Professional Documents
Culture Documents
Selayang Pandang
Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah
Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan
dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan
Kabupaten Serang.
Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km,
yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam.
Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang
menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari
200 Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua pulau tersebut (Pulau Jawa
120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).
Pertumbuhan penduduk daerah ini cukup pesat. Total penduduk 2.959.600 jiwa, rata-rata
pertumbuhan 4,32% per tahun yang didominasi oleh kelompok umur berusia muda. Kelompok
umur 0-14 tahun berjumlah 1.195.589 jiwa atau sebesar 40%. Kelompok umur 15-64 tahun
sebesar 1.709.158 jiwa atau 57,6%. Sedangkan pada kelompok umur 65 tahun ke atas sebanyak
65.853 jiwa atau 2,2%.
Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111.038 ha. Dibagi ke dalam 36 kecamatan dan 316 desa.
Keseluruhan kondisi wilayah memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-
rata 0-3% menurun. Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 m di atas permukaan laut. Curah
hujan setahun rata-rata 1.475 mm dan temperatur udara berkisar antara 23 °C - 33 °C. Iklim ini
dipengaruhi oleh wilayah di bagian utara yang merupakan daerah pesisir pantai sepanjang kurang
lebih 50 km.
Wilayah Tangerang juga dibagi ke dalam tiga wilayah pusat pertumbuhan, yaitu Serpong,
Balaraja dan Tigaraksa serta Teluknaga.
Pusat Pertumbuhan Serpong meliputi enam kecamatan, yaitu Serpong, Ciputat, Pondok Aren,
Legok dan Curug yang menjadi pusat pertumbuhan pemukiman.
Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa . Berupa kawasan industri, pemukiman dan pusat
pemerintahan. Meliputi delapan kecamatan, yaitu Balaraja, Rajeg, Pasar Kemis, Tigaraksa,
Kresek, Cisaka, Cikupa, Kronjo, Jayanti, Jambe dan Panongan.
Pusat Pertumbuhan Teluknaga . Meliputi lima kecamatan, yaitu Teluknaga, Kosambi, Sepatan,
Mauk, Pakuhaji, Kemiri dan Sukadiri. Diarahkan untuk pengembangan sektor pariwisata bahari
dan alam, industri maritim, pelabuhan laut, perikanan dan pertambakan.
Berdasarkan catatan sejarah, daerah ini sarat dengan konflik kepentingan perniagaan dan
kekuasaan wilayah antara Kesultanan Banten dengan Penjajah Belanda.
Secara tutur-tinular, masa pemerintahan pertama secara sistematis yang bisa diungkapkan di
daerah dataran ini, adalah saat Kesultanan Banten yang terus terdesak agresi penjajah Belanda
lalu mengutus tiga maulananya yang berpangkat aria untuk membuat perkampungan pertahanan
di Tangerang.
Ketiga maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan Santika. Konon, basis
pertahanan merka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut kawasan Tigaraksa dan
membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, di legenda rakyat cikal-bakal Kabupaten Tangerang
adalah Tigaraksasa [sebutan Tigaraksasa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana
sebagai tiga pimpinan = tiangtiga = Tigaraksa].
Pemerintahan ketiga maulana ini, pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh wilayah
pemerintahannya dikuasai Belanda, berdasar catatan sejarah terjadi tahun 1684. Berdasar catatan
pada masa ini pun, lahir sebutan kota Tangerang. Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran
Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu
prasasti di bagian barat Sungai Cisadane [diyakini di kampung Gerendeng, kini].
Tugu itu disebut masyarakat waktu itu dengan Tangerang [bahasa Sunda=tanda] memuat prasasti
dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno, "Bismillah peget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah
kala Sabtu/Ping Gangsal Sapar Tahun Wau/ Rengsenaperang netek Nangeran/Bungas wetan
Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang"
Arti tulisan prasasti itu adalah: "Dengan nama Allah tetap Yang Maha Kuasa/Dari kami
mengambil kesempatan pada hari Sabtu/Tanggal 5 Sapar Tahun Wau/Sesudah perang kita
memancangkan tugu/Untuk mempertahankan batas timur Cipamugas [Cisadae] dan barat
Cidurian/ Semua menjaga tanah kaum Parahyang"
Para bupati yang sempat memimpin Kabupaten Tangerang periode tahun 1682 - 1809 adalah
Kyai Aria Soetadilaga I-VII. Setelah keturunan Aria Soetadilaga dinilai tak mampu lagi
memerintah kabupaten Tangerang dengan baik, akhirnya penjajah Belanda menghapus
pemerintahan di daerah ini dan memindahkan pusat pemerintahan ke Jakarta.
Lalu, dibuat kebijakan sebagian tanah di daerah itu dijual kepada orang-orang kaya di Jakarta,
sebagian besarnya adalah orang-orang Cina kaya sehingga lahir masa tuan tanah di Tangerang.
Pada 8 Maret 1942, Pemerintahan Penjajah Belanda berakhir di gantikan Pemerintahan Penjajah
Jepang. Namun terjadi serangan sekutu yang mendesak Jepang di berbagai tempat, sebab itu
Pemerintahan Militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-pemuda Indonesia guna
membantu usaha pertahanan mereka sejak kekalahan armadanya di dekat Mid-way dan
Kepulauan Solomon.
Kemudian pada tanggal 29 April 1943 dibentuklah beberapa organisasi militer, diantaranya yang
terpenting ialah Keibodan [barisan bantu polisi] dan Seinendan [barisan pemuda]. Disusul
pemindahan kedudukan Pemerintahan Jakarta Ken ke Tangerang dipimpin oleh Kentyo M Atik
Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken atas perintah Gubernur Djawa Madoera.
Adapun Tangerang pada waktu itu masih berstatus Gun atau kewedanan berstatus ken
(kabupaten).
Berdasar Kan Po No. 34/2604 yang menyangkut pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke
Tangerang, maka Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya
pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Sebab itu , kelahiran pemerintahan daerah ini adalah
pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan
Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984.
Dalam masa-masa proklamasi, telah terjadi beberpa peristiwa besar yang melibatkan tentara dan
rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda, yaitu Pertempuran Lengkong
dan Pertempuran Serpong.
Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang.
Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi
Kota Tangerang, yang lepas dari Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan
Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari
Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.
Akhirnya, pada awal tahun 2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pun di pindahkan
Bupati H. Agus Djunara ke Ibukota Tigaraksa. Pemindahan ini dinilai strategis dalam upaya
memajukan daerah karena bertepatan dengan penerapan otonomi daerah, diberlakukannya
perimbangan keuangan pusat dan daerah, adanya revisi pajak dan retribusi daerah, serta
terbentuknya Propinsi Banten.
Kondisi Geografis
Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106°20'-106°43'
Bujur Timur dan 6°00'-6°20' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 1.110,38 Km2
atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah Propinsi Banten dengan Batas wilayah:
Dari sebelah Utara wilayah ini berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan
Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor
dan Kota Depok, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.
Secara Topografi, Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran yang terdiri dari wilayah
dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah Utara yaitu
Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan.
Sedangkan dataran tinggi berada di wilayah Bagian Tengah ke arah Selatan.
Secara administratif, Kabupaten Tangerang terdiri dari 36 Kecamatan, 77 Kelurahan dan 251
desa.
Luas Daerah
No Kecamatan Keterangan
(Km2)
1. Tigaraksa 48.74
2. Cisoka 55.99
3. Solear Pemekaran dari kec. Cisoka
4. Jambe 26.02
5. Cikupa 42.68
6. Panongan 34.93
7. Curug 40.97
8. Kelapa Dua Pemekaran dari kec. Curug
9. Legok 41.06
10. Pagedangan 50.57
11. Serpong 43.72
12. Serpong Utara Pemekaran dari kec. Serpong
13. Cisauk 43.38
14. Setu Pemekaran dari kec. Cisauk
15. Pamulang 27.66
16. Ciputat 34.96
17. Ciputat Timur Pemekaran dari kec. Ciputat
18. Pondok Aren 28.83
19. Pasar Kemis 60.53
20. Sindang Jaya Pemekaran dari kec. Pasar Kemis
21. Rajeg
22. Mekarbaru Pemekaran dari kec. Kronjo
23. Balaraja 57.48
24. Sukamulya Pemekaran dari kec. Balaraja
25. Jayanti 26.91
26. Kresek 55.60
27. Gunungkaler Pemekaran dari kec. Kresek
28. Kronjo 68.05
29. Mauk 51.42
30. Kemiri 32.70
31. Sukadiri 24.14
32. Sepatan 56.24
33. Sepatan Timur 35.59 Pemekaran dari kec. Sepatan
34. Pakuhaji 51.87
35. Teluknaga 40.58
36. Kosambi 29.76
Kondisi Demografi
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks gabungan dari tiga komponen, yaitu
indeks kesehatan (angka harapan hidup), indeks pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata
lama sekolah) serta indeks pengeluaran riil per kapita (daya beli). Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) dapat dijadikan tolok ukur dalam menentukan tingkat keberhasilan pembangunan sumber
daya manusia di suatu wilayah, sehingga indeks ini diharapkan dapat menggambarkan dan
mewakili indikator-indikator lainnya sebagai indikator pembangunan manusia.
Indeks kesehatan pada tahun 2003 di Kabupaten Tangerang mencapai 65,3 yang ditunjukan
dengan angka harapan hidup sebesar 64,2 tahun. Pada tahun 2006, indeks tersebut meningkat
menjadi 66 yang ditunjukan dengan angka harapan hidup sebesar 65,1 tahun.
Sementara itu indeks pendidikan pada tahun 2003 mencapai 81,6 yang terdiri dari angka melek
huruf 93,7% dan rata-rata lama sekolah mencapai 7,45 tahun. Indeks ini pun pada tahun 2006
mengalami kenaikan menjadi 82,9 yang terdiri dari angka melek huruf 94,7% dan rata-rata lama
sekolah mencapai 8,9 tahun. Angka ini hampir mencapai target pemerintah yang dicanangkan
dalam program wajib belajar 9 tahun.
Indeks pendapatan yang menunjukkan kemampuan daya beli secara perlahan mengalami
peningkatan setiap tahunnya, yakni pada tahun 2003 baru sebesar Rp 617.200,00 (indeks sebesar
58,2) menjadi Rp 621.200,00 (indeks sebesar 60,40 pada tahun 2006.
Maka secara keseluruhan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dihasilkan dari gabungan
ketiga indeks tersebut menghasilkan nilai IPM sebesar 70,0 Pada tahun 2006 yang berarti
menunjukkan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu: 68,8 pada tahun 2003; 69,1 pada
tahun 2004; dan 69,8 pada tahun 2005.
Pendidikan
Kualitas sumber daya manusia sangatlah bergantung dari pembangunan di bidang pendidikan.
Indikator atau ukuran yang bisa digunakan untuk melihat tingkat kemajuan pendidikan disuatu
daerah antara lain adalah dengan melihat prosentase melek huruf, rata-rata lama sekolah clan
pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Pembangunan pendidikan, terutama upaya untuk meningkatkan angka partisipasi dan kelulusan
pendidikan di Kabupaten Tangerang sempat diramalkan akan mengalami hambatan yang cukup
berarti. Hal ini mengingat terjadinya penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga
BBM dan kenaikan inflasi, baik secara nasional maupun regional, serta meningkatnya angka
pengangguran akibat tutup atau tidak berproduksinya beberapa pabrik industri -- yang hingga
awal Agustus 2007 mencapai 74 pabrik.
Namun ternyata, kecemasan itu tidak terjadi. Bila komposisi penduduk menurut pendidikan yang
tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2003 tamatan SD sebesar 27,81% dan disusul tamat SLTP
sebesar 17,8% dan SLTA sebesar 16,29%, maka meskipun tidak terlalu signifikan, pada tahun
2006 , komposisi ini berubah secara positif, yakni tamatan SD menjadi 26,35%; tamatan SLTP
menjadi 19,929%; dan SLTA sebesar 17,42%.
Berdasarkan tabel di atas, secara umum hal yang masih perlu mendapatkan perhatian khusus
adalah peningkatan prosentase penduduk untuk memiliki ijazah pada jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Hal ini dapat juga mengindikasikan bahwa kebutuhan akan
pendidikan sampai janjang perguruan tinggi masih perlu memperoleh perhatian besar. Indikator
lain yang bisa kita lihat untuk mengukur pendidikan adalah dengan melihat angka partisipasi
murni sekolah.
Dengan keadaan tersebut, walaupun tamatan jenjang pendidikan lebih tinggi dari pada SD
mengalami peningkatan, namun bila melihat kepentingan masyarakat dan pemerintah dalam
menghadapi persaingan (antar daerah dan global), maka pemerintah daerah masih harus bekerja
keras untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Upaya itu, tidak hanya
memperbesar kesempatan masyarakat (khususnya dari masyarakat miskin) dapat memperoleh
pendidikan ke jenjang lebih tinggi, tapi juga dapat meningkatkan akses masyarakat untuk bisa
menamatkan pendidikan di perguruan tinggi.
Selain sumber daya manusianya, hal yang perlu mendapat perhatian dalam bidang pendidikan
adalah menyangkut ketersediaan sarana dan prasaran pendidikannya. Jumlah sekolah di
Kabupaten Tangerang selama tahun 2003-2006 tampak dalam tabel berikut:
Kesehatan
Anggaran tersebut diperuntukkan bagi peningkatan tersedianya fasilitas kesehatan dan tenaga
kesehatan dalam upaya mendukung secara langsung keberhasilan pembangunan kesehatan.
Fasilitas kesehatan selain dibutuhkan dalam jumlah yang memadai juga harus representatif dan
menjangkau seluruh daerah/kecamatan secara merata, sehingga dapat diakses dan dimanfaatkan
secara maksimal oleh masyarakat hingga ke daerah pedesaan yang umumnya kurang mempunyai
kemampuan secara ekonomi.
Tingkat kesehatan yang baik tidak hanya ditentukan oleh fasilitas dan tenaga kesehatan saja
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat untuk hidup sehat seperti konsumsi air
bersih serta fasilitas MCK yang memadai dan juga tingkat kebersihan rumah dan lingkungan.
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek
kehidupan manusia.
No. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan 2003 2004 2005 2006 2007
1. Rumah Sakit (RS) 9 9 11 12 13
2. Tempat Tidur di RS 1.055 1.055 1.098 1.178 1.278
3. Puskesmas 40 40 40 40 40
4. Pustu 35 35 36 36 36
5. Balai Pengobatan 315 397 527 572 616
6. Rumah Bersalin 54 56 66 68 71
7. Dokter Umum 315 486 675 812 964
8. Dokter Spesialis 137 173 187 196 234
9. Bidan 299 335 649 711 79
Untuk terlaksananya pembangunan kesehatan tidak lepas dari ketersediaan anggaran, meskipun
jumlahnya belum dapat memenuhi 15% namun dari tahun ke tahun Pemerintah Kabupaten
Tangerang terus meningkatkan anggaran kesehatan. Sebagai gambaran perkembangan selama
tahun 2003-2007 anggaran kesehatan sebagai berikut :
Persentase rumah tangga yang menggunakan sarana air bersih di Kabupaten Tangerang tahun
2007 sekitar 371.680 rumah tangga atau sekitar 11% jika dibandingkan jumlah rumah tangga
yang ada. Namun angka ini meningkat jika dibandingakan dengan tahun sebelumnya.
Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam melayani kebutuhan air bersih
ini, adalah bekerjasama dengan swasta melalui MoU KPS Air bersih yang dilaksanakan di 5
(lima) kecamatan; Sepatan, Jayanti, Balaraja, Cikupa dan Pasar Kemis.
Rencananya penyediaan air minum melalui program kerjasama ini akan menghasilkan kapasitas
900 liter per detik dengan jumlah sambungan sebanyak 65.570 unit. Adapun sumber baku dari
sungai Cisadane dan air curah yang dibeli dari Mitra Swasta Kabupaten Serang. Sementara nilai
investasi dalam pengembangan proyek ini sekitar Rp. 313.824 miliar.
Keuntungan yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Tangerang, setelah selesai masa kontrak
Kerjasama, seluruh aset yang ada menjadi milik pemerintah daerah.
Ketenagakerjaan
Sektor ketenagakerjaan merupakan satu faktor penting bagi pembangunan ekonomi daerah yang
pada akhirnya dapat mengurangi angka pengangguran sehingga berdampak memperkecil tingkat
kemiskinan pada masyarakat. Indikator ketenagakerjaan yang dapat memberikan gambaran
tentang seberapa besar keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi produktif adalah Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK adalah persentase penduduk (15 tahun keatas) yang
tergolong angkatan kerja.
TPAK Kabupaten Tangerang tahun 2003 sebesar 61,11% yang berarti sekitar 61,11% penduduk
usia 15 tahun keatas melakukan aktifitas bekerja dan mencari pekerjaan atau terdapat 38,89%
dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang bukan tergolong dalam Bukan
Angkatan Kerja, seperti bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Sedangkan pada tahun
2006, TPAK Kabupaten Tangerang telah mencapai angka sebesar 62,61%.
Prosentase angkatan kerja pada tahun 2003 masih didominasi kalangan laki-,laki yaitu sebesar
68,57% sedangkan perempuan hanya 31,43%. Dari angkatan kerja tersebut laki-laki yang bekerja
mencapai 82,98% dan perempuan hanya 27,63%. Namun untuk persentase yang menganggur
atau mencari pekerjaan dari kalangan laki-laki juga lebih besar dibanding perempuan, yaitu
58,08% dibanding 41,92%. Sebaliknya persentase bukan angkatan kerja didominasi perempuan,
dimana mayoritas sebagai pengurus rumah tangga yaitu sebesar 48,75% dibanding 0,85% namun
yang bersekolah sedikit lebih besar laki-laki yaitu 23,9% dan perempuan sebesar 21,53%.
Pada tahun 2006, Persentase angkatan kerja juga masih didominasi kalangan laki-laki sebesar
66,4% sedangkan perempuan hanya 33,6%. Dari angka ini laki-laki yang bekerja mencapai
80,1% dan perempuan hanya 23,9%. Namun untuk persentase yang menganggur atau mencari
pekerjaan dari kalangan laki-laki juga lebih besar dibanding perempuan, yaitu 51% berbanding
49%. Sebaliknya persentase bukan angkatan kerja didominasi perempuan, dimana mayoritas
sebagai pengurus rumah tangga yaitu sebesar 47,6% dibanding 0,6% namun yang sekolah sedikit
lebih besar laki-laki yaitu 23,6% dan perempuan sebesar 19,6%.
Sebagai daerah sentra industri, keterlibatan penduduk dalam sektor ekonomi di Kabupaten
Tangerang sebagian besar bekerja pada sektor industri. Dalam kenyataannya sektor industri lebih
banyak menyerap lapangan pekerjaan dibanding sektor-sektor lainnya.
Sektor industri sebagai sektor yang paling dominan, dalam lapangan pekeriaan di Kabupaten
Tangerang menyerap rata-rata sebesar 32% pada tahun 2003-2006 dari seluruh penduduk yang
berusia 10 tahun keatas, disusul sektor perdagangan sebesar rata-rata 23% dan sektor jasa sebesar
rata-rata 21% sedangkan sektor pertanian hanya menyerap sebesar rata-rata 9%.
Penyerapan sektor industri pada tahun-tahun belakangan memang mengalami sedikit hambatan,
misalnya sampai dengan awal Agustus 2007 sebanyak 74 pabrik tutup atau tidak berproduksi
(tempointeraktif.com, 2007). Terlepas dari sebab-sebabnya, tutupnya beberapa pabrik ini, yang
jelas menyebabkan berkurangnya kesempatan masyarakat untuk bekerja. Tentu saja hal ini akan
berpengaruh terhadap peningkatan angka pengangguran, yang harus segera dicarikan jalan
pemecahannya.
Kultur Budaya
Masyarakat Kabupaten Tangerang memiliki kultur budaya campuran Betawi dan Priangan.
Masyarakat Kabupaten Tangerang berbahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
Sunda sebagai bahasa daerah. Ada juga bahasa Jawa yang merupakan bahasa pendatang dari luar
Kabupaten Tangerang yang umumnya para pekerja di kawasan industri KabupatenTangerang.
Kesenian Daerah
Masyarakat Kabupaten Tangerang termasuk masyarakat yang dinamis dan gemar akan kesenian.
Karakter kesenian yang ada di Kabupaten Tangerang adalah perpaduan antara seni budaya
Betawi dan Priangan. Beberapa kesenian yang berkembang sampai saat ini adalah Seni Musik
Gambang Keromong dan Tari Krecek yang merupakan tarian pergaulan yang banyak
berkembang di kawasan Teluknaga dan Kosambi.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2003 sebesar 4,44% meningkat menjadi
6, 40% ditahun 2004 dan menjadi 7,40% ditahun 2005. Sedangkan pada tahun 2006, angka LPE
mencapai 6,97%.
Pertumbuhan LPE ini seharusnya berdampak pada perubahan ekonomi yang membaik seperti
berkurangnya angka pengangguran, namun ternyata kenaikan LPE ini belum cukup membantu
mengurangi angka pengangguran.
Pada tahun 2005 tingkat pertumbuha riil sektor ekonomi Kabupaten Tangerang sebesar 7,40%,
angka ini lebih tinggi dari angka pada tahun 2004 yang mencapai 6,40%.
Laju Pertumbuhan PDRB
Atas Dasar Harga Konstan ( dalam % )
Tahun 2001-2005
Meningkatnya LPE pada tahun 2005 menjadi 7,4 % dari 6,4 persen tahun sebelumnya
menurunkan pengangguran sekitar 0,61 persen. Sedangkan melemahnva LPE pada tahun 2006
menjadi 6,97 sejalan dengan meningkatnya angka pengangguran menjadi 18,23 persen pada
tahun 2006 dibanding 14,31 persen pada tahun 2005. Lebih jauh lagi melemahnya LPE ini
menambah jumlah penduduk miskin yang pada tahun 2006 meningkat menjadi 13,07 persen
dibandingkan 10,24% pada tahun 2005.
Perekonomian di Kabupaten Tangerang pada tahun 2006 tumbuh sebesar 6,97% dimana terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya sebesar 4,44%. Artinya
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Tangerang tahun 2006 lebih cepat sebesar 2,
53% dari yang terjadi pada tahun 2003. Pertumbuhan sebesar ini didorong dan dimotori oleh
peningkatan yang berarti pada pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal
tetap bruto.PDRB Kabupaten Tangerang atas dasar harga berlaku tahun 2006 sebesar 27,57
triliun rupiah, tahun 2005 sebesar 23,99 triliun rupiah, tahun 2004 sebesar 20,77 triliun rupiah,
dan tahun 2003 sebesar 18,56 triliun rupiah.
Berdasarkan angka-angka pada tabel tersebut terdapat beberapa hal yang harus mendapat
perhatian serius, yakni: Pertama, masalah pengangguran yang mengalami peningkatan dari
14,31 pada tahun 2005 menjadi 18,23; Kedua, masalah pendidikan yang ditandai dengan
stagnannya indeks lama sekolah pada angka 8,90, dan Ketiga, masalah kemiskinan yang terus
mengalami kenaikan dari 339,704 jiwa (10,24%) tahun 2005 menjadi 449.153 (13,07%) pada
tahun 2006.
Seperti telah dikemukakan, Kabupaten Tangerang telah lama menyandang predikat sebagai
sentra industri. Karena banyaknya ditemukan pabrik-pabrik industri, terutama pada jenis industri
tekstil, pakaian jadi, dan kulit. Pendapatan dari industri tersebut mencapai 2,6 trilyun rupiah.
Besarnya pendapatan ini mencerminkan besarnya potensi yang dimiliki oleh jenis industri
tersebut. Potensi ini ditunjang oleh lokasi Kabupaten Tangerang yang sangat dekat dengan
Ibukota dan transportasi yang mudah serta memadai. Hal ini memperlancar ekspor barang hasil
produksi.
POTENSI INDUSTRI
Perdagangan
Kegairahan dunia usaha sektor perdagangan tahun 2004 di Kabupaten Tangerang dapat dilihat
dari jumlah Tanda Daftar perusahaan (TDP) yang diterbitkan. Tercatat jumlah TDP yang
diterbitkan tahun 2005 sebanyak 1.941 buah atau mengalami peningkatan sebesar 10,72 %
dibanding tahun 2004 (1.753 buah).
Jumlah TDP yang diterbitkan usaha bentuk Perseroan Terbatas (PT), mengalami peningkatan
132 perusahaan dibanding tahun sebelumnya dan penurunan terbesar terjadi pada usaha
berbentuk CV, yaitu dari 649 buah tahun 2004 menjadi 690 tahun 2005 atau mengalami
peningkatan sebesar 6,32 %.
Sementara itu Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) juga sedikit mengalami peningkatan
dibanding tahun 2004 yaitu dari 1.146 buah di tahun 2004 menjadi 1.342 buah tahun 2005.
Dilihat menurut kualifikasi usaha peningkatan cukup besar pada penerbitan SIUP pada usaha
menengah yaitu mencapai 64 SIUP (108,2%).
Namun sebaliknya terjadi penurunan pada skala usaha kecil sebesar 134 SIUP(16,3%). Secara
khusus perkembangan SIUP sektor jasa memperlihatkan lonjakan cukup besar selama periode
2003 - 2005 yaitu sebanyak 603 SIUP tahun 2003 naik menjadi 750 SIUP dan kembali naik
menjadi 790 SIUP tahun 2005.
Kegiatan sektor perikanan di Kabupaten Tangerang meliputi kegiatan perikanan laut, perikanan
perairan umum (rawa, situ, ex galian pasir, sungai), tambak, kolam dan mina padi. Pada tahun
2005 produksi perikanan laut mencapai 16.532,71 ton, produksi perikanan perairan umum
mencapai 157,54 ton, produksi budi daya air payau mencapai 7.309,5 ton, produksi budi daya
ikan mencapai 2.096,4 ton.
Pertanian
Di sektor pertanian, Kabupaten Tangerang pada era sebelum tahun 70-an dikenal sebagai
lumbung padi. Namun setelah lahan-lahan persawahan terkonversi menjadi lahan industri dan
pemukiman, luas lahan dan hasil produksi padi terus menurun. Namun demikian, hasil produksi
ini bisa kembali dikembangkan dengan penerapan teknologi budidaya dan industri pengolahan
hasil panen yang kian tepat dan berhasil guna.
Sub sektor tanaman bahan makanan mencakup komoditi; padi, palawija (jagung dan kacang
tanah) dan sayuran (terung, kacang panjang dan mentimun). Menurut data dari Dinas Pertanian
Kabupaten Tangerang tahun 2005 jenis komoditi yang dihasilkan Kabupaten Tangerang dengan
produktivitas tinggi adalah sayuran (komoditi mentimun, terung dan kacang panjang).
Komoditi mentimun tingkat produktivitasnya mencapai 180,66 kwintal/ha dengan luas tanam
628 ha dan jumlah produksi yang dihasilkan mencapai 11.345 ton, komoditi terung tingkat
produktivitasnya mencapai 175,35 kwintal/ha dengan luas tanam 202 ha dan jumlah produksi
yang dihasilkan 3.542 ton, sedangkan komoditi kacang panjang produktifitasnya sebesar 161,31
kwintal/ ha dengan luas tanam 623 ha dan jumlah produksi yang dihasilkan mencapai 10.050 ton.
Motto daerah yang terkandung dalam lambang daerah adalah "SATYA KARYA KERTA
RAHARJA" artinya dengan dasar kesetiaan dan ketaatan kepada Pemerintah dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) disertai doa dan kerja keras, kita wujudkan masyarakat
yang sejahtera, adil dan makmur dari segi fisik material dan mental spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
I. Bagian Atas
1. Pucuk Perisai lima buah melambangkan Pancasila yang menjadi dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia
2. Susunan batu merupakan lambang benteng pertahanan yang mengingatkan kita kepada
pahlawan rakyat Kabupaten Tangerang
3. Jumlah bata melambangkan tanggal, bulan dan tahun proklamasi kemerdekaan Negara
republik Indonesia, tanggal 17 bulan 8 tahun 1945.
1. Jumlah butir pada, bunga kapas dan ruas bambu melambangkan tanggal, bulan dan tahun
hari jadi Kabupaten Tangerang.
2. Dua puluh tujuh butir padi melambangkan tanggal dua puluh tujuh.
3. Dua belas bunga kapas melambangkan bulan dua belas.
4. Empat puluh tiga ruas bambu melambangkan tahun empat puluh tiga.
5. Topi bambu melambangkan hasil kerajinan dan industri dari Kabupaten tangerang.
1. Garis putih berombak melambangkan bahwa Kabupaten Tangerang dilintasi oleh sungai-
sungai besar.
2. Garis putih biru berombak melambangkan laut yang bermakna Kabupaten Tangerang
merupakan daerah pantai.
(sumber: 64 Tahun Kabupaten Tangerang)
Berdasarkan pertimbangan kondisi obyektif seluruh sumber daya dan komitmen untuk meraih
masa depan yang lebih baik maka ditetapkan visi sebagai berikut :
MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka ditetapkan misi Pemerintah Kabupaten Tangerang
sebagai berikut :
Nilai-nilai yang tekandung dalam visi misi dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Ketakwaan;
Masyarakat kabupaten Tangerang yang bertakwa merupakan komponen yang sangat
penting untuk mewujudkan suatu perubahan yang hakiki dalam mencapai visi misi yang
telah ditetapkan;
2. Partisipatif;
Rasa tanggungjawab dari semua komponen pemerintahan yang terdiri eksekutif, legislatif
dan masyarakat serta swasta berperan serta mengambil bagian mulai dari tahapan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam rangka mempercepat
tajuan dan sasaran pembangunan yang efisien dan efektif;
3. Transparansi;
Merupakan salah satu unsur dari good government yang harus ditingkatkan agar dapat
mendorong partisipasi masyarakat dan swasta untuk mencapai suatu kemajuan seperti
yang tercantum dalam sasaran dan tujuan pembangunan.
4. Berkelanjutan;
Prinsip berkelanjutan dalam aspek lingkungan mengandung makna bahwa pemanfaatan
sumber daya alam harus memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan sehingga
pembangunan yang akan dipacu tidak hanya untuk kepentingan sesaat.
Guna mencapai keberhasilan pembangunan sebagimana yang diharapkan dalam Visi dan Misi
kepala daerah, maka rumusan Strategi yang akan dilakukan oleh pemerintah kabupaten
Tangerang dalam kurun waktu 2008-2013 adalah:
Arah dari strategi pembangunan ini adalah pertumbuhan ekonomi yang berbasiskan ekonomi
lokal khususnya sektor industri, perdagangan dan jasa serta mampu mendukung terpenuhinya
hak-hak dasar masyarakat.
Dengan pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi lokal ini diharapkan dapat hak-hak dasar
masyarakat terutama di prioritaskan terhadap upaya peningkatan daya beli masyarakat, akses
kesehatan, akses pendidikan, akses pekerjaan dan berusaha.
Dari rumusan strategi tersebut sedikitnya terdapat tiga strategi pokok dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di masa datang, yakni
a. Kapasitas Sistem,
b. Kapasitas Kelembagaan, dan
c. Kapasitas Sumber Daya Manusia Aparatur.
Namun sebaliknya untuk melakukan pembangunan ekonomi diperlukan landasan yang kuat,
yaitu pengambilan kebijakan yang tepat, akurat dan terarah, supaya hasil yang dicapai akan
benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.
Pembangunan ekonomi tersebut perlu juga di tunjang oleh upaya percepatan investasi dan
menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan mengundang investor serta melakukan regulasi
perijinan bagi dunia usaha.
2. Strategi Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat
Peningkatan kualitas Hidup (Quality of life) masyarakat sangat berhubungan dengan
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat yaitu akses Pendidikan, akses kesehatan dan akses
ekonomi. Dalam kerangka Peningkatan kualitas hidup masyarakat pembangunan sektor
pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan karena terkait dengan masa depan suatu
bangsa.
Menyangkut bidang kesehatan maka secara umum permasalahan dibidang kesehatan adalah
belum optimalnya kualitas pelayanan karena belum semua sarana pelayanan kesehatan
melaksanakan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Keterjangkauan dan pemerataan
pelayanan dapat dilihat dengan rasio jumlah sarana yang ada. Selain itu, perilaku hidup bersih
dan sehat yang kurang serta kualitas lingkungan yang belum optimal. Disisi lain belum semua
tenaga kesehatan memenuhi kompetensi profesi terkait untuk dapat teregristrasi sebagai tenaga
kesehatan professional.
3. Strategi Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah
Strategi pengembangan kapasitas pemerintah daerah ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
Pemerintah Daerah secara berkelanjutan dalam aspek-aspek pelayanan dasar kepada masyarakat,
pengembangan ekonomi lokal, penanggulangan kemiskinan dan tata pemerintah vang baik.
Pengembangan kapasitas pemerintah daerah juga ditujukan untuk mengembangkan sistem
kelembagaan dan kompetensi serta pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia yang
berorientasi pada kinerja.
Dalam rangka pengembangan kapasitas Pemerintah daerah,maka ditetapkan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem pada hakekatnya mencakup kebijakan dan pengaturan kerangka kerja
yang relevan untuk mencapai tujuan kebijakan yang ditetapkan. Dalam paparan yang lebih
operasional, pengembangan sistem mencakup; substansi kebijakan, strategi, perencanaan serta
sasaran kinerja.
b. Pengembangan Kelembagaan
Pengembangan kelembagaan mencakup : proses pengambilan keputusan, sistem manajemen dan
relasi antar organisasi, peraturan dan pengaturan pemerintah yang baik, pembuatan pedoman dan
sistem manajemen, restrukturisasi organisasi, refungsionalisasi organisasi, dan revitalisasi
organisasi.
Untuk mencapai visi dan misi Kabupaten Tangerang selama kurun waktu 2008-2013, maka
dijabarkan dalam misi sebagai berikut :
Kondisi jalan menuju ke pantai cukup bagus, dilengkapi dengan jaringan telekomunikasi dengan
layanan interlokal, jaringan listrik dan prasarana air bersih. Berjarak 23,5 Km dari Kota
Tangerang diikuti dengan bentangan aliran sungai irigasi mulai dari Pintu Air Tangerang di jalan
Daan Mogot dari Grogol, Jakarta Barat yang membelah Kota Tangerang hingga Balaraja. Dari
arah Jakarta dapat ditempuh melalui jalan tembus dari Kapuk atau lewat pasar Cengkareng,
dengan kondisi jalan mulus.
2. Pulau Cangkir
Terletak di Kecamatan Kronjo, sekitar 35 Km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang.
Memiliki nuansa pedesaan yang masih asri. Kawasan pantai yang akan dikembangkan seluas 10
ha.Kondisi jalan menuju lokasi beraspal, terbentang menyusuri sungai sepanjang 4 Km.
Dilengkapi dengan jaringan layanan telekomunikasi interlokal dan internasional (SLI), jaringan
listrik dan sarana air bersih.
Pantai Dadap
Terletak di Kecamatan Kosambi, dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum.
Dilengkapi dengan berbagai fasilitas pariwisata seperti rumah makan seafood. Kawasan pantai
yang akan dikembangkan seluas 135 ha.
Letak pantai cukup strategis dengan panorama alam yang indah, jaraknya hanya 30 Km dari
Tigaraksa.
Pantai ini merupakan bagian dari kawasan pertumbuhan wilayah timur dengan luas pantai 150
ha.
Kondisi jalan menuju pantai cukup baik, dilengkapi dengan jaringan fasilitas layanan
telekomunikasi interlokal dan internasional, jaringan listrik serta sarana air bersih.
Sumber : http://www.tangerangkab.go.id