah jumlahnya setelah digunakan, air itu tetap
suci namun tidak bisa digunakan untuk bersuci.
d. Air najis (mutanajjis)
Air najis adalah air yang hukumnya najis dan jelas tidak bisa
digunakan untuk bersuci. Air yang sedikit atau banyak yang terkena
najis sehingga berubah warna dan baunya. Kalau air itu sedikit,
menjadi najis sebab bercampur dengan najis, baik berubah atau
tidak. Tetapi kalau air itu banyak, menjadi najis sebab bercampur
dengan najis sampai berubah rasa atau baunya. Yang dimaksud air
yang sedikit ialah air yang kurang dari dua kulah, dan air banyak
adalah kalau sudah sampai dua kulah. Ukuran dua kulah kurang
lebih 200 liter.
4. Wudhu
Wudhu, menurut bahasa berarti baik dan bersih. Menurut istilah syara’,
wudhu ialah membasuh muka, dan kedua tangan sampai siku, mengusap
sebagian kepala dan membasuh kaki yang didahului dengan niat dan
dilakukan dengan tertib.
Sementara menurut istilah fiqih, para ulama mazhab mendefinisikan
wudhu menjadi beberapa pengertian. Mazhab Al-Hanafiah mendeskripsikan
Wudlu adalah membasuh dan menyapu dengan air pada anggota badan
tertentu. Al-Malikiah mendeskripsikan Wudlu adalah thaharah dengan
menggunakanair yang mencakup anggota badan tertentu, yaitu empat
anggota badan, dengan tata cara tertentu.Sedangkan Asy-Syafi’iyah
mendeskripsikan Wudhu’ adalah penggunaan air pada anggotabadan tertentu
dimulai dengan niat. Serta Hambaliyah mendeskripsikan Wudhu adalah
penggunaan air yang suci pada keempat anggota tubuh yaitu wajah, kedua
tangan,kepala dan kedua kaki, dengan tata cara tertentu seusai dengan
syariah, yang dilakukan secara berurutan dengan sisa furudh.
Jadi, wudlu merupakan sebuah rangkaian ibadah bersuci untuk
menghilangkan hadas kecil. Wudlu merupakan syarat sah sholat, yang artinya
seseorang dinilai tidak sah shalatnya jika dia melakukan tanpa berwudhu.
Syarat sah wudhu ada 5 perkara, yaitu islam,tamyiz, airnya suci, tidak ada
halangan bathin (seperti akal tidak sehat), tidak ada halangan dari agama
(seperti sedang haid, nifas, dan lain-lain).
Adapun dalil mengenai wudhu telah dijelaskan dalam Q.S. Al Maidah ayat 6
yakni:
ِ‫س ُحوِاْ ب ُرؤُوس ُك ِْم َوأَ ْر ُجلَ ُك ِْم إلَى ا ْل َك ْعبَين‬
َ ‫قُ ْمت ُ ِْم إلَى الصَّالةِ فا ْغسلُوِاْ ُو ُجو َه ُك ِْم َوأَيْد َي ُك ِْم إلَى ا ْل َم َرافقِ َوا ْم‬
‫الَّذيِنَأَيُّهَايَا آ َمنُوِاْ إذَا‬
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat,
maka cucilah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian sampai dengan
siku, dan usaplah kepala-kepala kalian dan (cucilah) kaki-kaki kalian sampai
pada kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah: 6)
a. Syarat Wudhu
 Islam
 Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu
 Tidak berhadas besar
 Dengan air suci dan mensucikan
 Tidak ada sesuatu yang menghalangi air sampai ke anggota
wudhu, misalnya getah, cat, minyak dan sebagainya.
 Mengetahui mana yang wajib (fardhu) dan yang sunnah
b. Rukun Wudhu
a) Niat: ketika membasuh muka
‫نويت الوضوء لرفعالحدث االصغر هلل تعالى‬
Artinya:
“Saya berniat wudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah
SWT.”
b) Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga
bawah dagu, dan telinga kanan hingga telinga kiri)
c) Membasuh kedua tangan hingga siku
d) Membasuh sebagian rambut kepala
e) Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
f) Tertib (berturut-turut), artinya mendahulukan mana yang harus dahulu,
dan mengakhirkan mana yang harus di akhirkan.
c. Sunnah Wudhu
a) Membaca Basmallah ketika mulai berwudlu.
b) Mencuci kedua telapak tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
sebelum memasukkan kedua tangan kedalam air dua kulah yang akan
dipergunakan untuk berwudlu.
c) Berkumur, setelah mencuci kedua telapak tangan.
d) Memasukan air ke hidung, juga beralasan pada amal Rasulullah SAW
yang diriwayatkan Bukhari dan muslim.
e) Mengusap seluruh bagian kepala dengan air. Untuk yang berkerudung
atau memakai surban cukup diusap sebagian tanpa membukanya.
f) Mengusap dua telinga, yaitu daun telinga bagian luar dan dalam
dengan air yang baru diambil, bukan dengan air bekas basuhan muka
atau kepala. Caranya adalah dengan memasukan jari telunjuk ka
bagian dalam telinga. Kedua jari ini dijalankan untuk membersihkan
telinga bagian dalam dan bagian luar. Yang terakhir, kedua telapak
tangan digosok-gosokkan ke telinga sampai terasa bersih.
g) Mengusap air ke sela-sela jenggot dengan jari diletakkan ke sela-sela
jenggot. Hal ini ditujukan untuk lebih memudahkan kulit tempat tumbuh
jenggot terbasuh oleh air ketika membasuh seluruh muka.
h) Mengusap sela-sela jari dan membasahinya.
i) Mendahulukan bagian yang kanan dan mengakhirkan bagian yang kiri.
j) Mengulang tiga kali pada setiap anggota yang dibersihkan dan diusap.
k) Bersambung antara membasuh anggota yang satu dan anggota yang
berikutnya, dalam artian tidak berhenti antara keduanya.
l) Menjaga agar percikan air itu jangan kembali ke badan.
m) Menggosok anggota wudlu agar menjadi lebih bersih.
n) Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika wudlu.
o) Berdoa sesudah selesai wudlu.
Do’a sesudah wudhu.

‫ اللهم اجعلني من‬.‫ و اشهد ان محمدا عبده ورسوله‬.‫اشهد ان ال ٰاله اال هللا وحده ال شريك له‬
‫التوابين واجعلني منالمتطهرين‬
Artinya : “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha
Esa, yang tida sekutu bagi-Nya, Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku termasuk
dalam golongan orang-orang yang bertobat, dan jadikanlah aku
termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci.”

p) Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai wudlu.


Selain sunnah dalam menjalankan wudlu, apa pula hal-hal yang dapat
merusak wudlu atau disebut juga hal-hal yang menyebabkan hadas kecil.
Diantaranya adalah lima perkara sebagai berikut :
1) Adanya sesuatu yang keluar dari jalan depan (qubul) atau jalan
belakang (dubur) orang yang memiliki wudlu, yang berbentuk
nyata, baik air maupun feses atau yang menyerupainya seperti
darah dan batu, atau hewan kecil dan air mani.
2) Tidur, Kecuali tidur itu dalam keadaan duduk di tanah atau lantai
yang apabila ia terbangun masih dalam posisi yang tetap.
3) Hilangnya ingatan akibat mabuk, gila, kambuhnya ayan, pingsan
dan lain-lain.
4) Seorang pria yang menyentuh wanita yang bukan mahramnya
walaupun yang dipegangnya itu adalah mayat.
5) Memegang farji atau alat vital dengan telapak tangan, baik pria
maupun wanita.

5. Mandi Besar
Mandi berarti mengguyur air ke seluruh badan. Berdasarkan firman
Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 6 yang artinya : “Dan jika kamu junub maka
mandilah”.Pengertian lain mengenai mandi adalah aktivitas mengalirkan air
pada seluruh tubuh dengan niat tertentu.
a. Sebab-sebab mandi besar
a) Bersetubuh, berdasar Q.S Al-Maidah ayat 6 yang artinya “Apabila
kamu sekalian dalam keadaan junub maka mandilah.” Dalam hal ini,
baik keluar mani atau tidak tetap diwajibkan mandi.(Sabda Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Muslim).
b) Mengeluarkan mani dalam mimpi bersetubuh (ihtilam). Yakni
keluarnya sperma dari penis (laki-laki) atau vagina (bagi perempuan),
baik disertai kenikmatan yang nyata maupun yang tidak nyata,
misalnya orang mimpi basah yang mendapati kemaluannya basah
namun tidak merasakan syahwat.Kewajiban ini berdasarkan hadits
narasi Abu Sa’id1, ia berkata : Rasulullah bersabda , yang
artinya:”Sesungguhnya air (mandi wajib) karena keluarnya air
(sperma)”.
c) Selesainya haid dan nifas. Wanita yang datang bulan atau melahirkan
anak, apabila telah berhenti tidak lagi mengeluarkan darah, maka ia
wajib mandi. Adapun kewajiban mandi bagi wanita yang selesai nifas
didasarkan pada ijma’ sahabat bahwa nifas sama dengan haid.
d) Persalinan Tanpa Pendarahan. Kalangan ulama mazhab Hanafi,
mazhab Maliki, mazhab Syafi’I menyatakan kewajiban mandi atas
perempuan yang melahirkan, meskipun ia tidak melihat adanya bercak
darah. Hal ini demi sikap kehati-hatian, karena tidak mungkin
perempuan melahirkan tanpa disertai bercak darah.Sedangkan Imam
Abu Yusuf, Muhammad Asy-Syaibani (keduanya dari mazhab Hanafi),
dan ulama-ulama mazhab Hanbali berpendapat bahwa tidak dijumpai
bercak darah maka tidak wajib mandi, sebab dalam hal ini tidak ada
nash maupun yang semakna dengan nash yang menyatakan
kewajiban demikian.
e) Meninggal Dunia. Para ulama sepakat bahwa hukumnya fardhu
kifayah bagi orang-orang yang hidup untuk memandikan mayat
muslim yang yang tidak dilarang untuk dimandikan.
f) Masuk islam. Jika orang kafir masuk islam maka ia wajib mandi ,
sebab ketika beberapa orang sahabat masuk islam , mereka disuruh
Nabi mandi. Menurut hadis,”Dari Qais bin Asim. Ketika ia masuk islam
, Rasulullah SAW menyuruhnya mandi dengan air dan daun bidara.”
b. Hal-hal yang diharamkan bagi orang junub
Orang yang sedang dalam keadaan junub tidak diperbolehkan dan
diharamkan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Shalat
2. Thawaf
3. Menyentuh dan membawa mushaf (Al-Qur’an)
4. Membaca Al-Qur’an
5. Berdiam diri dimasjid
c. Rukun Mandi
a) Niat. Orang yang junub hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan
hadas junubnya, perempuan yang baru selesai haid atau nifas
hendaklah berniat menghilangkan hadas kotorannya.
b) Mengalirkan air ke seluruh badan.
c) Bagi orang yang bernajis pada bagian tubuhnya, maka wajib
menghilangkan najisnya terlebih dahulu, baru kemudian berniat mandi
untuk menghilangkan hadas.
d) Membasahi seluruh rambut dan kulit diseluruh tubuh dengan air.
d. Sunnah Mandi
1. Membaca basmallah pada permulaan mandi.
2. Berwudhu sebelum mandi.
3. Menggosok-gosok seluruh badan dengan tangan.
4. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri.
5. Berurutan.
e. Tatacara Mandi Wajib
Setelah mengetahui sebab, rukun, dan sunah mandi wajib maka
pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Membasuh kedua tangan dengan niat yang ikhlas karena Allah
2. Membersihkan kotoran yang ada pada badan
3. Berwudhu
4. Menyirami rambut dengan sambil menggosok atau menyilanginya
dengan jari
5. Menyirami seluruh badan dengan mendahulukan anggota badan
sebelah kanan dan menggosoknya dengan rata.
6. Apabila dianggap telah rata dan bersih, maka selesailah mandi kita.
6. Tayamum
Tayamum menurut bahasa sama dengan Qasad artinya menuju.
Secara harfiah memiliki arti menyengaja, sedangkan menurut syara, tayamum
adalah menempelkan debu yang suci pada wajah dan tangan sebagai
pengganti wudlu, mandi, atau membasuh anggota tubuh dengan syarat-
syarat tertentu. Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.

َ ‫ص ِعيدًا‬
‫طيِبًا‬ َ ‫سفَ ٍر أ َ ْو َجا َء أ َ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَا ِئ ِط أ َ ْو ال َم ْست ُ ُم ال ِن‬
َ ‫سا َء فَلَ ْم ت َِجدُوا َما ًء فَت َ َي َّم ُموا‬ َ ‫ضى أ َ ْو َعلَى‬ َ ‫َم ْر‬
)٤٣( ‫ورا‬ ً ُ‫َّللا َكانَ َعفُ ًّوا َغف‬ َ َّ ‫س ُحوا بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِي ُك ْم إِ َّن‬
َ ‫فَا ْم‬
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari
tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci), sapulah mukamu dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf
lagi Maha Pengampun.” (QS An Nisa:43)
a. Sebab atau alasan melakukan Tayamum adalah :
a) Dalam perjalanan jauh
b) Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
c) Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
d) Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan.
e) Air yang ada hanya untuk minum.
f) Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat
g) Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
h) Sakit dan tidak boleh terkena air
b. Syarat Sah Tayamum adalah sebagai berikut :
a) Telah masuk waktu sholat.
b) Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran.
c) Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum.
d) Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu.
e) Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan.
f) Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh
c. Sunah-sunahketika melaksanakan Tayamum :
a) Membaca basmalah
b) Menghadap ke arah kiblat
c) Membaca doa ketika selesai tayamum
d) Medulukan kanan dari pada kiri
e) Meniup debu yang ada di telapak tangan
f) Menggosok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku
d. Rukun Tayamum
a) Niat Tayamum
b) Menyapu muka dengan debu atau tanah.
c) Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku.
e. Hal-hal yang membatalkan tayamum, antara lain :
a) Segala sesuatu yang membatalkan wudlu, berlaku pula pada tayamum.
b) Melihat air. Bagi orang yang bertayamum karena kesulitan
mendapatkan air lalu melihat air sebelum masuk waktu sholat maka
tayamumnya batal. Apabila seorang yang bermukim bertayamum dan
sedang sholat, dan dia melihat air, sholat itu harus diulang. Namun, bila
orang itu adalah musafir, sholatnya tidak harus diulang. Apabila
seorang bertayamum karena sakit kemudian ia melihat air,
tayamumnya tidak batal dan tetap sah sholatnya.
c) Murtad, artinya terputus Islamnya.
d) Bagi orang yang sakit, jika tangannya diperban maka cukup perbannya
saja yang diusap debu. Setiap bertayamum hanya berlaku satu kali
sholat fardhu, atau satu kali tawaf.

7. Najis
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah
adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan,
karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan suatu ibadah tertentu.
a. Macam-macam Najis dan Cara Mesucikannya
Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis
tersebut adalah Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah.
a) Najis Mukhaffafah (ringan)
Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis mukhafafah
yaitu air kencing bayi laki-laki yang berumur tidak lebih dua tahun dan
belum makan apa-apa kecuali air susu ibunya.Cara mensucikan najis
mukhafafah cukup dengan mnegusapkan/ memercikkan air pada benda
yang terkena najis.
b) Najis Muthawassithah (sedang)
Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah
antara lain air kencing, darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis
mutawasitah terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau,
warna dan rasanya tidak nyata. Misalnya air kencing yang telah
mengering. Cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air
pada benda yang terkena najis tersebut.
2) Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan
baunya. Cara mensucikannya dengan menyirkan air hingga
hilang zat, warna, rasa dan baunya.
c) Najis Mughallazah (berat)
Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi.
Adapun cara mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang
mensucikan air suci yang mensucikan (air mutlak) atau membasuh
benda atau tempat yang terkena najis sampai tujuh kali.
8. Hadas dan Tatacara Thaharahnya
a. Pengertian Hadas
Secara bahasa, hadas berarti kejadian atau peristiwa. Sedangkan menurut istilah
sayr‘ihadas berarti kejadian-kejadian tertentu pada diri seseorang yang
menghalangi sahnya ibadah yang dilakukannya. Orang yang berhadas dan
mengerjakan salat, maka salatnya tidak sah.
Rasulullah saw. bersabda: “Allah tidak akan menerima salat seseorang dari kamu
jika berhadas, sehinggaberwudu.” (HR. al Bukhari dan Muslim).
b. Macam-macam Hadas
Hadas dibagi menjadi dua yaitu hadas kecil dan hadas besar.
a) Hadas kecil: hadas yang cara menghilangkannya dengan bewudu atau
tayamum
b) Hadas besar: hadas yang cara menghilangkannya dengan mandi wajib atau
janabah.
c. Hal-hal yang Termasuk Hadas Kecil
Hal-hal yang termasuk hadas kecil antara lain:
a) sesuatu yang keluar dari qubul atau dubur, meskipun hanya angin,
b) bersentuhan langsung antara kulit laki-laki dengan perempuan yang sudah
balig dan bukan muhrimnya,
c) menyentuh kemaluan dengan telapak tangan,
d) tidur dalam keadaan tidak tetap, dan
e) hilang akalnya, seperti mabuk, gila, atau pingsan walaupun hanya sesaat.
d. Hadas Besar
Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan
mandi besar atau junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah
sebagai berikut:
a) Bersetubuh (hubungan suami istri)
b) Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
c) Keluar darah haid
d) Nifas
e) Meninggal dunia

9. Manfaat Thaharah
 Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis
ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.
 Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan
enak dilihat oleh orang lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian
dan kebersihan.
 Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari-harinya karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
 Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun
tempat tidak mudah terjangkit penyakit.
 Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya,
maupun lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan
disiplin.
B. Penutup
a. Simpulan
Pengertian Thaharah adalah tindakan membersihkan atau
menyucikan diri dari hadast dan najis. Thaharah atau Bersuci
beberapa macam-macamnya adalah wudlu, mandi, dan tayamum.
Wudlu merupakan sebuah rangkaian ibadah bersuci untuk
menghilangkan hadas kecil. Wudlu merupakan syarat sah sholat, yang
artinya seseorang dinilai tidak sah shalatnya jika dia melakukan tanpa
berwudlu. Yang didalamnya ada ketentuan atau syarat-syarat serta
rukun dan hal-hal yang merusak wudlu. Mandi adalah aktivitas
mengalirkan air pada seluruh tubuh dengan niat tertentu. Sedangkan
tayamum adalah mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan
sampai siku dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti
wudlu atau mandi, sebagai rukhsah(keringanan) untuk orang yang
tidak dapat memakai air karena beberapa halangan (uzur), yaitu Uzur
karena sakit, karena dalam perjalanan dan karena tidak ada air.
b. Saran

Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari


pembaca. Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan
pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga
makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik
lagi.
DAFTAR REFERENSI

http://m.aniiqotulmahiroh.abatasa.co.id/post/detail/27411/thaharah-bersuci

http://mmn-dot-org.blogspot.com/2014/10/pengertian-dan-hukum-thaharah.html

http://konsultasisyariah.com/membedakan-haid-dengan-istihadhah
https://id.answers.yahoo.com/question
muslim.or.id/1853-air-yang-digunakan-untuk-berwudhu.html
taklimtanahmerah.com/konsultasi-agama-2/sholat/199-doc-204-hukum-dan-tata-
cara-sholat-wanita-istihadhah-dan-beser.html
LAMPIRAN
Pertanyaan Presentasi
1. Bahtiar Caesar F. (Kelompok 7)
Pertanyaan : Pada saat wanita mengalami menstruasi, apakah diperbolehkan
atau tidak memotong rambut dan kuku?
Jawaban : Diperbolehkan, karena dalam hal ini tidak terdapat riwayat yang
melarang wanita haid untuk memotong rambut dan kuku. Disebutkan dalam
hadist dari A’isyah, bahwa ketika A’isyah mengikuti haji bersama Nabi
Muhammad SAW, sesampainya di Mekkah beliau haid, kemudian Nabi
Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Tinggalkan umrahmu, lepas ikat
rambutmu dan bersisirlah”.
2. Frizna Hilda (Kelompok
Pertanyaan : Pada saat wanita keputihan, diperbolehkan sholat/beribadah
atau tidak, serta najis atau tidak?
Jawaban : Dalam hal ini terdapat 2 pendapat. Yang pertama, banyak ulama’
yang menggolongkan keputihan sebagai najis, karena setiap yang keluar dari
2 jalur (kelamin dan dubur) adalah najis. Pendapat yang kedua, para ulama
menambahkan, bagi wanita yang selalu menderita keputihan bahkan ketika
sedang sholat, maka keputihan tersebut tidak merusak wudlu atau sholatnya.
Bukti yang lain terdapat pada kitab shahih Bukhari, disebutkan bahwa
‘Athiyyah Radhiyallahu ‘anha berkata “Kami tidak menganggap al-kudrah
(cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama dengan haid”. Dari
hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum orang yang mengalami
keputihan tetap mengalami kewajiban sholat, serta tidak wajib mandi. Cairan
keputihan tersebut najis, oleh karena itu apabila ingin melaksanakan sholat,
harus istinja terleboh dahulu dan membersihkan badan serta pakaian dari
cairan tersebut.
3. Herlina Aprilliani
Pertanyaan : bagaimana hukum membersihkan kotoran dengan tissu?
Jawaban : Membersihkan najis yang keluar dari dua jalan meggunakan
benda selain air diperbolehkan, dengan syarat benda tersebut suci dan tissu
termasuk didalamnya. Diriwayatkan dari Salman Al-Farisi R.A pernah ada
yang bertanya kepada beliau perihal ajaran yang disampaikan Rasulullah
SAW: “(Benarkan) Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala
sesuatu sampai perkara adab buang air?” Lalu Salman menjawab, “Benar
(beliau mengajarkan adab buang hajat), beliau melarang kami menghadap
kiblat saat buang air besar atau kecil, bercebok dengan tangan kanan, dan
beristinja’ kurang dari tiga buah batu”. (H.R Muslim)
4. Della Yunita (Kelompok 1)
Pertanyaan : Apa hukumnya air yang mengalami perubahan karena tempat,
masih suci atau tidak?
Jawaban : Menurut hadis yang diriwayatakan oleh Al-Baihaqi, yang artinya :
“Air itu suci dan mensucikan kecuali jika ia beubah baunya, rasanya atau
warnanya dengan suatu najis yang masuk didalamnya”. (Diambil dari kitab
Bulughul Maram). Para ahli fiqih telah menyebutkan bahwa contoh tentang
perubahan yang tidak menghilangkan kesuciannya antara lain: apabila
seluruh atau sebagian dari sifat itu berubah disebabkan kaena tempatnya
atau tempat alirannya.
5. Anida Nurul F. (Kelompok 5)
Pertanyaan : Bagiamana syarat debu yang dapat digunakan untuk melakukan
tayamum?
Jawaban : Debu yang dapat digunakan untuk tayamum dan bersuci adalah
 Tidak terkena dan tercampur najis
 Tidak basah
 Debu bukan debu musta’mal ( bukan debu sisa dari tayamum)
6. Lutfi Luqyana Amaris (Kelompok 6)
Pertanyaan : -Apa perbedaan Thaharah dan Wudlu?
-Apakah air salju boleh digunakan untuk berwudlu?
Jawaban : -Wudlu merupakan bagian dari Thaharah.
-Air salju bisa digunakan untuk berwudlu, karena air salju termasuk
ke dalam air yang suci dan menyucikan. Berikut macam-macam air
yang sah untuk bersuci dari hadas maupun najis
a. Air hujan
b. Air laut
c. Air sungai
d. Air sumur
e. Sumber mata air
f. Air salju
g. Air embun

7. Muhammad Sodli (Kelompok 7)


Pertanyaan : Apakah sah atau tidak apabila sedang berwudhu, kemudian kita
menepuk nyamuk?
Jawaban : Menurut pendapat yang shahih, darah dari nyamuk tersebut tidak
memebatalkan wudhu kita, karena darah tersebut termasuk najis yang sulit
dihindari. Dalam sebuah Atsar diriwayatkan dari Al-Haarits bin Malik beliau
berkata: “Au pergi ke rumah Hasan Al-Bashry, kemudian datang seorang laki-
laki seraya bertanya: “wahai Abu Sa’id ! Jika seseorang tidur, kemudian ketika
di pagihari banyak darah nyamuk di bajunya apakah dia harus mencucinya
atau memercikkan air di bajunya atau langsung sholat dengannya?” Beliau
menjawab : Tidak perlu memercikinya dan perlu mencuinya, silakan dia sholat
dengannya”. (Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/285 no: 2035). Tapi
menurut kelompok kami jika kalian ragu-ragu, alangkah baiknya mengulang
wudhu dari awal.
8. Kaofan Nahar (Kelompok 6)
Pertanyaan : kenapa najis mukhaffafah hanya dieruntukkan bagi laki-laki?
Sedangkan bayi perempuan tidak?
Jawaban : air kencing bayi laki-laki itu termasuk najis mukhaffafah (ringan)
bila bayi laki-laki tersebut masih meminum air susu ibunya saja, dan belum
berumur 2 tahun. Kalau bayi laki-laki tersebut sudah makan selain itu, dan
umurnya lebih dari 2 tahun air kencingnya menjadi najis Muthawassithah. Dari
Ali bin Abi Thalib R.A bahwa Rasulullah SAW bersabda “Kencing bayi laki-laki
itu cukup dengan memercikkan air saja. Sedangkan kencing bayi
wanitabelum harus dicuci”. Qatadah berkata, “Dan ini belum makan apa-apa
selain air susuibunya. (H.R. Tirmidzi). Dan pada hakikatnya rahim perempuan
semenjak dari janin telah terdapat sel telurdan akan matang bila mencapai
akil baligh, ditandai dengan masa haid. Sedangkan bayi laki-laki mempunyai
sperma sampai masa akil balighnya.
9. Umi Imkatun N. (Kelompok 1)
Pertanyaan : Bagaimana hukum Istihadhoh?
Jawab : Diriwayatkan dari Aisyah R.A berkata “Fatimah binti Jahsy datang
kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
wanita yang sering mengalami istihadhoh sehingga tak pernah suci, apa aku
harus meninggalkan sholat?” lalu beliau menjawab, “Tidak, sesungguhnya itu
hanyalah penyakit dan buka haid. Apabila datang haidmu maka tinggalkan
sholat. Jika telah selesai maka bersihkan darah haidmu itu (mandi) lalu
sholatlah (muttafaq’alaih) dalam lafadz Al-Bukhari
10. Nanda Yuan S.
Pertanyaan :Bagaimana hukumnya memegang Al-Qur’an saat sedang haid?
Dan bagiamana hukumnya membaca Al-Qur’an bagi orang yang sedang
haid?
Jawaban :
Berdasarkan ayat Al-Qur’an :

َ ‫سهُ ِإ َّّل ا ْل ُم‬


َ‫ط َّه ُرون‬ ُّ ‫َّل يَ َم‬
Artinya : tidak ada yang menyentuh(Al-Qur’an) kecuali mereka yang telah
disucikan [Al-Waqi’ah:79]
Berdasarkan ayat ini, sebagian ulama melarang bagi wanita haid untuk
membaca Al-Qur’an sekedar menyentuhnya saja tidak boleh, apalagi
membacanya.
Hukum membaca Al-Qur’an saat sedang haid :
Menurut kelompok kami, saat sedang haid membaca Al-Qur’an yag tidak ada
terjemahannya tidak diperbolehkan. Tetapi jika membaca Al-Qur’an
terjemahan diperbolehkan karena itu bukan pure Al-Qur’an.
11. Kapan waktu sholat bagi wanita yang sedang istihadoh?
Jawaban : Menurut kelompok kami, waktu sholat yang tepat untuk melakukan
sholat bagi wanita yang sedang istihadoh adalah diujung, yakni diawal waktu
sholat atau awal memasuki waktu sholat.

You might also like