Professional Documents
Culture Documents
Bank Indonesia :
Bank Sentral Republik Indonesia
Oleh : F.X. Sugiyono dan Ascarya
1
Sebagaimana yang dikatakan oleh Feliciano R Fajardo dan Manuel M Manansala,
di buku Central Banking, Navotas Press, Navotas, Metro Manila, 1994, hal.19.
3
Secara umum dapat disimpulkan bahwa bank sentral merupakan
suatu lembaga yang bertugas untuk mengawasi (mengontrol) sistem
keuangan dan perbankan. Dalam perkembangannya peranan dan
fungsi bank sentral telah mengalami evolusi dari yang semula hanya
sebagai bank sirkulasi menuju ke bank sentral yang mempunyai
fungsi sebagai pengatur dan pengawas kebijakan moneter, perkreditan
dan perbankan. Dengan demikian, secara lebih rinci peran bank
sentral selain sebagai bankers’ bank yaitu sebagai sumber dana bagi
bank-bank dan lender of last resort yaitu sumber dana pinjaman
terakhir bagi bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas, juga
berperan sebagai penjaga stabilitas moneter melalui membuat dan
melaksanakan kebijakan-kebijakan moneter, termasuk mengatur,
mengawasi serta mengendalikan sistem moneter. Untuk dapat
melaksanakan perannya, bank sentral mempunyai bererapa
kewenangan antara lain (1) mengedarkan uang sekaligus mengatur
jumlah uang beredar, (2) membina dan mengawasi kegiatan
perbankan, (3) mengembangkan sistem perkreditan.
Boks 1:
Bank Sentral dan Fungsinya
4
Bank sentral mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi
makroekonomi dan fungsi mikroekonomi (Capie, 1994). Fungsi
makroekonominya adalah untuk menjaga kestabilan harga, yang
berarti pengendalian inflasi dan pengendalian nilai tukar (fungsi
sebagai otoritas moneter). Fungsi mikroekonominya adalah untuk
menjaga kestabilan sistem perbankan, yang berarti mengatur dan
mengawasi bank. Chandavarkar (1996) menambahkan lagi satu
fungsi bank sentral untuk mencapai tujuan strategis jangka panjang
dengan mengembangkan sitem pembayaran dan infrastruktur
keuangan.
5
Bentuk dari bank sentral ini, selain yang umum dijumpai, ada
yang dinamakan currency boards. Bank sentral pada umumnya
memiliki fungsi sebagai otoritas moneter ditambah dengan sebagian
atau seluruh fungsi lainnya. Sementara itu, currency boards pada
umumnya merupakan otoritas moneter yang tidak mempunyai
diskresi dalam kebijakan moneternya, seperti di Hong Kong dan
Brunei. Negara kecil atau negara yang baru berdiri pada umumnya
mendirikan currency boards dulu sebelum berkembang sepenuhnya
menjadi bank sentral.
6
pembentukan bank sentral penuh dalam perekonomian yang
berorientasi pasar.
2
Prawiroardjo, Priasmoro. “Perbankan Indonesia 40 Tahun,” dalam Esmara,
Hendra (ed). Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan, PT Gramedia,
Jakarta, 1987.
8
Sejak keberadaan Bank Indonesia sebagai bank sentral sesuai UU
No.11 tahun 1953, yaitu setelah dilakukannya nasionalisasi de
Javasche Bank, hingga tahun 1968, peranan pokok Bank Indonesia
selain menjaga stabilitas moneter, mengedarkan uang dan
mengembangkan sistem perbankan juga masih merangkap sebagai
bank komersial. Namun demikian, tanggungjawab kebijakan moneter
berada di tangan Pemerintah melalui pembentukkan Dewan Moneter
yang tugasnya menentukan kebijakan moneter yang harus
dilaksanakan oleh Bank Indonesia, memberikan petunjuk kepada
direksi Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai mata uang,
memajukan perkembangan perkreditan dan perbankan. Kesemuanya
ini merupakan konsekuensi dari kedudukan Bank Indonesia pada
periode tersebut yaitu sebagai bagian dari Pemerintah.
11
Gambar 1
MPR
(1) (2) (3)
)
Sumber: DidikJ. Rachbini, hal 166 (diolah
Informasi tertulis
(1) Laporan perkembangan pelaksanaan tugas dan wewenang
(2) BI menyampaikan laporan keuangan dan BPK memeriksa BI
12
Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia
Sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya, sebelum Undang-
undang No.23/1999 tentang Bank Indonesia diberlakukan, nuansa
Bank Indonesia sebagai bank sentral yang membantu (sebagai bagian
dari) Pemerintah sangat kental. Hal ini tercermin pada kebijakan yang
dilaksanakan Bank Indonesia merupakan hasil perumusan Dewan
Moneter yang diketuai oleh Menteri Keuangan. Sementara itu
Gubernur Bank Indonesia merupakan anggota kabinet yang diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden. Keterbatasan wewenang Bank
Indonesia dalam menetapkan kebijakan dan kekurangtegasan dalam
pembagian tugas dan tanggung jawab antara Bank Indonesia dan
Pemerintah ini telah mengakibatkan kurang efektifnya langkah-
langkah yang ditempuh oleh Bank Indonesia. Ketidakjelasan tugas
yang harus dilakukan oleh Bank Indonesia ini tercermin pada
penetapan tugas-tugas pokok Bank Indonesia sesuai yang ditetapkan
undang-undang yaitu (1) mengatur dan memelihara kestabilan nilai
rupiah, (2) mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
13
seharusnya dilakukan oleh Pemerintah. Langkah awal tersebut harus
berupa pemberian independensi kepada Bank Indonesia sehingga
Bank Indonesia dapat menetapkan dan melaksanakan kebijakan untuk
mencapai tujuan yang harus dicapai sebagai lembaga Bank Sentral.
Tujuan
14
Implikasi dari terfokusnya dan spesifiknya tujuan Bank
Indonesia, secara makro Bank Indonesia harus mengarahkan
kebijakan untuk menyeimbangkan kondisi ekonomi internal,
khususnya keseimbangan antara permintaan dan penawaran agregat,
dengan kondisi eksternal yaitu neraca pembayaran. Perwujudan
keseimbangan internal adalah menjaga agar inflasi berada pada
tingkat yang rendah, sementara dari sisi eksternal harus dijaga agar
fluktuasi nilai rupiah tidak terlampau tajam sehingga nilai rupiah
cukup kuat dan stabil. Selain itu, dengan ditetapkannya tujuan tunggal
ini, sasaran dan batas tanggung jawab Bank Indonesia akan semakin
jelas. Demikian juga tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia
akan lebih transparan dan mudah diukur.
Tugas
16
Gambar 2
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
17
Dalam pelasanaannya kebijakan moneter tidak dapat dilepaskan
dari perkembangan nilai tukar, sistem devisa dan pengaturan
lalulintas devisa. Oleh karena itu, sesuai undang-undang Bank
Indonesia telah diberi kewenangan dalam melaksanakan kebijakan
nilai tukar berdasarkan nilai tukar yang telah ditetapkan sesuai dengan
sistem nilai tukar yang dianut. Dalam pelaksanaannya, Bank
Indonesia antara lain dapat melakukan :
- Devaluasi atau revaluasi terhadap mata uang asing pada saat
sistem nilai tukar yang dianut adalah nilai tukar tetap
- Intervensi pasar pada sistem nilai tukar yang dianut adalah
nilai tukar megambang
- Penetapan nilai tukar harian dan lebar pita intervensi pada
saat sistem nilai tukar yang dianut adalah mengambang
terkendali
Dalam praktek ketiga asas tersebut sulit untuk dicapai pada saat
yang bersamaan, bahkan antara ketiga asas tersebut saling
bertentangan. Sebagai contoh, untuk mencapai azas likuiditas, maka
asas keuntungan, sedikit atau banyak harus dikorbankan. Oleh karena
itu perlu dicari suatu kombinasi yang optimum dari penerapan ketiga
18
asas tersebut, sehingga tujuan dari pengelolaan cadangan devisa dapat
dicapai.
19
Dalam kaitan ini Bank Indonesia mempunyai kewenangan untuk
memberikan ijin persetujuan dan penyelenggaraan sistem pembayaran
serta kewenangan untuk mewajibkan penyelenggara sistem
pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya. Dari aspek
kelembagaan, Bank Indonesia mempunyai kewenangan mengatur
sistem kliring dan menyelenggarakan kliring antarbank, serta
menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran
antarbank baik dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing. Dalam
hal penyelenggaraan kegiatan kliring selain dapat dilakukan oleh
Bank Indonesia, dapat juga dilakukan oleh pihak lain atas persetujuan
Bank Indonesia.
20
Sementara itu, terdapat pula beberapa negara yang pengawasan
banknya dilakukan oleh bank sentral bersama dengan lembaga
lainnya. Beberapa negara yang menggunakan kebijakan tersebut
antara lain Amerika Serikat, Finlandia dan Jerman. Di Amerika
Serikat pemeriksaan bank dilakukan oleh Bank Sentral Amerika
Serikat yaitu Federal Reserve System bekerja sama dengan Office of
the Controller of the Currency, State Government dan Federal
Deposit Insurance Corporation (FDIC), dengan pembagian tugas
pengawasan yang berbeda. Di Finlandia pengawasan bank selain
dilakukan oleh bank sentral Finlandia yaitu Bank of Finland bekerja
sama dengan The Bank Inspectorate. Hal yang sama dilakukan oleh
bank sentral Jerman yaitu Bundesbank, melakukan pengawasan bank
bersama Bundesaufsichtsamt fur das Kreditwesen.
21
pengawasan dan pengaturan perbankan tersebut dapat berjalan efetif
maka tugas tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
- Melaksanakan ketentuan prinsip kehati-hatian (prudential)
secara efektif dan sekaligus melaksanakan prinsip keterbukaan
(disclosure) yang lebih luas bagi masyarakat tentang kondisi
masing-masing bank.
- Menyehatkan kegiatan operasional di bidang finansial
perbankan melalui program-program penyehatan/restrukturisasi
perbankan dan peningkatan fungsi intermediasi.
- Memantapkan sistem pengawasan bank, baik pengawasan
langsung maupun tidak langsung.
- Meningkatkan mutu pengelolaan perbankan, untuk
memantapkan ketahanan sistem perbankan.
22
- Penyertaan Bank Indonesia pada perusahaan lain dibatasi
hanya pada perusahaan yang menunjang pelaksanaan tugas.
23
Hubungan Dengan Pemerintah
Menilik pada tujuan dan tugas Bank Indonesia, terdapat banyak
keterkaitan dengan kepentingan Pemerintah. Disatu sisi bank
Indonesia sebagai otoritas moneter dan bertugas mengatur kebijakan
sektor moneter, sementara Pemerintah mengatur kebijakan sektor
fiskal. Baik secara teori maupun dalam pelaksanaan kedua sektor
tersebut saling terdapat keterkaitan dalam mencapai sasaran secara
nasional berupa pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh dalam
penentuan laju inflasi kedua instansi akan saling tergantung agar
target atau sasaran yang ditentukan dapat tercapai.
24
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan
atau kebijakan Pemerintah lainnya yang terkait dengan tugas dan
wewenang Bank Indonesia, Bank Indonesia dapat memberikan
pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah.
Hubungan Internasional
Sekilas Tentang Hubungan Internasional yang Dilakukan oleh
Bank Sentral
Hubungan atau kerja sama internasional yang dijalin oleh bank sentral
pada umumnya ada dua jenis, yaitu:
1. Kerjasama yang dilakukan atas nama bank sentral
sendiri dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya, seperti
keanggotaan bank sentral di South East Asia Central Bank
(SEACEN) dan
2. Kerjasama yang dilakukan untuk dan atas nama
negaranya masing-masing, seperti keanggotaan suatu negara di
25
lembaga keuangan internasional seperti International Monetary
Fund (IMF).
Dewan Gubernur
Pada umumnya bank sentral dipimpin oleh seorang gubernur,
presiden, chairmain atau sebutan lainnya, dilengkapi dengan satu atau
lebih wakil dan sejumlah anggota Dewan Gubernur atau Executive
Board, Policy Board atau sebutan lainnya. Sebagai contoh, Bank of
Japan memiliki seorang Gubernur, 2 (dua) Deputi Gubernur dan 6
(enam) anggota Policy Board. The Bundesbank memiliki seorang
presiden, seorang wakil dan 6 (enam) anggota Executive Board. The
Federal Reserve Sistem (FedRes) memiliki seorang Chairman,
seorang wakil dan 5 (lima) anggota Dewan Gubernur. Sementara itu
European Central Bank (ECB) memiliki seorang Presiden, seorang
wakil dan 4 (empat) anggota Executive Board.
3
Anggota group bisa negara bisa juga lembaga multilateral. Meskipun anggota
bertambah, namanya tetap G20. Demikian pula untuk G15 dan G24.
27
(2000) masa jabatan Dewan Gubernur yang pendek dengan
kemungkinan diangkat kembali akan membuat bank sentral lebih
akuntable tetapi menurunkan independensinya. Sementara itu masa
jabatan Dewan Gubernur yang panjang tetapi tidak bisa diangkat
kembali akan menurunkan akuntabilitas bank sentral namun akan
meningkatkan independensinya. Sebagai contoh, Dewan Gubernur
FedRes mempunyai masa jabatan 14 (empat belas) tahun dan tidak
dapat diangkat kembali. Dua dari anggota Dewan Gubernur dipilih
sebagai Chairman dan wakil untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan
dapat diangkat kembali selama masih dalam masa jabatan 14 (empat
belas) tahun sebagai anggota Dewan Gubernur. Semua anggota
Executive Board (termasuk Presiden dan wakilnya) dari ECB
mempunyai masa jabatan 8 (delapan) tahun dan tidak dapat diangkat
kembali.
4
The Governing Council terdiri dari anggota Executive Board dan pimpinan bank
sentral dari ke 12 anggota ECB.
28
yang diambil. Hal ini akan menurunkan independensi bank sentral
yang bersangkutan. Sedangkan apabila kedudukan Gubernur berada
diluar Pemerintah, maka Pemerintah tidak dapat mempengaruhi
kebijakan yang diambil. Hal ini akan meningkatkan independensi
bank sentral yang bersangkutan.
30
Gambar 3
Susunan Dewan Gubernur Bank Indonesia
Gubernur
Deputi
Gubernur
Senior
31
Independensi
Masalah mengenai independensi bank sentral telah ada semenjak
bank sentral pertama berdiri. David Ricardo telah menyuarakan
otonomi bank sentral dari Pemerintah dan pelarangan bank sentral
untuk membiayai defisit anggaran belanja Pemerintah pada tahun
1824 (Fraser5, 1994). Isu mengenai independensi bank sentral sangat
penting karena stabilitas harga, yang berarti laju inflasi yang rendah
dan stabil, secara umum dianggap sebagai suatu hal yang baik, dan
bank sentral yang independen dapat membantu untuk mencapainya.
5
B.W. Fraser adalah mantan Gubernur Bank Sentral Australia (Reserve Bank of
Australia).
6
Laurence H. Meyer adalah mantan anggota Dewan Gubernur Bank Sentral AS (The
Federal Reserve Sistem/FED).
32
Sementara itu Grilli et.al. (1991) dan Elgie (1995) membagi
independensi bank sentral kedalam “political independence” dan
“economic independence.”
1. Political independence artinya kemampuan bank
sentral untuk menetapkan tujuan-tujuan/keputusan
kebijakannya yang bebas dari pengaruh Pemerintah.
2. Economic independence artinya kemampuan bank
sentral untuk menggunakan semua instrumen kebijakan
moneter yang tersedia secara bebas, tanpa batasan-batasan dari
Pemerintah, untuk mencapai tujuan-tujuannya. Termasuk dalam
political independence adalah pengusulan, pengangkatan,
pemberhentian, kualifikasi, masa jabatan, pengangkatan
kembali dan jabatan lain dari Gubernur, wakil dan anggota
Dewan Gubernur, serta proses pengambilan keputusan yang
meliputi pembuatan keputusan, ada/tidaknya instruksi dari
Pemerintah, ada/tidaknya hak veto dari wakil Pemerintah,
penetapan penghasilan Dewan Gubernur dan kepemilikan
modal bank setral.
7
T.T. Mboweni adalah Gubernur Bank Sentral Afrika Selatan.
33
1. Functional independence, berarti hak untuk
memutuskan segala hal yang berkaitan dengan kebijakan
moneter dan kestabilan harga,
2. Personnel independence, meliputi pemilihan dan
pengangkatan anggota Dewan Gubernur dengan kompetensi
profesional tinggi dan tanpa kewajiban untuk condong pada
tekanan-tekanan politik atau lainnya,
3. Instrumental independence, berarti bank sentral
memiliki kontrol terhadap instrumen-instrumen yang
mempengaruhi proses inflasi, termasuk larangan pembiayaan
langsung defisit Pemerintah, dan
4. Financial independence, yang menuntut bank sentral
untuk memiliki akses sendiri terhadap sumber finansial yang
cukup dan memiliki kontrol penuh terhadap anggarannya
(budget) sendiri.
1. Kelebihan
a. Kekuasaan untuk membelanjakan uang seharusnya dipisahkan
dari kekuasaan untuk mencetak uang.
b.Sejumlah studi telah membuktikan adanya korelasi negatif antara
independensi bank sentral dan inflasi jangka panjang maupun
variasinya.
c. Sejumlah studi telah membuktikan adanya korelasi negatif antara
independensi bank sentral dan defisit anggaran belanja jangka
panjang.
d. Riset membuktikan bahwa dalam jangka panjang inflasi yang
rendah tidak menghambat pertumbuhan ekonomi.
2. Kekurangan
34
a. Korelasi negatif antara independensi bank sentral dan inflasi tidak
membuktikan hubungan kausalitas dari independensi bank
sentral ke laju inflasi yang rendah.
b.Kebijakan moneter merupakan bagian dari kebijakan ekonomi
secara keseluruhan, sehingga tidak ada artinya untuk
memisahkan kebijakan fiskal, moneter, ketenagakerjaan,
perdagangan atau kebijakan lainnya.
c. Argumen politis menyatakan bahwa menyerahkan keputusan
mengenai suku bunga, nilai tukar, efisiensi dari sistem finansial
dan hal-hal moneter lainnya kepada pejabat yang diangkat tidak
melalui pemilihan (unelected officials), merupakan tindakan
yang tidak demokratis, sehingga konsep tentang otonomi bank
sentral tidak dapat diterima.
35
adalah bank sentral Republik Indonesia yang mempunyai status dan
kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen, seperti
yang diinginkan oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara lima puluh tahun
yang lalu, meskipun tidak mutlak karena sesungguhnya tidak ada
bank sentral di dunia yang independen mutlak.
36
Dengan mengikuti klasifikasi Fraser (1994) atau Meyer (2000),
Bank Indonesia memiliki instrument independent karena Bank
Indonesia memiliki ruang lingkup/wewenang yang cukup dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
Sementara itu, Bank Indonesia tidak memiliki goal independent
karena Bank Indonesia tidak menetapkan sendiri tujuan yang akan
dicapai, melainkan tujuan tersebut telah dituangkan dalam Pasal 7 UU
tentang Bank Indonesia No.23 tahun 1999 yaitu untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal ini sejalan dengan
kecenderungan independensi bank sentral di seluruh dunia, meskipun
dengan derajat independensi yang berbeda-beda.
Boks2:
Perbandingan Tingkat Independensi Bank Indonesia
1968 - 1999
Seperti yang telah disebutkan dalam sub-bab Tugas, UU tentang Bank
Indonesia No.23 tahun 1999 secara tegas telah memberikan landasan
bagi independensi Bank Indonesia dalam menetapkan target-target
37
yang akan dicapai dan dalam menggunakan berbagai instrumen
kebijakan yang ditujukan untuk mencapai target yang ditetapkan yaitu
memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk dapat mengetahui seberapa
independen Bank Indonesia saat ini dibandingkan sebelumnya, secara
teoritis dapat dilakukan penghitungan sesuai dengan pendekatan yang
dilakukan oleh Robert Elgie (1995). Pendekatan Elgie selengkapnya
dapat dilihat di Lampiran 1.
38
No.13 tahun 1968 membatasi economic independence Bank
Indonesia.
39
Lampiran 2 menjabarkan secara rinci perhitungan independensi
Bank Indonesia tahun 1968 dan 1999. Dari hasil perhitungan tingkat
independensi Bank Indonesia dengan UU No.13 tahun 1968 adalah
0.45, sedangkan tingkat independensi dengan UU No.23 tahun 1999
adalah 0.87. Sehingga UU baru mencerminkan peningkatan signifikan
independensi Bank Indonesia dari Pemerintah. Tentunya, angka-
angka diatas tidak mempunyai arti seperti yang tertera. Secara teoritis
dapat disimpulkan bahwa Bank Indonesia relatif lebih independen
berdasarkan UU baru dibanding berdasarkan UU lama.
8
William Poole adalah Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis (Distrik ke-8
Federal Reserve).
40
3. Operational transparency diperlukan untuk
mengetahui kendala-kendala proses dalam pencapaian suatu
kebijakan.
Sementara itu akuntabilitas bank sentral dapat dilihat dari dua hal
utama (Meyer,2000), yaitu:
1. Tujuan.
Tujuan tunggal (kestabilan harga) akan membuat bank sentral
lebih akuntabel dibandingkan dengan yang mempunyai tujuan
ganda karena selalu ada konflik yang pada gilirannya akan
diperlukan trade-offs, sehingga tidak jelas pengukurannya.
2. Proses pengangkatan kembali Dewan Gubernur.
Masa jabatan Dewan Gubernur yang pendek dengan
kemungkinan diangkat kembali akan membuat bank sentral lebih
akuntable. Sementara itu masa jabatan Dewan Gubernur yang
panjang tetapi tidak bisa diangkat kembali akan menurunkan
akuntabilitas bank sentral.
41
DPR setiap triwulan atau sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR. Hal
ini sejalan dengan fungsi pengawasan yang diemban oleh DPR.
42
Lampiran 1
Organisasi Keterangan
(tahun berdiri, (sekilas mengenai organisasi)
keanggotaan)
43
Atas nama Pemeritah ASEAN merupakan asosiasi negara-negara di kawasan Asia
Sebagai Anggota Tenggara yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi, perkembangan sosial dan pembangunan kultural
ASEAN di kawasan ini. Selain itu juga untuk mendorong stabilitas
- Agustus 1967 ekonomi dan politik dikawasan ini dan memecahkan
- 10 negara berbagai isu yang ada dalam kawasan ini. Kesemuanya itu
untuk mencapai masyarakat yang damai dan sejahtera di
kawasan Asia tenggara.
44
Merupakan agen pembangunan yang bertujuan untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi dan perkembangan
sosial dari negara anggotanya dan komunitas muslim, baik
IDB secara individu maupun kelompok, sesuai dengan prinsip-
- Juli 1975 prinsip syariah islam. Dalam rangka mencapai tujuan, IDB
- 54 negara anggota berpartisipasi dalam modal ekuitas (equity capital) dan
OIC pemberian pinjaman untuk proyek-proyek produktif dan
untuk perusahaan-perusahaan, selain juga menyediakan
bantuan keuangan kepada negara-negara anggotanya dalam
bentuk lain untuk pembangunan ekonomi dan sosial.
45
internasional yang juga dibentuk sesuai kesepakatan Bretton
World Bank/IBRD Woods tahun 1944 yang merupakan sumber terbesar
- Juli 1944 didunia untuk bantuan pembangunan. Indonesia bergabung
- 184 negara April 1967. Bank Dunia bukanlah sebuah bank seperti pada
umumnya melainkan sebuah agen pembangunan khusus
dari PBB yang terdiri dari lima organisasi yaitu IBRD
(International Bank for Reconstruction and Development),
IDA (International Development Association), IFC
(International Finance Corporation), MIGA (Multilateral
Investment Guarantee Agency) dan ICSID (International
Centre for Settlement of Investment Disputes). Pada
perkembangannya, Bank Dunia menjadi nama yang
digunakan untuk IBRD dan IDA.
46
untuk mendorong investasi asing langsung (foreign direct
MIGA investment) di negara-negara berkembang untuk
- 1988 meningkatkan tingkat kehidupan masyarakat dan
- 157 negara anggota mengurangi kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut
IBRD. MIGA menawarkan political risk insurance/guarantees
kepada para investor dan pemberi pinjaman, dan juga
membantu negara-negara berkembang untuk menarik dan
menjaga investasi swasta.
47
Lampiran 2
48
indikator tersebut berkaitan dengan pembatasan bank sentral untuk
memberi pinjaman kepada Pemerintah. Sementara itu Elgie
merangkum kedelapan indikator tersebut kedalam satu indikator.
Sehingga secara keseluruhan Elgie memiliki sekumpulan indikator
“economic independence” yang akan dapat memberikan gambaran
yang lebih lengkap. Secara keseluruhan, metodologi yang
disempurnakan ini mencakup indikator-indikator political dan
economic independence yang jauh lebih komprehensif.
Political independence
(bobot keseluruhan 0.50)
(i) Gubernur
(bobot 0.30)
(a) Pengangkatan
1.00 Pengangkatan oleh bank sentral sendiri
0.75 Pengangkatan dengan campur tangan bank sentral
0.50 Pengangkatan oleh pihak eksekutif dan legislatif
0.25 Pengangkatan oleh pihak eksekutif secara kolektif
0.00 Pengangkatan oleh pimpinan eksekutif secara pribadi
(b) Pengusulan
1.00 Pengangkatan oleh bank sentral sendiri
0.75 Pengangkatan dengan campur tangan bank sentral
0.50 Pengangkatan oleh pihak eksekutif dan legislatif
0.25 Pengangkatan oleh pihak eksekutif secara kolektif
0.00 Pengangkatan oleh pimpinan eksekutif secara pribadi
(c) Kualifikasi
1.00 Beberapa kualifikasi diperlukan
0.00 Kualifikasi tidak diperlukan
49
(e) Pemberhentian
1.00 Keamanan penuh masa jabatan
0.75 Pemberhentian dengan campur tangan bank sentral
0.50 Pemberhentian oleh pihak eksekutif dan legislatif
0.25 Pemberhentian oleh pihak eksekutif secara kolektif
0.00 Pemberhentian oleh pimpinan eksekutif secara pribadi
(ii) Sub-gubernur
(bobot 0.20)
(a) Pengangkatan
1.00 Pengangkatan oleh bank sentral sendiri
0.75 Pengangkatan dengan campur tangan bank sentral
0.50 Pengangkatan oleh pihak eksekutif dan legislatif
0.25 Pengangkatan oleh pihak eksekutif secara kolektif
0.00 Pengangkatan oleh pimpinan eksekutif secara pribadi
(b) Pengusulan
1.00 Pengangkatan oleh bank sentral sendiri
0.75 Pengangkatan dengan campur tangan bank sentral
0.50 Pengangkatan oleh pihak eksekutif dan legislatif
0.25 Pengangkatan oleh pihak eksekutif secara kolektif
0.00 Pengangkatan oleh pimpinan eksekutif secara pribadi
(c) Kualifikasi
1.00 Beberapa kualifikasi diperlukan
0.00 Kualifikasi tidak diperlukan
(a) Pengangkatan
1.00 Pengangkatan oleh bank sentral sendiri
0.75 Pengangkatan dengan campur tangan bank sentral
0.50 Pengangkatan oleh pihak eksekutif dan legislatif
0.25 Pengangkatan oleh pihak eksekutif secara kolektif
0.00 Pengangkatan oleh pimpinan eksekutif secara pribadi
(b) Pengusulan
1.00 Pengangkatan oleh bank sentral sendiri
0.75 Pengangkatan dengan campur tangan bank sentral
0.50 Pengangkatan oleh pihak eksekutif dan legislatif
0.25 Pengangkatan oleh pihak eksekutif secara kolektif
0.00 Pengangkatan oleh pimpinan eksekutif secara pribadi
(c) Kualifikasi
1.00 Beberapa kualifikasi diperlukan
51
0.00 Kualifikasi tidak diperlukan
(e) Pemberhentian
1.00 Keamanan penuh masa jabatan
0.75 Pemberhentian dengan campur tangan bank sentral
0.50 Pemberhentian oleh pihak eksekutif dan legislatif
0.25 Pemberhentian oleh pihak eksekutif secara kolektif
0.00 Pemberhentian oleh pimpinan eksekutif secara pribadi
(b) Instruksi
1.00 Bank sentral tidak menerima instruksi dari Pemerintah
52
0.00 Bank sentral menerima instruksi dari Pemerintah
(d) Pendapatan
1.00 Bank sentral menetapkan sendiri pendapatannya
0.00 Pemerintah menetapkan pendapatan Dewan Gubernur
(e) Modal
1.00 Modal swasta 100%
0.50 Sebagian modal swasta
0.00 Tidak ada modal swasta
Economic independence
(bobot keseluruhan 0.50)
(i) Misi
1.00 Misi tunggal untuk menjaga kestabilan harga
0.50 Beberapa misi yang saling conflicting
0.00 Tidak ada pernyataan misi sama sekali
53
(vi) Pinjaman Pemerintah
1.00 Bank sentral dilarang memberikan pinjaman Pemerintah
0.00 Bank sentral diwajibkan memberikan pinjaman Pemerintah
(vii) Anggaran
1.00 Bank sentral berperan penting dalam proses anggaran
0.00 Pemerintah bertanggung jawab penuh mengenai anggaran
54
Lampiran 3
Penghitungan Independensi Bank Indonesia 1968 -
1999
1968 1999
Political independence
(i) Gubernur
(ii) Sub-gubernur
Economic independence
Misi 0.50 1.00
Kebijakan Moneter 0.50 1.00
Suku Bunga 0.50 1.00
Nilai Tukar 0.50 1.00
Peraturan Perbankan 1.00 1.00
Pinjaman Pemerintah 0.00 1.00
Anggaran 0.00 1.00
Total 3.00 7.00
Rata-rata 0.43 1.00
56
Daftar Pustaka
Bank Indonesia,
- Laporan Tahunan tahun 1998, Bank Indonesia,
Jakarta, 1999.
- Laporan Tahunan tahun 1999, Bank Indonesia,
Jakarta, 2000.
- Laporan Tahunan tahun 2000, Bank Indonesia,
Jakarta, 2001.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia,
Jakarta, 1999.
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun
1968 tentang Bank Sentral, Bank Indonesia, Jakarta,
1968.
- Undang- undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun
1953, Undang-undang Pokok Bank Indonesia 1953,
Lembaran Negara Nomor 40 tahun 1953.
- Bank Indonesia Homepage, di www.bi.go.id
57
Doriyanto, Triatmo dan Pranoto, M. Seto. “Central Bank
Independence and Accountability: the Case of Indonesia,”
Makalah, disampaikan pada EMEAP Central Banking Seminar,
Tokyo, 14-19 Februari, 2000.
58
Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha Indonesia.
Pengkajian Mengenai Independensi dan Akuntabilitas Bank
Sentral, 2003.
60