Professional Documents
Culture Documents
= A
F F
A T (2)
dengan A
F
adalah koefisien sensitivitas iradiasi
dalam hal ini adalah kandungan tembaga dan fosfor
sedangkan | adalah fluensi neutron cepat dalam
satuan neutron/cm
2
(E>0,5 MeV).
Di Amerika Serikat dampak iradiasi neutron
dikarakterisasi dengan temperatur ekivalen yang
dinyatakan dengan T-RT
NDT
, dengan RT
NDT
adalah
singkatan dari Reference Temperature for Nil
Ductile Temperature yang didefinisikan di dalam
standar ASME, Section III, Article NB 2331.
Kenaikan RT
NDT
akibat paparan radiasi neutron
dievaluasi berdasarkan CFR 10-50, Appendix G,
yang menggunakan persamaan di bawah ini.
margin + A + =
NDT
RT
NDT
initialRT
NDT
RT (3)
dengan RT
NDT
adalah temperatur referensi untuk
material non-iradiasi, RT
NDT
adalah kenaikan
temperatur referensi akibat iradiasi dan margin
ditentukan berdasarkan standar deviasi suatu
parameter yang digunakan untuk mengantisipasi
ketidakpastian agar prediksi dilakukan lebih
konservatif.
( )
( )
( ) ( ) FF CF
f
f CF
NDT
RT =
= A
log 1 , 0 28 , 0
(4)
dengan f adalah fluensi neutron dalam satuan 10
19
neutron/cm
2
(E>1MeV), FF adalah faktor fluence
dan CF adalah faktor kimia berdasarkan kandungan
tembaga dan nikel. RT
NDT
ditentukan berdasarkan uji
drop weight dan uji Charpy V-notch.
Setelah dilakukan evaluasi penurunan sifat
mekanik seperti disebutkan di atas, selanjutnya
dilakukan analisis tegangan dan analisis fracture
mechanics untuk mengetahui, integritas aktual
bejana tekan reaktor. Analisis tegangan dilakukan
berdasarkan kondisi pada saat terjadi severe
accident berupa kondis Pressurized Thermal Shock,
sedangkan fracture mechanics dilakukan
berdasarkan retak yang dipostulasikan, dengan
geometri, posisi dan oriantasi yang bervariasi.
PEMBAHASAN
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa antara reaktor
PWR dan VVER memiliki kesamaan spesifikasi
daya pembangkitan dan juga kemiripan dalam hal
kondisi operasi yang dinyatakan dengan tekanan,
temperatur inlet serta perbedaan temperatur antara
inlet dan outlet ketika reaktor beroperasi. Dari
tekanan operasi yang nilainya hampir sama
menunjukkan bahwa tegangan yang bekerja pada
dinding bejana tekan reaktor juga tidak terlalu
berbeda sehingga dampak penuaan terhadap dinding
bejana tekan reaktorpun tidak begitu berbeda.
Kemudian dari Tabel 3, antara material bejana
tekan untuk reaktor PWR dan VVER juga memiliki
kesamaan sifat thermal dan sifat mekaniknya. Dari
kedua Tabel ini, maka integritas kedua bejana tekan
reaktor jika dilihat dari sisi desain berdasarkan
analisis tegangan statis, kekuatan fatik dan
ketahanan terhadap gempa berada pada tingkat yang
setara. Misalnya, untuk tekanan operasi reaktor
yang besarnya sekitar 15 MPa maka nilainya masih
berada jauh di bawah kekuatan luluh materialnya.
Berdasarkan tekanan desain, yang nilainya sekitar
dua kali tekanan operasipun, nilainya masih jauh di
bawah nilai tegangan luluh material. Sehingga,
integritas dari sisi dampak mekanik memiliki
tingkat yang sama.
Berdasarkan metode fabrikasinya, bejana tekan
reaktor VVER yang diproduksi dengan metode
forging memiliki keunggulan bila dibandingkan
dengan bejana tekan reaktor PWR. Karena dengan
metode forging berarti mereduksi jumlah
sambungan las dalam hal ini sambungan vertikal
dapat ditiadakan.
Perbedaan yang paling mendasar dalam
material bejana tekan reaktor PWR dan VVER
adalah kandungan pengotor yang berdampak pada
degradasi material yaitu terkait dengan proses
penggetasan akibat iradiasi (irradiation
embrittlement) neutron. Dari Tabel 2 diketahui
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Roziq H. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 781
bahwa kedua tipe material bejana tekan reaktor
sangat memperhatikan 3 unsur utama yaitu
tembaga, fosfor dan nikel. Untuk kandungan fosfor,
kedua material bejana memiliki kandungan yang
setara sedangkan untuk tembaga dan nikel
berlainan. Dalam standar yang diberlakukan sebagai
persyaratan material bejana tekan, standar Rusia
menetapkan bahwa tembaga dan fosfor digunakan
di dalam melakukan evaluasi NDT (Nil Ductile
Temperature) dan memprediksi fracture toughness
sedangkan dalam USNRC guide memasukkan unsur
tembaga dan nikel
[5]
. Sebagaimana telah diketahui
secara umum, unsur tembaga merupakan unsur
yang paling dominan dalam mekanisme
penggetasan yang disebabkan oleh terjadinya
presipitasi tembaga. Material bejana tekan reaktor
PWR memiliki kandungan tembaga yang lebih
tinggi sedangkan material VVER memiliki
kandungan nikel yang lebih tinggi. Kandungan
nikel yang tinggi ini bertujuan untuk memperbaiki
sifat hardenability. Sedangkan kandungan tembaga
yang lebih tinggi pada material PWR disebabkan
oleh penambahan tembaga dari lapisan tembaga
elektroda las yang bertujuan untuk memperbaiki
ketahanan korosi dan meningkatkan konduktivitas
listrik yang diperlukan selama proses pengelasan.
Selanjutnya, untuk melihat dampak iradiasi
pada material bejana tekan reaktor, pada Tabel 4
diperlihatkan data fluensi kedua jenis reaktor yang
telah dikonversikan ke energi neutron 1MeV.
Tabel 4 Fluensi pada material bejana reaktor selama
masa operasi reaktor
Tipe reaktor
FLUX, n.m
-2
.sec
-1
(E>1MeV)
LIFETIME*
FLUENCE, n.m
-2
(E>1MeV)
VVER
PWR
3-4 x 10
14
4 x 10
14
3,7 x 10
23
4 x 10
23
* Berdasarkan lifetime desain masing-masing reaktor
Dari tabel di atas diketahui bahwa meskipun dalam
standar Rusia memperhitungkan flux neutron
berdasarkan energi neutron 0,5 MeV, namun ketika
dikonversikan ke energi neutron di atas 1 MeV,
maka antara reaktor PWR dan VVER memiliki flux
neutron yang setara dan fluensi yang dihasilkan
pada materialpun nilainya mendekati.
Dari hasil analisis pengujian material
surveillance diketahui bahwa sampai dengan umur
desain, pergeseran nilai temperatur referensi untuk
bejana VVER yang dihitung berdasarkan
Persamaan (1), sebesar 97C dan sedangkan untuk
bejana PWR yang dihitung berdasarkan Persamaan
(3), sebesar 82C
[5]
. Apakah pergeseran ini masih
diperbolehkan atau tidak (melampaui ketentuan atau
tidak), maka jika dilihat dari standar yang berlaku di
Rusia, ternyata Rusia tidak menetapkan batas
maksimum pergeseran temperatur referensi.
Sedangkan di Amerika Serikat, berdasarkan standar
ASME, pergeseran temperatur referensi hanya
diperbolehkan maksimum sampai 149C untuk
sambungan lasan melingkar dan 132C untuk pelat
dan hasil produk forging. Jika persyaratan (standar
ASME) ini diterapkan untuk bejana tekan reaktor
PWR dan VVER, maka pergeseran nilai temperatur
referensi kedua bejana tersebut masih jauh di bawah
batas yang diijinkan.
Gambar 1 dan 2 menunjukkan hasil analisis
fracture mechanics (analisis deterministik) untuk
kedua jenis bejana reaktor dengan mempostulasikan
retak yang memiliki kedalaman bervariasi. Analisis
dilakukan berdasarkan Linier Elastic Fracture
Mechanic dan dalam kondisi terjadi kecelakaan
parah, dimana dalam analisis ini dipostulasikan
terjadi LOCA yang mengakibatkan ECCS
beroperasi. Analisis tegangan dilakukan dengan
mempertimbangkan tegangan panas akibat
terjadinya pendinginan secara tiba-tiba dari air yang
diinjeksikan oleh ECCS. Sumbu tegak pada gambar
menunjukkan nilai stress intensity factor retak yang
dianalisis sedangkan sumbu datar menunjukkan
waktu dalam persen sampai dengan pendinginan
selesai. Ukuran retak dinyatakan dengan
perbandingan antara panjang retak dengan tebal
dinding bejana tekan. Misalnya, untuk a/w=0,1
berarti panjang retak sepersepuluh dari tebal
dinding.
(a) Orientasi retak longitudinal
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA Roziq H. 782
(b) Orientasi retak melingkar
Gambar 1. Stress Intensity Factor retak pada
VVER dengan kedalaman berbeda
[5]
.
Dari kedua gambar ini dapat diketahui bahwa kedua
bejana tekan reaktor memiliki karakteristik yang
mirip pada perubahan nilai stress intensity factor
pada saat terjadi kecelakaan parah untuk ukuran
retak yang sama. Untuk ukuran retak yang paling
ekstrim yaitu a/w=0,99 pun keduanya memiliki nilai
stress intensity factor yang mendekati. Dan jika
ditinjau dari integritas bejana tekan reaktor pada saat
terjadi kecelakaan parah ini, nilai stress intensity
factor untuk a/w=0,99 adalah sekitar 900 MPam
untuk reaktor VVER dan sekitar 750 MPam untuk
reaktor PWR. Jika nilai stress intensity factor ini
dibandingkan dengan nilai fracture toughness,
ternyata kedua nilai tersebut masih di bawah nilai
fracture toughness, untuk temperatur ruangan nilai
fracture toughness adalah 1.000 MPam, dan nilai
ini akan meningkat seiring dengan kenaikan
temperatur
(a) Orientasi retak longitudinal
(b) Orientasi retak melingkar
Gambar 2. SIF retak dengan orientasi
longitudinal pada PWR dengan kedalaman berbeda
[5]
.
Berdasarkan orientasi retak melingkar, maka nilai
SIF untuk retak yang longitudinal lebih besar
dibandingkan dengan nilai SIF untuk retak yang
melingkar. Berdasarkan hal ini, maka metode
fabrikasi secara forging memiliki keunggulan
komparatif dalam hal integritas struktur bejana
tekan. Karena dengan tidak adanya sambungan las
secara vertikal, berarti kebolehjadian terjadinya
retak dengan orientasi vertikal akan semakin kecil.
Dalam analisis probabilistic fracture mechanics
(PFM) terjadinya unstable crack growth (nilai stress
intensity factor melampau nilai fracture toughness)
kegagalan bejana secara menyeluruh, diperoleh
nilai 3,6 10
-5
untuk reaktor PWR dan 1 10
-6
untuk reaktor VVER. Dari hasil ini diketahui bahwa
reaktor VVER memiliki probabilistik terjadinya
unstable crack growth yang lebih rendah daripada
reaktor PWR.
Dari serangkaian hasil analisis ini, diketahui
bahwa meskipun terdapat perbedaan pada masing-
masing reaktor, namun dalam analisis saat terjadi
kecelakaan parah dan analisis integritas material
saat di akhir umur desain kedua reaktor dapat
mempertahankan integritasnya.
KESIMPULAN
Telah dilakukan analisis integritas bejana tekan
reaktor PWR dan VVER kelas 1000 MW. Bejana
tekan reaktor PWR dan VVER didesain berdasarkan
filosofi yang sama, meskipun terdapat perbedaan
dalam standar desain, material, dan proses
pembuatannya. Dalam melakukan analisis integritas
bejana tekan reaktorpun, terdapat pendekatan yang
berbeda antara reaktor PWR dan VVER. Meskipun
demikian, hasil analisis menunjukkan bahwa kedua
jenis reaktor memiliki integritas yang berada di
dalam batas marjin keselamatan. Dalam analisis
kecelakaan parahpun, kedua jenis reaktor masih
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Roziq H. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 783
mampu mempertahankan integritasnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roziq Himawan dan Anni Rahmat, Analisis
Integritas Bejana Tekan Reaktor dalam
Lingkungan Pressurized Thermal Shock :
Perilaku Perambatan Retak, Laporan Teknis
PTRKN-BATAN, 2008.
2. Annonym ASME Section III, Rules for
Construction of Nuclear Facility Components,
2007.
3. Annonym, ASME Section XI, Rules for In-
service Inspection of Nuclear Power Plant
Components, 2007.
4. Milan Brumovsky, RPV: Design,
Manufacturing and Materials, Workshop on
Irradiation-Induced Embrittlement of Pressure
Vessel Steels, Trieste-Italy, November 2009.
5. Oya Ozdere Gulol, Comparison of Pressure
Vessel Integrity Analysis and Approaches for
VVER 1000 and PWR Vessels for PTS
Conditions, Nuclear Engineering and Design,
Vol. 226 (2003), pp. 231-241.
6. J.S. Kim, et.al., Investigation on Constraint
Effect of Reactor Pressure Vessel Under
Pressurized Thermal Shock, Nuclear
Engineering and Design, Vol. 219 (2002), pp.
197-206.
7. Annonym, Guidelines On Pressurized
Thermal Shock Analysis For VVER Nuclear
Power Plants, IAEA-EBP-VVER, 2006.
8. Annonym, Assessment and Management of
Ageing of Major Nuclear Power Plant
Components Important to Safety: PWR
Pressure Vessels, IAEA-TECDOC-1556,
2007.
9. Elisabeth Keim, et.al., Life Management of
Reactor Pressure Vessel Under Pressurized
Thermal Shock Loading : Deterministic
Procedure and Application to Western and
Eastern Type Reactors, Pressure Vessels and
Piping, Vol. 78 (2001), pp.85-98.
TANYA JAWAB:
Pertanyaan
1. Apakah penelitian ini dapat diuji coba di
industri bejana untuk non nuclear power?
(Gede Ardana)
2. Selain parameter-parameter thermal,
temperatur dan kandungan pengotor pada
bahan bejana, apakah ada parameter lain
seperti tekanan dari sistem? (Tegas Sutondo)
3. Apakah pabrikasi bejana PWR dan VVER
menggunakan standard yang sama? (Hari
Sudirdjo)
Jawaban
1. Metode evaluasi, yaitu analisis dan tractore
mechanics analysis dapat diaplikasikan pada
bejana non nuclear power. Hanya saja,
ketentuan standard untuk nuclear component
dan non-nuclear adalah berbeda
2. Untuk melakukan analisis material akibat
iradiasi netron, digunakan parameter
temperatur acuan yang dipengaruhi oleh
kandungan unsur pengotor, temperatur
merupakan faktor yang dicari.
3. Tidak, bejana tekan reaktor PWR dibuat
berdasar standard ASME sedangkan VVER
dengan standard PWAEG
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA Roziq H. 784