You are on page 1of 2

boni.agung@gmail.com / http://info-csr.blogspot.

com

HAMBATAN DALAM PENERAPAN CSR.

Diduga bahwa terjadinya kasus-kasus konflik sosial pada banyak perusa-haan di


Indonesia, utamanya yang terkait dengan perilaku perusahaan, disebabkan oleh tidak
diimplementasikannya CSR secara baik oleh perusahaan, terutama tindakan kurang
peduli terhadap stakeholders sekunder, yakni pada masyarakat sekitar.dapat disebut
beberapa contoh konflik sosial perusahaan yang pernah terjadi di Indonesia, seperti:

• PT .Freeport di Jaya Pura,


• PT .Inti Indorayon di Porsea Sumatra Utara,
• PT .Exon Mobil di Loksumawe Aceh,
• PT.New Mont di Sulawesi Utara

(Sumber Kompas 2004).

Realita kasus dari banyak kasus yang lain tersebut, memberi gambaran betapa rentan
dunia usaha kita dengan konflik sosial, apabila CSR-nya ren-dah. Kondisi demikian juga
akan membawa dampak terpuruknya dunia usaha dan iklim investasi, serta menurunnya
daya saing perusahaan, baik di tingkat nasional maupun global, yang pada akhirnya
menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian di sisi lain ada pula
perusahaan besar yang menunjukkan konflik sosialnya rendah karena mampu
mewujudkan CSR secara baik. Karena CSR yang baik pula, maka keberadaan perusahaan
beroperasi menjadi diterima oleh masyarakat, sehingga bisa mewujudkan kinerja
ekonomi secara baik dan aman.

CSR yang di lakukan pada suatu industri besar, Melalui indikator apa perusahaan
mampu menerapkan CSR sesuai dengan kemampuan bagaimana makna ekonomis
penerapan CSR yang baik bagi internal perusahaan dan eksternal masyarakat sekitar ?

Sesuai dengan prinsip-prinsip corporate citizenship yang mendasari perilaku etis


perusahaan, Davernport, (1999) telah mengembangkan 20 komponen dasar yang relevan

1
boni.agung@gmail.com / http://info-csr.blogspot.com

dengan penerapan CSR secara baik, dan kesemuanya dapat dikelompok-kelompokkan


lagi ke dalam 8 komponen utama. Komponen-komponen tersebut di antaranya adalah:

(1) Tingkah laku bisnis etis, meliputi: sifat adil dan jujur, standar kerja tinggi, melatih etis
para pimpinan dan eksekutif;

(2) Komitmen tinggi pada stakeholders, meliputi: keuntungan untuk semua stakeholders,
adanya inisiatif dan mewujudkan dia-log;

(3) Peduli masyarakat, meliputi: membangun hubungan timbal balik, dan melibatkan
masyarakat dalam operasi perusahaan;

(4) Terhadap konsumen, melindungi hak-haknya, kualitas layanan, dan memberi


informasi jujur;

(5) Terhadap pekerja, meliputi: membangun lingkungan kekeluargaan, tanggung jawab


(accountable), upah yang wajar, komunikasi yang luwes, dan mengembangkan
pekerja; (6) investasi secara kompetitif;

(7) Untuk pemasar: berbisnis secara adil; dan

(8) Komitmen terhadap lingkungan, meliputi: menjaga kualitas lingkungan, dan


komitmen terhadap pembangunan berkelan-jutan.

Terkait dengan terapan manajemen, Post (2002) telah membedakan stakeholders


primer dan sekunder. Post menjelaskan bahwa, stakeholders primer adalah kelompok
yang secara langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan
utamanya yaitu memberikan barang dan jasa kepada masyarakat; sedangkan stakeholders
sekunder adalah semua kelompok dalam masyarakat yang dapat dipengaruhi secara
langsung atau tidak langsung oleh dampak sekunder beroperasinya suatu organisasi.

You might also like