You are on page 1of 16

BAB 1

KASUS

IDENTITAS

Nama Pasien : Fari

Agama : Islam

Alamat Rumah : Bojong 04/02 Kampung Bojong Sari, Kec. Kedung waringin Bekasi

Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi, 8 Mei 2004

Umur : 6 tahun

Orang Tua/wali

Ayah Nama : Nasin

Agama : Islam

Alamat : Bojong 04/02 Kampung Bojong Sari, Kec. Kedung waringin

Bekasi

Pekerjaan : Buruh

Penghasilan :-

Ibu Nama : Endah

Agama : Islam

Alamat :Bojong 04/02 Kampung Bojong Sari, Kec. Kedung waringin

Bekasi

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung

Suku bangsa : Sunda

I. RIWAYAT PENYAKIT

KELUHAN UTAMA : Panas sejak 4 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit

KELUHAN TAMBAHAN : Batuk, pilek, ruam-ruam merah, mual, muntah, sesak, sakit
Perut, pusing, susah buang air besar, kencing lancar, nafsu

makan turun.

A. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT SEKARANG (Lengkap, Rinci, Kronologis, Jelas, dan terarah)

Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dengan berat badan 18 kg dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS. Demam yang dialami tinggi, demam terus menerus, tidak diukur, tidak ada kejang. Kemudian 2
hari SMRS os mengalami batuk dan pilek, batuk berdahak namun dahak sulit untuk dikeluarkan. Saat
berada di RS os mengalami ruam-ruam merah yang pertama kali muncul pada tengkuk dan belakang
telinga, kemudian menyebar ke badan, tangan dan kaki. Ruam-ruam merah tidak terasa gatal. Os
mengatakan bahwa os juga merasakan pusing, mual, muntah 2 kali/hari selama 2 hari, isi muntah
makanan dan air, os juga mengalami sakit perut, sesak saat demam tinggi, susah BAB, hanya 2 kali
dalam 4 hari, BAK lancar, nafsu makan menurun, os merasa mudah silau jika melihat cahaya.

Os mengatakan bahwa di dekat rumah os ada yang sedang menderita penyakit campak. Os juga
mengatakan bahwa tidak ada orang di rumah yang menderita penyakit yang sama. Os juga mengatakan
bahwa os sering jajan jajanan di luar. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan disangkal.

B. RIWAYAT KEHAMILAN/KELAHIRAN

KEHAMILAN

MORBIDITAS KEHAMILAN Ibu tidak pernah mengalami sakit selama masa kehamilan.

KELAHIRAN Perawatan Antenatal

Tempat kelahiran

Penolong persalinan

Cara persalinan

Masa gestasi

Keadaan bayi Sebulan sekali kontrol bidan


Di rumah

bidan

Penyulit Kelainan: (-)

Tindakan : spontan

Aterm/cukup bulan

Berat Lahir: 3700 g

Panjang : 49

Lingkar Kepala: tidak diukur

Pucat (-) Biru(-) Kuning(-)

Kejang (-)

Nilai Apgar : tidak di ukur

Kelainan bawaan : (-)

Kesimpulan Riwayat kehamilan/kelahiran: Perawatan antenatal baik, persalinan tidak ada penyulit.

C. RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi : (ibu lupa) Bulan

Psikomotor

Tengkurap : 4 Bulan Berjalan : 12 Bulan

Duduk : 8 Bulan Bicara : 18 Bulan

Berdiri : 9 Bulan Membaca dan Menulis : 4 tahun

Perkembangan pubertas
Rambut pubis : (-) bulan

Gangguan perkembangan mental/emosi :

Tidak terdapat gangguan perkembangan mental dan emosi

Kesimpulan Riwayat Perkembangan : Riwayat perkembangan sesuai usia

D. RIWAYAT MAKANAN

Umur (bulan) ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

0-2 ASI - - -

2-4 ASI - - -

4-6 ASI - - -

6-8 ASI - - -

10-12 ASI - - -

Umur diatas 1 tahun

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi/pengganti 1 centong/ 2x sehari

Sayur 1-2x/ hari

Daging (-)

Telur (-)

Ikan (-)

Tahu 2 potong/ hari

Tempe (-)

Susu (merk/takaran) 1x/hari susu kental manis Bendera

Lain-lain

Kesulitan makan : terdapat kesulitan makan


Kesimpulan Riwayat Makanan : Kualitas dan kuantitas makanan dinilai kurang

E. RIWAYAT IMUNISASI

VAKSIN DASAR (UMUR) Ulangan (umur)

BCG -

POLIO -

CAMPAK -

HEPATITIS -

MMR -

TIPA -

Kesimpulan riwayat imunisasi : tidak di imunisasi sama sekali semenjak lahir

F. RIWAYAT KELUARGA

a. Corak reproduksi

No. Tgl lahirJenis Kelamin Hidup Lahir mati AbortusMati

(sebab) Keterangan Kesehatan

1 1989 Laki-laki Hidup - - -

2 1991 Perempuan Hidup - - -

3 1993 Laki-laki Hidup - - -

4 2000 Laki-laki Hidup - - - Pasien

b. Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu

Nama Nasin Endah

Perkawinan ke Ke-2 Ke-1

Umur saat Menikah 22 15

Pendidikan terakhir Tamat SD Tamat SD

(tamat?Kelas/tingkat)

Agama Islam Islam

Suku Bangsa Sunda Sunda

Keadaan Kesehatan Baik Baik

Kosanguinitas - -

Penyakit, bila ada - -

Kesimpulan Riwayat Keluarga : Baik

c. Riwayat Keluarga orang tua pasien : Riwayat keluarga orang tua baik

d. Riwayat anggota keluarga lain yang serumah : Riwayat anggota keluarga lain yang serumah baik.

G. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN

Perumahan : Perkampungan padat penduduk.

Keadaan rumah : Rumah sendiri, 2 kamar, 1 kamar mandi, 3 jendela, penghuni rumah 6 orang, Rumah
dibersikan iap hari, kamar mandi dibersikan 1 kali/ hari,pembuangan wc langsung ke empang dekat
rumah. Sumber air tanah.

Daerah/lingkungan : lingkungan padat, dekat dengan sungai, dan daerah persawahan.

Kesimpulan Keadaan Lingkungan : status ekonomi pasien kurang, dengan keadaan lingkungan yang
padat dan kurang terawat.

H. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DI DERITA

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur


Alergi - Difteria - P. jantung -

Cacingan - Diare - P. ginjal -

Demam berdarah - Kecelakaan - P. Darah -

Demam tifoid - Kejang - Radang paru -

Otitis - Morbili - TBC -

Parotis - Operasi - Lain-lain -

Kesimpulan Penyakit Dahulu: pasien baru pertama kali dirawat di rumah sakit

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 5 November 2010 pukul 15.00

Keadaan umum

Kesan sakit : Tampak sakit berat

Status mental : Tampak tenang

Kesadaran : Compos mentis

Anemis (-). Ikterik (-), Sianosis (-), Dyspnoe (-)

Data Antropometri

Berat badan : 18 kg

Panjang badan : 118 cm

Status gizi : 18/21 x 100% = 83% (gizi kurang)

Tanda vital

Frekuensi nadi : 120 x / mnt

Tekanan darah : 110/60 mmHg


Suhu : 38,3 ° C

Pernapasan : 32 x/ menit

Status generalis

Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, deformitas (-).

Mata : Pupil bulat isokor, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+),

injeksi konjungtiva (+)

Hidung : Normoseptia, mukosa hiperemis (-), sekret (+),deformitas (-).

Mulut : Mukosa mulut lembab, tidak ada kelainan, bercak koplik (-)

Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)

Leher : KGB submandibular kanan-kiri teraba membesar..

Thorak : Bentuk dan gerak simetris, deformitas (-), Dinding dada terlihat simetris, tidak ada bagian dada
yang tertinggal.

Jantung: Inspeksi : Ictus cordis terlihat di garis midclavikularis kiri- ICS 5.

Palpasi : Ictus cordis teraba di garis midclavikularis kiri- ICS 5.

Perkusi : Batas jantung normal.

Auskultasi : BJ 1,2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Inspeksi : pergerakan hemithoraks simetris kanan kiri, tidak ada bagian yang tertinggal,
retraksi dinding dada (-)

Palpasi : Vokal fremitus simetris.

Perkusi : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing -/-.

Abdomen : Inspeksi : Datar, kulit terlihat kemerahan (makulopapular rash)


pada seluruh kulit abdomen

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), pembesaran hepar - lien (-)

Perkusi: Timpani diseluruh lapang abdomen.

Genital : Laki-laki, tidak ada kelainan.

Ekstremitas : makulopapular rash (+) di keempat ekstremitas, Akral teraba hangat (+) di keempat
ekstremitas, sianosis (-) Capillary refill time < 2”, Oedem(-) di keempat ekstremitas.

Tulang belakang : Lurus bentuk normal, tidak skoliosis.

Susunan saraf : Refeks fisiologis Bicep (+/+), Refleks fisiologis Patella (+/+).

Kulit : Kemerahan, terdapat makulopapular rash diseluruh tubuh, kulit sawo matang, kering, turgor
kulit baik.

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium 2 November 2010

Darah tepi:

Hemoglobin : 12,8 gr%

Leukosit : 6.800

Hematokrit : 39%

Trombosit : 204.000

Hitung jenis 0/0/0/71/22/7


VIII. RESUME

Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dengan berat badan 18 kg dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS. Demam yang dialami tinggi, demam terus menerus, tidak diukur, tidak ada kejang. Kemudian 2
hari SMRS os mengalami batuk dan pilek, batuk berdahak namun dahak sulit untuk dikeluarkan. 1 hari
SMRS os mengalami ruam-ruam merah yang pertama kali muncul pada tengkuk dan belakang telinga,
kemudian menyebar ke badan, tangan dan kaki. Ruam-ruam merah tidak terasa gatal. Os mengatakan
bahwa os juga merasakan pusing, mual, muntah 2 kali/hari selama 2 hari, isi muntah makanan dan air,
os juga mengalami sakit perut, sesak saat demam tinggi, susah BAB, hanya 2 kali dalam 4 hari, BAK
lancar, nafsu makan menurun, os merasa mudah silau jika melihat cahaya.

Os mengatakan bahwa di dekat rumah os ada yang sedang menderita penyakit campak. Os juga
mengatakan bahwa tidak ada orang di rumah yang menderita penyakit yang sama. Os juga mengatakan
bahwa os sering jajan jajanan di luar.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan pasien tampak sakit berat, kepala, hidung, mulut, telinga, thoraks,
abdomen dalam batas normal, pada mata didapatkan injeksi pada konjungtiva, kedua KGB
submandibular teraba membesar, tampak kemerahan (makulopapular rash) di batang tubuh dan
keempat ekstremitas. Pemeriksaan darah rutin dalam batas normal.

IX. DIAGNOSIS KERJA

Diagnosa kerja : Morbili

Diagnosa status Gizi : Gizi kurang

Diagnosa imunisasi : Tidak diimunisasi

X. Diagnosis Banding

Rubella

Roseola infantum

XI. Penatalaksanaan:

Kuratif : IVFD 3A 30 tpm

Ampisilin 3x750 mg i.v

Cloramfenikol 3x500 mg i.v

Promotiif : Tirah baring


Berikan masukan cairan air yang cukup

Menjaga kelembaban dan kehangatan ruangan

Lindungi pasien dari cahaya langsung dan kuat selama masa

fotofobia

Pemberian Vitamin A 100.000 IU, bila malnutrisi 150.000 IU per hari.

XII. Prognosis

Ad vitam : Ad bonam

Ad fungsionam : Ad bonam

Ad sanasionam : Ad bonam

XIII. Anjuran

Pemeriksaan IgM anti campak


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi (1)

Campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus Paramyxovirus yang memiliki gejala klinis yang
terdiri dari 3 stadium, yakni stadium masa tunas, prodormal, dan stadium erupsi.

Masa inkubasi 10-12 hari, stadium prodormal ditandai becak koplik pada mukosa bukal dan faring,
demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koriza dan batuk yang semakin berat. Stadium akhir
dengan ruam makulopapular di leher, muka tubuh, lengan, hingga kaki berturut-turut dan disertai
dengan demam tinggi

2. Etiologi (1)

Campak adalah virus RNA dari family Paramyxoviridae genus Morbili virus. Virus campak berada di
sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama masa tunas dan dalam masa tunas dan dalam
waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal dalam 34 jam pada temperature
kamar, 15 minggu dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperature 35 derajat
Celcius, dan beberapa hari dalam suhu 0 derajat Celcius. Virus tidak aktif pada pH rendah.

Virus campak menunjukkan antigenisitas yang homogeny. Infeksi dengan virus campak memicu
pembentukan Nutralizing antibody, komplemen fixing antibody dan hemaglutinin inhibition antibody.

Imunoglobulin IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak, muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari
setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi setelah 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat
sedangkan IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terus terukur. IgM menunjukkan pertanda baru
terkena infeksi atau baru mendapatkan vaksinasi, sedangkan IgG menunjukkan bahwa pernah terkena
infeksi walaupun sudah lama. Antibody IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan terdapat di
seluruh saluran napas. Daya efektivitas vaksin virus campak yang hidup dibandingkan dngan virus
campak yang mati adalah adanya IgA sekretori yang hanya dapat ditimbulkan oleh vaksin virus campak
hidup.

3. Epidemiologi(1)

Di Indonesia,menurut survey kesehatan rumah tangga, campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan
10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama
pada anak usia 1-4 tahun (0,77%). Campak merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang
berkembang. Dari penelitian retrospektif, dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang
tahun.

4. Patofisiologi (1)

Penularan campak terjadi secara droplet melaui udara, sejak 1 sampai 2 hari sebelum timbul gejala klinis
sampai 4 hari setelah timbul ruam. Virus masuk ke dalam limfatik local, bebas maupun berhubungan
dengan sel mononuclear, kemudian mencapai kelenjar getah bening regional, disini virus
memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular
seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak
(sel Worthin), sedangkan limfosit T (T suppressor dan T helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif
membelah.

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari
setelah infeksi awal terbentuklah focus infeksi, yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih dan usus.

Pada hari 9-10, focus infeksi yang berada di epitel saluran napas dan konjungtiva, akan menyebabkan
timbulnya nekrosis pada 1 sampai 2 lapis sel, pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem salauran napas diawali dengan keluhan
batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.

Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernapasan diikuti dengan
manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada
mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang dapat tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap
antigen virus, muncul ruam makupapular pada hari ke 14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu
antibody humoral dapat dideteksi pada kulit.
Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami deficit sel T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke
pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis, tetapi virus tidak berhasil tumbuh di
kulit. Daerah epitel yang nekrotik di epitel nasofaring dan saluran pernapasan memberikan kesempatan
infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dll. Dalam keadaan tertentu
pneumonia juga dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.

5. Gejala klinis (1)

Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang sangat berkaitan,
yaitu koryza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti
timbulnya ruam yang memiliki cirri khas yaitu diawali dari belakang telinga menyebar ke muka, dada,
tubuh, lengan, kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh, dan selanjutnya mengalami
hiperpugmentasi dan kemudian mengelupas. Pada stadium prodormal dapat ditemukan enantema di
mukosa pipi yang merupakan tanda patognomonik campak ( bercak koplik ).

Meskipun demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus
manifestasinya jelas. Pada pasien yang mengidap gizi kurang, ruam dapat berdarrah dan mengelpas atau
bahkan pasien meninggal sebelum ruam timbul. Diagnosis campak dapat ditegakkkan secara klinis,
sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar membantu. Seperti pada pemeriksaan sitologi ditemukan
sel raksasa pada lapisan mukosahidung dan pipi, pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik.
Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal. Diagnosis banding antara lain rubella,
demam skarlatina, ruam akibat obat, eksantema subitum, dan infeksi stafilokokus.

6. Diagnosis (1)

Biasanya dibuat hanya dari gambaran klinis khas, konfirmasi laboratorium jarang diperlukan. Selama
stadium prodormal dapat ditemukan sel raksasa multinuklear pada pulasan mukosa hidung. Virus dapat
diisolasi pada biakan jaringan, dan diagnosis didukung dengan kenaikan titer antibody yang dapat
dideteksi pada serum pada fase akut dan konvalesens. Angka sel darah putih cenderung rendah dengan
limfositosis relatif.

Pada ensefalitis campak, pungsi lumbal dapat menunjukkan kenaikan proterin dan sedikit kenaikan
limfosit, dengan kadar glukosa normal.

7. Komplikasi (3,4)

Komplikasi utama adalah otitis media, pneumonia, dan ensefalitis, myokarditis dan SSPE, enteritis,
kebutaan, laryngitis akut, kejang demam.
8. Pengobatan (1,2)

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori,
sedangkan pengobatan bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan
anti konvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak pada penyulit dapat dirawat inap, diberikan
vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila ditemukan malnutrisi diberikan 1500 IU tiap
hari. Apabila terdapat penyulit, maka diberikan obat untuk mengatasi penyulit yang timbul yaitu :

- Bronkopneumonia diberikan antibiotic Ampisilin 100 mg per kg BB per hari dalam 4 dosis
intravena dikombinasikan dengan Kloramfenikol 75 mg per kg BB per hari intravena dalam 4 dosis dan
Oksigen 2 liter/menit sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik
diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan
seteah anak sehat kembali ( 3-4 minggu kemudian) karena uji tuberculin biasanya negative atau anergi
pada saat anak menderita campak. Terjadi anergi karena adanya gangguan delayed hipersensitifity
disebabkan oleh sel Limfosit T yang terganggu fungsinya.

- Enteritis, pemberian cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi.

- Otitis media, diberikan klotrimoksasol sulfametoksasol (TMP sulfametoksasol 4 mg per kgBB per
hari dibagi dalam 2 dosis.

- Ensefalopati perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga ¾ kebutuhan untuk mengurangi
edem otak disamping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas
darah.

9. Pemantauan (3)

Pada kasus campak dengan komplikasi bronkopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau adanya infeksi
terhadap tuberculosis. Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberculin 1-3 bulan setelah penyembuhan.

10. Diagnosis banding (4)

Eksantema subitum, rubella, infeksi karena echovirus, virus Koksaki, Adnovirus, Mononukleosis
nukleosa, Toksoplasmosis, Meningokoksemia, Skarlet fever dan ruam karena obat.

11. Prognosis (1,3)

Biasanya akan sembuh setelah 7-10 hari setelah ruam muncul. Kematian biasanya disebabkan oleh
komplikasi yang mungkin timbul, seperti encephalitis dan bronkopneumonia. Angka kematian di AS
menurun pada tahun-tahun ini sampai tingkat rendah untuk semua kelompok umur, terutama karena
keadaan sosioekonomi membaik tetapi juga karena terapi antibacterial efektif untuk infeksi sekunder.
12. Pencegahan (1)

Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih.

- Imunisasi aktif

Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapo mungkin

diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakitn terjadi. Karena angka serokonversi tidak 100% dan
mungkin ada beberapa imunitasnya berkurang, imunisasi kedua diberika sebagai MMR (mump-measles-
rubella). Dosis ini dapat diberikan saat anak masuk sekolah atau sekolah menengah. Remaja yang
memasuki perguruan tinggi sebaiknya juga harus mendapatkan imunisasi campak yang kedua.Respon
terhadap vaksin campak hidup tida dapat diramalkan jika telah diberika immunoglobulin dalam 3 bulan
sebelum imunisasi. ANergi terhadap tes tuberculin dapat berkembang selama 1 bulan atau lebih setelah
vaksin campak diberikan.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak yaitu pada anak dnegan leukemia dan pada merela yang
sedang mendapat pengobatan imunosupresif. Penggunaan vaksin virus tidak aktif tidak dianjurkan.

- Imunisasi pasif

Menggunakan kumpulan serum orang dewasam kumpulan serum konvalesenm globulin plasenta atau
gamma globulin kumpulan plasma dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuscular dalam 5 hari
sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.

Daftar Pustaka

1. Nelson, Waldo E. Buku Ilmu Kesehatan Anak. 1999. Edisi 15.hal 1068-1071. EGC : Jakarta..

2. Soedarmo, Sumarmo. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. 2008. Edisi II. Hal.109-119. Badan
penerbit IDAI : Jakarta.

3. Pusponegoro, Hardiono. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 2004. Edisi I. Hal 95-98.
Badan penerbit IDAI : Jakarta.

4. Ismoedijanto. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 2008. Edisi III. Hal 234-235
Penerbit Universitas Airlangga : Surabaya.

5. Garna, Herry. Pedoman Diagnosis dan Terapi. 2005. Edisi III. Hal 209-211. 71-75. Penerbit
Universitas Padjajaran : Bandung.

You might also like