Professional Documents
Culture Documents
Masroatul Falah
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro
ABSTRACT
(d) pada alat belum tentu sama dengan dilakukan tiap 1 skala mikrometer.
6
tersebut. Pola interferensi itu terjadi
4
karena adanya perbedaan panjang
lintasan yang ditempuh dua berkas
8
gelombang cahaya yang telah disatukan
Gambar 3.2 diagram alat percobaan tersebut.
Interferometer Michelson dengan keterangan
gambar (1)Laser (2)lensa cembung (3)cermin Jika panjang lintasan dirubah
tetap (4)cermin yang dapat digerakkan (5)beam
splliter (6)layar (7)kamera digital (8)komputer dengan diperpanjang maka yang akan
terjadi adalah pola-pola frinji akan masuk
HASIL DAN PEMBAHASAN ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih
1. Kalibrasi Mikrometer panjang akan mempengaruhi fase
Kalibrasi mikrometer dilakukan gelombang yang jatuh ke layar. Bila
dengan menggeser movable mirror tiap 1 pergeseran beda panjang lintasan
µm, hingga mencapai 25 pergeseran skala gelombang cahaya mencapai λ maka
mikrometer. Penentuan satu skala akan terjadi interferensi konstruktif yaitu
mikrometer pada Interferometer Michelson, terlihat pola terang, namun bila
diperoleh dengan menganggap nilai panjang pergeserannya hanya sejauh λ/4 yang
gelombang laser He-Ne adalah tepat 632,8 sama artinya dengan berkas menempuh
nm (sesuai referensi), dengan persamaan
lintasan λ/2 maka akan terlihat pola
(2.2) maka dapat dihitung nilai tiap satu
gelap.
skala mikrometer.
Pada gambar 4.1. ditunjukkan
Prinsip dari percobaan interferometer
bentuk pola interferensi dari percobaan
Michelson yang telah dilakukan, yaitu
interferometer Michelson dengan sumber pergeseran pada skala mikrometer yang
Laser He-Ne. diperoleh ternyata tidak tepat 1µm, hal
ini dikarenakan kecenderungan
mikrometer yang mengalami kelenturan
setelah diputar hingga batas tertentu.
Hasil dari kalibrasi mikrometer
Gambar 4.1 Pola Interferensi Interferometer tersebut kemudian digunakan sebagai
Michelson dengan sumber Laser He-Ne nilai patokan untuk perhitungan
Hasil kalibrasi interferometer selanjutnya yaitu penentuan nilai panjang
Michelson dapat dilihat pada gambar 4.2. gelombang laser dioda.
Dari pergeseran pola diperoleh hasil grafik 2. Penentuan Nilai Panjang
hubungan antara pergeseran cermin terhadap Gelombang Laser Dioda
perubahan skala mikrometer. Pada penelitian kali ini, Laser yang
digunakan adalah laser dioda merah I
30 dengan panjang gelombang 650nm, laser
jumlah pergeseran skala mikrometer
25
dioda merah II dengan panjang
20
15
gelombang 635nm~670nm dan laser
10 dioda hijau. Metode yang digunakan
5
adalah interferometer Michelson. Untuk
0
Gambar 4.2. Grafik hubungan antara pergeseran laser dioda merah dan laser dioda hijau,
dan jumlah nilai skala pada mikrometer.
dapat dihitung dengan menggunakan
Grafik kalibrasi mikrometer yang persamaan (2.2) yaitu dengan menghitung
diperoleh merupakan grafik linier perubahan frinji akibat adanya
y = 0,1099 + 0,9963 x dengan nilai slope pergeseran lintasan optis pada berkas
No Data Hasil
(a)
Panjang gelombang λ = (648 ± 2)
1
laser dioda merah I nm
100
80
Panjang gelombang λ = (645 ± 2)
jumlah perubahan frinji (N)
2
60 laser dioda merah II nm
40
Panjang gelombang λ = (543 ± 6)
20
3
laser dioda hijau nm
0
0 5 10 15 20 25 30
pergeseran skala mikrometer (d)
80
0
maka akan terjadi pergeseran gelombang
0 5 10 15 20 25 30
pergeseran skala mikrometer (d)
cahaya monokromatik sumber tersebut.
(c) Hal ini berpengaruh pada pola frinji yang
Gambar.4.3.(a) Grafik Pengukuran panjang dihasilkan, sehingga pada layar akan
gelombang Laser dioda merah I (650nm) (b)
nampak pergerakan frinji (transisi frinji)
Grafik Pengukuran panjang gelombang Laser
Dioda merah II (635nm ~ 670nm) (c) Grafik dengan arah masuk pusat pola
Pengukuran panjang gelombang laser dioda
hijau. interferensi jika lintasan optisnya dibuat
lebih panjang.
Gambar grafik 4.3. menunjukan
Jika dibandingkan dengan
bahwa perubahan jumlah frinji linier
penelitian sebelumnya, maka hasil
terhadap pergeseran lintasan optis yang
penelitian kali ini tidak berbeda jauh
dilalui oleh berkas cahaya laser dioda. Dan
dengan hasil yang diperoleh pada
dari nilai kemiringan grafik, dapat
penelitian Oktavia (2006). Pada
ditentukan nilai panjang gelombang laser
penelitian Oktavia, nilai satu skala Pada gambar 4.4 dapat dilihat
mikrometer yang diperoleh adalah bahwa pola interferensi yang dihasilkan
(0,9902± 0,0016) µm, panjang gelombang oleh laser He-Ne (a) mempunyai pola
laser dioda merah yang terukur adalah interferensi berupa lingkaran yang
λ = (660,5 ± 1,6) nm dan laser dioda hijau membentuk cincin interferensi dan
memiliki pusat pola ditengah cincin yang
adalah λ = (530,5 ± 2,7) nm. Hal ini
lebih tajam dibandingkan dengan laser
membuktikan bahwa dalam waktu yang
dioda merah dan laser dioda hijau. Ketika
lama, alat yang digunakan masih dapat
sumber berupa laser dioda merah (b) dan
bekerja dengan baik. Dari hasil kalibrasi
(c) pola interferensi gelap dan terangnya
juga dapat membuktikan bahwa alat
terpisah dengan jelas dan bisa di amati
interferometer Michelson ini masih layak
dengan baik sehingga jarak antar frinji
dipakai pada penelitian saat ini.
gelap maupun terangya dapat di ukur.
3. Analisis Pola Interferensi
Sedangkan untuk pola interferensi yang
Penelitian interferometer Michelson
di bentuk oleh laser dioda hijau, pola
dengan berbagai sumber cahaya
yang di peroleh lebih rapat dan tajam dari
menghasilkan pola interferensi yang tajam,
pola interferensi pada sumber laser dioda
jelas dan jarak antar pola frinjinya lebih
merah. Hal ini disebabkan karena
sempit. Pola interferensi untuk berbagai
panjang gelombang laser dioda hijau
sumber cahaya yang dihasilkan dari
lebih pendek. Hal ini sesuai dengan yang
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.4.
dinyatakan oleh Soedojo (1992) semakin
pendek panjang gelombang suatu sumber
cahaya, maka semakin pendek pula jarak
pemisahan antara pola-pola terang yang
terjadi.
(a) (b)
Berikut adalah gambar dari lebar
interferensi gelap terang yang terjadi
pada masing-masing laser dalam kondisi
yang sama, yaitu jarak laser ke lensa
(c) (d) 7cm, jarak beam splitter ke layar 53 cm
Gambar 4.4. Pola interefensi (a) dengan sumber dan skala mikrometer menunjukkan nilai
laser He-Ne (b) sumber laser dioda merah I (c) 3µm
sumber laser dioda merah II dan (d) sumber laser
dioda hijau.
Sedangkan untuk laser dioda hijau (d),
pola interferensinya tampak berhimpit
dan frinji yang terbentuk pada layar lebih
banyak dibandingkan dengan laser yang
(a) (b) lainnya.
Banyak atau sedikitnya jumlah
frinji yang terbentuk tergantung pada
beda lintasan optik antara kedua cahaya
yang saling berinterferensi. Semakin
(c) (d) besar beda lintasan optik antara kedua
Gambar 4.5. lebar interferensi (a) dengan
sumber laser He-Ne, (b) sumber laser dioda cahaya akan menyebabkan pola-pola
merah I (c) sumber laser dioda merah II dan (d)
interferensi (frinji) semakin banyak.
sumber laser dioda hijau.
Demikian pula sebaliknya semakin kecil
Dari gambar di atas dapat dilihat beda lintasan optik akan mengakibatkan
bahwa pola interferensi yang terbentuk jumlah frinji semakin sedikit. Hal ini
untuk laser yang panjang gelombangnya sesuai dengan yang dinyatakan Soedojo
besar memiliki jumlah frinji yang lebih (1992) bahwa banyak atau sedikitnya
sedikit dibanding pada laser dengan panjang jumlah frinji yang terbentuk tergantung
gelombang yang lebih kecil. Dapat dilihat pada beda lintasan optik antara kedua
pada laser He-Ne (a) bahwa jumlah frinji cahaya yang saling berinterferensi.
yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan
dengan laser merah I dan II. Lebar frinji KESIMPULAN
terang yang terbentuk lebih lebar dan lebih Dari kalibrasi mikrometer dengan
tajam dibanding dengan laser dioda merah menggunakan laser He-Ne diperoleh nilai
dan laser dioda hijau. Untuk laser dioda satu skala mikrometer adalah
merah I (b) jarak antar pola terang pertama
(0,9963 ± 0,0030) µm skala .Dari hasil
dengan pola terang kedua adalah lebih lebar
penelitian diperoleh hasil perhitungan
dan jumlah frinji yang terbentuk pada layar
panjang gelombang dari sumber laser
juga lebih sedikit dibanding dengan laser
dioda merah I λ = (648 ± 2) nm, laser
dioda merah II. Pada gambar (c) tampak
bahwa jarak antar frinjinya lebih sempit dan dioda merah II λ = (645 ± 2) nm dan laser
jumlah frinji yang terbentuk lebih banyak dioda hijau λ = (543 ± 6) nm. Pola
dibanding dengan laser dioda merah I. interferensi yang terbentuk untuk laser
yang panjang gelombangnya besar memiliki Bias Udara dengan Metode
Interferometer Michelson.
jumlah frinji yang lebih sedikit dan jarak
Semarang: Skripsi S-1 FMIPA
antar frinjinya lebih lebar dibandingkan UNDIP.
dengan laser yang panjang gelombangnya Tipler, P. A. 1991.Fisika Untuk Sains
lebih kecil. dan Tehnik Jilid 2 (alih bahasa
Dr.Bambang Soegijono). Penerbit
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga: Jakarta
Beiser, A. 1992. Konsep Físika Modern.
Penerbit Erlangga: Jakarta