You are on page 1of 25

SEDIMENTASI

I. TUJUAN

1.1 Mencari konstanta Darcy

I.2 Menentukan persamaan Darcy untuk sistem pengendapan


I.3 Menentukan kualitas flokulan
I.4 Mendesain bak pengendap

II. PRINSIP

Berdasarkan pada pengendapan partikel pengotor pada air oleh Tawas atau
Al2(SO4)3 dengan penambahan basa (NaOH) dan Poliakrilamid.
III. TEORI

Sedimentasi adalah proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi


parit atau jenis erosi tanah yang lainnya. Sedimentasi umumnya mengendap di
bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan
waduk. Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari
erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan
tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen
terlarut dalam sungai (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di
dalam waduk.
Bentuk hubungan antara erosi yang berlangsung di daerah tangkapan
dan besarnya sedimen yang terukur di daerah hilir mempunyai mekanisme
kasualitas yang rumit dan belum banyak dimengerti. Uraian berikut ini merupakan
kajian tentang proses interaksi terjadinya erosi di daerah hulu dan terbentuknya
sedimen di daerah hilir.

Berdasarkan pada jenis sedimen dan ukuran partikel-partikel tanah


serta komposisi mineral dari bahan induk yang menyusunnya, dikenal bermacam
jenis sedimen seperti pasir, liat, dan lain sebagainya, tergantung dari ukuran
partikelnya, sedimen ditemukan terlarut dalam sungai atau disebut muatan
sedimen (suspended sediment) dan merayap di dasar sungai atau dikenal sebagai
sedimen merayap (bed load). Menurut ukuran, sedimen dibedakan menjadi liat
dengan ukuran partikel < 0,0039, debu dengan ukuran partikel 0,0039-0,0625,
pasir dengan ukuran partikel 0,0625-2,00, dan pasir besar dengan ukuran partikel
2,0-64,0.

Telah dikemukakan bahwa kecepatan aliran sungai lebih besar di


badan aliran sungai dibandingkan ditempat-tempat dekat dengan permukaan
tebing atau berputar-putar (turbulence flow) tenaga momentum yang diakibatkan
oleh kecepatan aliran yang tak menentu tersebut akan dipindahkan ke arah aliran
air yang lebih lambat oleh gulungan-gulungan air yang berawal dan berakhir
secara tidak menentu pula. Gulungan-gulungan aliran air ini akan mengakibatkan
terjadinya bentuk perubahan tenaga kinetis yang dihasilkan oleh adanya gerakan
aliran air sungai tersebut menjadi tenaga panas, artinya ada tenaga yang hilang
oleh adanya gulungan-gulungan air tersebut. Namun demikian, ada sebagian
tenaga kinetis yang bergerak ke dasar sungai yang memungkinkan terjadinya
gerakan partikel-partikel besar sedimen yang tinggal di dasar sungai dan dikenal
sebagai sedimen merayap (bed load).

Dengan demikian tampak bahwa perbedaan antara muatan sedimen


dan sedimen merayap adalah terletak pada cara partikel-partikel sedimen tersebut
bergerak yang ditentukan oleh besar kecilnya ukuran partikel. Lebih rinci lagi,
muatan sedimen adalah gerakan partikel-partikel tanah yang karena kecil
ukurannya dapat terlarut dalam air. Sementara jenis partikel yang lebih besar,
tidak dapat larut dalam aliran air, dan oleh karenanya mengendap di atas
permukaan tanah untuk kemudian bergerak merayap apabila tenaga pendorong
dari luar (energi kinetis) yang bekerja pada partikel tanah berukuran besar tersebut
lebih besar dari pada tenaga resisten yang bekerja pada benda tersebut.

Kecepatan transpor sedimen adalah hasil perkalian antara berat


partikel suatu benda (dalam hal ini adalah partikel sedimen) dengan kecepatan
rata-rata partikel tersebut. Tidak diketahui bahwa perkalian antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dengan jarak adalah tenaga penggerak (work).
Sementara kecepatan gerak suatu benda adalah jarak dibagi lama waktu benda
tersebut bergerak. Tenaga (penggerak) dibagi lama waktu yang diperlukan benda
bergerak dari suatu titik ke titik lainnya adalah kekuatan (power). Dengan
demikian, kekuatan yang diperlukan untuk menggerakkan suatu benda adalah
(berat kali jarak)/waktu. Laju transpor sedimen oleh karenanya ditentukan
besarnya kekuatan (penggerak) tersebut diatas. Dalam memprakirakan besarnya,
kekuatan untuk transpor sedimen ini besarnya koefisien gesekan juga perlu
diperhitungkan.

Proses yang terjadi ketika aliran air sungai mengangkut sedimen dapat
disamakan dengan alat transportasi pada umumnya yang memiliki hubungan
karakteristik sebagai berikut. Kekuatan yang tersedia di dalam aliran sungai
berasal dari gerakan massa air dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Energi potensial yang ditentukan oleh ketinggian dari titik datum atau
tinggi permukaan air laut pada dasarnya adalah energi yang berasal dari tenaga
matahari. Energi matahari ini yang akan menyebabkan berlangsungnya proses
evaporasi air dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dan oleh
adanya proses kondensasi sebagian air ditempat tersebut, air kemudian akan jatuh
sebagai hujan di daerah yang lebih tinggi dari permukaan air laut.
Oleh karena kecepatan aliran air sungai ke hilir relatif konstan,
penurunan ketinggian permukaan sungai, terutama yang terjadi secara tiba-tiba
karena adanya beda tinggi dasar sungai, dapat mengakibatkan perubahan dari
energi petensial menjadi energi kinetik yang dalam konteks transpor sedimen
energi tersebut akan hilangnya energi ini sebagian besar karena terjadinya
perubahan energi kinetik menjadi tenaga panas (dan hilang oleh proses radiasi)
oleh adanya gesekan akibat perubahan kecepatan aliran air dan sebagian lagi
dimanfaatkan untuk transpor sedimen atau pengikisan tebing sungai.

Uraian tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Muatan sedimen dan sedimen merayap secara teoritis dapat dikatakan


merupakan replikasi secara mekanik dari kekuatan atau tenaga yang timbul
oleh karena faktor-faktor karakteristik morfologi sungai.
2. Transpor sedimen berkaitan dengan pemanfaatan energi kinetik yang
tersedia dalam aliran sungai dan oleh karenanya sistem sungai dapat
dipandang sebagai alat transpor sedimen.
3. Kekuatan aliran sungai secara teoritis mampu jadi alat transpor sedimen
dan secara sederhana dapat ditunjukkan sebagai hasil perkalian antara debit
sungai dan kemiringan permukaan air sungai dengan suatu angka tetapan,
yaitu berat jenis air.

Begitu sedimen memasuki badan sungai, maka berlangsunglah


transpor sedimen. Kecepatan transpor sedimen merupakan fungsi dari kecepatan
aliran sungai dan ukuran partikel sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil seperti
tanah liat dan debu dapat diangkut aliran air dalam bentuk terlarut (wash load).
Sedang partikel yang lebih besar, antara lain, pasir cenderung bergerak dengan
cara melompat. Partikel yang lebih besar dari pasir, misalnya kerikil (gravel)
bergerak dengan cara merayap atau menggelinding di dasar sungai (bed load).

Besarnya ukuran sedimen yang terangkut aliran air ditentukan oleh


interaksi faktor-faktor sebagai berikut : ukuran sedimen yang masuk ke badan
sungai/salurai air, karakteristik saluran, debit, dan karakteristik fisik partikel
sedimen. Besarnya sedimen yang masuk sungai dan besarnya debit ditentukan
oleh faktor iklim, topografi, geologi, vegetasi dan cara bercocok tanam di daerah
tangkapan air yang merupakan asal datangnya sedimen. Sedang karakteristik
sungai yang penting terutama bentuk morfologi sungai tingkat kekasaran dasar
sungai dan kemiringan sungai. Interaksi dari masing-masing faktor tersebut di atas
akan menentukan jumlah dan tipe sedimen serta kecepatan transpor sedimen.

Sedimentasi (pengendapan) adalah proses yang paling umum


dilakukan untuk memisahkan padatan terendapkan dari limbah industri atau
buangan dari rumah tangga. Sedimentasi merupakan proses yang telah secara luas
diterapkan untuk penanganan limbah dan air untuk industri atau air minum.
Limbah air banyak mengandung padatan yang sangat bervariasi dalam densitas
dan karakteristik pengendapannya.

Penjernihan dengan tangki atau ruang pengendap disebut juga


sedimentasi dengan bantuan gaya berat terutama diterapkan pada campuran
cair/padat, cair/cair, gas/padat, dan gas/cair. Alat sederhana ini hanya dapat
dimanfaatkan secara ekonomis bila partikel-partikel yang berat dan besar dapat
dipisahkan. Seringkali partikel dalam campuran tidak berada pada kondisi seperti
itu, sehingga proses pemisahan perlu diperbaiki dengan terlebih dahulu membuat
agromelar dari partikel-partikel tersebut. Alat pengendap yang paling sering
digunakan ialah: ruang pengendap dan bejana pengendap.

Penjerihan adalah pemisahan bahan secara mekanik berdasarkan


perbedaan kerapatanya dengan memanfaatkan pengaruh berat atau gaya
sentrifugal disamping metode penjernihan langsung ini masih ada proses lain yang
tidak langsung yang melibatkan gaya-gaya tambahan. Pada proses pengapungan
misalnya ada penambahan aliran dan pembasahan, pada pemisahan benmda asing
ada penambahan gaya magnetic. Metode penjernihan sangat banyak digunakan,
antara lain untuk maksud-maksud berikut ini:
- memisahkan suatu bahan padat dari bahan padat lain atau dari cairan
- memisahkan cairan atau gas dari cairan
- memisahkan cairan atau bahan padat dari gas

Proses pemisahan suatu suspensi menjadi larutan supernatan yang


jernih dan endapan yang lebih padat memiliki konsentrasi padatan yang tinggi
disebut sedimentasi. Sebelum membahas proses yang berkelanjutan, suatu konsep
yang umum dari operasi ini dapat diperoleh dari suatu proses sedimentasi batch
sederhana, yang dilakukan dengan mensuspensikan sejumlah padatan halus
kedalam air di dalam beberapa buah tabung dan menempatkan tabung-tabung
tersebut agar berdiri tegak. Waktu rata-rata berkurangnya ketinggian dari batas
yang jelas antara cairan jernih supernatan dan endapan yang mengandung
partikel-partikel disebut dengan “kecepatan sedimentasi”. Percobaan dalam skala
kecil ini harus dilakukan pada suhu yang tetap untuk mencegah pergerakkan dari
fluida atau terjadinya suatu proses konveksi yang disebabkan perbedaan massa
jenis yang dihasilkan karena adanya perbedaan suhu.

Flokulasi lanyau banyak yang terdiri dari partikel yang mempunyai


muatan listrik yang mungkin positif mungkin negatif, dan partikel itu karena
adanya saling tolak oleh muatan yang sama, cenderung selalu terdispersi. Jika kita
tambahkan elektrolit, ion-ion yang terbentuk didalam larutan itu akan
menetralisasikan muatan partikel tadi. Partikel netral itu lalu dapat
didiaglomerasikan menjadi flok-flok, yang masing-masingnya terdiri dari banyak
partikel. Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang
efektif, dan bila muatannya negatif, anion yang aktif. Metode lain untuk flokulasi
mencakup penggunaan bahan aktif permukaan dan penambahan bahan, seperti
perekat, gamping, alumina, atau natrium silikat, yang menyeret partikel lanyau
turun bersamaan. Dalam lanyau yang diolah dengan benar hasil flokulasinya dapat
dilihat dengan mata telanjang.

Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan


yang penting. Karakteristik pertama ialah bahwa struktur flok itu sangat rumit.
Agregasinya longgar dan ikatan antara partikel-partikelnya sangat lemah, dan flok
itu mengandung air yang cukup banyak didalam strukturnya, yang ikut bersama
flok itu turun kebawah. Walaupun pada mulanya flok itu mengendap dalam
pengendapan bebas atau terganggu, dan persamaan umum pada prinsipnya
berlaku, namun tidaklah praktis bila kita menggunakan hukum-hukum
pengendapan secara kuatitatif, karena diameter dan bentuk flok itu tidak mudah
didefinisikan.

Pada awal proses sedimentasi batch, konsentrasi batch dari padatan


tetap seragam diseluruh bagian tabung. Segera setelah proses dimulai semua
partikel dari semua padatan yang tersuspensi turun melalui fluida dengan
kecepatan maksimum. Untuk padatan yang berukuran yang hampir sama semua
partikel turun pada kecepatan yang hampir sama dan sebuah garis batas yang
curam terlihat jernih supernatan (zone A) dan endapan (zone B) selama proses
berlanjut. Didalam endapan yang mengandung partikel-partikel yang berbeda
ukuran, termasuk padatan yang sangat halus, partikel-partikel yang berukuran
yang lebih besar, mengendap lebih cepat, garis batasnya tidak terlalu curam dan
larutan supernatannya mungkin berkabut atau keruh. Dalam tiap kasus, partikel-
partikel yang berada dekat dengan bagian bawah tabung mulai menumpuk pada
bagian dasar, menambah konsentrasi dari endapan (zone D). batas yang jelas
antara zone B dan D mungkin tidak terlihat jelas, tapi pada setiap kasus lumpur
yang berkonsentrasi semakin bertambah seiring dengan bertambahnya proses
sedimentasi. Selama kedua batas terpisah relatif jauh, partikel-partikel padat pada
zone b terus berjatuhan pada kecepatan maksimum yang konstan dan tidak terjadi
perubahan dalam kecepatan sedimentasi terlihat sejak massa jenis atau konsentrasi
dari padatan didalam suspensi dekat batas teratas tetap konstan.

Laju sedimentasi contohnya grafik tinggi lumpur (batas antara zona A


dan zone B) vs waktu yang ditunjukkan. Selama tahap awal pengendapan
kecepatannya tetap, sebagaimana terlihat pada bagian kurva itu. Setelah zat
padatnya didalam zona D laju pengendpan itu berkurang dan berangsur-angsur
turun hingga hingga mencapai titik akhirnya. titik kritis dicapai pada titik C.

Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lain, demikian pula


tinggi relatif berbagai zone pengendapannya. Untuk menentukan karakteristik
pengendapannya secara teliti, setiap lumpur itu harus diperiksa dengan
melakukan eksperimen terhadap masing-masingnya.
Peralatan sedimentasi kolom pengendap. Dalam industri, proses yang
diuraikan diatas itu dilaksanakan dengan skala besar dengan menggunakan alat
yang disebut kolam pengendap atau bak penebal. Untuk partikel-partikel yang
mengendap dengan cepat tangki pengendap tumpak atau kerucut kontinyu
biasanya cukup memadai. Akan tetapi, untuk berbagi tugas lain diperlukan alat
penebal yang diaduk secara mekanik. Tangki yang besar dan agak dangkal ini,
dan mempunyai penggaruk radial yang digerakkan dengan lambat dari suatu
proses sentral. Dasar alat ini bias datar bisa pula berbentuk kerucut dangkal.
Bubur umpan yang encer mengalir melalui suatu palung miring atau meja cuci
masuk diantara alat penebal itu. Cairan itu lalu mengalir secara radial dengan
kecepatan yang berkurang, sehingga memungkinkan zat padat itu mengendap
kedalam tangki. Cairan jernih melimpah dari bibir tangki kedalam suatu palung.
Lengan-lengan penggaruk itu mengaduk lumpur itu secara perlahan-lahan dan
mengumpulkannya ketengah tangki sehingga dapat mengalir dari situ dalam
bukaan besar yang bermuara pada pipa masuk pompa lumpur. Pada beberapa
rancang tertentu lengan penggaruk itu dibuat berengsel sehingga dapat bergerak
melewati setiap halangan seperti gumpalan lumpur yang keras, padat pada dasar
tangki.

Kolam pengendap (penebal) yang dilengkapi dengan pengaduk


mekanis biasanya besar, dengan diameter yang berkisar antara 30-300 ft (10-100
m) dan kedalaman 8-12 ft (2,5-3,5 m). Pada alat penebal besar, pengaruhnya
mungkin berputar sekali dalam 30 menit. Kolom pengendap ini biasanya sangat
bermanfaat bila kita mempunyai bubur encer dalam volume besar yang harus
ditebal seperti pada pembuatan semen atau produksi magnesium dari air laut. Alat
ini juga banyak dipakai dalam pengolahan air limbah dan penjernihan air.

Volume cairan jernih yang dihasilkan persatuan waktu dalam suatu


kolam pengendap kontinyu bergantung pada luas penampang yang tersedia untuk
pengendapan dan dalam separator industri, hampir tidak bergantung pada
kedalaman zat cair. Kapasitas yang lebih tinggi per satuan luas lantai bisa
dilakukan dengan menggunakan pengendap bertaklam banyak, yang terdiri dari
beberapa zone pengendapan yang dangkal satu diatas yang lain, dalam tangki
berbentuk silinder. Lumpur yang mengendap didorong kebawah ke satu talam ke
talam berikut dengan bantuan penggaruk atau pengerik. Pada alat ini kita dapat
pula melakukan pencurian anjakan lawan arah. Alat ini biasanya lebih kecil
diameternya daripada pengendap bertahap tunggal.

Daerah dibawah ketinggian pengumpanan disebut zone pengendapan


dimana masing-masing flok berada dalam sentuhan longgar satu sama lain, dan
semua partikel turun kebawah dengan kecepatan yang sama tanpa tergantung pada
ukuran partikel. Didekat dasar terdapat zone kompresi dimana konsentrasi zat
padat meningkat dengan cepat sampai nilainya sama dengan nilai pada limpahan
bawah. Zone ini setara zone D pada pengendap tumpak, walaupun tentu pada
pengendap kontinyu ketebalannya tidak berubah dengan waktu. Penggaruk yang
bekerja pada dasar zone kompresi ini cenderung memecah struktur flok dan
memampatkan limpahan bawah itu sehingga kandungan zat padatnya lebih besar
dari dalam zone D pada pengendap tumpak.

Dalam praktek limpahan atas yang jernih bisa didapatkan bila


kecepatan naik zat cair naik didalam zone encer kurang dari kecepatan terminal
minimum zat padat pada setiap titik pada zone itu. Kecepatan zat cair itu
sebanding dengan laju limpahan atas, dan jika laju limpahan atas itu terlalu tinggi,
kita akan mendapat limpahan atas yang keruh. Jika hal ini terjadi alat itu sudah
kelebihan beban. Kandungan zat padat dan tinkkat penebalan pada limpahan
bawah bergantung pada waktu retensi bahan itu didalam zone kompresi, yang
pada gilirannya, bergantung pula pada tebal zone itu, oleh karena tebal zone itu
hanya dapat ditingkatkan hanya dengan menggunakan tangki yang lebih dalam
dan lebih mahal, suatu limit ekonomi akan tercapai pada konsentrasi limpahan
bawah yang sedikit lebih kecil dari nilai akhir yang mungkin didapatkan dengan
waktu proses yang sangat lama.

Diameter kolam pengendap harus cukup besar untuk menampung


aliran zat cair dan zat padat yang diinginkan. Jika klarifikasi yang penting,
diameter bejana itu ditentukan oleh luas potongan horizontal melalui zone
klarifikasi. Luas ini harus cukup besar sehingga kecepatan zat cair didalam zone
ini kurang dari kecepatan pengendapan partikel terkecil yang harus dikeluarkan.
Dalam operasi penebalan, luas penampang, dan karena itu diameter ditentukan
dari fluks pembatas zat padat itu didalam salah satu zone terbawah; yaitu massa
zat padat yang dapat mengendap melalui luas penampang tertentu pada waktu
tertentu.

Dalam pengendap kontinyu fluks zat padat turun terdiri dari dua
bagian, fluks zat padat yang terbawa oleh zat cair yang mengalir ke bawah, dan
fluks tambahan yang diakibatkan oleh pengendapan zat padat melalui zat cair.
Bagian yang pertama disebut fluks transfor yang kedua fluks pengendapan.
IV. ALAT DAN BAHAN

4.1 Alat-alat yang digunakan

• Batang pengaduk
• Gelas kimia
• Gelas ukur
• Pipet tetes
• Plastik penutup
• Spatula
• Stopwatch
• Tabung berskala
• Timbangan

4.2 Bahan-bahan yang digunakan

• Akuades
• Alumunium sulfat
• Natrium hidroksida
• Poliakrilamid
• Tanah
V. PROSEDUR

5.1 Pembuatan larutan natrium hidroksida 1 N dalam 20 mL

Natrium hidroksida ditimbang di atas kaca arloji dengan menggunakan


neraca teknis sebanyak 0,8 gram. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas
ukur berisi 20 mL air suling yang telah di panaskan dan didinginkan
terlebih dahulu. Lalu dikocok batang pengaduk sampai larut dan homogen.
Gelas ukur ditutup dengan plastik wrap.

5.2 Proses sedimentasi

Ditimbang tanah sebanyak 9 gram, 18 gram, dan 27 gram di dalam gelas


kosong yang kering. Kemudian masing-masing tanah dilarutkan dalam
sedikit air. Suspensi tanah tersebut dimasukkan ke dalam tiga tabung
berskala yang telah diberi air setengah bagian. Lalu masing-masing tabung
ditambah dengan 6 gram tawas, 5 mL larutan natrium hidroksida, dan 0,5
mL poliakrilamid. Masing-masing tabung ditambah dengan air sampai 40
cm, kemudian dikocok perlahan sampai homogen dan diukur waktu dan
tinggi kejernihan air pada waktu tertentu.
VI. DATA PENGAMATAN

6.1 Sedimentasi dengan penambahan flokulan

Tinggi t 0,5% (s) t 1,0% (s) t 1,5% (s)


(m)
0,40 0 0 0
0,35 64 82 60
0,30 115 140 115
0,25 136 182 184
0,20 207 245 224
0,15 255 288 268
0,10 294 330 307
0,05 330 378 353
0 380 414 200

6.2 Tabel konsentrasi dengan –dH/dt

Konsentrasi (C) -dH / dt Log C Log-dh/dt


0,005 0,001 -2,3 -3,0
0,01 0,00093 -2,0 -3,03
0,015 0,00085 -1,8 -3,07
VII. PERHITUNGAN

Vt0,5% =

= 0,001

Vt1,0% =

= 0,00093

Vt1,5% =

= 0,00085
VIII. GRAFIK

C = 0,5%
C = 1,0%
C=1,5%
IX. PEMBAHASAN

Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan partikel padat dalam suatu


cairan sehingga terpisah dari cairan tersebut. Dalam banyak hal proses
sedimentasi digunakan untuk memisahkan suatu cairan dari pengotornya yang
berupa padatan. Proses sedimentasi biasa menggunakan zat sebagai koagulan
yang dapat memperbesar kecepatan pengendapan.

Percobaan sedimentasi kali ini bertujuan mencari konstanta Darcy, dan


menentukan persamaan Darcy untu sistem pengendapan. Selain itu juga bertujuan
menentukan kualitas flokulan dan mendesain bak pengendap.

Percobaan sedimentasi dimulai dengan mengisi tabung sedimen dengan air


dan ketinggian tertentu. Setelah itu ke dalam tiga bak dimasukkan tanah dengan
variasi berat berbeda yaitu 9, 18, dan 27 gram. Perbedaan berat tanah yang
dimasukkan ini untuk menentukan pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan
pengendapan.

Setelah tabung sedimentasi berisi tanah, kemudian dimasukkan tawas


(Al2(SO4)3). Tawas ini berfungsi sebagai koagulan yang memperbesar kecepatan
sedimentasi. Dengan penambahan tawas, partikel-partikel sejenis akan bersatu
membentuk koagulan dengan massa yang lebih besar sehingga kecepatan
pengendapannya semakin besar. Hal ini diakibatkan partikel-partikel dengan
massa lebih besar akan lebih cepat mengendap daripada partikel-partikel dengan
massa yang lebih kecil, karena gaya gravitasi yang bekerja lebih besar karena
berat yang lebih besar.

Selain tawas (Al2(SO4)3), juga ditambahkan NaOH dan poliakrilamid. NaOH


berfungsi untuk menetralkan tawas yang bersifat asam sehingga tabung
pengendapan tidak bersifat asam. Sedangkan penambahan poliakrilamid berfungsi
sebagai hidrator yang bertujuan memperjelas batas pengendapan yaitu antara
cairan bening dan partikel padat.

Setelah tanah, tawas, NaOH dan poliakrilamid ditambahkan dalam tabung


sedimentasi lalu tabung ditutup dan dikocok dengan cara membolak-balik tabung
tersebut, hal ini bertujuan menghomogenkan dan mengamati proses sedimentasi
dari titik nol. Setelah itu diamati kecepatan pengendapan.

Suatu partikel padat dalam suatu fluida baik itu cairan atau gas akan
mengalami tiga gaya. Yaitu gaya gravitasi, gaya tekan ke atas dan gaya gesek.
Gaya grafitasi merupakan gaya yang diakibatkan gravitasi bumi dan arahnya
selalu ke bawah, gaya gravitasi dipengaruhi oleh berat partikel itu sendiri dimana
gaya gravitasi berbanding lurus dengan berat partikel tersebut. Gaya tekan keatas,
gaya ini arahnya ke atas dan merupakan gaya yang menghambat suatu partikel
dalam fluida untuk mengendap. Lalu gaya gesek, gaya ini terjadi karena adanya
gesekan antara partikel dan fluida akibat kerapatan flida tersebut dan arahnya
berlawanan dengan arah partikel itu bergerak dalam fluida.

Pada saat kecepatan pengendapan memiliki percepatan nol, maka kecepetan


pengendapan ini disebut kecepatan terminal. Pada saat mencapai kecepatan
terminal maka jumlah gaya yang bekerja pada partikel tersebut sama dengan nol.

Pada saat pertama pengendapan akan terbentuk satu lapisan yaitu air keruh.
Lalu setelah beberapa saat akan trbentuk tiga lapisan yaitu larutan bening, larutan
keruh dan sedimen. Lalu pada akhir prose sedimentasi akan yerbentuk dua lapisan
yaitu larutan bening dan sedimen atau endapan.
IX. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa:

10.1 Penambahan flokulan dapat mempercepat laju pengendapan dari suatu zat
10.2 Laju pengendapan zat berbanding lurus dengan banyaknya flokulan yang
ditambahkan
10.3 Banyaknya penambahan flokulan mempunyai batas optimum, yang
apabila telah dilewati zat tersebut akan lewat jenuh sehingga susah untuk
mengendap
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G dan H. Gerster, 1995. Teknologi Kimia. Penerjemah: Lienda


Handojo. Jakarta: Pradya Paramita.

Mc Cabe. Warrlen. L , jullian C. smith dan P Harriot, 1990. Operasi Teknik


Kimia. Jilid ke-2. Edisi keempat. Penerjemah: E. Jasafi. Jakarta: Erlangga.

You might also like