You are on page 1of 8

SEMINAR NASIONAL VI

SDM TEKNOLOGI NUKLIR


YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Roziq H. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 777
ANALISIS INTEGRITAS BEJANA TEKAN REAKTOR
PWR DAN VVER
Roziq Himawan
Badan Tenaga Nuklir Nasional, Kawasan Puspiptek Serpong Gd. 80, PTRKN-BATAN,
Cisauk, Tangerang Selatan, 15310
Abstrak
ANALISIS INTEGRITAS BEJANA TEKAN REAKTOR PWR DAN VVER. Bejana tekan reaktor
merupakan komponen yang paling vital diantara komponen PLTN, sehingga disebut sebagai jantung PLTN.
Oleh karena itu, selama dioperasikan dalam rentang umur desainnya, bejana tekan reaktor harus 100%
terjamin integritasnya selama beroperasi dan umur bejana tekan reaktor menjadi penentu umur PLTN itu
sendiri. Makalah ini membahas analisis perbandingan integritas bejana tekan reaktor untuk reaktor jenis air
bertekanan (PWR dan VVER dengan daya pembangkitan listrik kelas 1000 MW). Perbandingan dilakukan
berdasarkan standar desain yang digunakan, material yang digunakan, spektrum energi neutron yang
digunakan untuk analisis dampak iradiasi terhadap material dan pendekatan dalam melakukan analisis
integritas. Dari hasil kajian diketahui, untuk jenis reaktor dengan daya pembangkitan listrik yang setara,
meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam hal jenis material, ukuran dan pendekatan analisis integritas,
namun dalam kondisi operasi normal sampai dengan batas umur desainnya, kedua jenis reaktor
menunjukkan integritas yang memenuhi margin keselamatan, dimana nilai stress intensity factor pada retak
yang dipostulasikan masih di bawah nilai fracture toughness material serta pergeseran temperatur acuan
masih lebih kecil dari nilai yang ditetapkan. Selain itu, untuk analisis kecelakaan parahpun, dalam analisis
Pressurized Thermak Shocks yang dilakukan berdasarkan standar ASME, kedua jenis reaktor tetap mampu
mempertahankan integritasnya.
Kata kunci : Bejana tekan reaktor, Integritas, Pressurized Water Reactor (PWR), VVER
Abstract
REACTOR PRESSURE VESSEL INTEGRITY ANALYSIS FOR PWR AND VVER. Reactor
Pressure Vessel is the most important component of NPP, so called as a heart of NPP. Therefore, the
operation throughout the plant life design, reactor pressure vessel has to be 100% assured its integrity and
the life of reactor pressure vessel determined the life of NPP itself. In this paper, comparation analysis result
of reactor pressure vessel integrity of pressurized water reactor type (PWR and VVER which has 1000 MWe
power generation) is described. A comparation study was performed according to the standard design,
material used in construction, neutron energy spectrum which is used to analyze irradiation effect to material
and the integrity assessment approach. In this study, it is known that, for a reactor with same power
generation, both NPP has integrity within safety margin along the life design under normal operation, since
the stress intensity factor of crack to be postulated is below the value of material fracture toughness and the
shift of reference temperature is below the limit. In the severe accident analysis, such as Pressurized Thermal
Shocks event, an assessment which is conducted according to ASME, both reactor still maintain their
integrity.
Keywords: Reactor pressure vessel, Integrity, Pressurized Water Reactor (PWR), VVER.
PENDAHULUAN
Bejana tekan reaktor merupakan komponen sangat
penting yang dikategorikan ke dalam standar
keselamatan Kelas 1 dalam reaktor air ringan tipe
reaktor air bertekanan (Pressurized Water Reactor,
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA Roziq H. 778
PWR). Selain di dalamnya terdapat teras tempat
berlangsungnya reaksi fisi, bejana tekan reaktor
sekaligus berfungsi untuk mencegah keluarnya
bahan radioaktif hasil reaksi fisi. Oleh karena itu,
integritas suatu bejana tekan harus dijaga selama
umur pakainya dan juga harus mempertimbangkan
terkait dengan kemungkinan perpanjangan umur
instalasi (Plant Life Extension). Karena fungsinya
ini, maka bejana tekan reaktor didesain dan
diproduksi berdasarkan peraturan yang ketat, yang
mana peraturan tersebut berbeda-beda berdasarkan
regulasi dari negara pemilik.
Dalam rangka menyongsong pembangunan
PLTN pertama di Indonesia, Pusat Teknologi
Reaktor dan Keselamatan Nuklir, Badan Tenaga
Nuklir Nasional (PTRKN-BATAN) mempersiap-
kan Sumber Daya Manusia untuk siap menjadi
pendukung teknis (Technical Support Organization,
TSO). Pada penelitian sebelumnya, sebagai kegiatan
awal, telah dilakukan analisis integritas bejana
tekan reaktor untuk reaktor PWR dengan
menghitung Stress Intensity Factor (SIF) pada retak
yang dipostulasikan dalam kondisi transien operasi
normal berdasarkan Metoda Elemen Hingga
[1]
.
Dalam makalah ini akan dibahas terkait dengan
kajian teknis analisis perbandingan integritas bejana
tekan reaktor untuk VVER dan PWR kelas 1000
MW. VVER merupakan reaktor buatan Rusia yang
merupakan tipe reaktor yang mirip dengan reaktor
PWR. Berbeda dengan tipe raktor RBMK yang
menggunakan grafit sebagai moderatornya, maka
reaktor tipe ini menggunakan air sebagai moderator
sekaligus pendingin sebagaimana halnya dengan
reaktor PWR.
Sejalan dengan jatuhnya komunis di Uni
Soviet, era keterbukaan di Rusia telah dimulai,
sehingga teknologi reaktor yang dahulunya tertutup,
saat ini dapat diketahui melalui aktivitas-aktivitas
yang diprakarsai oleh IAEA. Dalam kajian ini,
PWR diambil karena pada dasarnya PWR yang
dioperasikan saat ini memiliki dasar atau konsep
yang mirip yang terwakili oleh desain produk dari
Amerika Serikat, dimana desainnya berdasarkan
standar ASME Section III dan Section XI
[2,3]
.
Sedangkan VVER yang merupakan produk Rusia
diproduksi berdasarkan standar Rusia yang banyak
dioperasikan di wilayah Eropa Timur. Kajian
difokuskan pada analisis integritas bejana tekan,
yang dilakukan melalui kajian standar tentang
desain bejana tekan reaktor dan evaluasi integritas
bejana tekan rekan, beberapa dokumen terbitan
IAEA serta makalah-makalah terkait dengan
evaluasi integritas bejana tekan reaktor.
DESKRIPSI BEJANA TEKAN REAKTOR
VVER DAN PWR
Antara reaktor PWR dan VVER kelas 1000 MW,
memiliki data spesifikasi yang tidak jauh berbeda.
Tabel 1 memperlihatkan data spesifikasi reaktor
PWR dan VVER kelas 1000 MW, yang keduanya
merupakan reaktor generasi kedua dalam urutan
evolusi.
Bejana tekan reaktor tipe air bertekanan yang
ada saat ini, pada prinsipnya didesain berdasarkan 2
kelompok besar Codes dan Standards, yaitu
pertama adalah ASME yang merupakan standar
Amerika Serikat. Standar ini diadopsi oleh banyak
negara seperti Jepang dan negara-negara Eropa
sehingga standar KTA, RCC-M, dan JSME
memiliki banyak kesamaan dengan standar ASME.
Kelompok kedua adalah PNAEG yang merupakan
standar Rusia, yang banyak diadopsi oleh negara-
negara bekas Uni Soviet. Namun saat ini ada
keinginan untuk melakukan harmonisasi antar
standar, yang tujuannya adalah untuk menyatukan
standar yang telah ada.
Tabel 1 Spesifikasi PLTN PWR dan VVER kelas 1000
MW generasi kedua
[4,5]
.
VVER
1000
PWR
Daya termal (MW)
Jumlah untai
Pembangkit uap
Tekanan sistem primer (MPa)
Temp. Inlet teras (C)
T teras (C)
Diameter dalam bejana (m)
Tinggi bejana (m)
Tebal dinding bejana (m)
3.000
4
Horizontal

15,7
288,11
29,9
4,136
13,531
0,1925
3.400
4
Vertikal

15,5
292,3
34,8
4,19
13,36
0,216

Di dalam mendesain suatu bejana tekan, salah satu
faktor yang digunakan adalah faktor perhitungan.
Faktor perhitungan yang digunakan dalam
mendesain bejana tekan ini ada 5 jenis yaitu:
a. Analisis tegangan statis,
b. Ketahanan terhadap non-ductile/brittle
fracture,
c. Kekuatan fatik
d. Ketahanan terhadap kejadian gempa
e. Kajian umur.
Dari kelima faktor perhitungan di atas,
ketahanan terhadap non-ductile/brittle fracture
memegang peranan yang sangat penting karena,
iradiasi neutron yang dihasilkan akibat reaksi fisi
dapat menimbulkan penggetasan material bejana
tekan, dan hal ini akan menurunkan ketahanan
terhadap non-ductile/brittle fracture. Jika suatu
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Roziq H. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 779
material bersifat brittle fracture, maka apabila
terjadi retak pada material tersebut akan
mengakibatkan unstable crack growth seperti yang
terjadi pada pecahnya kaca.
PERBEDAAN UTAMA ANTARA BEJANA
TEKAN REAKTOR VVER DAN PWR KELAS
1000 MW
Material Bejana Tekan
Baik bejana tekan reaktor PWR dan VVER kelas
1000 MW terbuat dari baja feritik, meskipun dalam
implementasinya terdapat perbedaan dari sisi
komposisi penyusunnya, standar, dan metode
fabrikasi. Logam induk material bejana tekan
reaktor PWR yang akan diperbandingkan dalam
kajian ini adalah baja feritik dengan kode
SA533B
[5,6]
. Bejana tekan reaktor PWR terbuat dari
pelat yang kemudian ditekuk dan di-las untuk
membentuk bentuk silinder. Untuk bejana tekan
reaktor PWR generasi kedua ini, pengelasan dengan
arah axial dan melingkar dilakukan pada daerah
beltline. Sedangkan logam induk material bejana
tekan reaktor VVER yang akan diperbandingkan
dalam kajian ini adalah baja feritik dengan kode
15Kh2NMFA.
Bejana tekan dibuat dengan metode tempa
(forging) untuk membuat bentuk ring, yang
kemudian dilas secara melingkar. Tabel 2 dan 3
masing-masing memperlihatkan kandungan unsur
pengotor utama serta sifat termal dan mekanik
material bejana tekan PWR dan VVER kelas 1000
MW.
Tabel 2 Unsur pengotor utama dalam material bejana
tekan reaktor PWR dan VVER
[5,6]

Pengotor
(w/o)
PWR
Base
PWR
Weld
VVER
Base
VVER
Weld
Cu
Ni
P
0,14
0,58
0,013
0,055
0,97
0,022
0,07
1,11
0,012
0,04
1,71
0,012

Spektrum Energi Neutron
Spektrum energi neutron antara reaktor PWR dan
VVER tidak memiliki perbedaan secara signifikan.
Meskipun demikian, terdapat perbedaan dalam hal
tingkat energi yang digunakan untuk perhitungan
fluensi. Misalnya, untuk reaktor VVER, neutron
dengan energi lebih besar daripada 0,5 MeV
dipertimbangkan sebagai pembentuk fluensi yang
diperkirakan akan memperngaruhi karakteristik
material bejana. Sedangkan untuk reaktor PWR,
batas energi neutron yang dipergunakan adalah
1MeV
[7,8]
.
Sehingga, dalam perhitungan fluensi-nya saat di
akhir umur desain, jika definisi fluensi dalam
reaktor VVER dikonversi dengan energi neutron E
> 1 MeV, maka antara reaktor PWR dan VVER
akan memiliki nilai yang mendekati sama.
Tabel 3 Karakteristik Termal dan Mekanik bejana tekan reaktor PWR dan VVER 1000
[6,7]

PWR VVER 1000
Base Clad Base Clad
Konduktivitas panas, (Wm
-1
K)
Specific heat capacity, c
p
(Jg
-1
K)
Thermal expansion coefficient, (1/K 10
6
)
Youngs Modulus, E (GPa)
Yield strength (MPa)
Poisson ratio, v
40,9
0,44
10,3
191
345
0,3
14,2
0,52
15,0
195
207
0,3
35,0
0,446
10,7
208
431
0,3
13,2
0,448
15,3
165
392
0,3


Pendekatan Dalam Melakukan Kajian Umur
Kajian umur harus dilakukan pada saat pelaksanaan
desain yang berfungsi untuk memprediksikan umur
desain, selama masa operasi dan di akhir masa
operasi yang digunakan dalam rangka
memperpanjang umur reaktor. Kajian umur saat
desain dilakukan berdasarkan data eksperimen
terhadap material yang diiradiasi dengan kondisi
sama dengan kondisi reaktor daya sesungguhnya.
Sedangkan pada saat operasi, data material
diperoleh dari hasil surveillance material yang
diletakkan dalam teras reaktor. Sehingga, kondisi
degradasi akibat iradiasi merupakan kondisi aktual
yang terjadi pada material bejana tekan. Pelaksanaan
surveillance dalam reaktor PWR dilaksanakan
beradasarkan ASTM E 185 sedangkan untuk reaktor
VVER dilaksanakan berdasarkan PNAEG -7-008-
89. Hasil surveillance ini akan dipergunakan untuk
menentukan dampak iradiasi neutron terhadap sifat
mekanik material bejana tekan reaktor.
Pada saat mendesain bejana tekan reaktor PWR
dan VVER telah ditetapkan kurva fracture
toughness material bejana tekan reaktor yang
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA Roziq H. 780
merupakan fungsi dari temperatur. Berdasarkan
masing-masing standar yang digunakan untuk
desain, kedua kurva ini memiliki perbedaan. Selama
reaktor beroperasi, dampak iradiasi neutron
terhadap material bejana tekan reaktor
mengakibatkan pergeseran kurva fracture toughness
ke arah temperatur tinggi. Hal ini menunjukkan
terjadinya penggetasan material. Dalam penentuan
integritas bejana tekan reaktor, pergeseran kurva
fracture toughness ini dibatasi oleh standar.
Untuk reaktor VVER, dampak iradiasi neutron
dikarakterisasi dengan penyimpangan temperatur
kekritisan untuk kegetasan (critical temperature of
brittleness), T
k
. Dimana nilai T
k
ini ditentukan
secara langsung berdasarkan hasil uji Charpy V-
notch suatu material yang telah mengalami iradiasi
saja, dengan persamaan seperti berikut ini
[5,7,8]
.
N
T
T
T
F
T
k
T
k
T A + A + A + =
0
(1)
dengan T
k
adalah critical temperature of brittleness,
T
k0
adalah initial critical temperature of brittleness,
T
F
adalah penyimpangan akibat iradiasi, T
T

adalah penyimpangan akibat thermal aging dan T
N

adalah penyimpangan akibat kerusakan berulang
untuk daerah dengan tegangan tinggi yang nilainya
kurang dari 20C, di daerah teras.
( )
3 / 1
22
10

= A
F F
A T (2)
dengan A
F
adalah koefisien sensitivitas iradiasi
dalam hal ini adalah kandungan tembaga dan fosfor
sedangkan | adalah fluensi neutron cepat dalam
satuan neutron/cm
2
(E>0,5 MeV).
Di Amerika Serikat dampak iradiasi neutron
dikarakterisasi dengan temperatur ekivalen yang
dinyatakan dengan T-RT
NDT
, dengan RT
NDT
adalah
singkatan dari Reference Temperature for Nil
Ductile Temperature yang didefinisikan di dalam
standar ASME, Section III, Article NB 2331.
Kenaikan RT
NDT
akibat paparan radiasi neutron
dievaluasi berdasarkan CFR 10-50, Appendix G,
yang menggunakan persamaan di bawah ini.
margin + A + =
NDT
RT
NDT
initialRT
NDT
RT (3)
dengan RT
NDT
adalah temperatur referensi untuk
material non-iradiasi, RT
NDT
adalah kenaikan
temperatur referensi akibat iradiasi dan margin
ditentukan berdasarkan standar deviasi suatu
parameter yang digunakan untuk mengantisipasi
ketidakpastian agar prediksi dilakukan lebih
konservatif.
( )
( )
( ) ( ) FF CF
f
f CF
NDT
RT =

= A
log 1 , 0 28 , 0
(4)
dengan f adalah fluensi neutron dalam satuan 10
19

neutron/cm
2
(E>1MeV), FF adalah faktor fluence
dan CF adalah faktor kimia berdasarkan kandungan
tembaga dan nikel. RT
NDT
ditentukan berdasarkan uji
drop weight dan uji Charpy V-notch.
Setelah dilakukan evaluasi penurunan sifat
mekanik seperti disebutkan di atas, selanjutnya
dilakukan analisis tegangan dan analisis fracture
mechanics untuk mengetahui, integritas aktual
bejana tekan reaktor. Analisis tegangan dilakukan
berdasarkan kondisi pada saat terjadi severe
accident berupa kondis Pressurized Thermal Shock,
sedangkan fracture mechanics dilakukan
berdasarkan retak yang dipostulasikan, dengan
geometri, posisi dan oriantasi yang bervariasi.
PEMBAHASAN
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa antara reaktor
PWR dan VVER memiliki kesamaan spesifikasi
daya pembangkitan dan juga kemiripan dalam hal
kondisi operasi yang dinyatakan dengan tekanan,
temperatur inlet serta perbedaan temperatur antara
inlet dan outlet ketika reaktor beroperasi. Dari
tekanan operasi yang nilainya hampir sama
menunjukkan bahwa tegangan yang bekerja pada
dinding bejana tekan reaktor juga tidak terlalu
berbeda sehingga dampak penuaan terhadap dinding
bejana tekan reaktorpun tidak begitu berbeda.
Kemudian dari Tabel 3, antara material bejana
tekan untuk reaktor PWR dan VVER juga memiliki
kesamaan sifat thermal dan sifat mekaniknya. Dari
kedua Tabel ini, maka integritas kedua bejana tekan
reaktor jika dilihat dari sisi desain berdasarkan
analisis tegangan statis, kekuatan fatik dan
ketahanan terhadap gempa berada pada tingkat yang
setara. Misalnya, untuk tekanan operasi reaktor
yang besarnya sekitar 15 MPa maka nilainya masih
berada jauh di bawah kekuatan luluh materialnya.
Berdasarkan tekanan desain, yang nilainya sekitar
dua kali tekanan operasipun, nilainya masih jauh di
bawah nilai tegangan luluh material. Sehingga,
integritas dari sisi dampak mekanik memiliki
tingkat yang sama.
Berdasarkan metode fabrikasinya, bejana tekan
reaktor VVER yang diproduksi dengan metode
forging memiliki keunggulan bila dibandingkan
dengan bejana tekan reaktor PWR. Karena dengan
metode forging berarti mereduksi jumlah
sambungan las dalam hal ini sambungan vertikal
dapat ditiadakan.
Perbedaan yang paling mendasar dalam
material bejana tekan reaktor PWR dan VVER
adalah kandungan pengotor yang berdampak pada
degradasi material yaitu terkait dengan proses
penggetasan akibat iradiasi (irradiation
embrittlement) neutron. Dari Tabel 2 diketahui
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Roziq H. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 781
bahwa kedua tipe material bejana tekan reaktor
sangat memperhatikan 3 unsur utama yaitu
tembaga, fosfor dan nikel. Untuk kandungan fosfor,
kedua material bejana memiliki kandungan yang
setara sedangkan untuk tembaga dan nikel
berlainan. Dalam standar yang diberlakukan sebagai
persyaratan material bejana tekan, standar Rusia
menetapkan bahwa tembaga dan fosfor digunakan
di dalam melakukan evaluasi NDT (Nil Ductile
Temperature) dan memprediksi fracture toughness
sedangkan dalam USNRC guide memasukkan unsur
tembaga dan nikel
[5]
. Sebagaimana telah diketahui
secara umum, unsur tembaga merupakan unsur
yang paling dominan dalam mekanisme
penggetasan yang disebabkan oleh terjadinya
presipitasi tembaga. Material bejana tekan reaktor
PWR memiliki kandungan tembaga yang lebih
tinggi sedangkan material VVER memiliki
kandungan nikel yang lebih tinggi. Kandungan
nikel yang tinggi ini bertujuan untuk memperbaiki
sifat hardenability. Sedangkan kandungan tembaga
yang lebih tinggi pada material PWR disebabkan
oleh penambahan tembaga dari lapisan tembaga
elektroda las yang bertujuan untuk memperbaiki
ketahanan korosi dan meningkatkan konduktivitas
listrik yang diperlukan selama proses pengelasan.
Selanjutnya, untuk melihat dampak iradiasi
pada material bejana tekan reaktor, pada Tabel 4
diperlihatkan data fluensi kedua jenis reaktor yang
telah dikonversikan ke energi neutron 1MeV.
Tabel 4 Fluensi pada material bejana reaktor selama
masa operasi reaktor
Tipe reaktor
FLUX, n.m
-2
.sec
-1

(E>1MeV)
LIFETIME*
FLUENCE, n.m
-2

(E>1MeV)
VVER
PWR
3-4 x 10
14

4 x 10
14

3,7 x 10
23

4 x 10
23

* Berdasarkan lifetime desain masing-masing reaktor

Dari tabel di atas diketahui bahwa meskipun dalam
standar Rusia memperhitungkan flux neutron
berdasarkan energi neutron 0,5 MeV, namun ketika
dikonversikan ke energi neutron di atas 1 MeV,
maka antara reaktor PWR dan VVER memiliki flux
neutron yang setara dan fluensi yang dihasilkan
pada materialpun nilainya mendekati.
Dari hasil analisis pengujian material
surveillance diketahui bahwa sampai dengan umur
desain, pergeseran nilai temperatur referensi untuk
bejana VVER yang dihitung berdasarkan
Persamaan (1), sebesar 97C dan sedangkan untuk
bejana PWR yang dihitung berdasarkan Persamaan
(3), sebesar 82C
[5]
. Apakah pergeseran ini masih
diperbolehkan atau tidak (melampaui ketentuan atau
tidak), maka jika dilihat dari standar yang berlaku di
Rusia, ternyata Rusia tidak menetapkan batas
maksimum pergeseran temperatur referensi.
Sedangkan di Amerika Serikat, berdasarkan standar
ASME, pergeseran temperatur referensi hanya
diperbolehkan maksimum sampai 149C untuk
sambungan lasan melingkar dan 132C untuk pelat
dan hasil produk forging. Jika persyaratan (standar
ASME) ini diterapkan untuk bejana tekan reaktor
PWR dan VVER, maka pergeseran nilai temperatur
referensi kedua bejana tersebut masih jauh di bawah
batas yang diijinkan.
Gambar 1 dan 2 menunjukkan hasil analisis
fracture mechanics (analisis deterministik) untuk
kedua jenis bejana reaktor dengan mempostulasikan
retak yang memiliki kedalaman bervariasi. Analisis
dilakukan berdasarkan Linier Elastic Fracture
Mechanic dan dalam kondisi terjadi kecelakaan
parah, dimana dalam analisis ini dipostulasikan
terjadi LOCA yang mengakibatkan ECCS
beroperasi. Analisis tegangan dilakukan dengan
mempertimbangkan tegangan panas akibat
terjadinya pendinginan secara tiba-tiba dari air yang
diinjeksikan oleh ECCS. Sumbu tegak pada gambar
menunjukkan nilai stress intensity factor retak yang
dianalisis sedangkan sumbu datar menunjukkan
waktu dalam persen sampai dengan pendinginan
selesai. Ukuran retak dinyatakan dengan
perbandingan antara panjang retak dengan tebal
dinding bejana tekan. Misalnya, untuk a/w=0,1
berarti panjang retak sepersepuluh dari tebal
dinding.

(a) Orientasi retak longitudinal
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA Roziq H. 782

(b) Orientasi retak melingkar
Gambar 1. Stress Intensity Factor retak pada
VVER dengan kedalaman berbeda
[5]
.
Dari kedua gambar ini dapat diketahui bahwa kedua
bejana tekan reaktor memiliki karakteristik yang
mirip pada perubahan nilai stress intensity factor
pada saat terjadi kecelakaan parah untuk ukuran
retak yang sama. Untuk ukuran retak yang paling
ekstrim yaitu a/w=0,99 pun keduanya memiliki nilai
stress intensity factor yang mendekati. Dan jika
ditinjau dari integritas bejana tekan reaktor pada saat
terjadi kecelakaan parah ini, nilai stress intensity
factor untuk a/w=0,99 adalah sekitar 900 MPam
untuk reaktor VVER dan sekitar 750 MPam untuk
reaktor PWR. Jika nilai stress intensity factor ini
dibandingkan dengan nilai fracture toughness,
ternyata kedua nilai tersebut masih di bawah nilai
fracture toughness, untuk temperatur ruangan nilai
fracture toughness adalah 1.000 MPam, dan nilai
ini akan meningkat seiring dengan kenaikan
temperatur

(a) Orientasi retak longitudinal

(b) Orientasi retak melingkar
Gambar 2. SIF retak dengan orientasi
longitudinal pada PWR dengan kedalaman berbeda
[5]
.
Berdasarkan orientasi retak melingkar, maka nilai
SIF untuk retak yang longitudinal lebih besar
dibandingkan dengan nilai SIF untuk retak yang
melingkar. Berdasarkan hal ini, maka metode
fabrikasi secara forging memiliki keunggulan
komparatif dalam hal integritas struktur bejana
tekan. Karena dengan tidak adanya sambungan las
secara vertikal, berarti kebolehjadian terjadinya
retak dengan orientasi vertikal akan semakin kecil.
Dalam analisis probabilistic fracture mechanics
(PFM) terjadinya unstable crack growth (nilai stress
intensity factor melampau nilai fracture toughness)
kegagalan bejana secara menyeluruh, diperoleh
nilai 3,6 10
-5
untuk reaktor PWR dan 1 10
-6

untuk reaktor VVER. Dari hasil ini diketahui bahwa
reaktor VVER memiliki probabilistik terjadinya
unstable crack growth yang lebih rendah daripada
reaktor PWR.
Dari serangkaian hasil analisis ini, diketahui
bahwa meskipun terdapat perbedaan pada masing-
masing reaktor, namun dalam analisis saat terjadi
kecelakaan parah dan analisis integritas material
saat di akhir umur desain kedua reaktor dapat
mempertahankan integritasnya.
KESIMPULAN
Telah dilakukan analisis integritas bejana tekan
reaktor PWR dan VVER kelas 1000 MW. Bejana
tekan reaktor PWR dan VVER didesain berdasarkan
filosofi yang sama, meskipun terdapat perbedaan
dalam standar desain, material, dan proses
pembuatannya. Dalam melakukan analisis integritas
bejana tekan reaktorpun, terdapat pendekatan yang
berbeda antara reaktor PWR dan VVER. Meskipun
demikian, hasil analisis menunjukkan bahwa kedua
jenis reaktor memiliki integritas yang berada di
dalam batas marjin keselamatan. Dalam analisis
kecelakaan parahpun, kedua jenis reaktor masih
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Roziq H. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 783
mampu mempertahankan integritasnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roziq Himawan dan Anni Rahmat, Analisis
Integritas Bejana Tekan Reaktor dalam
Lingkungan Pressurized Thermal Shock :
Perilaku Perambatan Retak, Laporan Teknis
PTRKN-BATAN, 2008.
2. Annonym ASME Section III, Rules for
Construction of Nuclear Facility Components,
2007.
3. Annonym, ASME Section XI, Rules for In-
service Inspection of Nuclear Power Plant
Components, 2007.
4. Milan Brumovsky, RPV: Design,
Manufacturing and Materials, Workshop on
Irradiation-Induced Embrittlement of Pressure
Vessel Steels, Trieste-Italy, November 2009.
5. Oya Ozdere Gulol, Comparison of Pressure
Vessel Integrity Analysis and Approaches for
VVER 1000 and PWR Vessels for PTS
Conditions, Nuclear Engineering and Design,
Vol. 226 (2003), pp. 231-241.
6. J.S. Kim, et.al., Investigation on Constraint
Effect of Reactor Pressure Vessel Under
Pressurized Thermal Shock, Nuclear
Engineering and Design, Vol. 219 (2002), pp.
197-206.
7. Annonym, Guidelines On Pressurized
Thermal Shock Analysis For VVER Nuclear
Power Plants, IAEA-EBP-VVER, 2006.
8. Annonym, Assessment and Management of
Ageing of Major Nuclear Power Plant
Components Important to Safety: PWR
Pressure Vessels, IAEA-TECDOC-1556,
2007.
9. Elisabeth Keim, et.al., Life Management of
Reactor Pressure Vessel Under Pressurized
Thermal Shock Loading : Deterministic
Procedure and Application to Western and
Eastern Type Reactors, Pressure Vessels and
Piping, Vol. 78 (2001), pp.85-98.
TANYA JAWAB:
Pertanyaan
1. Apakah penelitian ini dapat diuji coba di
industri bejana untuk non nuclear power?
(Gede Ardana)
2. Selain parameter-parameter thermal,
temperatur dan kandungan pengotor pada
bahan bejana, apakah ada parameter lain
seperti tekanan dari sistem? (Tegas Sutondo)
3. Apakah pabrikasi bejana PWR dan VVER
menggunakan standard yang sama? (Hari
Sudirdjo)
Jawaban
1. Metode evaluasi, yaitu analisis dan tractore
mechanics analysis dapat diaplikasikan pada
bejana non nuclear power. Hanya saja,
ketentuan standard untuk nuclear component
dan non-nuclear adalah berbeda
2. Untuk melakukan analisis material akibat
iradiasi netron, digunakan parameter
temperatur acuan yang dipengaruhi oleh
kandungan unsur pengotor, temperatur
merupakan faktor yang dicari.
3. Tidak, bejana tekan reaktor PWR dibuat
berdasar standard ASME sedangkan VVER
dengan standard PWAEG








































SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA Roziq H. 784

You might also like