Professional Documents
Culture Documents
Adsorpsi atau penjerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan
maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap, adsorben) dan
akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat) pada
permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida
lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorpsi Koloid
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas
akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait dengan penyerapan
partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid
tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini
telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
Sungguh beruntung PDAM yang berada di Pulau Jawa dibandingkan dengan yang di
Kalimantan dan Sumatera. Secara kualitas fisika, sumber air PDAM di Jawa lebih banyak
mengandung padatan tersuspensi dan koloid yang relatif mudah diolah dengan teknologi
koagulasi, flokulasi. Lain halnya di Kalimantan, airnya mengandung gambut yang sulit
diolah lantaran kaya asam-asam humat. Banyak warga setempat terutama di desa dan
pedalaman yang terpaksa minum air berwarna karena belum dipasok oleh PDAM juga
belum ada bantuan pemerintah dalam penyediaan air minum. Air di daerah rawa ini
logikanya tidak bisa dimanfaatkan secara langsung sebelum diolah kecuali terpaksa
karena tiada lagi alternatif sumber air lainnya.
Warna Air
Air yang ada di rawa-rawa biasanya berwarna sehingga tidak layak dimanfaatkan secara
langsung sebelum diolah untuk keperluan domestik dan industri. Penyebab warnanya
adalah pelapukan (dekomposisi) zat organik seperti daun, kayu, binatang mati dan lain-
lain. Asam humat yang berasal dari dekomposisi lignin inilah penyebab warna air, selain
besi dalam wujud ferric humat. Secara umum dapat dikatakan, penyebab warna air ialah
kation Ca, Mg, Fe, Mn. Oksida besi ini menyebabkan air berwarna kemerahan, oksida
mangan menyebabkan air berwarna coklat kehitaman.
Berkaitan dengan warna tersebut, jenisnya dapat dibedakan menjadi dua. Yang pertama
disebut warna asli (true color), disebabkan oleh materi organik berukuran koloid dan
terlarut (dissolved solid). Contohnya air gambut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
warna air gambut di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi dapat dihilangkan dengan
kombinasi koagulan alum sulfat, besi sulfat (ion trivalent) atau PAC dengan tanah liat
setempat. Yang kedua ialah warna palsu (apparent color). Jenis ini disebabkan oleh zat
tersuspensi dan zat terendapkan (coarse solid, partikel kasar) dan dapat dihilangkan
dengan proses sentrifugasi, sedimentasi dan filtrasi.
Secara alamiah air permukaan selalu kelihatan berwarna walaupun sebenarnya tidak
berwarna. Pada saat hujan misalnya, sungai kelihatan berwarna coklat kemerahan karena
mengandung suspensi lempung (red clay). Warna air permukaan juga dapat disebabkan
oleh air limbah industri seperti pada proses dyeing di pabrik tekstil dan pulping di pabrik
kertas, pertambangan/mining, refining/kilang minyak, industri makanan-minuman dan
kimia. Dye wastes atau dye stuff adalah penyebab warna yang sangat tinggi. Bubur kayu
(pulping wood) juga menghasilkan turunan (derivative) lignin yang tahan terhadap
pengolahan biologi (biological treatment seperti activated sludge).
Air yang berwarna karena pembusukan zat organik di rawa tidaklah beracun atau tidak
berbahaya. Dampaknya hanya pada estetika yang tidak bisa diterima oleh masyarakat
karena mereka lebih menyukai air yang tidak berwarna (colorless, non-colored water).
Warna alami air ini kuning-kecoklatan (yellow-brownish) seperti air seni (urine) sehingga
tidak disukai oleh pelanggan PDAM. Yang patut dikhawatirkan, karena PDAM
menggunakan kaporit sebagai desinfektan maka ada potensi pembentukan senyawa
CHCl3 atau chloroform atau trihalomethane penyebab kanker (carcinogenic).
Mekanisme Adsorpsi
Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan merupakan jenis adhesi
yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses ini
menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media setelah terjadi
kontak antarmuka atau bidang batas (paras, interface) cairan dengan cairan, cairan dengan
gas atau cairan dengan padatan dalam waktu tertentu. Contohnya antara lain
dehumidifikasi, yaitu pengeringan udara dengan desiccant (penyerap), pemisahan zat
yang tidak diinginkan dari udara atau air menggunakan karbon aktif, ion exchanger untuk
zat terlarut di dalam larutan dengan ion dari media exchanger. Artinya, pengolahan air
minum dengan karbon aktif hanyalah salah satu dari terapan adsorpsi.
Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga macam. Yang
pertama disebut chemisorption, terjadi karena ikatan kimia (chemical bonding) antara
molekul zat terlarut (solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat
eksotermis dan tidak dapat berbalik (irreversible). Yang kedua, adsorpsi fisika (physical
adsorption, terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya van der Waals dan yang ketiga
disebut ion exchange (pertukaran ion), terjadi karena gaya elektrostatis.
Bagaimana terjadinya fenomena adsorpsi itu? Ahli pengolahan air membagi adsorpsi
menjadi tiga langkah, yaitu (1) makrotransport: perpindahan zat pencemar, disebut juga
adsorbat (zat yang diadsorpsi), di dalam air menuju permukaan adsorban; (2)
mikrotransport: perpindahan adsorbat menuju pori-pori di dalam adsorban; (3) sorpsi:
pelekatan zat adsorbat ke dinding pori-pori atau jaringan pembuluh kapiler mikroskopis.
Ada sejumlah hal yang mempengaruhi efektivitas adsorpsi, yaitu: (1) jenis adsorban,
apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam, dll; (2) temperatur lingkungan
(udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya makin rendah; (3)
jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin mudah larut,
makin sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak terionisasi lebih mudah
diadsorpsi). Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga,
yaitu lemah (weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya
adalah klor). Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan adsorpsi
kuat (strong) terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma) dengan
struktur benzena, C6H6).
Karbon Aktif
Salah satu adsorban yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum (juga air limbah)
adalah karbon aktif atau arang aktif. Arang ini digunakan untuk menghilangkan bau,
warna, dan rasa air termasuk ion-ion logam berat. Karena merupakan fenomena
permukaan maka semakin luas permukaan kontaknya makin tinggilah efisiensi
pengolahannya. Syarat ini dapat dipenuhi oleh arang yang sudah diaktifkan sehingga
menjadi porus dan kaya saluran kapiler. Yang belum aktif, ruang kapilernya masih
ditutupi oleh pengotor berupa zat organik dan anorganik.
Bagaimana proses pembuatannya? Tahap pertama, buatlah arang misalnya dari
tempurung kelapa (arang batok, Cocos nucifera), kayu, batubara, merang, sekam, atau
serbuk gergaji. Arang ini kemudian diaktifkan dengan cara pemanasan pada kondisi
sedikit oksigen agar hidrokarbonnya lepas. Hasilnya berupa arang yang sangat porus
sehingga luas permukaannya besar. Setelah itu barulah digunakan untuk mengolah air
minum atau air buangan, misalnya memisahkan pencemar organik dan inorganik seperti
air raksa, krom, atau untuk deklorinasi (pengurangan klor di dalam air).
Relatif mudah membuat filter arang aktif ini. Penjual filter skala rumah tangga di kota
dan desa sudah biasa membuatnya bahkan tanpa berlatar pendidikan teknik. Hanya perlu
keterampilan dan tahu sedikit tentang fungsi arang aktif dan kapan harus diganti. Bahkan
penjual filter ini bisa memiliki pelanggan setia untuk reparasi dan perawatan filter yang
dibeli oleh warga. Selain menggunakan arang butir (granular) berdiameter 0,3 - 0,5 mm
atau 1 – 2 mm, arang bubuk, serbuk atau tepung (powder) pun dapat diterapkan.
Variasi Teknologi
Teknologi sederhana dalam penerapan arang aktif dengan cara pembubuhan. Arang
bubuk dimasukkan ke dalam air yang diolah setelah dibuatkan suspensinya. Proses
adsorpsi terjadi cepat apabila zat yang diadsorpsi berada di dekat arang aktif. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memperkecil diameter karbon, menjadi 50 mikron lalu
diaduk. Apabila pengolahan airnya menggunakan slow sand filter (SSF), pembubuhan
arang dilakukan sebelum unit filter. Menurut Nur Muhammad et.all, SSF efektif untuk
menghilangkan logam berat (heavy metal) (International Conference on Water Supply
and Sanitation, Durban, South Africa, 1997). Jika ada proses koagulasi – flokulasi,
pembubuhan dilakukan sesudah koagulator agar serbuk arangnya bersatu dengan flok di
dalam flokulator kemudian diendapkan di sedimentor.
Lain halnya pada unit filter arang butir (granular activated carbon). Unit ini berupa filter
berbentuk kolom dengan variannya seperti pada Gambar 1. Penjelasannya sbb: (1) media
statis tunggal (single fixed bed); media arang dipasang dalam bentuk satu tabung saja.
Cara ini rendah efisiensinya. (2) media statis seri (fixed bed in series); efisiensinya sudah
meningkat. Makin banyak unit yang dipasang makin besarlah efisiensinya. (3) media
dinamis (moving, pulse, fluidized, dispersed bed); arang bergerak dinamis di seluruh
bagian kolomnya sehingga adsorpsinya besar. (4) media statis paralel (fixed bed in
parallel); cara ini ditempuh untuk menghasilkan debit yang besar dalam tempo singkat.
Kualitas air olahannya tak jauh beda dengan media statis tunggal. (5) media ekspansi
(upflow expanded bed); disusun secara seri dengan aliran ke atas dan waktu operasinya
lebih lama.
Masalah utama yang muncul pada varian filter karbon aktif statis tersebut ialah sumbatan
(clogging) akibat suspensi yang ada di dalam air. Untuk menanggulanginya biasanya unit
ini dilengkapi dengan pencuci permukaan media (surface washer) dengan air dan udara.
Namun tipe expanded dan fluidized bed, yaitu aliran dari bawah ke atas bisa mencegah
potensi penyumbatan dengan pengaturan kecepatan aliran airnya. Variasi lainnya dengan
mode operasi yang berbeda dapat saja bermunculan seiring dengan penelitian terbaru di
bidang teknologi adsorpsi ini.*
Pengambilan Sampel
Pemakaian Adsorben
Prosedur
Prosedur praperlakuan untuk contoh ditunjukkan berikut ini. Adsorben dalam tabung
dipindahkan ke botol kecil (berukuran isi kurang dari 5 ml). Beberapa ml isi larutan
seperti karbon disulfida ditambahkan kedalam botol untuk mengekstraksi polutannya,
kemudian botolnya ditutup dengan penutup yang dihubungkan dengan penyekat.
Beberapa mikro liter bagian dari ekstraksi dianalisa menggunakan instrumen analisis.
Kromatogram
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan suatu fasa tertentu (gas, cair) pada permukaan
adsorben yang berupa padatan.
Terjadi karena gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan
permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka
substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Physisorption ini memiliki gaya
tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil.
Contoh :
Adsorpsi oleh karbon aktif. Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang tinggi akan
menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Semakin
besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat pada
permukaan media adsorpsi.
Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia antara substansi terlarut dalam
larutan dengan molekul dalam media. Contoh : Ion exchange
Adsorbat
Adsorben
Karakteristik Adsorben
Adsorben yang biasa digunakan berbentuk butiran, batangan, batu dengan diameter 0,5
sampai 10 mm. untuk pemakaian yang terus menerus diperlukan adsorben yang tahan
terhadap suhu tinggi, tahan abrasi dan panas. Pada kebanyakan industri adsorben dibagi
menjadi 3 kelas:
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut:
• Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi.
Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari
adsorben
• Jenis adsorbat
o Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan
adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar)
memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibdaningkan
molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar);
o Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan
adsorpsi
o Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorb
dibdaningkan rantai yang lurus.
• Struktur molekul adsorbat
semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben
• Temperatur
o pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap
adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka
o pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga
kemampuan penyerapannya menurun
• pH
• Kecepatan pengadukan
• Waktu Kontak
Isotherm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk
menjelaskan isoterm adsorpsi.
1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa:
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu
molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-
molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.
Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut:
selalu ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorpsi tidak inert dan
mekanisme adsorpsi pada molekul pertama sangat berbeda dengan mekanisme pada
molekul terakhir yang teradsorpsi.
1. http://www.newworldencyclopedia.org/entry/
Adsorption.htm
3. BUDI SETYA ., 2008. “Perbedaan adsorpsi fenol arang tempurung kelapa dengan
arang Sono”. Laporan hasil penelitian, STIKES Surya Mitra Husada, Kediri