You are on page 1of 5

AQIQAH

Rabu, 07 April 04

Makna Aqiqah

Aqiqah berasal dari kata ‘Aqq yang berarti memutus dan melubangi, dan ada
yang mengatakan bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih,
dinamakan demikian karena lehernya dipotong, dan dikatakan juga bahwa ia
adalah rambut yang dibawa si bayi ketika lahir.1

Adapun maknanya secara syari’at adalah hewan yang disembelih untuk menebus
bayi yang dilahirkan.2

Hukumnya

Hukum aqiqah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunnah muakkadah,
dan ini adalah pendapat Jumhur Ulama, berdasarkan anjuran Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam dan praktek langsung beliau Shallallaahu alaihi wa
Sallam. “Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka tumpahkan (penebus)darinya
darah (sembelihan) dan bersihkan darinya kotoran (Maksudnya cukur
rambutnya).” (HR Ahmad,Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)

Perkataannya, “maka tumpahkan (penebus)darinya darah (sembelihan),” adalah


perintah, namun bukan bersifat wajib, karena ada sabdanya yang memalingkan
dari kewajiban yaitu: “Barangsiapa di antara kalian ada yang ingin
menyembelihkan bagi anaknya, maka silahkan lakukan.” (Riwayat Ahmad, Abu
Dawud dan An Nasai dengan sanad yang hasan).
Perkataan beliau, “ingin menyem-belihkan,” merupakan dalil yang memalingkan
perintah yang pada dasarnya wajib menjadi sunnah.3

Hikmahnya

§ Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim alaihissalam tatkala Allah menebus


putra Ibrahim yang tercinta Ismail alaihissalam.

§ Dalam aqiqah ini mengandung unsur pengusiran syaithan dari meng-


ganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadits: “Setiap
anak itu tergadai dengan aqiqahnya.” (Hadits shahih riwayat Ahmad, Abu
Dawud, At Tirmidzi, An Nasai, Dan Ibnu Majah)
Maksudnya bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh aqiqahnya,
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Al Qayyim.4

Imam Ahmad mengatakan: Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua
orang tuanya (dengan aqiqahnya).
§ Merupakan bentuk taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari si
anak di saat awal dia keluar di dunia, dan si anak sangat mengambil manfaat
darinya sebagaimana dia mengambil manfaat dengan doa.5

§ Dan sebagai ungkapan syukur nikmat atas dikaruniakan anak.


Hewan sembelihannya

Hewan yang dibolehkan disembelih untuk aqiqah adalah sama seperti hewan
yang dibolehkan disembelih untuk qurban, dari sisi usia dan kriteria.6 Imam
Malik berkata: Aqiqah itu seperti layaknya nusuk (sembeliah denda larangan haji)
dan udhhiyah (qurban), tidak boleh dalam aqiqah ini hewan yang picak, kurus,
patah tulang, dan sakit.7

Imam Asy Syafiiy berkata: Dan harus dihindari dalam hewan aqiqah ini cacat-
cacat yang tidak diperbolehkan dalam qurban.8

Ibnu Abdul Barr berkata: Para ulama telah ijma bahwa di dalam aqiqah ini tidak
diperbolehkan apa yang tidak diperbolehkan di dalam udhhiyah, (harus) dari Al
Azwaj Ats Tsamaniyyah (kambing, domba, sapi dan unta), kecuali pendapat yang
ganjil yang tidak dianggap.9

Namun di dalam aqiqah tidak diperbolehkan berserikat sebagaimana dalam


udhhiyah, baik kambing/domba, atau sapi atau unta.10Sehingga bila seseorang
aqiqah dengan sapi atau unta, itu hanya cukup bagi satu orang saja, tidak boleh
bagi tujuh orang.

Kadar jumlah hewan

Kadar aqiqah yang mencukupi adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun
untuk perempuan, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas rahimahullah :
“Sesungguh-nya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam mengaqiqahi Hasan dan
Husain satu domba satu domba.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al
Jarud)

Ini adalah kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengaqiqahi
anak laki-laki dengan dua ekor, ini berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
§ Ummu Kurz Al Ka’biyyah berkata: “Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam
memerintahkan agar disembe-lihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor domba
dan dari anak perempuan satu ekor.” (Hadits sanadnya shahih riwayat Imam
Ahmad dan Ashhabus Sunan)

§ Dari Aisyah Radhiallaahu anha berkata: “Nabi Shallallaahu alaihi wa


Sallam memerintahkan mereka agar disembelihkan aqiqah dari anak laki-laki
dua ekor domba yang sepadan dan dari anak perempuan satu ekor. (Shahih
riwayat At Tirmidzi)
Dan karena kebahagian dengan mendapatkan anak laki-laki adalah berlipat
dari dilahirkannya anak perempuan, dan dikarenakan laki-laki adalah dua kali
lipat wanita dalam banyak hal.11
Waktu pelaksanaannya

Pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini
berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Setiap anak itu tergadai
dengan hewan aqiqahnya, disembelih darinya pada hari ke tujuh, dan dia
dicukur, dan diberi nama.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus
Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi)

Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan
pada hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu,
ini berdasarkan hadits Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau berkata:
“Hewan aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, ke empat belas, dan ke dua
puluh satu.” (Hadits hasan riwayat Al Baihaqiy)

Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja
pelaksanaannya di kala sudah mampu,12 karena pelaksanaan pada hari-hari ke
tujuh, ke empat belas dan ke dua puluh satu adalah sifatnya sunnah dan paling
utama bukan wajib. Dan boleh juga melaksanakannya sebelum hari ke
tujuh.13Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga
untuk disembelihkan aqiqahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan
syarat sudah berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya.14Aqiqah adalah
syari’at yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang yang belum di
sembelihkan hewan aqiqah oleh orang tuanya hingga ia besar, maka dia bisa
menyembelih aqiqah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan berkata: Dan
bila tidak diaqiqahi oleh ayahnya kemudian dia mengaqiqahi dirinya sendiri maka
hal itu tidak apa-apa menurut saya, wallahu ‘Alam.15

Pembagian daging Aqiqah

Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa memakannya, meng-
hadiahkan sebagian daginganya, dan mensedekahkan sebagian lagi. Syaikh
Utsaimin berkata: Dan tidak apa-apa dia mensedekahkan darinya dan mengum-
pulkan kerabat dan tetangga untuk menyantap makanan daging aqiqah yang
sudah matang.16Syaikh Jibrin berkata: Sunnahnya dia memakan sepertiganya,
menghadiahkan seper -tiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan
sepertiga lagi kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman dan
kerabat untuk menyantapnya, atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya.1
7 Syaikh Ibnu Bazz berkata: Dan engkau bebas memilih antara mensedekahkan
seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya kemudian mengundang orang
yang engkau lihat pantas diundang dari kalangan kerabat, tetangga, teman-
teman seiman dan sebagian orang faqir untuk menyantap-nya,18dan hal serupa
dikatakan oleh Ulama-ulama yang terhimpun di dalam Allajnah Ad Daimah.19

Hal-hal lain yang disyari’atkan di saat anak dilahirkan


§ Disyari’atkan memberi nama anak yang lahir dengan nama yang pada hari
yang ketujuh sebagaimana hadits di atas atau pada saat dilahirkan langsung
karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah menamai putranya yang
baru lahir dengan nama Ibrahim, beliau berkata: “Tadi malam telah dilahirkan
anak laki-laki bagiku, maka saya menamainya dengan nama bapakku
Ibrahim.” (HR Muslim)

§ Mencukur (menggundul) semua rambutnya tanpa tersisa, berdasarkan


hadits di atas, bukan sebagiannya saja. Dan bersedekah perak seberat rambut
yang digundul itu, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
kepada Fathimah Shallallaahu alaihi wa Sallam tatkala Hasan dilahirkan,
“Gundulilah rambutnya, dan bersedekahlah dengan perak seberat rambut itu
kepada orang-orang miskin.” (HR Ahmad dan dihasan-kan oleh Al Albaniy
dalam Irwaul Ghalil 4/403)20. Dan kalau tidak ada perak bisa emas yang
senilai atau uang.21

§ Mentahnik dengan kurma bila ada (yaitu meletakan kurma pada rongga
mulut bagian atas si bayi seraya mengoles-olesnya), berdasarkan hadits Al
Bukhari dan Muslim, dan sebaiknya yang melakukan adalah orang yang
shalih.22

§ Adzan pada telinga bayi yang baru lahir, Abu Rafii’ Radhiallaahu anhu
berkata: Saya melihat Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam melakukan
adzan seperti (adzan) shalat pada telinga Hasan tatkala dilahirkan oleh
Fathimah radhiyallahu ‘anha. (HR Ahmad dan yang lainnya dan dishahihkan
oleh At Tirmidzi dan dihasankan oleh Al Albaniy dalam Irwaul Ghalil 4/400
karena ada syahid dari hadits Ibnu Abbas ).

§ Mengolesi kepalanya si bayi dengan minyak wangi sebagai pengganti apa


yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyyah yang mengolesi kepala bayi
dengan darah hewan aqiqah, kebiasaan mereka ini tidak benar sehingga Islam
meluruskannya dengan mengoleskan minyak wangi dikepalanya, sebagaimana
dalam hadits Buraidah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya
dan dishahihkan oleh Al Albaniy.23 (Aman Abdurrahman)

End Note:
(1)Subulussalam 4/189, dan Al Asilah Wal Ajwibah Al Fiqhiyyah 3/33.
(2)Ibid, dan Mukhtashar Al Fiqhil Islamiyy 600.
(3)Subulussalam 4/190.
(4)Tuhfatul Wadud Fi Ahkamil Maulud, Ibnu Al Qayyim 46-47.
(5)Al Asilah Wal Ajwibah Al Fiqhiyyah 3/39-40.
(6)Mukhtashar Al Fiqhil Islamiyy 600.
(7)Tuhfatul Wadud 97.
(8)Tuhfatul Wadud 94.
(9)Ibid. (10)Mukhtashar Al Fiqhil Islamiyy 600.
(11)Al Asilah Wal Ajwibah Al Fiqhiyyah 3/35.
(12)Al Ajwibah 3/34, Al Muntaqaa 5/195, Mukhtashar Al Fiqhil Islamiy 600,
Mulakhkhash Al Fiqhil Islamiy 1/318, Fatawa Islamiyyah 2/325.
(13)Mulakhkhash Al Fiqhil Islamiy 1/318.
(14)Fatawa Islamiyyah 2/327.
(15)Al Muntaqaa 5/196.
(16)Fatawa Islamiyyah 2/324.
(17)Fatawa Islamiyyah 2/325.
(18)Fatawa Islamiyyah 2/327.
(19)Fatawa Islamiyyah 2/326.
(20)Irwaul Ghalil 4/405.
(21)Minhajul Muslim, Abu Bakar Al Jazairiy 437.
(22)Subulussalam 4/194.
(23)Irwaul Ghalil4/389.

You might also like