Professional Documents
Culture Documents
ACARA III
SMAAK PROFF (PENGUJIAN RASA)
ACARA III
SMAAK PROFF (PENGUJIAN RASA)
I. INTISARI
Suatu tanaman akan bernilai atau bermutu baik bila tanaman yang dihasilkan
tersebut dapat diminati oleh konsumen. Salah satu cara ketertarikan konsumen dari suatu
produk adalah hal rasa. Rasa merupakan faktor yang relatif dan salah satu faktor penentu
kualitas hasil pertanian. Bagi para petani faktor rasa sangat diutamakan. Suatu varietas
baru akan berarti dan mempunyai nilai bila mendapat apresiasi yang baik dari petani. Oleh
karena itu, pemuliaan tanaman diarahkan untuk memperoleh varietas yang berkualitas.
Praktikum Smaak Proff (Pengujian Rasa) dilaksanakan pada hari Jumat, 1 Mei 2009 di
Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyalarta. Praktikum ini bertujuan untuk menguji dan menilai
terhadap rasa nasi dari suatu jenis padi. Metode kerja yang dilakukan adalah dengan
mencicipi langsung. Bahan yang digunakan adalah nasi dengan varietas padi Rojo Lele, IR
64 III, Menthik Wangi, IR 64 I, Beras Jatah, C4 Super, IR 64 II. Sedangkan alatnya adalah
alat tulis dan piring kemudian dilakukan penilaian rasa yang relatif pada pencicip dengan
nilai 1 = enak sekali, 2 = enak, 3 = sedang/biasa, 4 = kurang enak, 5 = tidak enak. Tiap
varietas diperlakukan sama dalam cara menanaknya. Dari hasil pengamatan dengan metode
langsung hasil diperoleh hasil dimana Ti adjusted (Ti adj) semakin rendah maka varietas
tersebut semakin enak. Tingkatan rasa nasi dari yang paling enak ke yang tidak enak adalah
sebagai berikut : IR 64 I, beras jatah, IR 64 III, IR 64 II, C4 Super, Menthik Wangi dan
Rojo Lele. Untuk metode tidak langsung dapat dilakukan dengan perhitungan menurut
rumus yang ada kemudian baru dibuat tabel anova. Dari hasil perhitungan tabel anova
dapat diketahui bahwa Fhit > Ftabel, sehingga ada beda nyata antar perlakuan, yang artinya
setiap perlakuan dalam hal ini varietas memang memberikan beda rasa yang signifikan.
Keyword : Smaak Proff, Ti adjusted, varietas padi
II..PENDAHULUAN
A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengadakan pengujian serta penilaian
terhadap rasa nasi dari suatu jenis padi.
B. Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia. Jenis padi ada
bermacam-macam dan masing-masing memiliki kualitas yang berbeda pula.
Faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas tanaman padi antara lain rendemen,
bentuk butir, kekerasan dan rasa. Rasa nasi merupakan faktor relatif yang
menentukan kualitas padi. Rasa bersifat relatif karena selera orang yang satu
dengan yang lain berbeda-beda. Rasa merupakan salah satu sifat kualitatif
tanaman. Penilaian terhadap rasa nasi adalah sesuatu yang subjektif, artinya
tergantung terhadap penilaian orang masing-masing. Ada kemungkinan data yang
diperoleh tidak dapat digunakan sebagai acuan.
Pengetahuan tentang rasa ini sangat penting bagi petani dan juga pemulia
karena kualitas padi yang baik akan lebih disukai oleh masyarakat sehingga
dengan membandingkan berbagai rasa akan diperoleh pengetahuan rasa nasi yang
paling enak sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki mutu rasa nasi. Oleh
karena itu, praktikum pengujian rasa ini bertujuan untuk menguji dan memberikan
penilaian terhadap rasa nasi dari suatu jenis padi. Sehingga, diperoleh varietas
padi yang mempunyai mutu rasa nasi yang enak.
C. Tinjauan Pustaka
Varietas padi yang berbeda-beda akan menentukan mutu beras yang berbeda
pula. Tanaman padi yang dibudidayakan di Indonesia dibagi dalam dua golongan,
yaitu varietas bulu dan varietas cere. Pada umumnya varietas bulu mempunyai
rasa nasi yang enak. Nasi dalam keadaan panas atau dingin memberikan tekstur
yang lembut dan lunak serta butir-butir nasinya satu sama lain lengket. Pada
varietas cere yang terjadi justru sebaliknya, dimana nasi yang dihasilkan kurang
enak dan butirannya lepas-lepas (Siregar, 1981).
Mutu yang baik dan rasa nasi yang enak memegang peranan penting dalam
perdagangan dan perkembangan suatu varietas. Banyak varietas unggul yang
mempunyai potensi hasil tinggi, tahan terhadap penyakit namun tidak populer di
kalangan masyarakat petani karena mutu berasnya kurang baik dan rasanya tidak
sesuai dengan selera konsumen. Masing-masing varietas atau galur padi
mempunyai sifat dan mutu beras serta rasa nasi yang berbeda (Cush, 1982).
Sebuah varietas yang direkomendasikan untuk menjadi produk komersial
harus telah cukup uji dalam area dimana varietas tersebut diharapkan bisa tumbuh
dan mampu menunjukkan keunggulan atau setidak-tidaknya dibandingkan dari
salah satu atau keduanya yaitu kemampuan adaptasi dan kualitas butir padi untuk
eksis sebagai varietas komersial (Escuro, 1970).
Tingkat kepulenan nasi akan mempengaruhi rasa nasi. Dari sekian faktor
yang mempengaruhi rasa nasi seperti gelatinitas,gel konsistensi, pengembangan
setelah ditanak dan aroma, kadar amilosa merupakan faktor yang paling
mempengaruhi. Khususnya menjelaskan bahwa karakteristik tanak dan rasa beras
giling dipengaruhi oleh amilosa dan amilopektin dalam tepung beras. Sifat
endosperm mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan amilosa pada padi
dikontrol unggul oleh gen Pemuliaan untuk mendapatkan kultivar unggul yang
memenuhi selera konsumen, memerlukan dukungan yang memadai tentang
pengetahuan pewarisan sifat-sifat tersebut (Wasif, 2001).
Rasa nasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran
varietas unggul karena nasi adalah ungkapan selera pribadi yang tergantung pada
individu, golongan maupun daerah. Rasa nasi dapat ditentukan oleh kepulenan,
sedangkan kepulenan ditentukan oleh sifat kekerasan dan kelengketan nasi. Nasi
yang tergolong pulen dan enak rasanya berasal dari beras yang memiliki kadar
amilose rendah hingga sangat rendah. Dalam upaya peningkatan kualitas hasil
varietas yang unggul perlu diperhatikan perbaikan mutu rasa disamping sifat yang
lain. Untuk itu, mekanisme penentuan sifat kadar amilose perlu diketahui
(Yitnoprastowo et.al., 2004).
Tingginya produktivitas padi tidak menjamin nilai rasanya. Perbedaan rasa
nasi antar varietas terletak pada adanya perbedaan kadar amylose yang terdapat
pada pati dari butir-butir berasnya. Pati beras tersusun atas rangkaian unit-unit
gula (glukosa) yang terdiri dari fraksi rantai cabang amilopektin, dan rantai lurus
amilose (Djoko, 1988).
Diantara faktor yang mempengaruhi rasa nasi, kadar amilose merupakan
faktor yang terpenting karena rasa nasi lebih banyak ditentukan oleh kadar
amilose daripada sifat fisik lainnya. Berdasarkan kadar amilosenya, varietas padi
dapat digolongkan menjadi 5 yaitu ketan (0-2 %), sangat rendah (3-9%), rendah
(10-19%), sedang (20-24%) dan tinggi (25-30%). Preferensi terhadap mutu cita
rasa terutama ditentukan oleh tingkat kepulenan, kemekaran, aroma, warna nasi
dan rasa nasi. Walaupun sifat genetik beras merupakan faktor utama dalam
evaluasi mutu cita rasa, tetapi faktor pemasakan seperti perbandingan antara beras
dan air serta lamanya pemasakan juga mempengaruhi nilai mutu cita rasa
(Soenarjo et al., 1991).
III. METODOLOGI
Praktikum acara III berjudul Smaak Proff (Pengujian Rasa) ini dilaksanakan
pada hari Jumat, 1 Mei 2009 bertempat di Laboratorium Pemuliaan Tanaman,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Bahan yang diperlukan ialah tujuh jenis varietas padi yaitu, C4
Super, Rojolele, Menthik wangi, IR 64 I, IR 64 II, IR 64 III dan Raskin.
Sedangkan alat yang digunakan adalah piring dan alat tulis.
Cara kerja dalam praktikum ini yaitu disiapkan 7 varietas padi dengan nama
varietasnya dirahasiakan terlebih dahulu. Kemudian, praktikan disuruh untuk
mencicipi rasa dari 7 varietas nasi tadi dan memberi penilaian pada setiap nasi.
Pada pengujian secara tidak langsung ini, para praktikan yang ada dibagi dalam 7
kelompok (blok), tiap kelompok hanya menilai 3 macam varietas (treatment).
Penilaian dilakukan dengan sistem skoring dengan penilaian sebagai berikut:
: enak sekali
: enak
: sedang atau biasa
: kurang enak
: tidak enak
Selanjutnya, hasil penilaian kelompok tersebut dirata-rata dari individu yang
ada dalam kelompok. Untuk setiap kelompok ada nilai rata-rata dari tiga macam
varietas yang dinilai. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan analisis rancangan
acak blok tidak lengkap. Dan kemudian dimasukkan ke dalam tabel uji tidak
langsung. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan membuat tabel annova serta
kesimpulannya.
Mencari = = 8,4
Mencari Qt = = 5,3 – 8,4 = - 3,1
Mencari ΔTi = Qt.( ) = -3,1 ( = - 1,33
3. Tabel perhitungan Ti adjusted
Ti Adjusted
No Ti ΔTi Varietas beras
( – Δti)
1,7 -
1 5,3 3,09 Rojolele
6 1,33
3,3
2 10 0,61 2,72 IR64 III
3
2,6 -
3 8 3,02 Menthik Wangi
6 0,36
2,2 -
4 6,75 2,5 IR 64 I
5 0,25
3,2
5 9,75 0,72 2,53 Jatah
5
2,6 -
6 7,9 2,95 C4 Super
3 0,32
11,2 3,7
7 0,93 2,82 IR 64 II
5 5
Contoh perhitungan nomor 1
Mencari = = 1,76
Mencari ΔTi = Qt.( ) = -3,1 ( = - 1,33
Mencari Ti Adjusted = – Δti = 1,76 – (-1,33) = 3,09
4. Tabel anova
Svariasi Db SS MS Fhit Ftab
14,007
Total 20 0,7 - -
5
0,49 1,88 2,44691
Blok 6 2,996
9 3 2
2,44691
Treatment 6 8,89 1,48 5,58
2
Error 8 2,1215 0,26 - -
5
Kesimpulan Blok Fhit < Ftab, hasil tidak nyata
Treatment Fhit > Ftab, hasil nyata
CF = = = = 165,48
Escuro, P.B. 1970. Recommended varietas and their cultural characteristics. Rice
Production Manual. University Of The Philippines, Manila.
Soenarjo, E., D. S. Damardjati dan M. Syam. 1991. Padi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Wasif, M.M. 2001. The hydrolisis rates were lower them of those with low
amylose rice, weight gains rats. Agriculture Research 9(3):186-192.