Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
1.7 PENATALAKSANAAN
1. sebelum operasi
a.Observasi
Dalam 8 – 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendicities
sering kali belum jelas. Dalam keadaan ini observasi perlu dilakukan pasien
diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh di berikan
blila dicurigai adanya appendicities ataupun bentuk peritonitis lainnya.
Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung
jenis) di ulang secara periodic, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk
mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis
ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah
timbulkan keluhan.
b. inkubasi bila perlu
2. antibiotic
Antibiotic spectrum luas diberikan selama 7 sampai 10 hari. Piremidin (Demerol)
diberikan untuk menghilangkan nyeri. Antispasmodik seperti propantelin bromide
(pro- banthine) dan oksifensiklimin (darison) dapat diberikan. Untuk mengatasi
diare yang terjadi dapat diberikan supositoria evakuan (dulcolax).
3. pasca operasi
Perlu di lakukan observasi tanda – tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam syok, hipertensi, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde
lambuna bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Baringkan pasien didalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik selama 12 jam
tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuaskan. Bila tindakan operasi lebih
besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai
fungsi usus kembali normal.
Kemudian berikan minummulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi
30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2x30 menit. Pada hari ke 2 pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
Hari ke 7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
4. penatalaksanaan gawat darurat non- operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti dalam peritonitis
akut. Dengan demikian gejala appendicitiesakut akan mereda, dan kemungkinan
terjadinya komplikasi akan berkurang.
BAB III
KESIMPULAN
Puji syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, petunjuk,
serta bimbingan-Nya, maka makalah ini terselesaikan dengan judul “STROKE
HEMORRAGIC”.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas Nursing Simulation
Program (NSP), serta bermanfaat bagi kami serta dan menjadi kreativitas mahasiswa.
Tentu saja banyak suka duka yang kami jalani. Dari segi suka, misalnya dapat
menambah wawasan/pengetahuan, serta meningkatkan kerja dan semangat belajar.
Dari segi duka, misalnya kurangnya pendalaman mengenai bahan atau teori-teori
yang digunakan dalam menyusun makalah ini.
Sungguh kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang dari sempurna,
maka kami akan sangat berlapang dada dan berbesar hati, apabila para pembaca
berkenan memberikan kritik dan saran yang dapat membangun, kami ucapkan terima
kasih.
Penyusun
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan di bangsal…
1. BIODATA
a. Identitas klien : Sdr. A
Nama : -
Tempat, tanggal lahir : -
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Diagnosa medis : Appendicities
Keterangan
: laki-laki
: perempuan
: menikah
: garis keturunan
: meninggal
: klien
3. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila klien sakit, biasanya membeli obat di took obat terdekat. Dan apabila
tidak terjadi perubahan maka klien memaksakam diri ke puskesmas atau RS
terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dengan menggunakan alat Bantu
2 : dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : dengan bantuan orang lain dan alat Bantu
4 : tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada poasien appendisities terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri pada
abdomen
d. Pola nutrisi metabolic
Pada pasien appendisities terjadi gangguan metabolic yaitu pasien sering mual
dan muntah
e. Pola eliminasi
ˉ Sebelum sakit klien biasa BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna
kuning, bau khas
ˉ Setelah sakit klien BAB 4-5x sehari dengan konsistensi agak cair
ˉ Sebalum sakit klien biasa BAK 4 – 5x sehari dengan bau khas, warna
kuning jernih
ˉ Setelah sakit klien tidak mengalami gangguan BAK (normal)
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian klien dalam keadaan sadar, bicara kurang jelas, pendengaran
dan penglihatan klien normal
g. Pola peran hubungan
1. Status perkawinan : menikah
2. Pekerjaan : dagang
3. Kualitas bekerja : sebelum sakit klien pedagang di pasar
4. Sistem dukungan : ibu
h. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam, abadah dilakukan secara rutin
i. Pola konsep diri
1. Harga diri : tidak terganggu
2. Ideal diri : tidak terganggu
3. Identitas diri : tidak terganggu
4. Gambaran diri : tidak terganggu
5. Peran diri : terganngu, karena klien kurang mengetahui
tentang penyakitnya
j. Pola seksual reproduksi
Pada klien appendisities tidak mengalami gangguan pada seksual
reproduksinya
k. Pola koping
1. Masalah utama klien masuk RS, kurangnya perawatan diri karena
klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari
2. Kehilangan atau perubahan yang terjadi
Klien mengalami perubahan, dalam beraktivitas sehari-hari butuh bantuan
orang lain
3. Takut terhadap kekerasan : tidak
4. Pandangan terhadap masa depan
Klien mengalami pesimis untuk sembuh
4. PEMERISAAKAN FISIK
a. Tanda- tanda vital
– Suhu > 370C
– Nadi > 100 x / menit
– TD : diastole > 60, sistole > 115 mmHg
– RR > 24 x / menit
b. Keadaan umum
Keadaan umum tergantung beratnya penyakit yang dialami oleh pasien dari
komposmentis, apatis, somnolen, delirium, jopor, dan koma
c. Pemeriksaan Head to toe
1. kulit dan rambut
• Inspeksi
– Warna kulit : normal, tidak ada lesi
– Jumlah rambut : lebat, tidak rontok
– Warna rambut : hitn
– Kebersihan rambut : kurang bersih, ada ketombe
• Palpasi
– Suhu >370C
– Warna kulit sawo matamg, turgor kulit baik, kulit
kering, tidak ada edema, tidak ada lesi
2. Kepala
• Inspeksi : - bentuk simetris antara kanan dan kiri
- bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
• Palpasi : tidak ada nyeri
tekan
3. Mata
• Inspeksi : bentuk bola mata bulat, simetris antara kanan dan kri, sclera
berwarna putih, konjungtiva pucat, mata bengkak
4. Telinga
• Inspeksi : ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak da
serumen pada lubang telinga, tidak ada benjolan
5. Hidung
• Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak da lesi
• Palpasi : tidak ada benjolan
6. Mulut
• Inspeksi : bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih
7. Leher
• Inspeksi : bentuk leher, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
• Palpasi : suara tidak serak
8. Paru
• Inspeksi : simetris antar kanan dan kiri
• Palpasi : getaran local femitus sama antara kanan dan kiri
• Auskultasi: normal
• Perkusi : resonan
9. Abdomen
• Inspeksi ; perut datar simetris
• Palpasi : adnya nyeri lepas
• Auskutasi:
• Perkusi : adanya nyeri ketok
10. Ekstermitas
• Inspeksi : tangan kiri dan kanan normal, tangan kiri
terpasang infuse, kedua kaki nrmal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
Data Obyektif : - klien tampak menahan nyeri pada abdomen kuadran
kanan bawah
- terdapat luka pda daerah operasi, luka tampak basah dan
bernanah
- klien tampak meringis kesakitan
- klien tampak lemas
- klien tampak gelisah
- wajah dan mata klien tsmpsk pucat
- mata terlihat bengkak
- klien muntah 1-3x sehari
- klien tampak mual
- terdapat nyeri ketok dan nyeri lepas pada abdomen kuadran
kanan bawah
- klien tampak menggigil
- klien terpasang infuse
- klien tampak tidak nafsu makan
- klien tidak dapat melakukan aktivitas sehari- hari
- adanya destruksi jaringan
- klien teraba hangat
- kulit klien memerah
- suhu >370C
- TD : sistol > 105, diastole > 60 mmHg
- kulit klien lembab
- turgor kulit klien jelek
- kulit klien kering
- klien tampak ketakutan
- wajah klien tegang
- RR > 24 x / menit
- mata klien pucat
- klien sering terbangun
- klien tampak kumuh
- rambut tidak rapi
- keterbatasan rom
- klien takut bergerak
- BAB lebih dari 3x
- BAB cair
- adanya destruksi jaringan pada luka post operasi
- ND > 100 x / menit
Nama : Sdr. A
Umur : 20 tahun
PERENCANAAN
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan - kaji TTV - untuk mengetahui keadaan
tindakan asuhan umum klien
keperawatan selama - kaji intensitas nyeri, - perubahan lokasi/intensitas
..... x 24 jam karakteristik dan catat tidak umum tetapi dapat
diharapkan klien : lokasi menunjukkan terjadinya
- nyeri terkomtrol komplikasi
- berikan pertahanan posisi - membantu meminimalkan
semi fowler nyeri karena gerakan
- ajarkan tehnik relaksasi - meningkatkan relaksasi
- kolaborasi dengan dokter - menurunkan laju metabolik
pemberian analgetik yang membantu
menghilangkan nyeri
- kolaborasi dengan anti - menurunkan mual/muntah
emetik yang dapat meningkat
2 Setelah dilakukan - kaji TTV
tindakan asuhan - pertahanan haluaran dan - menunjukkan status hidrasi
keperawatan selama masukan yang akurat dan keseluruhan, keluaran urin
..... x 24 jam hubungkan dengan berat mungkin menurunkan
diharapkan klien : badan hipovolemia dan penurunan
- turgor kulit baik perfusi ginjal
- suhu normal : - ukur berat jenis urin - menunjukkan status hidrasi
36,50C - 370C dan perubahan pada fungsi
ginjal
- observasi kulit/membran - perpindahan cairan dan
mukosa, turgor kekurangan nutrisi
memperburuk turgor kulit,
menambah edema jaringan
- ubah posisi dengan sering - jaringan edema dan
dan pertahankan tempat gangguan sirkulasi
tidur kering dan bebas cenderung merusak kulit
lipatan
- kolaborasi pemberian - mempertahankan volume
plasma darah, cairan sirkulasi dan keseimbangan
elektrolit, diuretik elektrolit, plasma darah
membantu menggerakkan
air ke dalam area
intravaskuler denan
meningkatkan osmotik
diuretik membran
mengeluarkan fungsi ginjal
3 Setelah dilakukan - kaji TTV
tindakan asuhan - melakukan kompres hangat
keperawatan selama pada lipat paha dan aksila
..... x 24 jam - selimuti pasien
diharapkan klien : - kolaborasi pemberian
- suhu tubuh normal antipiretik
: 36,50C - 370C - ajarkan pada pasien cara
- nadi normal 60 – mencegah keletihan akibat
100 x / menit panas
- RR normal 18 – - tingkatkan intake cairan dan
24 x / menit nutrisi
- Warna kulit
normal
- Klien diraba tidak
hangat
4 Setelah dilakukan - awasi haluaran selang NG, - jumlah aspirasi gaster dan
tindakan asuhan catat adanya muntah muntah diduga terjadi
keperawatan selama obtruksi usus
..... x 24 jam - auskultasi bising usus, catat - iritasi usus dapat menyertai
diharapkan klien : bunyi tak ada atau hiperaktivitas usus
- nafsu makan klien hiperaktif
bertambah - ukur lingkar abdomen - memberikan bukti
- klien tidak lemas kwantitas perubahan
distensi gaster atau usus
- timbang berat bada denga - kehilangan/peningkatan
teratur berat badan menunjukkan
perubahan hidrasi tetapi
kehilangan lanjut diduga
defisit nutrisi
- kolaborasi pengawasan - menunjukkan fungsi dan
BUN protein, albumin, status/kebutuhan nutrisi
glukosa, keseimbangan
nitrogen
- kolaborasi dengan ahli gizi - kemajuan diet yang hati-
penambahan diet hati untuk menurukan
iritasi gaster