You are on page 1of 8

Nama : Wita Yanty Harefa NPM : 2109116 Prodi : D-III kebidanan (B)

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR


Praktik resusitasi bayi baru lahir mengalami perkembangan yang pesat dalam 40 tahun terakhir. Secara teoritis,fasilitas dan tenaga ahli resusitasi harus tersedia di tempat kelahiran bayi, baik di rumah sakit maupun di rumah. Resusitasi bayi baru lahir harus mengikuti pendekatan yang sistematis. Resusitasi dasar dilakukan dan diteruskan dengan resusitasi lanjutan hanya apabila bayi tidak membaik. Waktu adalah hal yang paling penting. Keterlambatan resusitasi akan membahayakan bayi. Bertindaklah dengan cepat,akurat dan lembut. Tindakan dianjurkan untuk setiap situasi spesifik. Setelah tindakan dilakukan, evaluasi ulang harus dilakukan dan tindakan selanjutnya dikerjakan sampai situasi stabil tercapai. Hal ini merupakan prinsip resusitasi yang sederhana dan sering diabaikan. Tiga parameter kunci yang perlu dievaluasi adalah frekuensi jantung, aktifitas pernapasan dan warna kulit. Sementara asfiksia saat lahir merupakan alasan utama untuk resusitasi bayi baru lahir, terjadi sejumlah situasi lain diruang bersalin yang membutuhkan tindakan tambahan. Tujuan Resusitasi:
y y y y

Meminimalkan kehilangan panas Mempertahankan jalan nafas yang bersih Membantu pernapasan Membantu sirkulasi

Asfiksia Bayi Baru Lahir Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Penyebab asfiksia: 1. Keadaan ibu y Preeklampsia dan eklampsia y Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) y Partus lama atau partus macet y Demam selama persalinan y Infeksi berat (malaria,sifilis,TBC,HIV) y Kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Keadaan tali pusat y Lilitan tali pusat y Tali pusat pendek y Simpul tali pusat y Prolapsus tali pusat 3. Keadaan bayi y Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) y Persalinan sulit (letak sungsang,bayi kembar,distosia bahu,ekstraksi vacum,forsep) y Kelainan kongenital y Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Klasifikasi Asfiksia : 1. Pada kasus asfiksia ringan, bayi dapat terkejut atau sangat waspada, dengan peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24 sampai 48 jam sebelum sembuh secara spontan. 2. Pada kasus asfiksia sedang, bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode apnea kadang-kadang dan atau konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi masalah perkembangan saraf jangka panjang mungkin ada. 3. Pada kasus asfiksia berat, bayi dapat terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari, dan episode apnea yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak membaik sama sekali, jika bayi ini bertahan hidup, mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen. Tanda dan gejala:
y y y y

Tidak bernafas atau bernafas megap-megap Warna kulit kebiruan Kejang Penurunan kesadaran

Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga. Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang dilakukan adalah persiapan keluarga ,tempat alat untuk resusitasi dan persiapan diri. 1. Persiapan keluarga Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinankemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan persalinan. 2. Persiapan tempat resusitasi Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:

y Gunakan ruangan yang hangat dan terang y Tempat resusitasi hendaknya datar,rata,keras,bersih,kering dan hangat misalnya meja, dipan atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka).

Keterangan :
y Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi y Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi. y Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt. Nyalakan lampu menjelang persalinan. 3. Persiapan alat resusitasi y Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai,yaitu:  Kain ke-1 : untuk mengeringkan bayi  Kain ke-2 : untuk menyelimuti bayi  Kain ke-3 : untuk ganjal bahu bayi  Alat penghisap lendir DeLee atau bola karet  Tabung dan Sungkup/Balon dan Sungkup  Kotak Alat Resusitasi  Sarung tangan  Jam atau pencatat waktu y Alat resusitasi: Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lendir DeLee dan alat resusitasi tabung atau balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya agar mudah diambil sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL. y Sarung tangan y Jam dan pencatat waktu 4. Persiapan diri y Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik,masker,penutup kepala,kacamata,sepatu tertutup) y Lepaskan perhiasan,cincin,jam tangan sebelum cuci tangan. y Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliserin y Keringkan dengan kain atau tisu bersih y Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan

Meminimalkan Kehilangan Panas Suhu tubuh saat lahir rata-rata berkisar 37,80C sekitar 1 derajat lebih tinggi dari pada suhu ibu. Tindakan meminimalkan kehilangan panas harus dilakukan saat pra -dan paskah pelahiran serta selama proses resusitasi. Sebelum membahas langkah yang dapat dilakukan

saat prapelahiran untuk meminimalkan kehilangan panas, sebaiknya diketahui mengapa bayi mudah kehilangan panas, bagaimana mereka dapat kehilangan panas, dan efek stress dingin. Tindakan untuk meminimalkan kehilangan panas :
y y y y

Menghangatkan lingkungan diruang bersalin ( 250 C ) Tidak ada angin disekitar resuscitaire ( jendela tertutup ) Handuk kering yang hangat segera tersedia Permukaan resusitasi yang hangat dengan pemanas radiasi yang dihidupkan

Panas dapat hilang melalui empat cara yang berbeda yaitu : 1. Konveksi, adalah aliran panas dari permukaan tubuh ke udara yang lebih dingin. Tindakan, pertahankan suhu udara diruang rawat sekitar 240 C, bungkus bayi untuk melindungi dari dingin. 2. Evaporasi, adalah kehilangan panas yang terjadi ketika cairan berubah menjadi gas. Tindakan, keringkan bayi setelah lahir. 3. Konduksi, adalah kehilangan panas dari permukaan tubuh yang lebih dingin melalui kontak langsung satu sama lain. 4. Radiasi, adalah kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan padat lain yang lebih dingin tanpa kontak langsung satu sama lain, tetapi dalam kontak yang relatih dekat. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir 1. Penilaian y Sebelum bayi lahir:  Apakah kehamilan cukup bulan? y Sebelum bayi lahir,sesudah ketuban pecah:  Apakah air ketuban jernih,tidak bercampur mekonium (warna kehijauan)? y Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):  Menilai apakah bayi menangis atau bernafas/megap-megap?  Menilai apakah tonus otot baik? 2. Keputusan Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:  Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap atau tidak bernafas dan atau tonus otot bayi tidak baik.  Air ketuban bercampur mekonium 3. Tindakan Mulai lakukan resusitasi segera jika :  Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap /tidak bernafas dan atau otot bayi tidak baik  Air ketuban bercampur mekonium : lakukan resusitasi atas indikasinya.

TINDAKAN RESUSITASI BBL MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR


BAYI LAHIR PENILAIAN Sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum, lakukan penilaian BBL : 1. Apakah bayi cukup bulan? 2. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium? 3. Apakah bayi bernapas atau menangis? 4. Apakah bayi aktif?

Asuhan Bayi Normal

YA

Salah Satu tidak

LANGKAH AWAL
1. Jaga bayi tetap hangat 2. Atur posisi bayi 3. Isap lendir 4. Keringkan dan rangsang taktil 5. Reposisi
NILAI NAPAS

Bayi bernapas normal


ASUHAN PASCA RESUSITASI 1. Pemantauan 2. Pencegahan hiportemi 3. Inisiasi menyusu dini 4. Pemberian vitamin K1 5. Pencegahan infeksi 6. Pemeriksaan fisik 7. Pencatatan & Pelaporan

Bayi tidak bernapas / bernapas megap -megap


VENTILASI 1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan 2. Ventilasi 2 X dengan tekanan 30 cm air 3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20 X dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik

NILAI NAPAS

Bayi mulai bernapas

Bayi tidak bernapas / bernapas megap-megap


1. Ulangi ventilasi sebanyak 20 X selama 30 detik 2. hentikan ventilasi & nilai kembali napas tiap 30 detik 3. Bila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan

ASUHAN PASCA RESUSITASI 1. Konseling 2. Lanjutkan resusitasi 3. Pemantauan 4. Pencegahan Hipotermi 5. Pemberian vitamin K1 6. Pencegahan infeksi 7. Pencatatan & Pelaporan

Bila dirujuk

Bila tidak mau dirujuk & tidak berhasil


1. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi 2. Konseling 3. Pencatatan & Pelaporan

Asuhan Pascaresusitasi Asuhan pascaresusitasi adalah pelayanan kesehatan pascaresusitasi yang diberikan baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga.Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan,asuhan BBL dan konseling.Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan. Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan BBL, setelah menerima tind akan resusitasi dan dilakukan pada keadaan :  Resusitasi berhasil : bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi.menilai keadaan bayi.  Resusitasi belum atau kurang berhasil : bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2 menit belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan di dapatkan kondisinya memburuk.  Resusitasi tidak berhasil : sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas dan detak jantung 0. Resusitasi Berhasil Ajari ibu dan keluarga untuk membantu bidan menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami masalah. Pemantauan tanda-tanda Bahaya pada Bayi       Tidak dapat menyusu Kejang Mengantuk atau tidak sadar Merintih Retraksi dinding dada bawah Sianosis sentral

Rujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya di atas,sebelum dirujuk lakukan tindakan pra rujukan Pemantauan dan Perawatan Tali Pusat  Memantau perdarahan tali pusat,jika ikatan lepas betulkan oleh bidan  Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar pada ibu an keluarga Bila Napas Bayi dan Warna Kulit Normal,Berikan Bayi Kepada Ibunya  Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit),menyelimuti keduanya  Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama  Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih sayang

Pencegahan Hipotermi  Membaringkan bayi dalam ruangan >250C bersama ibunya  Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin  Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam  Menimbang BB terselimuti, kurangi berat selimut  Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan,buka selimut bayi sebagian-sebagian. Pemberian Vitamin K1  Memberikan suntikan vitamin K1 di paha kiri anterolateral 1 Mg IM Pencegahan Infeksi  Memberikan salep mata antibiotika  Memberikan imunisasi Hep.B di paha kanan 0,5mL IM, 1 jam setelah pemberian vitamin K1  Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi. Pemeriksaan Fisik          Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi Melihat dan meraba kepala bayi Melihat mata bayi Melihat mulut dan bibir bayi Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah jari Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan Memastikan adanya lubang anus & uretra,adakah kelainan Memastikan adakah BAB & BAK Melihat dan meraba tulang punggung bayi

Setelah bidan tinggal bersama keluarga bayi untuk memantau bayi minimal 2 jam pertama. Pencatatan dan Pelaporan  Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus Sebagaimana pada setiap persalinan, istilah partograf secara lengkap yang mencakup identitas ibu, riwayat kehamilan, jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi janin dan kondisi BBL. Penting sekali dicatat DJJ, oleh karena sering kali asfiksia bermula dari keadaan gawat janin pada persalinan. Apabila didapatkan gawat janin tuliskan apa yang dilakukan. Saat ketuban pecah perlu dicatat pada partograf dan berikan penjelasan. Bila bayi mengalami asfiksia selain dicatat pada partograf perlu di buat catatan khusus di buku harian atau buku catatan, cukup ditulis tangan. Usahakan agar mencatat secara lengkap dan jelas :  Nama ibu, tempat, tanggal melahirkan dan waktunya  Kondisi janin/bayi o Apakah ada gawat janin sebelumnya? o Apakah air ketuban bercampur mekonium?

o Apakah bayi menangis spontan, bernafas teratur, megap-megap atau tidak bernapas? o Apakah tonus otot baik?  Waktu mulai resusitasi  Langkah resusitasi yng dilakukan  Hasil resusitasi

Asuhan Pascalahir: Lakukan asuhan BBL lebih lanjut.

Referensi:  Drew david, Jevon Philip & Raby Margaret,2008, Resusitasi Bayi Baru Lahir, Jakarta: EGC  Buku Acuan : Asuhan Persalinan Normal (APN)  Turmen Tomris, 2007, Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir, Jakarta : EGC

You might also like