You are on page 1of 27

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1 DEFINISI APPENDICITIS


Appendicities adalah radang / inflamasi pada appendix vemiformis,dan
merupakan penyebab penyakit abdomen akut yang paling sering. Sedangkan
appendicitis akut adalah appendicitis dengan onset gejala akut yang memerlukan
intervensi bedah dan biasanya dengan nyeri di kuadran abdomen kanan bawah dan
dengan nyeri tekan tekan dan alih, spasme otot yang ada di atasnya, dan dengan
hiperestesia kulit. Sedangkan appendicitis kronis ditandai dengan nyeri abdomen
kronik (berlangsung terus menerus ) di dearah fossa illiaca dextra,tetapi tidak terlalu
parah, dan bersifat continue atau intermittent, nyeri ini terjadikarena lumen appendix
mengalami partial obstruk. Penyakit ini dapat mengenal semua umurbaik laki-laki
maupun perempuan. Tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai
30 tahun, dan jarang sekali terjadi pada usia di bawah 2 tahun.
Usus buntu atau appendicitis atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya
belum di ketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang
mengganggu. Bila terjadi peradangan, harus segera dilakukan pembedahan untuk
mencegah komplikasi yang berbahaya. Appendix menghasilkan lendir 1 -2 ml / hari.
Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke
sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut, maka akan
mempermudah timbulnya appendicitis (radang pada appendicitis ). Di dalam
appendicitis juga terdapat immunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang
banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A.
Pada pemeriksaan fisik, keluhan dirasakan oleh penderita biasanya berupa demam
ringan dengan suhu 37,5 – 38,5 °C. Bila suhu tubuhnya sudan tinggi, maka mungkin
sudah terjadi perforasi. Saat dilakukan inspeksi oleh dokter pada daerah perut tidak
akan ditemukan tanda yang khas, karena memang tidak ada penonjolan atau
penimbunan pada bagian perut. Kecurigaan pada appendicitis akan timbul pada saat
dokter melakukan palpasi perut. Pada daerah perut kanan bawah, sering kali bila
ditekan akan terasa nyeri. Appendicitis yang pernah meradang tidak akan sembuh
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang akan menyebabkan
perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan
keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu saat, ketika meradang lagi maka
biasa disebut appendicitis eksaserbasi akut.
Pada pasien appendicities dapat melakukan manajemen sebagai berikut. Bila kita
mendapati pasien dengan nyeri pada fossa iliaca kanan, dan pasien itu memiliki tanda
dan gejala lain dari appendicities sehingga kita dengan yakin mendiagnosisnya
sebagai appendicities, maka segara lakukan appendectomy. Apabila kita mendapati
pasien dengan nyeri pada fossa illiaca kanan, namun belum dapat dipastikan
diagnosis dari pasien tersebut apakah appendicities atau penyakat lainnya, maka kita
harus mereview pasien tersebut sacara periodic, bili perlu pasien kita sarankan untuk
rawat inap agar dapat dipantau perkembagannya dengan baik, bila dipantau masih
menimbulkan keraguan maka kita dapat melakukan pemeriksaan penunjang seperti,
memeriksa urine, sacara mikroskopis, X-ray, full blood count, serum amylase.
Sebagai seorang perawat dalam menangani pasien eppendicities ini, perawat
harus melakukan perawatan luka supaya tidak terjadi infeksi pada paien dan perawat
juga harus menjaga supaya tidak terjadi infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial
adalah infeksi yang didapat selama perawatan di Rumah Sakit, dimana sebelumnya
klien tidak mengalaminya dan tidak dalam masa inkubasi penyakit, atau infeksi yang
belum dialami klien saat dating di Rumah Sakit tetapi terjadi pada 48 – 72 jam setelah
dirawat inap.
Sistem tubuh yang dapat mengalami infeksi nosokomial adalah :
1. sistem pernafasan
2. sistem pencernaan
3. sistem perkemihan
4. sistem cardiovascular
5. sistem musculoskeletal
infeksi nosokomial dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu :
 mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan setiap tindakan keperawatan
 menggunakan masker jika perlu
 menggunakan sarung tangan sesuai kebutuhan
 menggunakan teknik aseptic
 tidak menyentuh area /alat yang terkontaminasi, hati – hati tertusuk jarum
 pertahankan lingkungan yang bersih dan nyaman
 melatih mobilisasi atau ROM
 mengganti alat medis yang terpasang secara periodic ( contoh : ganti IV
cateter 3 hari sekali )
 membuang urine pada bag urine sebelum penuh
 ganti linen atau sprei klien dengan segera dan lantai jika terkontaminasi
darah, pus, secret, dll untuk mencegah kontaminasi
 jangan membuka luka jika lantai dibersihkan
 isolasikan klien jika perlu

1.2 ETIOLOGI APPENDICITIES


Appendicities mempunyai tanda dan gejala bervariasi yaitu nyari yang
dirasakan samara yaitu pada bagian tengah abdominal tepatnya pada periumbilikal
( nyeri tumpul ). Seringkali disertai dengan rasa mual dan muntah ( 3 kali,facial
fkush, tenderness pada fossa illiaca, demam suhu antara 37,5 – 38,5ºC). Beberapa jam
kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah, yang oleh kalangan medis
disebut titik Mc. Eurney. Nyeri ini akan dirasakan akan lebih jelas baik letak maupun
derajat nyerinya. Tanda – tanda dari appendicities klasik ini dapat ditemukan kurang
dari setangah kasus yng terjadi. Ada juga tanda – tanda lain yang muncul yaitu bila
appendix berada di dekat rectum, maka itu dapat menyebabkan iritasi local dan
diarrhea. Bila appendix terletak dekat dengan vesica urinaria atau ureter, maka itu
dapat menyebabkan dysuria dan pyuria ( secara mikroskopik ).
Sedangkan appendicities itu disebabkan antara lain obstruksi oleh fecalith, a
gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing ( oxyurus vermicularis ). Terjadinya
appendicities umumnya karena bakteri. Namun terdapat banyak sekali factor pencetus
terjadinya hal itu. Diantaranya sumbatan dari lumen appendix, adanya timbunan tinja
yang keras (fekalith), tumor appendix. Namun juga dapat terjadi karena pengikisan
mukosa appendix akibat parasit seperti E. hystoutica. Rendah serat juga akan
menimbulkan kemungkinan terjadi appendicities. Tinja yang keras pada akhinya akan
menyebabkan konstipasi yang akan meningkatkn tekanan di dalam sekum
sehinggaakan mempermudah timbulnya penyakit itu.

1.3 MANIFESTASI KLINIS


Keluhan appendicities biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan
beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan akan diperberat bila
berjalan dan batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam yang tidak
terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang – kadang terjadi diare,
mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap.
Namun beberapa jam nyeri abomen kanan bawah akan semakin progresif, dan dengan
pemeriksaan seksama akan menunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi
ringan pada kuadran kanan bawah dapt membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri
lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, proas, dan obturator
positif, akan semakin meyakinkan diagnosis klinis appendicities.

1.4 PATOFISIOLOGI APPENDICITIES


Appendicities dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang telah
dijelaskan pada etiologi, akan tetapi akan sering disebabkan obstruksi oleh fekalith.
Hasil observasi epidemologi juga menyebutkan bahwa obstruksi fekalith adalah
penyebab terbesar. Pada awal apppendicities, mukosa mengalami inflamasi terlebih
dahulu. Kemudian inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga
lapisan muskularis dan lapisan serosa. Terbentuk juga eksudat fibrinoputulen pada
permukaan serosa dan menyebar ke dinding peritoneal terdekat sehingga menyebab
peritonitis. Pada fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus,
sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya
pembuluh – pembuluh kapiler yang mensuplay darah ke appendix mengalami
trombosa dan appendix yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous.
Setelah mengalami nekrosis mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat
dalam lumen appendix, seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan
menimbulkan peritonitis.
Pada anak – anak, karena omentum lebih pendek dan appendix lebih panjang,
dinding appendix lebih tipis. Keadaan tersebut di tambah daya tahan tubuh yang
masih kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi
mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.

1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan panggul, rectum ( dubur ),
pemeriksaan laboratorium darah
2. pemeriksaan urine
3. pemeriksaan roentgen abdomen
4. USG (bila perlu)
5. CT SCAN (bila perlu)
Di bawah ini adalah foto roentgen penyakit appendicities
1.6 KOMPLIKASI
1. mempunyai kecenderungan progresif
2. mengalami perforasi
3. meningkatkan nyeri, demam, malaise dan leukositas semakin jelas
4. psaame otot dinding perut kuadran kanan bawah
5. pembentukan abses
6. abses subferenikus dan fokal sepsis intra abdominal
7. obstruksi intestinal

1.7 PENATALAKSANAAN
1. sebelum operasi
a.Observasi
Dalam 8 – 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendicities
sering kali belum jelas. Dalam keadaan ini observasi perlu dilakukan pasien
diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh di berikan
blila dicurigai adanya appendicities ataupun bentuk peritonitis lainnya.
Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung
jenis) di ulang secara periodic, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk
mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis
ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah
timbulkan keluhan.
b. inkubasi bila perlu
2. antibiotic
Antibiotic spectrum luas diberikan selama 7 sampai 10 hari. Piremidin (Demerol)
diberikan untuk menghilangkan nyeri. Antispasmodik seperti propantelin bromide
(pro- banthine) dan oksifensiklimin (darison) dapat diberikan. Untuk mengatasi
diare yang terjadi dapat diberikan supositoria evakuan (dulcolax).
3. pasca operasi
Perlu di lakukan observasi tanda – tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam syok, hipertensi, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde
lambuna bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Baringkan pasien didalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik selama 12 jam
tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuaskan. Bila tindakan operasi lebih
besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai
fungsi usus kembali normal.
Kemudian berikan minummulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi
30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2x30 menit. Pada hari ke 2 pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
Hari ke 7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
4. penatalaksanaan gawat darurat non- operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti dalam peritonitis
akut. Dengan demikian gejala appendicitiesakut akan mereda, dan kemungkinan
terjadinya komplikasi akan berkurang.
BAB III
KESIMPULAN

Appendicities adalah radang / inflamasi pada appendix vemivormis, dan


merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Appendicities sering ada 2
jenis yaitu appendicities akut dan appendicities kronis.
Setelah dilakukan pengkajian telah didapat beberapa diagnosa yaitu :
1. nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
3. hipertermia berhubungan dengan penyakit
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu memasukkan, mencerna, dan mengasorbsi makanan
5. diare berhubungan dengan proses infeksi
6. gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
7. intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
8. imobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
9. kurang perawatan diri mandi berhubungan dengan nyeri
10. ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
11. resiko infeksi berhubungan dengan post operasi
12. resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, petunjuk,
serta bimbingan-Nya, maka makalah ini terselesaikan dengan judul “STROKE
HEMORRAGIC”.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas Nursing Simulation
Program (NSP), serta bermanfaat bagi kami serta dan menjadi kreativitas mahasiswa.
Tentu saja banyak suka duka yang kami jalani. Dari segi suka, misalnya dapat
menambah wawasan/pengetahuan, serta meningkatkan kerja dan semangat belajar.
Dari segi duka, misalnya kurangnya pendalaman mengenai bahan atau teori-teori
yang digunakan dalam menyusun makalah ini.
Sungguh kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang dari sempurna,
maka kami akan sangat berlapang dada dan berbesar hati, apabila para pembaca
berkenan memberikan kritik dan saran yang dapat membangun, kami ucapkan terima
kasih.

Yogyakarta, 17 Desember 2007

Penyusun
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN Sdr. A


DENGAN APPENDICITIES
DI BANGSAL ….., R S …..

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan di bangsal…
1. BIODATA
a. Identitas klien : Sdr. A
Nama : -
Tempat, tanggal lahir : -
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Diagnosa medis : Appendicities

b. Identitas penanggung jawab


Identitas klien : Sdri. B
Nama : -
Tempat, tanggal lahir : -
Umur : -
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Hubungan dengan pasien : Ibu pasien
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pada pasien appendisities mengeluh nyeri abdomen di kuadran kanan bawah
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien appendisities mengalami nyeri yang ringan di daerah umbilikul
dan kemudian menjadi nyeri berat dan beralih ke kuadran kanan bawa. Dan
semakin hebat jika pasien berjalan atau batuk.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah masuk rumah sakit karena gejala appendisities yang disebabkan
adanya fokolish
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di dalam kelurga ada yang manderta penyakit seperti yang klien alami
e. Genogram

Keterangan

: laki-laki

: perempuan

: menikah

: garis keturunan

: meninggal

: hidup dalam satu rumah

: klien
3. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila klien sakit, biasanya membeli obat di took obat terdekat. Dan apabila
tidak terjadi perubahan maka klien memaksakam diri ke puskesmas atau RS
terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan 
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilisasi di tempat tidur 

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dengan menggunakan alat Bantu
2 : dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : dengan bantuan orang lain dan alat Bantu
4 : tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada poasien appendisities terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri pada
abdomen
d. Pola nutrisi metabolic
Pada pasien appendisities terjadi gangguan metabolic yaitu pasien sering mual
dan muntah
e. Pola eliminasi
ˉ Sebelum sakit klien biasa BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna
kuning, bau khas
ˉ Setelah sakit klien BAB 4-5x sehari dengan konsistensi agak cair
ˉ Sebalum sakit klien biasa BAK 4 – 5x sehari dengan bau khas, warna
kuning jernih
ˉ Setelah sakit klien tidak mengalami gangguan BAK (normal)
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian klien dalam keadaan sadar, bicara kurang jelas, pendengaran
dan penglihatan klien normal
g. Pola peran hubungan
1. Status perkawinan : menikah
2. Pekerjaan : dagang
3. Kualitas bekerja : sebelum sakit klien pedagang di pasar
4. Sistem dukungan : ibu
h. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam, abadah dilakukan secara rutin
i. Pola konsep diri
1. Harga diri : tidak terganggu
2. Ideal diri : tidak terganggu
3. Identitas diri : tidak terganggu
4. Gambaran diri : tidak terganggu
5. Peran diri : terganngu, karena klien kurang mengetahui
tentang penyakitnya
j. Pola seksual reproduksi
Pada klien appendisities tidak mengalami gangguan pada seksual
reproduksinya
k. Pola koping
1. Masalah utama klien masuk RS, kurangnya perawatan diri karena
klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari
2. Kehilangan atau perubahan yang terjadi
Klien mengalami perubahan, dalam beraktivitas sehari-hari butuh bantuan
orang lain
3. Takut terhadap kekerasan : tidak
4. Pandangan terhadap masa depan
Klien mengalami pesimis untuk sembuh

4. PEMERISAAKAN FISIK
a. Tanda- tanda vital
– Suhu > 370C
– Nadi > 100 x / menit
– TD : diastole > 60, sistole > 115 mmHg
– RR > 24 x / menit
b. Keadaan umum
Keadaan umum tergantung beratnya penyakit yang dialami oleh pasien dari
komposmentis, apatis, somnolen, delirium, jopor, dan koma
c. Pemeriksaan Head to toe
1. kulit dan rambut
• Inspeksi
– Warna kulit : normal, tidak ada lesi
– Jumlah rambut : lebat, tidak rontok
– Warna rambut : hitn
– Kebersihan rambut : kurang bersih, ada ketombe

• Palpasi
– Suhu >370C
– Warna kulit sawo matamg, turgor kulit baik, kulit
kering, tidak ada edema, tidak ada lesi
2. Kepala
• Inspeksi : - bentuk simetris antara kanan dan kiri
- bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
• Palpasi : tidak ada nyeri
tekan
3. Mata
• Inspeksi : bentuk bola mata bulat, simetris antara kanan dan kri, sclera
berwarna putih, konjungtiva pucat, mata bengkak
4. Telinga
• Inspeksi : ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak da
serumen pada lubang telinga, tidak ada benjolan
5. Hidung
• Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak da lesi
• Palpasi : tidak ada benjolan
6. Mulut
• Inspeksi : bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih
7. Leher
• Inspeksi : bentuk leher, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
• Palpasi : suara tidak serak
8. Paru
• Inspeksi : simetris antar kanan dan kiri
• Palpasi : getaran local femitus sama antara kanan dan kiri
• Auskultasi: normal
• Perkusi : resonan
9. Abdomen
• Inspeksi ; perut datar simetris
• Palpasi : adnya nyeri lepas
• Auskutasi:
• Perkusi : adanya nyeri ketok
10. Ekstermitas
• Inspeksi : tangan kiri dan kanan normal, tangan kiri
terpasang infuse, kedua kaki nrmal

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
Data Obyektif : - klien tampak menahan nyeri pada abdomen kuadran
kanan bawah
- terdapat luka pda daerah operasi, luka tampak basah dan
bernanah
- klien tampak meringis kesakitan
- klien tampak lemas
- klien tampak gelisah
- wajah dan mata klien tsmpsk pucat
- mata terlihat bengkak
- klien muntah 1-3x sehari
- klien tampak mual
- terdapat nyeri ketok dan nyeri lepas pada abdomen kuadran
kanan bawah
- klien tampak menggigil
- klien terpasang infuse
- klien tampak tidak nafsu makan
- klien tidak dapat melakukan aktivitas sehari- hari
- adanya destruksi jaringan
- klien teraba hangat
- kulit klien memerah
- suhu >370C
- TD : sistol > 105, diastole > 60 mmHg
- kulit klien lembab
- turgor kulit klien jelek
- kulit klien kering
- klien tampak ketakutan
- wajah klien tegang
- RR > 24 x / menit
- mata klien pucat
- klien sering terbangun
- klien tampak kumuh
- rambut tidak rapi
- keterbatasan rom
- klien takut bergerak
- BAB lebih dari 3x
- BAB cair
- adanya destruksi jaringan pada luka post operasi
- ND > 100 x / menit
Nama : Sdr. A
Umur : 20 tahun

N Symtom Problem Etiologi


o
1 DO : - Klien tampak menahan nyeri pada abdomen kuadran Nyeri akut Agen
kanan bawah cedera
- Klien tampak meringis fisik
- Terdapat nyeri lepas dan nyeri ketok
- Klien tampak gelisah
- Ada luka pada daerah post operasi
-
0
2 DO : Suhu > 37 C Resiko Tirah baring
Kulit klien lembab kerusakan
Turgor kulit jelek integritas
kulit
3 DO : Suhu > 370C Hipertermi Penyakit/traum
Klien diraba hangat a
Kulit klien memerah
TD : sistole > 115, diastole < 60 mmHg

4 DO : Suhu > 370C Kekurang demam


Turgor kulit klien jelek an volume
Kulit klien kering cairan
Klien terpasang infus
Klien tampak lemas
5 DO : Klien tampak gelisah Ansietas Perubahan
Klien tampak ketakutan status
Wajah klien tegang kesehatan
6 DO : Klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari Intoleransi Imobilisasi
aktivitas
7 DO : Mata klien pucat Gangguan Nyeri
Mata klien bengkak pola tidur
Klien sering terbangun karena nyeri
8 DO Klien tidak nafsu makan Ketidaksei Tidak mampu
Klien muntah 1-3x sehari mbangan memasukkan,
Klien nausea (tampak mual) nutrisi mencerna, dan
kurang mengabsorbsi
dari makanan
9 DO : Klien tampak kumuh kebutuhan
Kurang Nyeri
Rambut klien tidak rapi perawatan
diri,
mandi
10 DO : Keterbatasan ROM Imobilitas Nyeri
Klien takut bergerak fisik

11 DO : BAB klien > 3x sehari Diare Proses infeksi


BAB cair

12 DO : Adanya destruksi jaringan pada luka post operasi


- Terdapat luka pada daerah sekitar post operasi, luka
tampak basah dan bernanah

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH


Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
Hipertermi berhubungan dengan penyakit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan tidak mampu memasukkan, mencerna, dan
mengabsorbsi makanan
5. Diare berhubungan dengan proses infeksi
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
7. Intoleransi akivitas berhubungan dengan imobilisasi
8. Imobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
9. Kurang perawatan diri mandi berhubungan dengan
nyeri
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan
11. Resiko infeksi berhubungan dengan post operasi
12. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan bedrest

PERENCANAAN
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan - kaji TTV - untuk mengetahui keadaan
tindakan asuhan umum klien
keperawatan selama - kaji intensitas nyeri, - perubahan lokasi/intensitas
..... x 24 jam karakteristik dan catat tidak umum tetapi dapat
diharapkan klien : lokasi menunjukkan terjadinya
- nyeri terkomtrol komplikasi
- berikan pertahanan posisi - membantu meminimalkan
semi fowler nyeri karena gerakan
- ajarkan tehnik relaksasi - meningkatkan relaksasi
- kolaborasi dengan dokter - menurunkan laju metabolik
pemberian analgetik yang membantu
menghilangkan nyeri
- kolaborasi dengan anti - menurunkan mual/muntah
emetik yang dapat meningkat
2 Setelah dilakukan - kaji TTV
tindakan asuhan - pertahanan haluaran dan - menunjukkan status hidrasi
keperawatan selama masukan yang akurat dan keseluruhan, keluaran urin
..... x 24 jam hubungkan dengan berat mungkin menurunkan
diharapkan klien : badan hipovolemia dan penurunan
- turgor kulit baik perfusi ginjal
- suhu normal : - ukur berat jenis urin - menunjukkan status hidrasi
36,50C - 370C dan perubahan pada fungsi
ginjal
- observasi kulit/membran - perpindahan cairan dan
mukosa, turgor kekurangan nutrisi
memperburuk turgor kulit,
menambah edema jaringan
- ubah posisi dengan sering - jaringan edema dan
dan pertahankan tempat gangguan sirkulasi
tidur kering dan bebas cenderung merusak kulit
lipatan
- kolaborasi pemberian - mempertahankan volume
plasma darah, cairan sirkulasi dan keseimbangan
elektrolit, diuretik elektrolit, plasma darah
membantu menggerakkan
air ke dalam area
intravaskuler denan
meningkatkan osmotik
diuretik membran
mengeluarkan fungsi ginjal
3 Setelah dilakukan - kaji TTV
tindakan asuhan - melakukan kompres hangat
keperawatan selama pada lipat paha dan aksila
..... x 24 jam - selimuti pasien
diharapkan klien : - kolaborasi pemberian
- suhu tubuh normal antipiretik
: 36,50C - 370C - ajarkan pada pasien cara
- nadi normal 60 – mencegah keletihan akibat
100 x / menit panas
- RR normal 18 – - tingkatkan intake cairan dan
24 x / menit nutrisi
- Warna kulit
normal
- Klien diraba tidak
hangat

4 Setelah dilakukan - awasi haluaran selang NG, - jumlah aspirasi gaster dan
tindakan asuhan catat adanya muntah muntah diduga terjadi
keperawatan selama obtruksi usus
..... x 24 jam - auskultasi bising usus, catat - iritasi usus dapat menyertai
diharapkan klien : bunyi tak ada atau hiperaktivitas usus
- nafsu makan klien hiperaktif
bertambah - ukur lingkar abdomen - memberikan bukti
- klien tidak lemas kwantitas perubahan
distensi gaster atau usus
- timbang berat bada denga - kehilangan/peningkatan
teratur berat badan menunjukkan
perubahan hidrasi tetapi
kehilangan lanjut diduga
defisit nutrisi
- kolaborasi pengawasan - menunjukkan fungsi dan
BUN protein, albumin, status/kebutuhan nutrisi
glukosa, keseimbangan
nitrogen
- kolaborasi dengan ahli gizi - kemajuan diet yang hati-
penambahan diet hati untuk menurukan
iritasi gaster

5 Setelah dilakukan - Monitor tanda dan gejala


tindakan asuhan diare
keperawatan selama - Observasi turgor kulit
..... x 24 jam - Identifikasi faktor penyebab
diharapkan klien : - Evaluasi intake makanan
- BAB klien normal yang masuk
tidak lebih dari 3x - Kolaborasi dengan dokter
sehari pemberian diuretik
- Feses tidak cair - Catat keluaran BAB/diare
6 Setelah dilakukan - kaji tidur klien
tindakan asuhan - berikan kenyamanan pada
keperawatan selama klien misal : kebersihan
..... x 24 jam tempat tidur
diharapkan klien : - kolaborasi dengan dokter
- klien tidak sering pemberian analgetik
tarbangun (tidur - catat banyaknya klien
nyenyak) terbangun dimalam hari
- mata klien tidak - berikan minum susu hangat
bengkak sebelum tidur
- berikan musik klasik
7 Setelah dilakukan - kaji kemampuan klien
tindakan asuhan - awasi TD, nadi, RR
keperawatan selama - berikan lingkungan yang - meningkatkan istirahat
..... x 24 jam tenang
diharapkan klien : - ubah posisi pasien dengan
- klien dapat perlahan
melakukan aktivitas - berikan bantuan dalam
sendiri aktivitas/ambulasi bila perlu
bantuan
- ajarkan rentang gerak
8 Setelah dilakukan - kaji kemampuan dan
tindakan asuhan keadaan secara fungsional
keperawatan selama - kaji drajat imobilitas pasien
..... x 24 jam dengan menggunakan skala
diharapkan klien : ketergantungan
- - bantu pasien dengan
mendemonstrasikan program latihan dan
perilaku yang penggunaan alat imobilitas
memungkinkan - tingkatkan aktivitas dan
melkaukan aktivitas partisipasi dalam merawat
diri sendiri sesuai
kemampuan
9 Setelah dilakukan - kaji kemampuan klien
tindakan asuhan - hindari melakukan sesuatu - penting bagi pasien untuk
keperawatan selama untuk pasien yang dapat melakukan sebanyak
..... x 24 jam dilakukan pasien sendiri, mungkin dalam
diharapkan klien : berikan bantuan sesuai mempertahankan harga diri
- melakukan kebutuhan dan meningkatkan
aktivitas perawatan pemulihan
diri dalam tingkat - berikan umpan balik yang - meningkatkan makna diri,
kemampuan sendiri positif untuk setiap usaha minigkatkan kemandirian
yang dilakukan
- bawa pasien ke kamar
mandi secara teratur
10 Setelah dilakukan - pertahankan hubungan yang - menjamin bahwa pasien
tindakan asuhan sering dengan pasien tidak akan sendiri
keperawatan selama - waspada terhadap tanda- - pasien mungkin
..... x 24 jam tanda depresi/penolakan menggunakan mekanisme
diharapkan klien : berlahan dengan
- klien depresi/penolakan
menunjukkan - berikan lingkungan terbuka - membantu pasien untuk
rentang normal merasa diterima
perasaan dan - ijinkan pasien untuk - penerimaan perasaan akan
perasaan takut mengekspresikan rasa membuat pasien dapat
berkurang marah, takut, putus asa. menerima situasi
Berikan informasi bahwa
perasaannya adalah normal.
- berikan informasi yang - menciptakan interaksi
dapat dipercaya dan interpersonal yang lebih
konsisten baik dan menurunkan
ansietas
11 Setelah dilakukan - observasi tanda dan gejala
tindakan asuhan infeksi
keperawatan selama - kaji suhu klien tiap 4 jam
..... x 24 jam - catat dan laporkan nilai
diharapkan klien : laboratorium (leukosit,
- meningkatkan protein, serum, albumin)
penyembuhan - kaji warna kulit,
luka kelembaban dan turgor
- resiko terkontrol - gunakan strategi untuk
mencegah infeksi
nosokomial
- tingkatkan intake cairan
- cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
- pastikan keperawatan
aseptik
12 Setelah dilakukan - identifikasi perkembangan
tindakan asuhan ulkus dekubitus
keperawatan selama - cuci area yang kemerahan
..... x 24 jam dengan sabun
diharapkan klien : - masase dengan lembut, kulit
- yang sehat di sekitar
mengidentifikasikan kemerahan
rasional untuk - berikan dorongan latihan
pencegahan dan rentang gerak
pengobatan - ubah posisi klien untuk
terbalik
- pertahankan tempat tidur
klien sedatar mungkin
- tingkatkan masukan
karbohidrat dan protein
DAFTAR PUSTAKA

Alhadrami, Syarif. 2007. Acute Apendicities. legasi.blogspot.com.


Jati,agus. 2007. apendicities. Jati Medikal.blogspot.com.
2007. usus buntu/apendicities. www.suara merdeka.com.

You might also like