You are on page 1of 12

ADSORPSI

Adsorpsi atau penjerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan
maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap, adsorben) dan
akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat) pada
permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida
lainnya dengan membentuk suatu larutan.

Adsorpsi Koloid

Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas
akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait dengan penyerapan
partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid
tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini
telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.

Adsorpsi Karbon Aktif

Majalah Air Minum, Februari 2009.

Sungguh beruntung PDAM yang berada di Pulau Jawa dibandingkan dengan yang di
Kalimantan dan Sumatera. Secara kualitas fisika, sumber air PDAM di Jawa lebih banyak
mengandung padatan tersuspensi dan koloid yang relatif mudah diolah dengan teknologi
koagulasi, flokulasi. Lain halnya di Kalimantan, airnya mengandung gambut yang sulit
diolah lantaran kaya asam-asam humat. Banyak warga setempat terutama di desa dan
pedalaman yang terpaksa minum air berwarna karena belum dipasok oleh PDAM juga
belum ada bantuan pemerintah dalam penyediaan air minum. Air di daerah rawa ini
logikanya tidak bisa dimanfaatkan secara langsung sebelum diolah kecuali terpaksa
karena tiada lagi alternatif sumber air lainnya.
Warna Air
Air yang ada di rawa-rawa biasanya berwarna sehingga tidak layak dimanfaatkan secara
langsung sebelum diolah untuk keperluan domestik dan industri. Penyebab warnanya
adalah pelapukan (dekomposisi) zat organik seperti daun, kayu, binatang mati dan lain-
lain. Asam humat yang berasal dari dekomposisi lignin inilah penyebab warna air, selain
besi dalam wujud ferric humat. Secara umum dapat dikatakan, penyebab warna air ialah
kation Ca, Mg, Fe, Mn. Oksida besi ini menyebabkan air berwarna kemerahan, oksida
mangan menyebabkan air berwarna coklat kehitaman.

Berkaitan dengan warna tersebut, jenisnya dapat dibedakan menjadi dua. Yang pertama
disebut warna asli (true color), disebabkan oleh materi organik berukuran koloid dan
terlarut (dissolved solid). Contohnya air gambut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
warna air gambut di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi dapat dihilangkan dengan
kombinasi koagulan alum sulfat, besi sulfat (ion trivalent) atau PAC dengan tanah liat
setempat. Yang kedua ialah warna palsu (apparent color). Jenis ini disebabkan oleh zat
tersuspensi dan zat terendapkan (coarse solid, partikel kasar) dan dapat dihilangkan
dengan proses sentrifugasi, sedimentasi dan filtrasi.

Secara alamiah air permukaan selalu kelihatan berwarna walaupun sebenarnya tidak
berwarna. Pada saat hujan misalnya, sungai kelihatan berwarna coklat kemerahan karena
mengandung suspensi lempung (red clay). Warna air permukaan juga dapat disebabkan
oleh air limbah industri seperti pada proses dyeing di pabrik tekstil dan pulping di pabrik
kertas, pertambangan/mining, refining/kilang minyak, industri makanan-minuman dan
kimia. Dye wastes atau dye stuff adalah penyebab warna yang sangat tinggi. Bubur kayu
(pulping wood) juga menghasilkan turunan (derivative) lignin yang tahan terhadap
pengolahan biologi (biological treatment seperti activated sludge).

Air yang berwarna karena pembusukan zat organik di rawa tidaklah beracun atau tidak
berbahaya. Dampaknya hanya pada estetika yang tidak bisa diterima oleh masyarakat
karena mereka lebih menyukai air yang tidak berwarna (colorless, non-colored water).
Warna alami air ini kuning-kecoklatan (yellow-brownish) seperti air seni (urine) sehingga
tidak disukai oleh pelanggan PDAM. Yang patut dikhawatirkan, karena PDAM
menggunakan kaporit sebagai desinfektan maka ada potensi pembentukan senyawa
CHCl3 atau chloroform atau trihalomethane penyebab kanker (carcinogenic).

Mekanisme Adsorpsi
Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan merupakan jenis adhesi
yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses ini
menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media setelah terjadi
kontak antarmuka atau bidang batas (paras, interface) cairan dengan cairan, cairan dengan
gas atau cairan dengan padatan dalam waktu tertentu. Contohnya antara lain
dehumidifikasi, yaitu pengeringan udara dengan desiccant (penyerap), pemisahan zat
yang tidak diinginkan dari udara atau air menggunakan karbon aktif, ion exchanger untuk
zat terlarut di dalam larutan dengan ion dari media exchanger. Artinya, pengolahan air
minum dengan karbon aktif hanyalah salah satu dari terapan adsorpsi.

Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga macam. Yang
pertama disebut chemisorption, terjadi karena ikatan kimia (chemical bonding) antara
molekul zat terlarut (solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat
eksotermis dan tidak dapat berbalik (irreversible). Yang kedua, adsorpsi fisika (physical
adsorption, terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya van der Waals dan yang ketiga
disebut ion exchange (pertukaran ion), terjadi karena gaya elektrostatis.

Bagaimana terjadinya fenomena adsorpsi itu? Ahli pengolahan air membagi adsorpsi
menjadi tiga langkah, yaitu (1) makrotransport: perpindahan zat pencemar, disebut juga
adsorbat (zat yang diadsorpsi), di dalam air menuju permukaan adsorban; (2)
mikrotransport: perpindahan adsorbat menuju pori-pori di dalam adsorban; (3) sorpsi:
pelekatan zat adsorbat ke dinding pori-pori atau jaringan pembuluh kapiler mikroskopis.

Ada sejumlah hal yang mempengaruhi efektivitas adsorpsi, yaitu: (1) jenis adsorban,
apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam, dll; (2) temperatur lingkungan
(udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya makin rendah; (3)
jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin mudah larut,
makin sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak terionisasi lebih mudah
diadsorpsi). Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga,
yaitu lemah (weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya
adalah klor). Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan adsorpsi
kuat (strong) terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma) dengan
struktur benzena, C6H6).

Karbon Aktif
Salah satu adsorban yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum (juga air limbah)
adalah karbon aktif atau arang aktif. Arang ini digunakan untuk menghilangkan bau,
warna, dan rasa air termasuk ion-ion logam berat. Karena merupakan fenomena
permukaan maka semakin luas permukaan kontaknya makin tinggilah efisiensi
pengolahannya. Syarat ini dapat dipenuhi oleh arang yang sudah diaktifkan sehingga
menjadi porus dan kaya saluran kapiler. Yang belum aktif, ruang kapilernya masih
ditutupi oleh pengotor berupa zat organik dan anorganik.
Bagaimana proses pembuatannya? Tahap pertama, buatlah arang misalnya dari
tempurung kelapa (arang batok, Cocos nucifera), kayu, batubara, merang, sekam, atau
serbuk gergaji. Arang ini kemudian diaktifkan dengan cara pemanasan pada kondisi
sedikit oksigen agar hidrokarbonnya lepas. Hasilnya berupa arang yang sangat porus
sehingga luas permukaannya besar. Setelah itu barulah digunakan untuk mengolah air
minum atau air buangan, misalnya memisahkan pencemar organik dan inorganik seperti
air raksa, krom, atau untuk deklorinasi (pengurangan klor di dalam air).

Relatif mudah membuat filter arang aktif ini. Penjual filter skala rumah tangga di kota
dan desa sudah biasa membuatnya bahkan tanpa berlatar pendidikan teknik. Hanya perlu
keterampilan dan tahu sedikit tentang fungsi arang aktif dan kapan harus diganti. Bahkan
penjual filter ini bisa memiliki pelanggan setia untuk reparasi dan perawatan filter yang
dibeli oleh warga. Selain menggunakan arang butir (granular) berdiameter 0,3 - 0,5 mm
atau 1 – 2 mm, arang bubuk, serbuk atau tepung (powder) pun dapat diterapkan.

Variasi Teknologi
Teknologi sederhana dalam penerapan arang aktif dengan cara pembubuhan. Arang
bubuk dimasukkan ke dalam air yang diolah setelah dibuatkan suspensinya. Proses
adsorpsi terjadi cepat apabila zat yang diadsorpsi berada di dekat arang aktif. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memperkecil diameter karbon, menjadi 50 mikron lalu
diaduk. Apabila pengolahan airnya menggunakan slow sand filter (SSF), pembubuhan
arang dilakukan sebelum unit filter. Menurut Nur Muhammad et.all, SSF efektif untuk
menghilangkan logam berat (heavy metal) (International Conference on Water Supply
and Sanitation, Durban, South Africa, 1997). Jika ada proses koagulasi – flokulasi,
pembubuhan dilakukan sesudah koagulator agar serbuk arangnya bersatu dengan flok di
dalam flokulator kemudian diendapkan di sedimentor.

Lain halnya pada unit filter arang butir (granular activated carbon). Unit ini berupa filter
berbentuk kolom dengan variannya seperti pada Gambar 1. Penjelasannya sbb: (1) media
statis tunggal (single fixed bed); media arang dipasang dalam bentuk satu tabung saja.
Cara ini rendah efisiensinya. (2) media statis seri (fixed bed in series); efisiensinya sudah
meningkat. Makin banyak unit yang dipasang makin besarlah efisiensinya. (3) media
dinamis (moving, pulse, fluidized, dispersed bed); arang bergerak dinamis di seluruh
bagian kolomnya sehingga adsorpsinya besar. (4) media statis paralel (fixed bed in
parallel); cara ini ditempuh untuk menghasilkan debit yang besar dalam tempo singkat.
Kualitas air olahannya tak jauh beda dengan media statis tunggal. (5) media ekspansi
(upflow expanded bed); disusun secara seri dengan aliran ke atas dan waktu operasinya
lebih lama.
Masalah utama yang muncul pada varian filter karbon aktif statis tersebut ialah sumbatan
(clogging) akibat suspensi yang ada di dalam air. Untuk menanggulanginya biasanya unit
ini dilengkapi dengan pencuci permukaan media (surface washer) dengan air dan udara.
Namun tipe expanded dan fluidized bed, yaitu aliran dari bawah ke atas bisa mencegah
potensi penyumbatan dengan pengaturan kecepatan aliran airnya. Variasi lainnya dengan
mode operasi yang berbeda dapat saja bermunculan seiring dengan penelitian terbaru di
bidang teknologi adsorpsi ini.*

Metoda Adsorpsi/Ekstraksi Larutan

Pengambilan Sampel

Prosedur pengambilan sampel hampir sama dengan Metoda Adsorpsi/Desorpsi Termal.


Hanya saja, dipakai jenis adsorben yang berbeda.

Pemakaian Adsorben

Adsorben yang dipakai oleh Metoda Adsorpsi/Ekstraksi Larutan.

Kategori Adsorber Polutan Organik


Karbon Aktif Pestisida (Pestisida Karbonat)
Kolom Packing Bahan dari
Frosil PR Melamin
Kromatografi Gas
Sep-Pak C18 Hidrokarbon
Nitrosoamin
Nitrophenol
XAD-4
Biji polimer berpori Fosfat
Sep-Pak PS
Polibromobifenil
PAHs
Carbosieve S-III Alkohol (berat molekul rendah)
Karbon Saringan molekuler
Carbosieve G Halokarbon
Tabung Adsorben

Jenis A(ditutup dengan gelas lebur)

Jenis B(ditutup dengan penutup Teflon)

A: Karbon Saringan Molekuler (0.2g)


B: Karbon Saringan Molekuler (0.1g)
C: Penutup Teflon
Q: Wool Kwarsa

Prosedur

Prosedur untuk mengekstraksi sampel

Prosedur praperlakuan untuk contoh ditunjukkan berikut ini. Adsorben dalam tabung
dipindahkan ke botol kecil (berukuran isi kurang dari 5 ml). Beberapa ml isi larutan
seperti karbon disulfida ditambahkan kedalam botol untuk mengekstraksi polutannya,
kemudian botolnya ditutup dengan penutup yang dihubungkan dengan penyekat.
Beberapa mikro liter bagian dari ekstraksi dianalisa menggunakan instrumen analisis.

Kromatogram

Kromatogram gas Standar dan Kromatogram Sampel Udara


1: Kloroform
2: 1,1,1-Trikloroetan
3: Karbon tetraklorida
4: Trikloroetilin
5: Tetrakloroetilin
6: F-11

Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan suatu fasa tertentu (gas, cair) pada permukaan
adsorben yang berupa padatan.

Adsordpsi ada 2 macam

1. Physisorption (adsorpsi fisika)

Terjadi karena gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan
permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka
substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Physisorption ini memiliki gaya
tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil.

Contoh :

Adsorpsi oleh karbon aktif. Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang tinggi akan
menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Semakin
besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat pada
permukaan media adsorpsi.

2. Chemisorption (adsorpsi kimia)

Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia antara substansi terlarut dalam
larutan dengan molekul dalam media. Contoh : Ion exchange

Adsorbat

 substansi yang akan disisihkan

Adsorben

 padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan substansi yang disisihkan


Mekanisme kerja adsorpsi

Karakteristik Adsorben

Adsorben yang biasa digunakan berbentuk butiran, batangan, batu dengan diameter 0,5
sampai 10 mm. untuk pemakaian yang terus menerus diperlukan adsorben yang tahan
terhadap suhu tinggi, tahan abrasi dan panas. Pada kebanyakan industri adsorben dibagi
menjadi 3 kelas:

• Oxygen-containing compounds: biasanya hydrophilic dan bersifat polar,


contohnya yang terkandung dalam silica gel dan zeolites
• Carbon-based compounds: biasanya hydrophobic dan nonpolar, contohnya yang
terkandung dalam activated carbon dan graphite
• Polymer-based compounds: terdiri dari poros porous polymer matrix mengandung
polar atau nonpolar grup fungsi

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut:

• Luas permukaan

Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi.
Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari
adsorben

• Jenis adsorbat
o Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan
adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar)
memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibdaningkan
molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar);
o Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan
adsorpsi
o Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorb
dibdaningkan rantai yang lurus.
• Struktur molekul adsorbat

Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan penyisihan


sedangkan Nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan
• Konsentrasi Adsorbat

semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben

• Temperatur
o pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap
adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka
o pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga
kemampuan penyerapannya menurun
• pH

pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada


biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi

• Kecepatan pengadukan

menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan


terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila
pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga
proses adsorpsi kurang optimal

• Waktu Kontak

Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi


pada waktu kesetimbangan.

• Waktu kesetimbangan dipengaruhi oleh


o tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan),
o ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif),
o ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi
o konsentrasi ion logam.

Isotherm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk
menjelaskan isoterm adsorpsi.

1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa:
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu
molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-
molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut:
selalu ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorpsi tidak inert dan
mekanisme adsorpsi pada molekul pertama sangat berbeda dengan mekanisme pada
molekul terakhir yang teradsorpsi.

Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah


sebagai berikut: A(g) + S ⇌AS, dimana A adalah molekul gas dan S adalah permukaan
adsorpsi.

2. Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET).


Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang homogen.
Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekul-molekul
adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat di permukaannya. Pada isoterm
ini, mekanisme adsoprsi untuk setiap proses adsorpsi berbeda-beda. Mekanisme yang
diajukan dalam isoterm ini adalah:
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia,
sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan
untuk adsoprsi fisik
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi dapat
digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini
berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap
molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan
persamaan yang paling banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah
x/m = kC1/n
dengan x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa dari adsorben (mg)
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
k,n,= konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konstentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai
ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik,
akan diperoleh gradien n dan intersep k. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas
adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisiensi dari suatu adsorben.
Hal-hal yang dapat dilihat dari kurva isoterm adalah sebagai berikut.
1. Kurva isoterm yang cenderung datar rtinya, isoterm yang digunakan
menyerap pada kapasitas konstan melebihi daerah kesetimbangan.
2. Kurva isoterm yang curam artinya kapasitas adsorpsi meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi kesetimbangan.
Adsorpsi ion logam oleh material padat secara kuantitatif mengikuti persamaan
Langmuir. Persamaan Langmuir merupakan tinjauan teoritis proses adsorpsi.
C/(x/m) = 1/Kb + C/b
Persamaan tersebut dapat digunakan pada adsorpsi oleh padatan. Konstanta pada
persamaan adsorpsi Langmuir menunjukan besarnya adsorpsi maksimum (b) oleh
adsorben, dan K menunjukkan konstanta yang dihubungkan dengan energi ikat. Harga
adsorpsi maksimum secara teoritis seperti yang dicantumkan pada tabel 3.
Keterangan: *per berat membran
Terdapat perbedaan antara berat teradsorp teoritis dan eksperimen. Hal tersebut
menunjukan bahwa berkurangnya konsentrasi ion logam tidak hanya terjadi karena
adsorpsi secara pertukaran ion, tetapi terjadi juga pemerangkapan ion logam pada pori-
pori membran.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.newworldencyclopedia.org/entry/
Adsorption.htm

2. KUNDARI ANIS NOOR., 2008 ”Tinjauan kesetimbangan adsorpsi tembaga dalam


limbah pencuci PCB dengan zeolit ”, laporan hasil penelitian STTN-BATAN.,
Yogyakarta.

3. BUDI SETYA ., 2008. “Perbedaan adsorpsi fenol arang tempurung kelapa dengan
arang Sono”. Laporan hasil penelitian, STIKES Surya Mitra Husada, Kediri

4. KUNDARI ANIS NOOR., 2007 ” kinetika kimia”, STTN-BATAN., Yogyakarta

You might also like