You are on page 1of 16

$$$$

MOHAMAD ATHAULLAH ISMAIL


102008310
boruc_artethayahoo.com.my
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA)


BAB 1 : PENDAHULUAN

Penyakit bissinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu
kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terinhalasi ke dalam paru-paru. Debu
kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik
tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau tempat kerja lain yang
menggunakan kapas atau tekstil; s eper t i t e mpat pe mbuat a n kas ur , pe mbuat a n
jo k kur s i da n l a i n s e baga i nya. Ma sa i nkuba s i penyakit bisinosis cukup lama,
yait u sekit ar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas,
terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada set i ap mi nggu) .
Ol e h kar e na it u, bissinosis disebut juga Monday morning Iever atau Monday moning chest
tightness atau Monday morning asthma Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke
dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis
yangsudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.



BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 : DIAGNOSIS OKUPASI
Dasar dalam membuat diagnosis penyakit akibat hubungan kerja (PAK) dilakukan dengan
membedakan:
1. Apakah pajanan ditempat kerja menyebabkan penyakit:
Adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesiIik atau asosiasi yang kuat
dengan pekerjaan yang umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
1

2. Apakah pajanan ditempat kerja merupakan salah satu penyebab bermakna bersama
dengan Iaktor risiko lain :
Adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesiIik atau asosiasi yang kuat
dengan pekerjaan yang umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
1

3. Apakah pajanan ditempat kerja memperberat penyakit yang sudah diderita
sebelumnya :
Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab dimana Iaktor pada
pekerjaan memegang peran bersama dengan Iaktor resiko lainnya dalam
perkembangan penyakit dan mempunyai etiologi yang kompleks.
1,2

Berikut merupakan tujuh langkah diagnosis okupasi :
1. Tentukan diagnosis klinis
2. Tentukan pajanan yang dialami
3. Apa pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut?
4. Apa jumlah pajanan cukup besar
5. Apa ada Iaktor-Iaktor individu yang berpengaruh
6. Cari kemungkinan lain di luar pekerjaan

. Penyakit akibat kerja, atau penyakit bukan akibat kerja samaada:


a. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja
b. Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan
Diagnosis Klinis
Dilakukan sesuai prosedur medis yang berlaku dan bila perlu dilakukan:
O pemeriksaan penunjang /tambahan
O rujukan inIormasi ke spesialis lain
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah seperti berikut :
1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan
a. Riwayat penyakit sekarang; deskrispsikan keluhan dengan perjalanan penyakit
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat pekerjaan:
i. Iaktor di tempat kerja
ii. riwayat penyakit dan gejala
iii. riwayat pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu, lama, hasil
produksi, bahan yang dipakai, dll)
Anamnesis pekerjaan :


Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis
aktu
Lamanya bekerja per hari dan masa kerja
Apa yang diproduksi
Bahan apa yang digunakan
umlah pajanan (kuantitatiI)
Alat pelindung diri yang digunakan
Hubungan gejala dengan waktu kerja
Pengaruh terhadap pekerjaan lain

Menurut pekerja, apakah keluhan ada hubungan dengan pekerjaan


2. Pemeriksaan Iisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) : Gejala tidak spesiIik,
menyerupai asma. Dapat dijumpai tanda-tanda batuk, bronchoconstiction dan wheezing
ketika aukultasi.
Perkusi : mungkin terdapat bunyi hipersonor
Aukultasi : mungkin dapat mendengar bunyi wheezing.

Tes Iaal paru
Occupational SaIety and Health Administration (OSHA) melaporkan pajanan
debu kapas yang dapat menimbulkan penurunan VEP1 setelah perubahan waktu kerja
sebesar 5 atau 200 ml merupakan dugaan kuat terjadi bissinosis.
2,3,5
Pengukuran dengan Spirometer

Gambar 1 r|ns|p penggunaan sp|rometer


Volume dan kapasitas Paru
Pencatatan : Spirogram
1. Tidal Volume ( T.V ) Volume alun naIas, udara yang keluar
masuk paru pada pernaIasan tenang
2. Volume cadangan inspirasi ( I.R.V ) Volume udara maksimal
yang dapat masuk paru sesudah inspirasi biasa

3. Volume cadangan ekspirasi ( E.R.V ) umlah udara maksimal


yang dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa
4. Volume residu ( R.V ) Udara yang masih tersisa dalam paru
sesudah ekspirasi maksimal, terdiri dari:
5. Volume Kolaps : udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru
sesudah ekspirasi maksimal bila paru kolaps
6. Volume Minimal : Udara yang masih tinggal dalam paru sesudah
paru kolaps
. Kapasitas inspirasi ( I.C ) I.C TV IRV
8. Kapasitas Residu Fungsional ( F.R.C ) FRC ERV RV
9. Kapasitas Vital ( V.C ) VC IRV TV ERV
(Menggambarkan kemampuan pengembangan paru)
10.Kapasitas Paru Total ( T.L.C ) TLC VC RV
Ventilasi : Pulmonal dan Alveol
Ventilasi Pulmonal : umlah udara yang keluar masuk paru /
menit TV x Frekuensi pernaIasan / menit
Ventilasi Alveol (Lebih penting) : umlah udara yang keluar
masuk paru / menit (TV Vol. Ruang Rugi) x Irekuensi
pernaIasan/menit
Pemeriksaan Fungsi Paru
1. Spirometer biasa TV, IRV, ERV, IC, VC
2. Spirometer Pengatur kecepatan pencatatan Volume ekspirasi
Paksa ( Forced Expiratory Volume )
FEV 1 detik 83 VC
FEV 3 detik 9 VC
3. M.B.C ( Maximal Breathing Capacity ) :
Volume pernaIasan semenit pada pernaIasan sekuat-kuatnya dan
secepat-cepatnya. 125 10 L / menit

3. Pemeriksaan laboratorium (darah) dan Histopatologi :


Gambaran PA menunjukkan hiperplasia kelenjar mukus dan inIiltrasi sel
polimorIonuklear neutroIil di dinding bronkus.
4. Pemeriksaan radiologi untuk paru-paru (Foto Rontgent dan CT Scan)
Contoh gambaran radiologi pada wanita 56 tahun yang menderita bissinosis yang
memiliki episode sering "Monday Fever" dan dyspnea saat bekerja di pabrik selimut
kapas selama periode tahun.


Gambar 2 : Rontgen dada menunjukkan
gambaran diIus, kekaburan yang tidak jelas,
terutama di zona paru-paru bagian bawah.
Gambar 3 : CT scan resolusi tinggi
menunjukkan beberapa nodul kecil yang
kurang jelas dengan Ground Glass Opacity di
kedua paru-paru.


5. Pemeriksaan tempat kerja
a. Iaktor penyebab : debu kapas
b. hasil pengukuran : apakah debu melebihi nilai ambang batas atau tidak.
Pemeriksaan tempat kerja penting untuk melihat sendiri bahaya potensial (potential
ha:ard) dan risiko kecelakaan/penyakit akibat kerja pada pekerja serta pada lingkungan
kerja (tuliskan perkiraan bahaya potensial Iaktor yang mungkin ada/dapat terjadi pada
pekerja ini dalam melakukan pekerjaannnya yang mungkin ada di lingkungan
pekerjaannya)

1abe| 1 Aspek pen||a|an bahaya potens|a| pada pemer|ksaan tempat ker[a


Gambar 4 : CT scan resolusi tinggi yang
diperoleh 23 hari kemudian menunjukkan
Ground Glass Opacity dengan sedikit sisa
nodul kecil dari yang sebelumnya.
Tidak ada kelainan yang terlihat pada CT scan
resolusi tinggi, 1 tahun setelah pasien berhenti
dari pekerjaannya.

6. Diagnosis kerja :
Bissinosis merupakan suatu jenis penyakit paru kerja berupa bronkitis kronis sebagai
akibat terpaparnya individu oleh debu kapas, rami, sisal, atau nenas. Para pekerja pabrik
tekstil yang sensitiI akan merasa sesak naIas (naIas pendek) setiap kembali ke tempat
kerja setelah beberapa hari tidak bekerja atau tiap hari Senin sesudah satu hari
sebelumnya (Ahad/Minggu) libur. Biasanya timbul demam selain sesak naIas, terkadang
gejala itu menetap sampai hari-hari berikutnya

Ada 2 bentuk iaitu:
- Mill Iever : panas, batuk, menggigil, rhinitis yang akan menghilang setelah bebearpa
hari.
- eaver cough: sesak (asma) & panas yang menetap berbulan-bulan

Keluhan & gejala membaik bila pekerja libur
Stadium lanjut ~ PPOK
. Diagnosis okupasi: Ada hubungan diagnosis kerja dengan pekerjaan/proses
kerja/lingkungan kerja
Pajanan yang dialami
1. Pajanan saat ini dan pajanan sebelumnya
2. Beberapa pajanan -~ 1 penyakit atau sebailknya
3. Lakukan anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektiI):
a. deskripsi pekerjaan secara kronologis
b. periode waktu kerja masing-masing
c. apa yang diproduksi
d. bahan yang digunakan
e. cara bekerja

Apakah ada hubungan pajanan dengan penyakit


1. Lakukan identiIikasi pajanan
Dengan adanya inIormasi pajanan di tempat kerja yang diperoleh saat anamnesis maupun
saat pemeriksaan ke tempat kerja, ia akan memudahkan kita mengidentiIikasi pajanan
yang mungkin merupakan penyebab dari penyakit pasien. Misalnya untuk kasus
bissinosis, adanya pajanan debu organik dari kapas dan bahan dasar tektil lain seperti 1lex
akan menguatkan lagi dugaan diagnosis kita bahwa pasien tersebut menderita
bissinosis.
3,4,6
2. Evidence based: pajanan-penyakit
Paparan debu kapas dikaitkan dengan penurunan kapasitas ventilasi selama shiIt kerja
(McKerrow, McDermott, Gilson, dan Schilling,1958). El Batawi, Schilling, Valic, dan
alIord (1964) menyebutkan bahwa pekerja yang menderita bissinosis ditandai dengan
penurunan kapasitas ventilasi ini.
3. Bila tidak ada: pengalaman -~ penelitian awal
Misalnya keluhan berkurang saat libur dan timbul pada hari pertama masuk kerja setelah
libur. Gejala juga berkurang dengan berjalannya waktu dalam seminggu hari bekerja.
Namun, setelah penyakit menjadi kronik gejala yang timbul biasanya tidak akan
berkurang mulai dari hari pertama masuk kerja sehingga hari-hari seterusnya. Volume
ekspirasi paksa satu detik (FEV1) menurun secara signiIikan saat shiIt kerja pada pekerja
dengan sejarah bisinosis dan penurunan ini meningkat tergantung tahap keparahan
bissinosis yang dideritai.
1,5,6


Ditanyakan pendapat pekerja apakah pada hematnya gejala/keluhan yang dialaminya saat
ini ada hubungan dengan pekerjaannya atau tidak. Misalnya pasien berpendapat gejala
sesak napas dan demam yang dialaminya berkaitan dengan pekerjaan karena
gejala/keluhan ini hanya akan timbul saat dia masuk kerja sedangkan pada saat libur atau
tidak masuk kerja dia tidak mengalami gejala/keluhan tersebut. Mungkin juga pasien

memberikan alasan sebelum ini dia bekerja di pabrik lain dan tidak mengalami gejala-
gejala penyakit dan selepas berpindah ke pabrik armen atau tekstile dia mengalami
gejala-gejala yang dideritai sekarang.

umlah pajanan cukup?
1. Perlu mengetahui patiIisiologi penyakit & bukti epidemiologis
Bakteri yang mengkontaminasi partikel debu kapas mengeluarkan endotoksin
(suatu lipopolisakarida) yang menyebabkan timbulnya kelainan pada paru-paru.

2. Dapat dengan pengamatan kuantitatiI
Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan secara kuantitatiI dengan melihat data
pengukuran lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatiI dengan mengamati cara
kerja pekerja. Untuk mengetahui jumlah pajanan kita bisa melakukan penilaian
lingkungan. Untuk kasus bissinosis, kita bisa menilai kadar debu kapas dalam udara
dengan metode penilaian lingkungan yang lazim. Penting diketahui bahawa kadar debu
kapas total yang dihasilkan dalam suatu proses produksi tidak boleh lebih dari NAB
yaitu 0,2 mg/m3 menurut SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas Zat Kimia di
Udara Tempat Kerja.
1-3
Selain itu harus diperhatikan juga Iaktor masa kerja yaitu Iaktor
menunjukkan suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang dalam waktu tertentu.
Seseorang yang bekerja di lingkungan industri yang menghasilkan debu akan memiliki
resiko gangguan kesehatan. Makin lama seseorang bekerja pada tempat yang
mengandung debu akan makin tinggi resiko terkena gangguan kesehatan, terutama
gangguan saluran pernaIasan. Debu yang terhirup dalam konsentrasi dan jangka waktu
yang cukup lama akan membahayakan. Akibat penghirupan debu yang langsung adalah
sesak, bersin, dan batuk karena adanya gangguan pada saluran pernaIasan. Paparan debu
untuk beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi di atas batas limit paparan
menunjukkan eIek toksik yang jelas.

3. uga dapat secara kualitatiI -~ masa kerja cara kerja, proses kerja, bagaimana lingkungan
kerja
Proses pembuatan garmen dimulai dari pengecekan kain di ruang penyimpanan kain
kemudian proses disain dan pembuatan pola, grading dan marker, kemudian dilanjutkan
ke proses pembuatan sample dan pemotongan kemudian dilakukan proses pengepresan.
Setelah bagian-bagian yang terpotong tadi dipres maka dilanjutkan ke proses produksi
(penjahitan). Proses penjahitan ini dilakukan per piece (bagian) sehingga untuk menjahit
satu kemeja terkadang bisa mencapai 100 variasi proses penjahitan. Oleh karena iti
produksi garmen dikenal dengan proses piece to piece. Setelah dijahit maka dilanjutkan
proses penyempurnaan/penyelesaian akhir, seperti pemasangan kancing, label,
pembersihan dan penyetrikaan dan kemudian dilakukan pengepakan dan pengiriman ke
konsumen. Karakteristik pekerjaan di industri garment umumnya adalah proses material
handling (angkat-angkut), posisi kerja duduk dan berdiri, membutuhkan ketelitian cukup
tinggi, tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, bertinteraksi dengan benda
tajam seperti jarum, gunting dan pisau potong, terjadi paparan panas di bagian
pengepresan dan penyetrikaan dan banyaknya debu-debu serat dan aroma desain tempat
kerja di industri garmen akan sangat berpengaruh bagi kinerja karyawan.
5,6,

4. Pemakaian alat pelindung sesuai/tepat?
APD adalah perlengkapan yang dipakai untuk melindungi pekerja terhadap bahaya yang
dapat mengganggu kesehatan yang ada di lingkungan kerja. Alat yang dipakai disini
untuk melindungi sistem pernapasan dari partikel-partikel berbahaya yang ada di udara
yang dapat membahayakan kesehatan. Perlindungan terhadap sistem pernapasan sangat
diperlukan terutama bila tercemar partikel-partikel berbahaya, baik yang berbentuk gas,
aerosol, cairan, ataupun kimiawi. Alat yang dipakai adalah masker, baik yang terbuat dari
kain atau kertas wol. Selain hal-hal di atas, penting juga untuk dinilai cara atau proses
kerja dan lingkungan di pabrik tempat pasien bekerja. umlah pajanan debu kapas bisa
ditinjau dari data lingkungan, data monitoring biologis dan hasil surveilans. Seperti yang
telah dibahaskan di atas nilai anbang batas bagi debu kapas adalah 0.2 mg/m
3
menurut
SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas Zat Kimia di Udara Tempat Kerja.
3,4

aktor individu berperan


1. Berapa besar berperan
2. Riwayat atopi/alergi
3. Riwayat penyakit dalam keluarga
4. Hiegene perorangan
aktor lain di luar pekerjaan
Pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit -~ Bukan Iaktor pekerjaan seperti :
1. Merokok
2. pajanan di rumah
3. hobi
4. Kebiasaan
Menentukan diagnosis PAK
1. Kaji semua langkah-langkah
2. Bukti reIerensi -~ PAK?
3. Ada hubungan sebab akibat pajanan-penyakit & Iaktor pekerjaan Iaktor yang dianggap
paling bermakna terhadap terjadinya penyakit -~ diagnosis PAK

Gambar 5 : Gambaran ilustrasi di pabrik tekstil

2.2 : PENATALAKSANAAN
Pencegahan
1. Mengurangi kadar debu di di dalam pabrik supaya berada di bawah nilai ambang batas
(NAB) dengan perbaikan mesin atau ventilasi.
2. Mengenakan alat pelindung diri (APD) seperti musker.
3. Melaksanakan medical surveillance
4. Mutasi pekerja
5. Medical check up
6. DetoksiIikasi kapas
Rehabilitasi
1. Pengobatan yang paling penting adalah untuk menghilangkan sumber pemaparan dari
bahan penyebab iaitu debu kapas.
2. Oleh karena terdapat gejala asma, obat-obatan seperti bronkodilator (albuterol atau
theophylline), biasanya akan memperbaiki gejala. Pada kasus yang lebih berat,
kortikosteroid dapat digunakan.
3. Berhenti merokok sangat penting bagi orang dengan kondisi ini.
4. ika penyakit menjadi kronis, mungkin perlu diberikan terapi pernaIasan berupa
nebulizers dan drainase postural.
5. ika kadar oksigen dalam darah rendah, bisa juga diberikan terapi oksigen.
6. Program latihan Iisik, latihan pernapasan, dan program pendidikan pasien seringkali
sangat membantu bagi orang dengan penyakit paru-paru kronis.
Pembatasan kerja
1. Manusia 8 jam/hari di tempat kerja dan menghirup 3.500 L udara (termasuk bahan
pencemar)
2. Nilai ambang batas debu kapas menurut HO: 0,2 mg/m
3
(pemintalan) & 0,5 mg/m
3

(penenunan)
1,2,4

3. Dilakukan putaran (siklus) kerja atau sistem shiIt terhadap para pekerja.

Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menemukan dan mencegah PAK dalam tingkatan
sedini-dininya.

Prioritas diberikan kepada pekerja yang :
Bekerja di lingkungan berbahaya.
Dipindahkan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain.
Menderita penyakit menahun.
Perlu diperiksa atas permintaan dokter keluarganya, atau keinginannya sendiri.
Bekerja lagi setelah penyakitnya sembuh.
Akan berhenti bekerja.

2.3 : EPIDEMIOLOGI
Suatu kajian epidemiologis telah dilakukan oleh Baratawidjaya K di akarta sekitar tahun 1985
terhadap 135 karyawan dari 14 pabrik pemintalan dan 4 perusahaan penenunan kapas.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan Iisik yang teliti, terdapat dua penyakit yang mendadi
permasalahan para karyawan yaitu bissinosis dan bronkitis. Dilakukan juga pemeriksaan Iisik
meliputi spirometri, pemeriksaan debu kapas di pabrik dan pemeriksaan rontgen thorax pada
karyawan yang sakit. Hasilnya didapatkan prevalensi bissinosis sebanyak 30 pada karyawan
pemintalan kapas dan 19.25 dikalangan penenun.
2,4,5

Angka kejadian bronkitis kronis pada para pekerja pabrik tekstil adalah 4,5 - 26.

Faktor Risiko :
Pekerja-pekerja yang beraktivitas di lingkungan pabrik tekstil, pada bagian pembersihan
kapas untuk dipintal, atau di bagian pembersihan mesin-mesin itu.

2.4 : PROGNOSIS
Baik .
Apabila penderita berhenti dari pekerjaan di pabrik tekstil/kapas tersebut keaadaan akan
semakin membaik.
Tetapi apabila terus-menerus terpapar dengan debu kapas tersebut akan timbulnya PPOK
sebagai stadium lanjut.



BAB 3 : KESIMPULAN
Debu industri di tempat kerja dapat menimbulkan kelainan dan penyakit paru. Dalam
kasus yang telah diberikan pajanan kapas dapat menyebabkan bissinosis. Berbagai Iaktor
berperan pada mekanisme timbulnya penyakit, diantaranya adalah jenis, konsentrasi, siIat kimia
debu, lama paparan dan Iaktor individu pekerja.
Untuk menegakkan diagnosis bissinosis perlu dilakukan anamnesis yang teliti mengenai
riwayat pekerjaan, identiIikasi debu kapas di tempat kerja, dan pemeriksaan penunjang seperti uji
Iaal paru dan pemeriksaan radiologis. Diagnosis kadang-kadang sukar ditegakkan oleh karena
sering butuh waktu yang lama antara terjadinya paparan dan timbulnya penyakit.
Pengobatan penyakit bissinosis bersiIat simptomatis dan suportiI. Usaha pencegahan
merupakan langkah penatalaksanaan yang penting. Tindakan pencegahan meliputi pengurangan
pajanan debu kapas terhadap pasien, memakai pelindung diri, deteksi dini kelaianan dan
pemeriksaan sebelum penerimaan pegawai.
Pemeriksaan Iaal paru dan radiologis secara berkala perlu pada jenis kerja tertentu.
Pekerja yang telah terkena penyakit akibat debu hendaklah dihindari dari paparan lebih lanjut.


Daftar Pustaka
1. eyaratnam , Koh D. Buku ajar praktikum kedokteran kerja. akarta (INA) : EGC;
2010.p.0-8.
2. Gleadle . At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. akarta (INA): Penerbit
Erlangga; 200.
3. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. ilid2 . Edisi 4. akarta (INA): Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam
Iakultas kedokteran universitas indonesia; Mei 200.p.1025-6.
4. illiam NR. Occupational Medicine. 4
th
Edition, 200. USA : Lippincott iliams &
ilkins. P. 491-501.
5. Suma`mur,PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. akarta (INA) : Sagung Seto.
2009.p.245-59.
6. Robert M, Paul PR. Occupational and Environmental Medicine: SelI-Assessment
Review. 2004. USA : Lippincott iliams & ilkins. P. 120-124.
. illiam MT, Andrew C. Thurlbeck's pathology oI the lung. 3
rd
Edition, 2005. New York
(USA) : Thieme Medical Publishers. Chapter 24.

You might also like